a k a st u p a si e n o d n m/i o c k. o o b e c a p://f htt a Hak cipta dilindungi undang-undang. k a Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian st pu atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. a si e n o d n m/i o c k. o o b e c a p://f htt a k a st u p a si e n o d n m/i o c k. o o b e c a p://f htt Pirates and Emperors: Pelaku Terorisme Internasional yang Sesungguhnya Diterjemahkan dari Pirates and Emperors, terbitan Pluto Press, London 2016 Karya Noam Chomsky Cetakan Pertama, November 2017 Penerjemah: Eka Saputra & Khanifah Penyunting: Adham T. Fusama Perancang sampul: Wahyudi Pemeriksa aksara: Titish A.K. Penata aksara: Arya Zendi Pirates and Emperors: International Terrorism in the Real World (Second Edition). Copyright ©Noam Chomsky, 2016. First Published by Pluto Press, London www.plutobooks.com Hak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia ada pada Penerbit Bentang. Diterbitkan oleh Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) Anggota Ikapi Jln. Plemburan No. 1 Pogung Lor, RT 11 RW 48 SIA XV, Sleman, Yogyakarta 55284 Telp. (0274) 889248 – Faks. (0274) 883753 Surel: [email protected] Surel redaksi: [email protected] http://www.bentangpustaka.com Chomsky, Noam Pirates and Emperors: Pelaku Terorisme Internasional yang Sesungguhnya/Noam Chomsky; penerjemah, Eka Saputra & Khanifah, penyunting, Adham T. Fusama. —Yogyakarta: Bentang, 2017. Judul asli: Pirates and Emperors xxvi + 346 hlm; 20,5 cm ISBN 978-602-291-425-9 a k a E-book ini didistribusikan oleh: st pu Mizan Digital Publishing a si Jl. Jagakarsa Raya No. 40 e on Jakarta Selatan - 12620 d n Telp.: +62-21-7864547 (Hunting) m/i o Faks.: +62-21-7864272 c k. Surel: [email protected] o o b e c a p://f htt Daftar Isi Kata Pengantar Edisi Baru Kata Pengantar Edisi Pertama (1986) Pendahuluan (2002) 1 Pengendalian Pikiran: Kasus Timur Tengah 2 Terorisme Timur Tengah dan Sistem Ideologis Amerika (1986) 3 Libia dalam Demonologi (Rekayasa Sistematis untuk Membuat Sesuatu Menjadi Menakutkan) Amerika Serikat (1986) a k a ust 4 p a si e on Peran Amerika Serikat di Timur Tengah d m/in (15 November 1986) o c k. o o b e c a p://f htt 5 Terorisme Internasional: Bayangan dan Kenyataan (1989) 6 Dunia Setelah 11 September (2001) 7 Amerika Serikat/Israel-Palestina (Mei 2001) a k a st u p a si e n o d n m/i o c k. o o b e c a p://f htt Kata Pengantar Edisi Baru ETIKA saya menulis catatan ini, media melaporkan, K “Di Irak, mantan kepala organisasi intelijen Iran yang sangat lihai, Mayor Jenderal Qassim Suleimani, sekaligus komandan pasukan Quds yang menghabiskan karier di bawah sorotan sebagai dalang serangan teroris— termasuk yang menewaskan tentara Amerika di Irak— telah tampil sebagai tokoh masyarakat.”1 Uraian laporannya biasa saja sehingga tidak terlalu menyita perhatian. Namun, justru karena alasan itu menjadi menarik dan penting. Tanpa banyak kontroversi, Amerika Serikat menyerbu Irak—tindakan agresi yang sewenang-wenang—dan menyisakan kehancuran di negeri tersebut. Nah, bagaimana bisa serangan yang menewaskan tentara penyerbu disebut “serangan teroris”? Ada satu cara: para penyerbu memiliki hak istimewa untuk menyerang dan a k a menghancurkan sesuka hati, sehingga setiap bentuk st u p perlawanan terhadap aksinya merupakan terorisme. a si ne Singkatnya, para penyerbu “mengganggu keamanan dunia o d n dengan armada laut yang hebat”, sehingga menjadi bagian m/i o dari kuasa kekaisaran, bukan pencuri atau perompak, c k. o o b e c a p://f ~1~ htt seperti dalam kisah bajak laut dan sang kaisar yang dituturkan Santo Agustinus. Sebagaimana dibahas dalam bab-bab selanjutnya, “Kisah St. Agustinus menyiratkan makna konsep terorisme internasional yang digunakan di Barat pada era kontemporer, dan menyentuh jantung persoalan terkait sejumlah insiden terorisme terkini yang diatur sedemikian rupa, dengan sinisme tertinggi, sebagai selubung atas kekerasan Barat.” Adakalanya, pemahaman atas hak kekaisaran ini cukup mengesankan. Misalnya, pernah terjadi perdebatan mengenai memberi bantuan militer kepada pemberontak Suriah atau tidak. Berita utama New York Times mewartakan kajian CIA yang memengaruhi perdebatan tersebut dengan meninjau kembali kasus-kasus intervensi masa lalu untuk mendukung pemberontak, dan “mendapati upaya itu jarang berhasil”.2 Artikel tersebut mengutip Presiden Obama yang mengatakan telah meminta CIA untuk melakukan penyelidikan guna menemukan kasus “pembiayaan dan pemasokan senjata untuk pemberontakan di suatu negara yang benar-benar berjalan dengan baik. Dan, mereka tidak bisa menyebutkan banyak kasus.” Jadi, ia enggan melanjutkan ka upaya tersebut. a st u Paragraf pertama artikel itu memuat tiga contoh p a si penting: Kuba, Angola, dan Nikaragua. Masing-masing e n o d kasus berupa perang teroris yang kejam dan n m/i berkepanjangan, yang dipimpin Washington. o c k. o o b e c a p://f ~2~ htt Presiden Kennedy meluncurkan kampanye untuk menghadirkan “teror dunia” di Kuba—demikian yang dituliskan oleh sejarawan kepercayaannya, Arthur Schlesinger, dalam biografi Robert Kennedy, yang menetapkan tugas tersebut sebagai prioritas tertinggi. Kekejaman teroris ini sangat ekstrem. Dan, seperti yang diketahui, terorisme memainkan peran dalam krisis rudal Kuba, yang disebut Schlesinger sebagai “momen paling berbahaya dalam sejarah”. Serangan teroris dilanjutkan saat krisis mereda, dan terus berlanjut selama bertahun- tahun. Di Angola, pemerintahan Reagan—yang kukuh menyokong politik apartheid Afrika Selatan—mendukung tentara UNITA yang kejam dan brutal, bahkan setelah pemimpinnya, Jonas Savimbi, dikalahkan dengan telak dalam pemilihan bebas yang diawasi secara ketat. Dan, setelah Afrika Selatan menarik dukungan terhadap “monster yang nafsu kekuasaannya membawa kesengsaraan mengerikan bagi bangsanya” (meminjam kalimat Marrack Goulding), duta besar Inggris untuk Angola—yang diamini oleh kepala kantor CIA di dekat Kinshasa—mengatakan bahwa “bukan ide bagus untuk” mendukung monster itu “karena besarnya kejahatan ka Savimbi. Dia sangat brutal”.3 a st u Perang teroris melawan Nikaragua yang dilancarkan p a si Reagan, yang mematikan dan menghancurkan, bahkan e n o d dikecam Pengadilan Internasional. Mereka n m/i memerintahkan AS untuk menghentikan “penggunaan o c k. kekerasan secara tidak sah” dan membayar ganti rugi o o b e c a p://f ~3~ htt kerusakan kepada Nikaragua. Perintah tersebut tentu saja diabaikan. Perang meningkat, dan AS malah memveto resolusi Dewan Keamanan yang menyeru setiap negara untuk mematuhi hukum internasional—tidak ada negara tertentu yang disebut secara spesifik, tetapi maksudnya jelas. Akan tetapi, tiga kampanye teroris berskala besar ini— yang mengakibatkan kesengsaraan dan kehancuran tak terperi bagi korban—tidak terlalu berhasil sehingga bukan model kebijakan yang baik. Ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari penyelidikan ini. Pesan yang paling jelas, tegas, dan benderang adalah bahwa AS merupakan negara teroris terdepan di dunia. Namun, hal itu tak menjadi masalah dan malah patut-patut saja, sebab kaisar “mengganggu keamanan dunia” sesuai dengan haknya. Bagaimanapun, sang kaisar tidak dapat dihukum karena mengganggu wilayahnya sendiri—yaitu dunia. Atau, karena berusaha mempertahankannya. Toh, kita bisa memahami rasa sakit ketika harta milik kita dicuri. Kasus yang sangat penting terjadi pada Oktober 1949, ketika Tiongkok mendeklarasikan kemerdekaan. “Kehilangan Tiongkok” bukan sekadar peristiwa sejarah besar, melainkan juga berdampak buruk bagi masyarakat ka Amerika Serikat. a st u Pertanyaan penting masa itu, “Siapa yang bertanggung p a si jawab atas lepasnya Tiongkok?” Inilah motif utama e n o d gelombang represi McCarthyite. Hal ini pula yang n m/i menyebabkan AS terjun dalam Perang Vietnam, karena o c k. khawatir juga akan “kehilangan Indochina”, sehingga o o b e c a p://f ~4~ htt
Description: