BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pengamanan Alat Kesehatan (Alkes) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan- Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan pengendalian dan pengawasan Alkes dan PKRT. Pembinaan dan pengendalian secara menyeluruh dimaksudkan agar Alkes dan PKRT yang beredar dan digunakan oleh masyarakat dapat memenuhi persyaratan dan tidak merugikan kesehatan masyarakat. Pelakasanan pembinaan dan pengendalian perlu dilakukan sejak proses produksi hingga saat penggunaan di masyarakat meliputi: tingkat pengadaan, tingkat produksi dan tingkat distribusi agar penggunaan Alkes dan PKRT dapat tepat guna dan berhasil guna. Untuk itu, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan melaksanakan pelayanan sertifikat produksi, izin edar serta izin penyalur sebagai bagian dari proses pengamanan Alkes dan PKRT. Disadari adanya perbedaan kemampuan serta persepsi petugas yang melaksanakan pelayanan tersebut, agar pelaksanaan pelayanan berjalan lancar dan sistematis maka perlu disusun suatu pedoman pelayanan yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pelayanan tersebut. B. Dasar Hukum Dalam melaksanakan pelayanan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan sebagai berikut: a. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (lembaran Negara RI No. 42 Tambahan Lembaran Negara RI No. 3821) b. Undang-undang No.20 tahun 2000 tentang Otonomi Daerah c. Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah d. Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan e. Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida; f. Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan g. Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota h. Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan i. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT j. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 922/Menkes/SK/X/2008 Tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota k. Peraturan Menteri Pertanian RI No. 07/Permentan/SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida; Hal 1 C. Tujuan 1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) 2. Disusun untuk dapat memenuhi keseragaman dalam pelaksanaan penilaian. D. Sasaran 1. Petugas kesehatan di Pusat 2. Petugas kesehatan di daerah (Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) 3. Pelaku usaha yang melaksanakan produksi Alat Kesehatan dan PKRT 4. Pelaku usaha yang melaksanakan distribusi Alat Kesehatan Hal 2 BAB II PELAYANAN SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT bahwa produksi alat kesehatan dan PKRT hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan yang telah memiliki sertifikat produksi, yang artinya produksi dilakukan sesuai dengan ketentuan tentang cara produksi yang baik (Cara Produksi Alat Kesehatan yang Baik/CPAKB atau Cara Produksi PKRT yang Baik/CPPKRTB). Berdasarkan kelayakan berproduksi dan risiko yang ditimbulkan oleh alkes dan PKRT maka sertifikat produksi alkes dan PKRT dibagi menjadi 3 yaitu Kelas A, B dan C dengan keterangan sebagai berikut (diadopsi dari Permenkes RI Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 pasal 23) : Alat Kesehatan Kelas A Pabrik yang telah menerapkan Pedoman CPAKB secara keseluruhan, sehingga diizinkan memproduksi Alkes Kelas I, IIa, IIb, dan III Kelas B Pabrik yang telah menerapkan Pedoman CPAKB secara keseluruhan, namun diizinkan memproduksi Alkes Kelas I steril, IIa, dan IIb Kelas C Pabrik yang telah menerapkan Pedoman CPAKB secara keseluruhan, namun hanya diizinkan memproduksi Alkes kelas I dan II tertentu PKRT Kelas A Pabrik yang telah menerapkan Pedoman CPPKRTB secara keseluruhan, sehingga diizinkan memproduksi PKRT Kelas I, II dan III Kelas B Pabrik yang telah menerapkan Pedoman CPPKRTB secara keseluruhan, namun diizinkan memproduksi PKRT Kelas I, II Kelas C Pabrik yang telah menerapkan Pedoman CPPKRTB secara keseluruhan, namun hanya diizinkan memproduksi PKRT kelas I dan II tertentu A. Persyaratan Sertifikat Produksi No Persyaratan Kelas Kelas Kelas A B C 1 Surat Permohonan kepada Kementerian Kesehatan √ √ √ RI 2 Sesuai Pedoman Pemeriksaan Setempat untuk √ √ √ sertifikasi (Berita Acara Pemeriksaan dari Dinkes setempat) 3 Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Propinsi √ √ √ setempat 4 Memiliki Badan usaha /Badan hukum (salinan akte √ √ √ notaris) 5 NPWP √ √ √ 6 Direktur perusahaan √ √ √ 7 Alamat kantor dan nomor telepon √ √ √ Hal 3 8 Alamat pabrik dan nomor telepon √ √ √ 9 Izin usaha industri /TDI/Izin industri dari BKPM untuk √ √ √ PMA 10 UUG/HO √ √ √ 11 Peta Lokasi √ √ √ 12 Denah bangunan √ √ √ 13 SIUP/TDP/TDUP √ √ √ 14 Laboratorium dan perlengkapannya √ - - 15 Kerja sama dengan laboratorium yang terakreditasi - √ - 16 Surat pernyataan penanggung jawab teknis bahwa √ √ √ sanggup Full time dan salinan ijazah yg dilegalisir 17 Penanggung jawab produksi yang sesuai: 1. S1 / sederajat √ - - 2. D3 sesuai dengan bidangnya - √ - 3. Asisten apoteker/tenaga lain yang sederajat - - √ sesuai dengan bidangnya (kecuali untuk produksi Alkes elektromedik) 18 Daftar produk yang akan diproduksi √ √ √ 19 Daftar alat kelengkapan produksi √ √ √ 20 Daftar buku kepustakaan √ √ √ 21 Jumlah dan jenis tenaga kerja √ √ √ B. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun resume sertifikat produksi 1. Penanggung jawab produksi harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis produk yang diproduksi dan dengan mempertimbangkan keahlian tertentu yang didukung oleh ijazah dan sertifikat ketrampilan yang sesuai. 2. Daftar produk yang akan diproduksi harus sesuai dengan jenis peralatan yang tersedia untuk mendukung proses produksi. 3. Harus dibuat jadwal penggunaan fasilitas bersama jika pabrik tersebut memproduksi lebih dari 1 jenis produk (misalnya obat atau kosmetika). 4. Masa berlaku sertifikat produksi adalah 5 tahun. 5. Untuk Permohonan sertifikat produksi tanpa keterlibatan Kab/Kota pada pemeriksaan sarana, maka dibuatkan surat kepada Dinkes Propinsi untuk melengkapinya (proses dapat terus berjalan). 6. Pemohon yang diperbolehkan adalah CV, PT, UD dan PD, kecuali perorangan. 7. Penambahan jenis produksi yang memerlukan alat dan fasilitas yang berbeda, perlu pemeriksaan kembali oleh Dinkes Propinsi untuk dibuatkan surat rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. 8. Untuk pabrik kelas C, harus mampu menunjukkan hasil uji dari laboratorium terakreditasi C. Perluasan/Addendum Sertifikat Produksi NO PERSYARATAN Kelas A Kelas B Kelas C 1. Surat permohonan kepada Kementerian √ √ √ Kesehatan RI 2. BAP sarana dari Dinkes Propinsi (bila ada √ √ √ perubahan sarana dan prasarana) Hal 4 3. Salinan Sertifikat produksi lama yang masih √ √ √ berlaku 4. Daftar Alat Kelengkapan Produksi √ √ √ 5. Rekomendasi Dinkes Propinsi √ √ √ 6. Daftar produk yang akan diproduksi √ √ √ Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun resume addendum Sertifikat Produksi : 1. Jika penambahan jenis produk yang akan diproduksi mengakibatkan kenaikan klasifikasi sertifikat produksi, maka harus memenuhi persyaratan kelas tersebut. 2. Bila tidak ada perubahan sarana dan prasarana tidak diperlukan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Persyaratan Perubahan Sertifikat Produksi Badan No Persyaratan Nama Pimpinan Lokasi PJT Hukum 1. Surat permohonan perubahan data kepada Menteri Kesehatan RI dengan √ √ √ - - tembusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat 2. Rekomendasi Dinas - - - √ √ Kesehatan Propinsi 3. Salinan Sertifikat produksi √ √ √ √ √ lama yang masih berlaku 4. Akte notaris mengenai √ √ √ - - perubahan nama 5. Surat pernyataan tidak ada perubahan selain tercantum √ √ √ - - dalam permohonan. 6. Persetujuan perubahan nama dari instansi terkait (perindustrian dan BKPM √ √ √ - - untuk perusahaan modal asing) 7. Surat Pernyataan Pergantian PJT dari Pimpinan - - - - √ Perusahaan 8. Surat Pernyataan PJT Sanggup Bekerja Penuh - - - - √ Waktu 9. Ijazah PJT serta dokumen - - - - √ lain jika perlu 10. Surat pengunduran diri PJT - - - - √ lama 11. Peta Lokasi - - - √ - 12. Denah Ruangan - - - √ - 13. UUG/HO - - - √ - 14. TDI/Izin Usaha Industri - - - √ - 15. BAP Sarana - - - √ - Hal 5 Yang perlu diperhatikan : Surat persetujuan perubahan Nama/Status Badan Hukum/Pimpinan Perusahaan harus ada tembusan untuk Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. F. Persyaratan Perpanjangan Sertifikat No Persyaratan Keterangan 1. Surat permohonan perpanjangan sertifikat produksi 2. Sertifikat produksi lama 3. Pernyataan tidak ada perubahan pada kondisi pabrik (jika tdk berubah) 4. Pernyataan mengenai perubahan yang ada (bila ada perubahan) 5. Laporan produksi tahunan 6. Pemeriksaan dokumen dan sarana untuk memastikan Reaudit kembali masih memenuhi persyaratan dan masih aktif melakukan proses produksi(BAP) 7. Rekomendasi Dinkes Propinsi Hal 6
Description: