ebook img

Telaah Implikatif Persepsi Aliran Filsafat Eksisten PDF

23 Pages·2017·0.37 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Telaah Implikatif Persepsi Aliran Filsafat Eksisten

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME (Telaah Implikatif Persepsi Aliran Filsafat Eksistensialisme terhadap Dunia Pendidikan) Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Gresik E-mail: [email protected] Abstract The background of this research is the philosophy of existentialism is one of the newcomers in philosophy world. The philosophy of existentialism is almost entirely a product of the twentieth century. Existentialism is essentially a school of philosophy that aims to restore the existence of human beings in accordance with the basic living conditions that are owned and faced. Therefore education is a human activity that continues to be implemented throughout the time it takes the study of the concept of education according to the philosophy of existentialism. Then this research produces the concept of education perspective philosophy of existentialism that is 1) the purpose of education, encouraging each individual to be able to develop all its potential for self- fulfillment; 2) education and schooling, education serves as an effort to preserve, conserve and pass on cultural heritage and schools in charge of educating children to make choices and decisions themselves by rejecting the authority of others; 3) the role of educators / teachers, teachers play a role in protecting and maintaining academic freedom; 4) the task of students, students are free to choose what they learn and how to learn it and students should be free to think and make their own decisions responsibly; 5) curriculum, emphasizing the individual as a source of knowledge about life and meaning; 6) learning materials, including theories, concepts, generalizations, principles, procedures, facts, terms, examples / illustrations, definitions, and prepositions. Abstrak Latar belakang penelitian ini ialah filsafat eksistensialisme adalah salah satu dari pendatang baru dalam belantika filsafat. Filsafat eksistensialisme hampir seluruhnya adalah produk abad XX. Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Oleh karena itu pendidikan merupakan aktivitas manusia yang terus dilaksanakan sepanjang masa maka dibutuhkan kajian konsep pendidikan menurut filsafat eksistensialisme. Kemudian penelitian ini menghasilkan konsep pendidikan perspektif filsafat eksistensialisme yaitu 1) tujuan pendidikan, mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri; 2) pendidikan dan sekolah, pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya dan sekolah bertugas mendidik anak agar menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain; 3) peranan pendidik/guru, guru berperan melindungi dan memelihara kebebasan akademik; 4) tugas anak didik, siswa bebas memilih apa yang mereka pelajari dan bagaimana mempelajarinya serta siswa harus bebas berpikir dan mengambil 1 keputusan sendiri secara bertanggungjawab; 5) kurikulum, menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna; 6) materi pembelajaran, mencakup teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh/ilustrasi, definisi, dan preposisi. PENDAHULUAN lebih dekat terkait dengan susastra dan Eksistensialisme biasa seni daripada dengan filsafat formal. Tak dialamatkan sebagai salah satu reaksi diragukan lagi hal ini berkaitan dengan dari sebagian terbesar reaksi terhadap kenyataan bahwa eksistensialisme peradaban manusia yang hampir punah sangatlah memperhatikan emosi-emosi akibat perang dunia kedua. Dengan manusia daripada memperhatikan secara demikian eksistensialisme pada ‘serius’ terhadap intelektualitas (Knight, hakikatnya adalah merupakan aliran 2007: 10). filsafat yang bertujuan mengembalikan Individualisme adalah pilar keberadaan umat manusia sesuai dengan utama eksistensialisme. Kalangan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan eksistensialis tidak mencari sesuatu dihadapinya. sebagai tujuan di ala mini. Hanya Sebagai aliran filsafat, manusia, selaku individu, memiliki eksistensialisme berbeda dengan filsafat tujuan. Eksistensialisme secara khusus eksistensi. Paham eksistensialisme sangatlah berpengaruh semenjak perang secara radikal menghadapkan manusia dunia II. Sebuah upaya baru pencarian pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat makna tampak sedemikian krusial dalam eksistensi adalah benar-benar sebagai dunia yang telah mengalami depresi arti katanya, yaitu: “filsafat yang panjang dab dikoyak-koyak oleh dua menempatkan cara wujud manusia perang dunia yang kedahsyatannya tak sebagai tema sentral” (Hassan, 1974: 7- pernah terjadi sebelumnya. Rangsangan 8). Maka di sini letak kesulitan lebih jauh lagi bagi upaya baru pencarian merumuskan pengertian eksistensialisme kalangan eksistensialis terhadap makna sebagai aliran filsafat. dan arti guna adalah bersumber dari Eksistensialisme adalah salah dampak dehumanisasi industrialis satu dari pendatang baru dalam belantika modern. Eksistensialisme secara umum filsafat. Ia hampir seluruhnya adalah merupakan sebuah pemberontakan produk abad XX. Dalam beberapa hal ia terhadapa masyarakat yang telah 2 merampas individualitasnya. Beberapa demikian, filsafat adalah perjalanan juru bicara yang berpengaruh dari dari satu krisis ke krisis yang lain. eksistensialisme abad XX meliputi Karl Ini berarti bahwa manusia yang Jaspers, Gabriel Marcel, Martin berfilsafat senantiasa meninjau Heidegger, Jean Paul Sartre, dan Albert kembali dirinya (Tafsir, 2008: 37). Camus. Secara umum Sebagai pendatang baru dalam eksistensialisme merupakan suatu dunia filsafat, eksistensialisme utamanya aliran filsafat yang lahir karena memberikan perhatian pada isu-isu ketidakpuasan beberapa filosof kefilsafatan dan belum begitu gamblang terhadap filsafat pada masa Yunani pada praktik-praktik kependidikan. hingga modern, seperti protes Hubungan yang masih samar dengan terhadap rasionalisme Yunani, pendidikan yang tak diragukan lagi juga khususnya pandangan spekulatif dipengaruhi oleh besarnya perhatian tentang manusia. Intinya adalah eksistensialisme terhadap individu penolakan untuk mengikuti suatu daripada terhadap kelompok sosial. aliran, penolakan terhadap Percikan pemikiran tentang topik-topik kemampuan suatu kumpulan kependidikan ditemukan dalam karya- keyakinan, khususnya kemampuan karya para penulis seperti Martin Buber, sistem, rasa tidak puas terhadap Maxin Greene, George Kneller, dan Van filsafat tradisional yang bersifat Cleve Morris. dangkal, akademik dan jauh dari kehidupan, juga pemberontakan HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap alam yang impersonal yang 1. Sejarah Lahirnya memandang manusia terbelenggu Eksistensialisme dengan aktifitas teknologi yang Filsafat selalu lahir dari membuat manusia kehilangan suatu krisis. Krisis berarti hakekat hidupnya sebagai manusia penentuan. Bila terjadi krisis, orang yang bereksistensi. biasanya meninjau kembali pokok Eksistensialisme merupakan pangkal yang lama dan mencoba gerakan filosofis yang muncul di apakah ia dapat tahan uji. Dengan Jerman setelah perang dunia I dan 3 berkembang di Perancis setelah tidak secara eksplisit. Materialisme perang dunia II. Bermula dari reaksi menganggap hakekat manusia itu terhadap esensialisme Hegel, yang hanyalah sesuatu yang material, memandang bahwa konstruksi betul-betul materi. Materialisme dipahami sebagai suatu lintasan dari menganggap bahwa dari segi sesuatu yang tidak eksis (No keberadaannya manusia sama saja existence, not being) kepada dengan benda-benda lainnya, ‘sesuatu yang eksis’. Kierkegaard sementara eksistensialisme yakin menentang pandangan tersebut bahwa cara berada manusia dengan dengan menyatakan tentang benda lain itu tidaklah sama. kebenaran subjektif, yaitu suatu Manusia dan benda lainnya sama- bentuk penegasan keunikan dan sama berada di dunia, tapi manusia sesuatu yang konkrit dan nyata itu mengalami beradanya dia di sebagai sesuatu yang berlawanan dunia, dengan kata lain manusia dengan yang abstrak. Konsep menyadari dirinya ada di dunia. tersebut merupakan perlawanan Eksistensialisme menempatkan terhadap usaha untuk manusia sebagai subjek, artinya mengkonstruksi gambaran tentang sebagai yang menyadari, sedangkan dunia dengan memakai konsep benda-benda yang disadarinya kecukupan intelek pada dirinya adalah objek. sendiri. Apa pun yang eksis menjadi Eksistensialisme juga lahir sesuatu yang dihadapi secara yakin sebagai reaksi terhadap idealisme. sebagai sesuatu yang lebih aktual Idealisme dan materialisme adalah dibanding dengan sesuatu yang dua pandangan filsafat tentang dipikirkan. hakekat yang ekstrem. Materialisme Eksistensialisme muncul menganggap manusia hanyalah sebagai reaksi terhadap pandangan sesuatu yang ada, tanpa menjadi materialisme. Paham materialisme subjek, dan hal ini dilebih-lebihkan ini memandang bahwa pada pula oleh paham idealisme yang akhirnya manusia itu adalah benda, menganggap tidak ada benda lain layaknya batu atau kayu, meski selain pikiran. Idealisme 4 memandang manusia hanya sebagai menghubungkan dirinya sendiri subjek, dan materialisme dengan sesuatu yang tidak terbatas memandangnya sebagai objek. dan merenungkan hidupnya untuk Maka muncullah eksistensialisme melakukan hal tersebut, walaupun sebagai jalan keluar dari kedua dirinya memiliki keterbatasan untuk paham tersebut, yang menempatkan melakukan itu. Jean-Paul Sartre manusia sebagai subjek sekaligus filsuf lain dari Eksistensialisme objek. Manusia sebagai tema sentral berpendapat eksistensi mendahului dalam pemikiran. esensi, manusia adalah mahkluk Munculnya eksistensialisme eksistensi, memahami dirinya dan juga didorong oleh situasi dunia bergumul di dalam dunia. Tidak ada secara umum, terutama dunia Eropa natur manusia, karena itu tidak ada barat. Pada waktu itu kondisi dunia Tuhan yang memiliki tentang pada umumnya tidak menentu konsepsi itu. Jean-paul Sartre akibat perang. Di mana-mana terjadi kemudian menyimpulkan bahwa krisis nilai. Manusia menjadi orang manusia tidak memiliki suatu yang gelisah, merasa eksistensinya apapun, namun dia dapat membuat terancam oleh ulahnya sendiri. sesuatu bagi dirinya sendiri. Manusia melupakan 2. Tokoh-tokoh Aliran Filsafat individualitasnya. Dari sanalah para Eksistensialisme filosof berpikir dan mengharap Filsafat eksistensialisme adanya pegangan yang dapat berkembang dengan para tokohnya mengeluarkan manusia dari krisis seperti Heidegger, Sartre, tersebut. Dari proses itulah lahir Kierkegaard, Karl Jaspers, eksistensialisme. Nietzsche dan lain-lain. Kierkegaard seorang pemikir a. Soren Aabye Kierkegaard Denmark yang merupakan filsuf Sejak pertengahan abad Eksistensialisme yang terkenal abad 18 sebelum Perang Dunia I 19 berpendapat bahwa manusia Soren Kierkegaard, seorang dapat menemukan arti hidup penulis berkebangsaan sesungguhnya jika ia Denmark, telah mengerjakan 5 tema-tema pokok filsafat Kierkegaard adalah eksistensialisme melalui untuk menjawab pertanyaan berbagai penemuan dan “bagaimanakah aku menjadi interpretasi yang mendalam seorang individu?”. Kiergaard terhadap pemikiran Schelling menemukan jawaban untuk dan Marx. Namun baru setelah pertanyaan tersebut, yakni berakhir Perang Dunia II manusia (aku) bisa menjadi eksistensialisme berkembang individu yang autentik jika pesat terutama dalam sudut memiliki gairah, keterlibatan, pandang filsafat manusia dan komitmen pribadi dalam sebagai filsafat yang kehidupan. membicarakan eksistensi Inti pemikiran manusia sebagai tema Kierkegaard adalah eksistensi utamanya. manusia bukanlah sesuatu yang Kierkegaard adalah statis tetapi senantiasa menjadi, seorang pemikir Denmark yang manusia selalu bergerak dari merupakan filsuf kemungkinan menuju suatu Eksistensialisme yang terkenal kenyataan, dari cita-cita menuju abad 19. Kierkegaard kenyataan hidup saat ini. Jadi berpendapat bahwa manusia ditekankan harus ada dapat menemukan arti hidup keberanian dari manusia untuk sesungguhnya jika ia mewujudkan apa yang ia cita- menghubungkan dirinya sendiri citakan atau apa yang ia anggap dengan sesuatu yang tidak kemungkinan. terbatas dan merenungkan b. Friedrich Nietzsche hidupnya untuk melakukan hal Nietzsche adalah tersebut, walaupun dirinya seorang filsuf Jerman. Tujuan memiliki keterbatasan untuk filsafatnya adalah untuk melakukan itu. menjawab pertanyaan Karena pada saat itu “bagaimana caranya menjadi terjadi krisis eksistensial, tujuan manusia unggul?”. Jawabannya 6 adalah manusia bisa menjadi “being”. Heidegger berpendapat unggul jika mempunyai bahwa “Das Wesen des Daseins keberanian untuk liegt in seiner Existenz”, adanya merealisasikan diri secara jujur keberadaan itu terletak pada dan berani. eksistensinya. Di dalam realitas Menurutnya manusia nyata being (sein) tidak sama yang bereksistensi adalah sebagai “being” ada pada manusia yang mempunyai umumnya, sesuatu yang keinginan untuk berkuasa (will mempunyai ada dan di dalam to power), dan untuk berkuasa ada, dan hal tersebut sangat manusia harus menjadi manusia bertolak belakang dengan ada super (Übermensch) yang sebagai pengada. Heidegger mempunyai mental majikan menyebut being sebagai bukan mental budak. Dan eksistensi manusia, dan sejauh kemampuan ini hanya dapat ini analisis tentang “being” dicapai dengan penderitaan biasa disebut sebagai eksistensi karena dengan menderita orang manusia (Dasein). Dasein akan berfikir lebih aktif dan adalah tersusun dari da dan akan menemukan dirinya sein. “Da” disana (there), sendiri. “sein” berarti berada (to c. Martin Heidegger be/being). Artinya manusia Martin Hiedegger sadar dengan tempatnya. merupakan pemikir yang Inti pemikirannya adalah ekstrim, hanya beberapa filsuf keberadaan manusia diantara saja yang mengerti pemikiran keberadaan yang lain, segala Heidegger. Pemikiran sesuatu yang berada diluar Heidegger selalu tersusun manusia selalu dikaitkan secara sistematis. Tujuan dari dengan manusia itu sendiri, dan pemikiran Heidegger pada benda-benda yang ada diluar dasarnya berusaha untuk manusia baru mempunyai menjawab pengertian dari makna apabila dikaitkan dengan 7 manusia karena itu benda-benda lain. Oleh karena itu, satu yang berada diluar itu selalu dengan yang lainnya berusaha digunakan manusia pada setiap untuk memasukkan orang lain tindakan dan tujuan mereka. ke dalam pusat ”dunia”-nya. d. Jean Paul Sartre Mengikuti Nietzsche, Sartre Jean-Paul Sartre filsuf mengutuk setiap bentuk lain dari eksistensialisme objektivikasi dan berpendapat eksistensi impersonalisasi. Tak ada mendahului esensi, manusia standar baik dan buruk kecuali adalah mahkluk eksistensi, kebebasan itu sendiri. memahami dirinya dan Sartre menekankan pada bergumul di dalam dunia. Jean- kebebasan manusia, manusia paul Sartre kemudian setelah diciptakan mempunyai menyimpulkan bahwa manusia kebebasan untuk menetukan tidak memiliki suatu apapun, dan mengatur dirinya. Konsep namun dia dapat membuat manusia yang bereksistensi sesuatu bagi dirinya sendiri. adalah makhluk yang hidup dan Menurut Sartre adanya manusia berada dengan sadar dan bebas itu bukanlah “etre” melainkan bagi diri sendiri. “a etre”. Artinya manusia itu Sepanjang sejarah tidak hanya ada tapi dia eksistensialisme, kebebasan ala selamanya harus membangun Sartre ini boleh dibilang paling adanya, adanya harus dibentuk ekstrim dan radikal. Dalam dengan tidak henti-hentinya. sejarah perkembangan filsafat, Sartre berkeyakinan agaknya tidak ada pendirian bahwa inti setiap relasi tentang kebebasan yang ekstrim antarmanusia adalah konflik, dan radikal seperti Sartre. saling menegasikan terus- 3. Hakikat Eksistensialisme menerus, karena seorang Eksistensialisme berarti manusia menjadi subjek filsafat mengenai aku, dan sekaligus juga objek bagi yang bagaimana aku hidup. Dengan 8 demikian, eksistensialisme adalah kita’ seperti sebuah kebajikan filsafat subyektif mengenai diri. Hal metafisik (Being & Nothingness, ini terlihat pada ide-ide dari tiga 1943:42) eksistensialis terbesar Eropa: Soren Dari sudut etimologi Kierkegaard (1813-1855), Martin eksistensi berasal dari kata “eks” Heidegger (1889-1976) dan Jean- yang berarti diluar dan “sistensi” Paul Sartre (1905-1980). yang berarti berdiri atau Eksistensialisme menempatkan, jadi secara luas Kierkegaard tercapai karena eksistensi dapat diartikan sebagai menemukan diri di hadapan Tuhan. berdiri sendiri sebagai dirinya Bagi Heidegger, filsuf Jerman sekaligus keluar dari dirinya. dengan karya Being & Time yang Eksistensialisme merupakan suatu sangat berpengaruh, diri terkait aliran dalam ilmu filsafat yang dengan ‘pengada otentik’, atau menekankan pada manusia, dimana kecerdasan identitas. manusia dipandang sebagai suatu Sementara bagi Sartre, diri mahluk yang harus bereksistensi, serupa dengan konsep Descartes, mengkaji cara manusia berada di tetapi dengan meniadakan Tuhan. dunia dengan kesadaran. Jadi dapat Diri bagi Sartre adalah pengakuan dikatakan pusat renungan atas Tuhan. Karena, dalam eksistensialisme adalah manusia menciptakan manusia yang kita konkrit. inginkan, tak ada satupun dari Eksistensialisme tindakan-tindakan kita yang tidak didefinisikan sebagai usaha untuk sekaligus menciptakan gambaran memfilsafatkan sesuatu dari sudut tentang manusia sebagaimana ia pandang pelakunya, di bandingkan seharusnya. cara tradisonal, yaitu dari sudut Dalil diataslah, menurut penelitinya. Eksistensialisme Sartre lagi, yang menggambarkan memberi perhatian terhadap diri kita sebagai ‘Tuhan kecil’ yang masalah-masalah kehidupan berada atau menyatu dalam diri kita, manusia modern. Eksistensialisme sekaligus yang ‘memiliki kebebasan menekankan tema eksistensi pribadi 9 yang dibandingkan dengan memikirkan secara mendalam mana eksistensi manusia secara umum, yang benar dan mana yang tidak kemustahilan hidup dan pertanyaan benar. Sebenarnya bukannya tidak untuk arti dan jaminan kebebasan mengetahui mana yang benar dan manusia, pilihan dan kehendak, mana yang tidak benar, tetapi pribadi yang terisolasi, kegelisahan, seorang eksistensialis sadar bahwa rasa takut yang berlebihan dan kebenaran bersifat relatif, dan kematian. karenanya masing-masing individu Eksistensialisme merupakan bebas menentukan sesuatu yang suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menurutnya benar. menekankan pada manusia, dimana Eksistensialisme adalah manusia dipandang sebagai suatu salah satu aliran besar dalam makhluk yang harus bereksistensi, filsafat, khususnya tradisi filsafat mengkaji cara manusia berada di Barat. Eksistensialisme dunia dengan kesadaran. Jadi dapat mempersoalkan keber-Ada-an dikatakan pusat renungan manusia, dan keber-Ada-an itu eksistensialisme adalah manusia dihadirkan lewat kebebasan. konkrit. Ada beberapa ciri Pertanyaan utama yang eksistensialisme, yaitu: selalu melihat berhubungan dengan cara manusia berada, eksistensi eksistensialisme adalah melulu soal diartikan secara dinamis sehingga kebebasan. Apakah kebebasan itu? ada unsur berbuat dan menjadi, bagaimanakah manusia yang bebas manusia dipandang sebagai suatu itu? dan sesuai dengan doktrin realitas yang terbuka dan belum utamanya yaitu kebebasan, selesai, dan berdasarkan eksistensialisme menolak mentah- pengalaman yang konkrit. mentah bentuk determinasi terhadap Eksistensialisme adalah kebebasan kecuali kebebasan itu aliran filsafat yang pahamnya sendiri. berpusat pada manusia individu Dalam studi sekolahan yang bertanggung jawab atas filsafat eksistensialisme paling kemauannya yang bebas tanpa dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, 10

Description:
Tokoh-tokoh Aliran Filsafat. Eksistensialisme. Filsafat eksistensialisme bahwa “Das Wesen des Daseins liegt in seiner Existenz”, adanya.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.