ebook img

TAK ADA pILIHAN - Amnesty International PDF

77 Pages·2011·1.66 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview TAK ADA pILIHAN - Amnesty International

TAK ADA pILIHAN RINtANgAN AtAS KESEHAtAN REPRoDUKtIf DI INDoNESIA KESEHATAN ADALAH HAK ASASI MANUSIA Amnesty International adalah gerakan global 2,8 juta orang di lebih dari 150 negara dan wilayah, yang melakukan kampanye untuk hak asasi manusia (HAM). Visi kami adalah setiap orang bisa menikmati semua hak-hak yang diabadikan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal dan instrumen HAM internasional lainnya. Kami adalah organisasi yang independen dari pemerintah, ideologi politik, kepentingan ekonomi atau agama apa pun dan didanai pada pokoknya oleh anggota dan sumbangan masyarakat. Amnesty International publications pertama diterbitkan pada tahun 2010 oleh Amnesty International publications Sekretariat Internasional peter Benenson House 1 Easton Street London WC1X 0DW United Kingdom www.amnesty.org © Amnesty International publications 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 Indonesian Bahasa asli: Inggris Dicetak oleh Amnesty International, Sekretariat Internasional, Inggris Semua hak dilindungi undang-undang. penerbitan ini memiliki hak cipta, tetapi bisa direproduksi dengan cara apa pun tanpa bayaran untuk tujuan advokasi, kampanye dan pengajaran, namun bukan untuk diperjualbelikan. pemilik hak cipta meminta agar penggunaan semacam itu dilaporkan kepada mereka untuk penilaian dampak. Untuk penyalinan dalam keadaan lain apa pun, atau untuk pemakaian di penerbitan lain, atau untuk penerjemahan atau adaptasi, izin tertulis harus didapatkan terlebih dahulu dari penerbit, dan mungkin ada biaya yang harus dibayar. Untuk meminta izin, atau untuk pertanyaan apa pun lainnya, harap hubungi [email protected] Foto sampul : Seorang perempuan hamil duduk di depan pusat kesehatan masyarakat di Jakarta, Indonesia, Maret 2010. © Amnesty International Tak Ada Pilihan 3 Rintangan atas Kesehatan Reproduktif di Indonesia DAFTAR ISI Glosarium....................................................................................................................6 Dalam Bahasa Inggris................................................................................................6 Dalam Bahasa Indonesia............................................................................................7 Peta Indonesia..............................................................................................................8 1. PENDAHULUAN DAN RINGKASAN............................................................................9 1.1 Metodologi dan ucapan terima kasih....................................................................12 2. PENSTEREOTIPAN GENDER DAN AKIBATNYA.........................................................16 2.1 Peran perempuan didefinisikan melalui Perkawinan dan kelahiran anak..................16 2.2 Sikap terhadap seksualitas perempuan................................................................18 2.3 Para korban kekerasan seksual............................................................................20 2.4 Kriminalisasi perilaku pribadi..............................................................................22 3. RINTANGAN-RINTANGAN ATAS KESEHATAN REPRODUKTIF....................................25 3.1 Diskriminasi terhadap perempuan dan gadis yang tak menikah...............................25 3.2 Korban pelanggaran seksual yang tidak menikah...................................................29 3.3 Batasan pada pilihan reproduktif perempuan dan gadis yang menikah.....................30 3.4 Halangan lain atas hak-hak seksual dan reproduktif..............................................32 4. ABORSI TAK AMAN DAN ANCAMAN KRIMINALISASI................................................36 4.1 Pengecualian hukum yang tidak diketahui............................................................36 4.2 Kriminalisasi aborsi dan konsekuensinya..............................................................40 5. STUDI KASUS PEKERJA RUMAH TANGGA SEBAGAI KELOMPOK YANG RENTAN.......42 5.1 Dampak kegagalan melindungi hak-hak seksual dan reproduktif pekerja..................43 Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 4 Tak Ada Pilihan Rintangan atas Kesehatan Reproduktif di Indonesia 5.2. Rang Undang-Undang Pekerja Rumah Tangga.....................................................47 6. UPAYA MEMENUHI SASARAN MDG DAN KONSISTENSI DENGAN HAK ASASI MANUSIA ................................................................................................................................48 7. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA....................................51 7.1 Hak atas kesetaraan dan tidak adanya diskriminasi...............................................51 7.2 Hak atas standar kesehatan tertinggi yang bisa dicapai.........................................52 7.3 Pelarangan penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya.............................................54 7.4 Hak untuk hidup...............................................................................................54 7.5 Akuntabilitas dan pemulihan hukum...................................................................55 8. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI........................................................................57 8.1 Basmi diskriminasi gender dalam segala bentuknya..............................................57 8.2 Cabut rintangan atas informasi dan layanan kesehatan reproduktif.........................58 8.3 Dekriminalisasi aborsi guna menjamin akses terhadap layanan yang aman..............60 8.4 Memastikan akuntabilitas negara untuk melindungi hak-hak kesehatan reproduktif..61 8.5 Berikan kepada PRT jaminan adanya perlindungan penuh sebagai pekerja..............61 Catatan akhir.............................................................................................................63 Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 Tak Ada Pilihan 5 Rintangan atas Kesehatan Reproduktif Di Indonesia Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 6 Tak Ada Pilihan Rintangan atas Kesehatan Reproduktif Di Indonesia GLOSARIUM   DALAM BAHASA INGGRIS ARROW: Pusat Sumber Daya dan Riset Asia Pasifik tentang Perempuan (Asian-Pacific Resource and Research Centre for Women) CEDAW: Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women) CRC: Konvensi Hak-hak Anak (Convention on the rights of the Child) ICCPR: Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights) ICESCR: Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights) IDHS: Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (Indonesia Demographic and Health Survey) ILO: Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization) IPPF: Federasi Keluarga Berencana Internasional (International Planned Parenthood Federation) MDG: Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) MMR: Rasio Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) WHO: Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 Tak Ada Pilihan 7 Rintangan atas Kesehatan Reproduktif Di Indonesia DALAM BAHASA INDONESIA   Bappenas: Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional BKKBN: Badan Kependudukan 1Keluarga Berencana Nasional KPAI: Komisi Perlindungan Anak Indonesia Komnas HAM: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas Perempuan: Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan KUHAP:Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHP: Kitab Undang-undang Hukum Pidana PKBI:Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PIK-KRR: Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Posyandu: Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas: Pusat Kesehatan Masyarakat UU PKRDT: Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 8 Tak Ada Pilihan Rintangan atas Kesehatan Reproduktif Di Indonesia PETA INDONESIA Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 Tak Ada Pilihan 9 Rintangan atas Kesehatan Reproduktif Di Indonesia 1. PENDAHULUAN DAN RINGKASAN KASUS MIRIANA Miriana (21 tahun) adalah pekerja rumah tangga yang berbasis di Jakarta. Dia keluar dari sekolah saat berusia 12 tahun, dan menikah saat dia berusia 14 tahun. “Waktu nikah saya 14 tahun… kalau saya dulu [sebelum menikah] belum tahu caranya [mengenai keluarga berencana]... bagaimana caranya... harusnya gimana... saya dulu belum tahu... belum tahu apa-apa soal nikah dulu tentang alat KB [keluarga berencana]... soal nikah harusnya begini-begini juga kurang... belum tahu.... saya umur 15 tahun baru anak [pertama] lahir… setelah melahirkan umur tiga bulan, saya tahu tentang KB, cara-caranya itulah... setelah itu.”2 Miriana, seperti banyak perempuan dan gadis dari komunitas miskin dan termarginalisasi di Indonesia,3 menghadapi tantangan besar dalam mengakses informasi serta layanan kesehatan seksual dan reproduktif. Sejumlah hambatan yang dihadapinya merupakan akibat langsung dari perundang-undangan dan kebijakan yang diberlakukan oleh negara yang mendiskriminasi kaum perempuan dan para gadis. Penghalang lainnya muncul dari sikap dan praktek yang mendiskriminasi di kalangan pekerja kesehatan4 serta para anggota komunitas lainnya, yang juga gagal ditangani negara. Meskipun adanya komitmen Indonesia untuk mempromosikan kesetaraan gender, kaum perempuan dan para gadis di seluruh Indonesia masih terus menghadapi hambatan serius dalam pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) mereka. Dalam laporan ini, Amnesty International menyoroti berbagai hambatan yang dihadapi kaum perempuan dan para gadis dalam mewujudkan hak-hak seksual dan reproduktif. Rintangan yang digambarkan dalam laporan ini merupakan pelanggaran kewajiban Indonesia atas HAM internasional untuk melindungi perempuan dan gadis dari diskriminasi, serta juga merupakan pelanggaran atas hak akan kesehatan, khususnya kesehatan reproduktif. Laporan ini memeriksa hambatan khusus atas kesehatan reproduktif perempuan dan gadis, termasuk halangan-halangan khusus yang dihadapi oleh perempuan dan gadis yang tidak menikah; perempuan dan gadis yang menikah, termasuk mereka yang tak memiliki anak; dan para korban pelanggaran seksual. Bab 4 menggambarkan dampak kriminalisasi aborsi pada kesehatan reproduktif. Bab 5 mempelajari kasus para pekerja rumah tangga (PRT), yang menghadapi halangan dalam mendapatkan hak-hak seksual dan reproduktif. Laporan ini ditutup dengan serangkaian rekomendasi untuk pihak berwenang Indonesia, yang jika diimplementasikan, akan banyak memperbaiki pemenuhan HAM bagi perempuan dan gadis di Indonesia, termasuk kesehatan reproduktif mereka. Karena perempuan dan gadis bisa hamil, mereka secara tidak proporsional terpengaruh oleh batasan yang diberlakukan negara atas hak-hak seksual dan reproduktif, dan kegagalan negara melindungi serta memenuhi hak-hak ini. Pembatasan oleh negara itu termasuk, antara lain, undang-undang yang mendukung peran berdasarkan stereotip gender, terutama menyangkut perkawinan dan kehamilan dan kelahiran anak; undang-undang yang mengkriminalkan seks konsensual serta penyediaan informasi tentang hak-hak seksual dan reproduktif; undang-undang dan kebijakan yang mendiskriminasi dengan landasan status pernikahan dan tidak menyertakan perempuan serta para gadis yang tidak menikah dalam akses penuh untuk mendapatkan layanan kesehatan reproduktif; undang-undang yang menuntut adanya izin suami untuk perempuan dan gadis yang menikah dalam mengakses layanan kesehatan reproduktif Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010 10 Tak Ada Pilihan Rintangan atas Kesehatan Reproduktif Di Indonesia tertentu; dan kriminalisasi aborsi dalam semua kasus kecuali jika kesehatan ibu atau janin dalam bahaya, atau dalam kasus korban pemerkosaan. Hak-hak seksual dan reproduktif di Indonesia makin terganggu oleh kegagalan negara untuk mengatasi sikap dan praktek yang mendiskriminasi perempuan serta memperkuat peran stereotip untuk lelaki dan perempuan. Misalnya, para pekerja kesehatan sering menolak memberikan layanan penuh atas layanan kontrasepsi yang tersedia kepada para perempuan dan gadis yang menikah tapi tak mempunyai anak, sebagian besar karena adanya pandangan khusus mengenai peran gender dan pentingnya memiliki anak. Negara juga tidak berhasil menjamin bahwa semua perempuan dan gadis yang menjadi korban pemerkosaan bisa secara efektif mengakses informasi dan layanan kesehatan reproduktif. Meskipun aborsi secara sah tersedia untuk perempuan dan gadis yang mengandung karena pemerkosaan, fakta ini tidak banyak diketahui, bahkan di lingkungan pekerja kesehatan sekalipun, dan para korban pemerkosaan yang menjadi hamil bisa menghadapi halangan besar dalam mengakses layanan aborsi yang aman. Konteks keseluruhan ini membuat banyak perempuan dan gadis di Indonesia berisiko mengalami kehamilan yang tak diinginkan, yang pada gilirannya membuat mereka rentan terhadap beragam masalah kesehatan dan pelanggaran HAM, termasuk dipaksa untuk menikah muda atau keluar dari sekolah. Sejumlah dari mereka mungkin berusaha mendapatkan aborsi, sering kali dalam kondisi yang tak aman seperti halnya kasus Sharifah yang meninggal dua hari setelah melakukan aborsi gelap dalam kondisi yang tak aman. KASUS SHARIFAH Sharifah meninggal dua hari setelah melakukan aborsi gelap. Dia berusia 17 tahun dan tak menikah. “Punya temen, [Sharifah], sempet pernah mau nganterin masih SMA kelas 2... , [Umur dia] 17 tahun... temen saya pacarnya anak kuliahan jadi udah dewasa banget... udah lama [pacaran] sih 1,5 tahun, awet sih... kalo temen [saya] mah pertamanya pake buat HP apa namanya kondom, terus katanya “nggak enak tau ”... Saat [Sharifah] hamil [pacarnya] tidak mau bertanggung jawab… ... temen [saya] dikeluarin [dari sekolah]... dia nangis…bilang sama mamah [saya] katanya... Cuma [Sharifah]mau ke warung ternyata bohong ke pondok cabe anterin tapi nggak ikut kedalemnya, kayanya sih aborsi gitu, serem tempatnya, gubuk lagi... banyak banget pohon singkong... Saya rasa dia menggugurkan kandungan di sana… tapi dia jadi sakit... udah nggak mau makan, terus dibawa ke dokter katanya kekurangan darah ... setelah dua hari [aborsi] dia meninggal...”5 Undang-undang dan praktek yang membatasi akses terhadap informasi serta layanan seksual dan kesehatan reproduktif, dikombinasikan dengan pengkriminalan aborsi, mungkin merupakan faktor signifikan dalam tingginya jumlah aborsi secara tak aman di Indonesia setiap tahun.6 Sebuah studi tahun 2001 yang dilakukan Universitas Indonesia memperkirakan bahwa mungkin ada sekitar dua juta kasus aborsi secara sengaja per tahunnya di Indonesia – 30 persen di antaranya di antara perempuan yang tidak menikah.7 Banyak dari aborsi ini dilakukan dalam kondisi tidak aman. Menurut angka resmi pemerintah, aborsi secara tak aman bertanggung jawab atas antara lima sampai 11 persen kematian ibu di Indonesia.8 Sejumlah kelompok perempuan dan gadis menghadapi ancaman tambahan terhadap hak-hak seksual dan reproduktif mereka, sering kali karena negara tak mampu mengambil tindakan memadai guna melindungi mereka dalam konteks jika para perempuan dan gadis ini masuk kelompok yang rentan. Satu kasus contoh adalah kondisi buruk yang dialami para PRT – yang diperkirakan berjumlah 2,6 juta orang, dengan mayoritas besar kaum perempuan dan gadis. Mereka menghadapi risiko khusus penganiayaan karena mereka tidak secara penuh dilindungi hukum sebagai pekerja; pekerjaan mereka dilakukan di rumah Amnesty International Nopember 2010 Indeks: ASA 21/013/2010

Description:
ARROW: Pusat Sumber Daya dan Riset Asia Pasifik tentang Perempuan IDHS: Survei Demografis dan Kesehatan Indonesia (Indonesia Demographic and Health Survey) PIK-KRR: Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja menikah yang hamil sering kali dipaksa berhenti sekolah.82 Daripada
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.