ebook img

Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) PDF

13 Pages·2015·0.21 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109)

Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) IMPLEMENTASI AJARAN BAKTI DALAM MEMBENTUK ETIKA MASYARAKAT DESA SONGAN A DAN B KINTAMANI, BANGLI OLEH GEDE RAI PARSUA ABSTRACT Songan society believed in the presence of pupun, which by Songan villages believed to be the parhyangan ratu sakti madue. It could be seen from the people who will arrange the offerings/ceremony in pupun and the implementer wasjro dasaran (a kind of jro mangku). Jro dasaran was jro dasaran ratu sakti madue, the position of the bakti lesson was instrumental in shaping the Songan society ethics. In general bakti lesson automated already existed in the society trust because the trust in Songan village was like humans who were siblings (brother and sister), cousins, children, the elderly, so that everyone respected others. Bakti Education Value could be seen from the worship of Bhatara Satimaan or Ratu Satimaan there were brothers married the wife, then the familiarity imitated by Songan society. Educational philosophy in this study was seen in Bhatara/Ratu Satiamaan including; Sa was the title of Ratu Sakti Nunggal, tiwas the title of Ratu Sakti Tiga, maan was manca that was five. The education of togetherness could be seen in every temple ceremony/ceremonies in each temple where the ratu/bhatara with each other when ngiring (walking) first sequential older people as well as Songan there was a term Kubayan, Jro Gede, Bau, mutual respect Panyarikan in various activities. Ethics of belief Songan value can be seen each pratima Bhatara Satimaan and Bhatara Manca placed with a sequence according to which older older order to the youngest. Keywords: Implementation, Bakti lesson, Establishing Ethics ABSTRAK Masyarakat songan percaya dengan adanya pupun, yang oleh desa songan dipercaya sebagai parhyangan ratu sakti madue. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang akan mengaturkan banten / upacara di pupun yang memuput adalah jro dasaran (sejenis jro mangku).Jro dasaran itu adalahjro dasaran ratu sakti madue, kedudukan ajaran bakti sangat berperan dalam membentuk etika masyarakat songan. Pada umumnya ajaran bakti otomatis sudah ada dalam kepercayaan masyarakat karena kepercayaan di desa songan di ibarat kan seperti layaknya manusia yaitu bersaudara (kakak-adik), bersepupu, anak, orang tua, sehinggaantara yang satu dengan yang lainnya saling menghormati Nilai Pendidikan Bakti terlihat adanya pemujaan kepada Bhatara Satimaan atau Ratu Satimaan ada yang bersaudara bersuami istri maka keakraban tersebut ditiru oleh masyarakat Songan. Pendidikan filsafat dalam penelitian ini terlihat dalam Bhatara/Ratu Satiamaan diantaranya ; Sa itu satu sebutan Ratu Sakti Nunggal, Ti itu tiga sebutan Ratu Sakti Tiga, Maan itu Manca yaitu lima. Pendidikan kebersamaan dapat dilihat dalam setiap odalan/upacara di masing- masing pura dimana antara ratu/bhatara yang satu dengan yang lainnya ketika ngiring (berjalan) berurutan yang lebih tua duluan begitu juga masyarakat Songan ada istilah Kubayan, Jro Gede, Bau, Panyarikan saling menghormati dalam berbagai kegiatan. Nilai Etika dari Kepercayaan Songan dapat dilihat masing- Vidya Samhita Jurnal Penelitian 97 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) masing pratima Bhatara Satimaan dan Bhatara Manca ditempatkan dengan berurutan sesuai dengan yang lebih tua yang mana urutannya yang lebih tua sampai yang paling muda. Kata Kunci : Implementasi, Ajaran Bakti, Membentuk Etika Sebelum Hindu menyebar di Indonesia A. PENDAHULUAN kebiasaan-kebiasaan masyarakat Pendidikan Ajaran Bhakti sangat Indonesia sudah dari awal bersahabat penting dilakukan baik itu bakti kepada dengan alam, berbagai suku, budaya, Tuhan, kepada para guru, bhakti sistim kepercayaan sudah kental ada di kepada sesama, serta bersahabat Indonesia. Kebiasaan warisan leluhur terhadap lingkungan. Bakti tersebut sangat luas walaupun dulu terdiri dari sesuai dengan perkembangan zaman. berbagai kelompok atau sekte-sekte Perkembangan Zaman Hindu terbagi tidak terjadi perselisihan, mereka saling menjadi empat Yuga (zaman Kreta, menghargai, menghormati. zaman Treta, zaman Dwapara dan Perkembangan Hindu sangat zaman Kali Yuga. Perkembangan bersahabat dengan daerah di mana Zaman tidak bertentangan dengan Hindu berkembang, perkembangan Hindu sampai zaman modern ini, Hindu tumbuh subur dengan kebiasaan karena ajarannya yang begitu luwes setempat karena tidak bertentangan dan fleksibel. Kefleksibelan Hindu dengan kebiasaan-kebiasaan yang di bungkus dalam berbagai masyarakat setempat. Agama Hindu budaya sehingga di mana Hindu telah dibungkus budaya sehingga berkembang disana terjadi kedamaian kerapkali Agama Hindu dikatakan dan potensi lapangan pekerjaan sangat Agama Budaya dibikin oleh manusia, luas karena ajaran Hindu di kemas yang sebenarnya bukan seperti itu. dalam seni dan budaya. Seni dan Hindu adalah Wahyu Tuhan yang di budaya menyebabkan perubahan hidup turunkan oleh Para Maha Resi, karena manusia yang tentunya menjadi seni ajarannya bisa berkembang maka dalam kehidupan disesuaikan dengan level pengetahuan Ajaran pendidikan Bhakti sangat masyarakat setempat sehingga ajaran banyak dalam agama hindu diantaranya Hindu sangat banyak, sesuai dengan ; Arcanam, kirtanam, namasmaranam, kebutuhan atau perkembangan Zaman. wandanam, sewanam, srawanam, Ajaran pendidikan bisa smaranam, danam dan dilakukan dalam berbagai hal karena atmanewadanam. Dalam disegala sesuatu pasti ada kebenaran implementasinya dengan tidak sengaja atau pengetahuan. Kehidupan beragama dilakukan dimasyarakat, terutama yang di dukung oleh seni dan budaya masyarakat songan yang di menjadi indah sesuai kebutuhan akan implementasikan dalam manusia kebutuhan spiritual manusia, seperti di kembar sebagai dewa sebuah Bali yang nota bene berkembang pesat kepercayaan yang tergolong arcanam. seni dan budaya yang dijiwai Agama Implementasi ajaran agama Hindu. Perkembangan tekhnologi harus hindu disebuah tempat masing-masing dilandasi oleh agama dan saling berbeda antara satu dengan yang mendukung sehingga Ilmuwan lainnya karena dibungkus oleh budaya mengatakan ”agama tanpa ilmu masing-masing tetapi esensinya sama. pengetahuan akan lumpuh dan ilmu Vidya Samhita Jurnal Penelitian 98 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) pengetahuan tanpa agama akan buta”. dikorbankan asal pengorbanan itu tidak Warisan ini sungguh universal dalam menyengsarakan kehidupan. daya tariknya dan sungguh umum Kerukunan interen umat beragama, dalam pendekatannya sehingga antar umat beragama, antara umat merupakan milik seluruh umat beragama sangat dipengaruhi oleh manusia. Terlepas dari unit-unit lingkungan, karena lingkungan alam geografis dan ekspresi-ekspresi historis. semesta merupakan Bhuana Agung yang Warisan ini bersifat universal dan abadi mempunyai unsur-unsur yang sama selama gunung masih menjulang tinggi, dengan mahkluk hidup Bhuana Alit, selama sungai masih mengalir selama sehingga kalau merusak alam semesta itu warisan leluhur Weda akan di berarti merusak dirisendiri. Beragama kenang dan dipakai pedoman, serta tidak hanya cukup untuk memuja Tuhan tidak lekang oleh waktu. Agama yang saja dengan berbagai cara tetapi harus ada paling besar adalah Hindu, ini bukan tindakan yang nyata, harus ada interaksi dilihat dari jumlah pemeluknya tetapi dengan sesama yang lebih penting dengan dilihat dari banyaknya jalan untuk lingkungan. Mantra Hindu ada yang mencapai Beliau. mengatakan “Sarwam Kalu Idam Nilai-nilai pendidikan sangat luas Brahman” artinya semua yang ada di mengingat pembelajaran dan pendidikan dunia ini adalah Tuhan. Dari arti mantra bisa dilakukan diberbagai media atau tersebut jika semuanya adalah Tuhan tempat, karena sangat kaya ajaran hindu berarti manusia harus saling menghormati, itu maka ajaran Hindu sangat terkenal mengasihi, mencintai, kapan manusia bagi saudara-saudara non Hindu seperti melanggar dari ketentuan itu berarti Tri Hita Karana (hubungan manusia mereka telah menghina Tuhan itu sendiri. dengan Tuhan, hubungan manusia dengan Pendidikan Bhakti sangat penting manusia, hubungan manusia dengan karena zaman sekarang tidak jarang lingkungan), Tatwam Asi (aku adalah kau, manusia itu menghina orang lain, kau adalah aku), Vasudewam menghina orang lain sama dengan Kutumbakam (semua penghuni dunia menghina diri sendiri karena Tuhan adalah saudara). Ajaran Hindu yang berada disetiap mahkluk hidup. Merusak begitu adiluhung merupakan tanggung lingkungan disekitarnya berarti juga jawab semua pihak, sehingga tidak hanya merusak badan Tuhan maka akibatnya menjadi ajaran anak mule keto (begitu juga pada manusia, hal ini sangat perlu adanya) penganut Hindu harus mampu adanya pendidikan mengingat semua yang melawan arus perkembangan globalisasi. ada didunia ini diakibatkan oleh ulah Begitu banyaknya ajaran hindu manusia. Tuhan hanya menyaksikan saja, yang terselubung dalam kepercayaan, seperti “dua burung yang hinggap diatas prilaku-prilaku orang suci, serta banyak pohon. Satu burung sebagai penikmat ajaran Hindu yang di bungkus dalam seni buah pohon itu, satu burung hanya budaya, tetapi yang terpenting jangan menyaksikan saja” jadi apapun yang sampai justru beragama membuat beban dilakukan manusia Tuhan hanya hidup semakin berat, melainkan orang menyaksikan saja. Banyak bukti-bukti beragama agar hidup semakin mudah. yang akurat dijadikan contoh : pohon Kehidupan beragama dilandasi dengan ditebang dengan sembarangan maka banjir konsep Yadnya (korban suci tulus iklas) dan tanah longsor terjadi, pemanasan korban tulus ikhlas ini bukan hanya dari global terjadi, polusi udara terjadi. upacara saja melainkan semua bisa Sebenarnya banyak kearifan local yang diwariskan untuk menyelamatkan dunia Vidya Samhita Jurnal Penelitian 99 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) ini, tetapi dengan adanya perkembangan pada Rama “agar sujud dulu dan globalisasi banyak juga dampak melantunkan kidung pujian kepada Tuhan negatifnya yang dirasakan oleh umat sebelum bermain-main” artinya pada manusia terutama yang diakibatkan oleh zaman ini masyarakat diharapkan selalu bencana alam. Bencana alam tidak henti- hormat kepada guru-guru seperti guru hentinya melanda dunia ini : bom teroris, swadyaya (Tuhan Yang Maha Esa), guru lumpur lapindo, gempa bumi, banjir, tanah wisesa (pemerintah), guru pengajian (guru longsor, sunami. Hendaknya semua umat yang menyebabkan pintar dan bijaksana) manusia saatnya introspeksi diri, merubah dan guru rupaka (orang tua). prilaku dengan bersahabat dengan alam semesta. B. METODE PENELITIAN Hasil dari pendidikan bhakti ini Untuk lebih jelasnya dalam mewujudkan manusia yang mampu untuk penelitian ini peneliti uraikan tehnik berbuat baik, berakhlak mulia, disertai pengumpulan data dan analisis data kemampuan untuk berinovasi, kreatif, sebagai berikut ; produktif, mandiri maka mereka akan mampu mengikis ketamakan, kekasaran, 2.1 Metode Pengumpulan Data kebrutalan, keangkuhan, dan 2.1.1 Observasi Moderat ketergantungan pada orang lain. Masyarakat akan lebih beradab, bermoral, Sambil melakukan pengamatan, dan berakhlak mulia, sehingga mereka peneliti ikut melakukan apa yang akan beretika, maka srada dan bakti yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut dicerminkan harus berdasarkan nilai-nilai dalam suka dukanya. Dengan observasi agama, budaya, dan adat bangsa yang partisipatif moderat ini, data yang bernilai luhur. Nilai-nilai ini ditanamkan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan (diinternalisasi) ke dalam diri masyarakat sampai mengetahui pada tingkat makna secara komprehensif dan melekat dalam dari setiap perilaku yang tampak. setiap kesempatan, bukan terpisah-pisah atau terkotak-kotak dalam mewujudkan 2.1.2 Tehnik Wawancara tidak kedamaian. Misalnya, hanya kepada berstruktur orang-orang bangsawan. Dengan Pedoman wawancara yang demikian, nilai-nilai dan norma-norma dipakai dalam penelitian ini wawancara yang telah disepakati untuk ditanamkan ke tidak terstruktur atau wawancara dalam masyarakat tersebut benar-benar mendalam karena wawancara tidak menjadi nilai diri mereka. terstruktur atau mendalam bersifat luwes, Ajaran-ajaran hindu, susastra- susunan pertanyaan dan kata-katanya susastra Hindu telah memberikan cermin dalam setiap pertanyaan dapat diubah yang baik yang disusun berabad-abad, pada saat wawancara, disesuaikan dengan yaitu dalam efos Ramayana dan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Mahabhratha, semua pangeran-pangeran Penelitian kualitatip cocok menggunakan sejak dini mencerminkan prilaku baik dan wawancara tidak bersetruktur seperti bersahabat dengan lingkungan sebelum penelitian kualitatip; karakteristik sosial- menduduki tahta kerajaan atau sebelum budaya, agama, suku, gender, usia, tingkat memegang pemerintahan dengan hormat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya dan penuh etika terhadap guru-gurunya, (Deddy Muliana, 2003:181). tatkala putra-putra Dasarata masih anak- anak, ibunya sering memberi wejangan. 2.1.3 Tehnik Pencatatan Dokumen Salah satu contoh yakni nasihat Kausalya Selain tehnik pengamatan, Vidya Samhita Jurnal Penelitian 100 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) wawancara, dalam penelitian ini juga masih belum teratur, karena diperoleh dari menggunakan teknik pencatatan dokumen berbagai sumber seperti data hasil dan studi kepustakaan sebagai pendukung. pengamatan dan wawancara. Untuk Perolehan data dengan tehnik ini memudahkan menarik kesimpulan, data kebanyakan dari sumber bukan manusia, tersebut terlebih dahulu dikelompokkan diantaranya adalah dokumen-dokumen dalam satu kelompok. berbentuk tulisan, gambar, bagan. 2.2.4 Pengecekan Keabsahan temuan 2.2 Metode Analisis Data Tehnik yang digunakan untuk 2.2.1 Reduksi Data memeriksa keabsahan data dan kejenuhan Data yang diperoleh dari lapangan dalam penelitian ini adalah ketekunan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka pengamatan dan triangulasi data. perlu dicatat secara teliti dan rinci, makin Ketekunan yang dimaksud dalam lama peneliti ke lapangan, maka jumlah penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri data makin banyak, kompleks dan rumit dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat (Sugiyono, 2006:338). Untuk itu perlu relevan dengan permasalahan atau isssu dilakukan analisis data melalui reduksi yang sedang di cari atau diselidiki, serta data. Mereduksi data merangkum, memusatkan perhatian kepada hal-hal memilih hal-hal yang pokok, tersebut secara mendalam. memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. 2.2.5 Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah 2.2.2 Transformasi Data selanjutnya adalah penyajian data. Dengan Transpormasi yang dimaksudkan penyajian data, akan memudahkan untuk dalam penelitian ini adalah mengubah memahami apa yang terjadi, bentuk data menjadi bentuk lain, sehingga merencanakan kerja selanjutnya data menjadi efektif dan efisien tanpa berdasarkan apa yang telah difahami mengubah atau menghilangkan tersebut. Dalam penelitian ini penyajian substansinya. Data yang di transpormasi data dengan teks yang bersifat naratif dan dalam penelitian ini hanyalah data yang penjabaran dokumen-dokumen yang ada dipergunakan dalam analisis data, berupa hubungannya dengan penelitian ini. data jawaban dari para informan 2.2.6 Penyimpulan dan Verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, 2.2.3 Pengelompokan Data dan akan berubah bila tidak ditemukan Aktivitas pengelompokan data bukti-bukti yang kuat yang mendukung dilakukan untuk mengklasifikasikan pada tahap pengumpulan data berikutnya. kejenuhan data. Jika data dari informan Tetapi apabila kesimpulan yang satu atau dari hasil pengamatan satu telah dikemukakan pada tahap awal, didukung terjadi secara berulang-ulang kali, data oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten yang dicari dalam aktivitas pengamatan saat peneliti kembali ke lapangan dan wawancara baik terhadap masyarakat mengumpulkan data, kesimpulan yang maupun sumber lainnya sudah dipandang dikemukakan merupakan, kesimpulan jenuh, sehingga pencarian data dihentikan. yang kredibel. Aktivitas seperti di atas terus dilakukan yang dilakukan secara acak. Data yang C. PEMBAHASAN diperoleh dari hasil pengumpulan data 3.1 Bentuk Bhakti terhadap Vidya Samhita Jurnal Penelitian 101 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) kepercayaan dalam membentuk ini setiap hari dipuja/diingat karena apa etika di desa Songan, Kintamani, yang diinginkan oleh pengempon dan Bangli yang meminta di Babu ini terpenuhi misal agar tidak hujan kalau ada yang Bentuk ajaran Bhakti terhadap melakukan acara dan bukti permintaan ini kepercayaan dalam membentuk etika di yang paling sering dipenuhi. Di samping desa Songan, Kintamani, Bangli itu ada juga warga celagi ini yang mengajarkan kebaikan dimana antara mengempon Babu mekel karena dulunya kepercayaan atau sasuhunan yang satu diwaktu masih hidup beliau menjadi dengan yang lainnya menjalin hubungan mekel dan di segani sehingga setiap hari yang baik ada sebagai suami-istri, ada dipuja oleh pengemponnya, beliau yang anak dengan orang tua dan sebagai dikenal adil bijaksana keluarga seperti yang sering disebutkan dalam bahasa sanskerta “Wasudewa 3. Bakti Kepada Bhatara Satimaan Kutumbakam” adapun bentuk bakti dalam Sebutan kepercayaan orang membentuk etika di desa songan adalah ; Songan secara garis besarnya disebut dengan Bhatara, tapi sebutan khususnya 1. Bakti Kepada Pupun disebut Ratu. Kepercayaan Songan tidak Masyarakat Songan percaya mengenal istilah barong dan rangda dengan adanya Pupun, Pupun menurut seperti desa di bali pada umumnya. kepercayaan desa songan di percaya Kepercayaan Songan berbeda dengan sebagai pelinggih atau parhyangan Ratu kepercayaan masyarakat di bali. Sakti Madue hal ini dapat dilihat dari Kepercayaan Songan percaya dengan masyarakat yang akan menghaturkan sebutan Bhatara Satimaan atau sering banten/upacara di Pupun yang memuput disebut Ratu Satimaan asal katanya Sa, Ti adalah Jro Dasaran (sejenis jro mangku), dan Maan. Sa = Satu, Ratu Sakti Tunggal. Jro Dasaran itu adalah Jro Dasaran Ratu Ti = Tiga, Ratu Sakti Tiga ; Ratu Sakti Sakti Madue, begitu juga dari penjelasan Hulundanu, Ratu Sakti Madue, Ratu Sakti tokoh adat mengatakan bahwa Pupun Makulem. Maan = Manca/Lima ; Ratu tersebut merupakan pelinggih atau Sari Kamulan Kangin, Ratu Kauh, Ratu Paryangan Ratu Sakti Madue yang sangat Ngurah, Ratu Wayan Panyarikan, Ratu dikeramatkan oleh masyarakat Songan Wayan Madya, tidak mengenal adanya dan merupakan batu besar yang ada barong rangda sebelum agama hindu ada di indonesia jadi bentuk Pupun ini batu besar 4. Bakti Kepada Dewa Hyang Disamping pemujaan bakti kepada 2. Bakti Kepada Babu Bhatara/Ratu desa Songan juga mengenal Menurut pengempon Babu sudah Bakti kepada Dewa Hyang. Dewa Hyang dikenal sebelum Hindu ada di Bali, ini adalah orang yang sudah meninggal awalnya Babu ini seseorang atau yang sudah diaben dan dilinggihkan di leluhurnya perempuan yang sakti dan Sanggah. Dewa Hyang ini seperti sebagai pelayan masyarakat dalam hal kepercayaan desa lainnya di Bali hampir mengobati sehingga disebut dengan Babu mirip tetapi yang berbeda adalah tempat Balian karena Babu ini sangat berjasa pemujaannya, kalau di Songan pemujaan maka pengemponnya setiap enam bulan Dewa Hyang ini menjadi satu dengan sekali mengaturkan terima kasih di Dewa Hyang keluarga besar lainnya (satu tempat ini, bahkan menurut penuturan warga besar) yaitu di Sanggah Keluarga masyarakat Songan dan Pengempon Babu bukan di Sanggah Perumahan masing- Vidya Samhita Jurnal Penelitian 102 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) masing dan yang berbeda dengan di desa nama panggilan yang statusnya sebagai di bali pada umumnya yaitu di Puja di istilah balinya rerama entah itu orang tua, Rong Dua (tempat pemujaan berpintu 2) paman, dan keluarga lainnya yang lebih kalau di masyarakat bali pada umumnya Tua serta menjadi Jero, jadi yang di rong tiga (tempat pemujaan berpintu 3) dipanggil Guru di desa Songan adalah Orang Tua dan masyarakat lebih Tua yang 5. Bakti Kepada Dewa Kembar sudah di winten serta laki-laki yang lebih Bakti kepada anak kembar ini di tua dari warga gelgel Songan walaupun buatkan pemujaan di halaman arah mereka belum di winten. timur/utara/timur laut rumah tinggalnya. Sehari-hari penghuni rumah itu 3.2 Kedudukan ajaran Bhakti dalam menghaturkan bakti layaknya masyarakat membentuk etika di desa Songan bali hindu yang sembahyang di Pura Kintamani Bangli umumnya. Pemujaan ini paling dikenal Hubungannya manusia dengan oleh masyarakat Songan yang mana Tuhan, peneliti bisa amati di masing- pemujaan ini dikenal dengan nama masing perumahan sangat jarang Pelinggih Dewa Dalem jadi Anak ditemukan ada sanggah perumahan yang Kembar itu yang sudah dibuatkan memuja dewa-dewa ataupun batara hyang pemujaan disebut Pelinggih Dewa Dalem guru, yang lebih banyak adalah memuja atau sering juga Pelinggih Dewa Kembar Anak Kembar. Anak Kembar ini baik Tempat Pemujaan/Pelinggih itu masih hidup maupun sudah meninggal ada yang terdiri dari ; dua rong/dua dibuatkan pelinggih layaknya seperti lubang, ada juga empat rong/empat tempat suci pura tapi tidak terbuka. lubang, ada yang lima rong/lima lubang, Pratima atau arca ini di simpan ditengah ada yang tujuh rong/tujuh lubang, ada pelinggih dari kayu yang berlobang (rong) yang satu rong/satu lubang. Yang satu 2, 4, 5, 6, 7, 9 semakin banyak ada rong/satu lubang berdiri satu-satu berjejer keluarganya yang punya anak kembar sebanyak dua. maka semakin banyak pelinggih dan arca Masing-masing rong/lubang itu yang di buatkan tetapi ada juga di gabung ada rinciannya dimana yang dua menjadi satu pelinggih dengan arca hanya rong/lubang untuk semua anak kembar, 2, berapapun punya anak kembar tapi entah itu anak kembarnya satu atau lebih arcanya tetap 2 penggabungan ini yang dari satu sampai keturunannya dibuatkan paling banyak dilakukan untuk atau dijadikan satu di rong/lubang dua. menghemat biaya, tempat yang Sedangkan rong/lubang yang lebih dari diperlukan. Selain itu juga kedudukan satu entah itu empat, lima, tujuh karena paling tinggi adalah Ratu Sakti anak kembarnya sudah sampai ke empat, Hulundanu karena dipercaya sebagai lima, tujuh baik yang dilahirkan oleh penganugrah amrta/kehidupan neneknya hingga tujuh keturunan kemakmuran seperti Bhisama yang kebawah. tertuang dalam Raja Purana Pura Hulundanu Batur di Songan 6. Bakti Kepada Guru “Mangke anggen nemuaken apan Ajaran Bakti kepada guru ini yang manira ngamertaning wong bali dititik beratkan adalah Bakti kepada Guru kabeh, tan paran mapinunas Rupaka tetapi selain Guru Rupaka yang mertha ring parhyangan nira dimaksud dalam penelitian di Songan ini ring Hulun Danu, ngawe gemuh adalah Bakti Guru terhadap seseorang ikang rat” artinya karena akulah yang punya nama panggilan Guru atau memberikan kerahayuan untuk Vidya Samhita Jurnal Penelitian 103 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) orang bali dengan memohon januari. Setingkat dengan kepercayaan kerahayuan di bibir timur Danau Ratu Sakti Nunggal/Tunggal ini di Batur dengan demikian akan Songan juga dikenal dengan nama Ratu menemukan kerahayuan dan Sakti Duuring Akasa yang berstana kesejahteraan masyarakat serta diangkasa. Ti singkatan dari Tiga. Dalam Bhumi Bali bahasa agama hindu Tiga berarti Tri, dalam hal ini Tri sering disebut dengan 3.3 Nilai-nilai Pendidikan yang Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) di terdapat dalam implementasi Songan disebut dengan Bhatara Tiga atau Bhakti terhadap kepercayaan Ratu Sakti Tiga diantaranya ; Ratu sakti dalam membentuk etika di desa Hulundanu, Ratu Sakti Madue Gama, Songan Kintamani Bangli Ratu Sakti Makulem. Selain itu juga ada filosofi Maan. Maan ini singkatan dari 3.3.1 Pendidikan Bakti Manca yang oleh masyarakat Songan Di desa Songan menekankan artinya Lima, jadi dalam hal ini keimanan terhadap Tuhan, ini dapat Bhatara/ratu Manca Ratu Wayan Madya, dilihat banyaknya kepercayaan yang Ratu Kauh, Ratu Kangin, Ratu Ngurah, dianut sesuai fungsi masing-masing Ratu Wayan Panyarikan seperti Bhatara Satimaan atau sering disebut dengan Ratu Satimaan setiap ada 3.3.3 Nilai Pendidikan Kebersamaan kegiatan keagamaan masyarakat Songan Nilai kebersamaan Pemujaan selalu memujaNya serta dari Bakti Kepercayaan Songan dalam membentuk tersebut karena yang diyakini Bhatara etika masyarakat songan terlihat dalam Satimaan atau Ratu Satimaan ada yang setiap odalan/upacara di masing-masing bersaudara bersuami istri maka keakraban pura dimana antara ratu/bhatara yang satu tersebut ditiru oleh masyarakat Songan. dengan yang lainnya ketika ngiring (berjalan) berurutan yang lebih tua duluan 3.3.2 Pendidikan Filsafat begitu juga masyarakat Songan ada istilah Hindu mengenal dengan adanya Kubayan, Jro Gede, Bau, Panyarikan Dewata Nawa Sanga. Sebelum hindu saling menghormati dalam berbagai masuk ke Bali maka di Songan sudah kegiatan mengenal dengan istilah Bhatara Disamping itu juga kebersamaan Satimaan atau Ratu Satimaan. Karena di dapat dilihat dalam Atharwa Weda : Songan merupakan Bali Aga maka 19.62.1 dikatakan ”Priyam ma krnu deve berbeda nama dan cara memuja Tuhan. Di su priyam rajasu ma krnu priyam Songan nama istilah Tuhan di sebut Ratu sarvasya pasyata uta sudra utarye” yang atau Bhatara Satimaan dengan filosofi artinya saya mendapatkan kasih sayang Satimaan yang disebut dengan asal dari para brahmana, ksatrya, vaisya, dan katanya Sa, Ti dan Maan, diantaranya Sa sudra, demikian juga saya mendapatkan yang berarti satu dimana dalam kasih sayang dari semua mahkluk yang kepercayaan Songan Sa (satu) itu nama bisa melihat. Hubungannya dengan dari Ketuhanan masyarakat Songan yang penelitian ini dapat diartikan bahwa disebut dengan Ratu Sakti semua orang dimata Tuhan adalah sama Nunggal/Tunggal yang menurut dan harus bersama-sama memupuk kasih kepercayaan masyarakat Songan beliau sayang baik itu brahmana, ksatrya, wesya, berstana di Pura Tukad Bungbung acara sudra karena banyak masyrakat yang odalannya setiap 1 tahun pada purnama saling menjaga jarak tidak ramah kepada sasih ka enam sekitar bulan desember- masyarakat bawah Vidya Samhita Jurnal Penelitian 104 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) warga Celagi saja yaitu satu Sanggah, 3.3.4 Nilai Pendidikan Etika Sanggah Purin Ida Ratu Ayu Songan Nilai Etika dari Kepercayaan Begitu juga bentuk bakti kepada Songan dapat dilihat masing-masing anak kembar. Bentuk bakti kepada anak pratima Bhatara Satimaan dan Bhatara kembar ini di buatkan pemujaan di Manca ditempatkan dengan berurutan halaman arah timur/utara/timur laut sesuai dengan yang lebih tua yang mana rumah tinggalnya. Sehari-hari penghuni urutannya yang lebih tua sampai yang rumah itu menghaturkan bakti layaknya paling muda. Hal ini dapat diartikan orang masyarakat bali hindu yang sembahyang yang lebih muda harus menghormati atau di Pura umumnya. Pemujaan ini paling beretika yang baik kepada orang lebih tua, dikenal oleh masyarakat Songan yang tidak boleh memotong pembicaraan orang mana pemujaan ini dikenal dengan nama tua, tidak boleh mendahului yang lebih Pelinggih Dewa Dalem jadi Anak tua, tidak boleh melawan orang yang lebih Kembar itu yang sudah dibuatkan tua pemujaan disebut Pelinggih Dewa Dalem atau sering juga Pelinggih Dewa Kembar. 3.3.5 Nilai Pendidikan Pelestarian Selain itu juga, juga ada ajaran Lingkungan Bakti kepada guru ini yang dititik Walaupun ada galian C disekitar beratkan adalah Bakti kepada Guru Gunung Batur tetapi karena desa Songan Rupaka tetapi selain Guru Rupaka yang paling luas dan masyarakatnya terbesar di dimaksud dalam penelitian di Songan ini daerah Kintamani maka secara adalah Bakti Guru terhadap seseorang keseluruhan lingkungannya masih lestari yang punya nama panggilan Guru atau hal ini dapat dilihat sebagian besar nama panggilan yang statusnya sebagai wilayah desa songan adalah kebun untuk istilah balinya rerama entah itu orang tua, pertanian hampir tidak ada lahan paman, dan keluarga lainnya yang lebih pertanian berubah menjadi beton dan Tua serta menjadi Jero, jadi yang jarang sekali ada tanah masyarakat dipanggil Guru di desa Songan adalah Songan dijual ke masyarakat luar Songan. Orang Tua dan masyarakat lebih Tua yang Dari penuturan tetua-tetua masyarakat sudah di winten serta laki-laki yang lebih Songan hal ini disebabkan dari kebiasaan- Tua dari warga gelgel Songan walaupun kebiasaan leluhurnya petani. mereka belum di winten. Menurut pengamatan dan D. Penutup penuturan warga masyarakat Songan, 4.1 Simpulan masyarakat Songan mengenal empat nama Bentuk bhakti terhadap orang yang lebih tua diantaranya ; kepercayaan dalam membentuk etika di Nanang, Bapa, Wa, Guru. Panggilan desa Songan, Kintamani, Bangli. Nanang adalah orang tua atau orang yang Masyarakat Songan percaya dengan lebih tua yang belum di winten sehingga adanya Pupun, Pupun menurut hubungannya sangat akrab jadi kalau kepercayaan desa songan di percaya orang yang di panggil nanang lebih akrab sebagai pelinggih atau parhyangan Ratu seolah-olah tidak ada batasnya. Sakti Madue hal ini dapat dilihat dari Sedangkan sebutan bapa hampir mirip masyarakat yang akan menghaturkan dengan sebutan nanang tetapi sebutan banten/upacara di Pupun yang memuput bapa ini biasanya sudah kena pengaruh adalah Jro Dasaran (sejenis jro mangku). pergaulan luar songan karena panggilan Masyarakat Songan mengenal nanang dianggap katrok, tradisional, istilah Babu hanya masyarakat yang kampungan. Vidya Samhita Jurnal Penelitian 105 Implementasi Ajaran Bhakti... (hal. 97 – 109) Sedangkan panggilan Wa kalau Bakti di desa Songan menekankan mereka lebih tua dari orang tua mereka keimanan terhadap Tuhan, ini dapat dapat posisi yang terhormat karena di dilihat banyaknya kepercayaan yang anggap orang yang di tuakan dalam dianut sesuai fungsi masing-masing keluarganya serta panggilan Guru, seperti Bhatara Satimaan atau sering panggilan Guru ini biasanya paling disebut dengan Ratu Satimaan setiap ada dihormati karena kebanyakan sudah di kegiatan keagamaan masyarakat Songan winten sehingga dalam pergaulan sehari- selalu memujaNya serta dari Bakti hari selalu lebih di hargai/dihormati. tersebut karena yang diyakini Bhatara Kecuali warga gelgel songan walaupun Satimaan atau Ratu Satimaan ada yang sudah atau belum di winten orang yang bersaudara bersuami istri maka keakraban lebih tua di panggil guru karena menurut tersebut ditiru oleh masyarakat Songan. penuturan berbagai masyrakat Pendidikan Filsafat. Pendidikan mengatakan “panggilan guru bagi Filsafat Hindu mengenal dengan adanya masyarakat warga gel-gel di songan Dewata Nawa Sanga. Sebelum hindu karena mereka keturunan Raja Gel-gel masuk ke Bali maka di Songan sudah yang ada hubungannya dengan keturunan mengenal dengan istilah Bhatara kerajaan Majapahit yang pernah berkuasa Satimaan atau Ratu Satimaan. Karena di di gel-gel ketika bali di kuasi oleh Songan merupakan Bali Aga maka Majapahit sehingga masyarakat berbeda nama dan cara memuja Tuhan. Di menghormati mereka karena keturunan Songan nama istilah Tuhan di sebut Ratu kerajaan Majapahit atau Bhatara Satimaan dengan filosofi Kedudukan ajaran Bakti Sangat Satimaan yang disebut dengan asal berperan dalam membentuk etika katanya Sa, Ti dan Maan, diantaranya Sa masyarakat Songan karena pada yang berarti satu dimana dalam umumnya ajaran bakti otomatis sudah ada kepercayaan Songan Sa (satu) itu nama dalam kepercayaan masyarakat karena dari Ketuhanan masyarakat Songan yang kepercayaan di desa songan di ibaratkan disebut dengan Ratu Sakti seperti layaknya manusia yaitu bersaudara Nunggal/Tunggal. Ti singkatan dari Tiga. (kakak adik), bersepupu, anak, orang tua, Dalam bahasa agama hindu Tiga berarti sehingga antara yang satu dengan yang Tri, dalam hal ini Tri sering disebut lainnya saling menghormati apalagi dengan Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) dengan yang lebih tua. di Songan disebut dengan Bhatara Tiga Kedudukan kepercayaan yang atau Ratu Sakti Tiga diantaranya ; Ratu paling banyak dikenal oleh kebanyakan sakti Hulundanu, Ratu Sakti Madue masyarakat songan adalah anak kembar Gama, Ratu Sakti Makulem. Selain itu ini karena paling kental bisa dilihat di juga ada filosofi Maan. Maan ini halaman rumahnya dan dari pembicaraan singkatan dari Manca yang oleh atau antusias masyarakatnya. Sedangkan masyarakat Songan artinya Lima, jadi kalau sebatas nama saja nama dalam hal ini Bhatara/ratu Manca Ratu kepercayaan masyarakat Songan yang Wayan Madya, Ratu Kauh, Ratu Kangin, mendapat kedudukan paling tinggi adalah Ratu Ngurah, Ratu Wayan Panyarikan Ratu Sakti Hulundanu Batur di Songan Nilai Pendidikan Kebersamaan. Nilai-nilai Pendidikan dalam Nilai Pendidikan Kebersamaan bisa Implementasi bhakti terhadap terlihat pada Pemujaan Kepercayaan kepercayaan dalam membentuk etika di Songan dalam membentuk etika desa Songan Kintamani Bangli dapat masyarakat songan terlihat dalam setiap dilihat dari Pendidikan Bakti. Pendidikan odalan/upacara di masing-masing pura Vidya Samhita Jurnal Penelitian 106

Description:
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku budaya, agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan .. Sri Swami Sivananda. 2008.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.