ebook img

Syarat Pemberian Grasi Dalam Perspektif Hukum Konstitusi PDF

140 Pages·2017·0.72 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Syarat Pemberian Grasi Dalam Perspektif Hukum Konstitusi

KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PENELITIAN SYARAT PEMBERIAN GRASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI Diajukan oleh : Irfan Nur Rachman Andriani W Novitasari Ajie Ramdan Nallom Kurniawan Winda Wijayanti Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] Tahun 2016 KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PENELITIAN SYARAT PEMBERIAN GRASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI Diajukan oleh : Irfan Nur Rachman Andriani W Novitasari Ajie Ramdan Nallom Kurniawan Winda Wijayanti Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] Tahun 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayyah Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian yang berjudul “Syarat Pemberian Grasi Dalam Perspekstif Hukum Konstitusi”. Berbagai tulisan maupun penelitian mengenai hak prerogatif Presiden dalam memberikan grasi di Indonesia ditinjau dari berbagai sudut pandang ilmu hukum, ilmu politik, dan ilmu sosiologi telah memberikan kajian yang cukup komprehensif dan wawasan hak pemberian grasi cukup luas. Hak prerogatif Presiden dalam pemberian pengampunan kepada para terpidana termasuk dalam hak eksklusif, yang dalam pelaksanaannya harus dengan bertumpu pada prinsip kebijaksanaan, kecermatan, transparansi, dan pertanggungjawaban. Pertimbangan Presiden dalam penggunaan hak prerogatif tersebut dalam hal pemberian ampunan tersebut terkandung berbagai nilai abstrak yakni kepastian hukum, keadilan sosial, dan ketertiban umum yang saling berkaitan. Judul dan substansi dalam penelitian ini mengingatkan Penulis akan ungkapan seorang ahli hukum tata negara dari Perancis, Leon Duguit yang mengatakan bahwa “Hukum tanpa kekuasaan adalah tak berdaya, namun kekuasaan tanpa hukum adalah kesewenang-wenangan”. Oleh karena itu penggunaan kekuasaan oleh penguasa harus dibatasi dan diawasi sesuai dengan aturan hukum. Selama pelaksanaan penelitian ini Penulis mendapatkan bimbingan, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga selesainya penelitian hukum ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Guntur Hamzah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Jenderal Mahkamah Konstitusi; Laporan Hasil Penelitian Penafsiran Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 2. Bapak Ir. Noor Sidharta, MBA selaku Kepala Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara, Pengelolaan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (P4TIK) Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi; 3. Bapak Dr. M. Ali Safa’at, S.H., M.H. selaku pembing yang telah berkenan memberikan arahan dan saran konstruktif terhadap penelitian ini; 4. Bapak Prof. Dr. Said Karim, S.H., M.H. selaku pembing yang telah berkenan memberikan arahan dan saran terhadap penelitian ini; 5. Bapak Wiryanto, S.H, M.Hum. selaku Kepala Bidang Penelitian, Pengkajian Perkara, dan Perpustakaan; 6. Ibu Sri Handayani, SIP., M.Si selaku Kasubag TU Pusat P4TIKbeserta staff TU Pusat P4TIK; 7. Seluruh teman-teman Peneliti di Pusat P4TIK; 8. Semua pihak yang turut memberikan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu. Mengingat hasil penelitian ini masih terdapat berbagai kekurangan, maka Penulis mengharapkan masukan dan saran dari berbagai pihak guna pengembangan dan penyempurnaan penelitian hukum terkait dengan pemberian grasi di masa mendatang. Akhir kata, Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembanan ilmu hukum dan terutama sebagai legal problem solving di Mahkamah Konstitusi. Jakarta, 24 Januari 2017 Tim Peneliti iv Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] Tahun 2016 Laporan Hasil Penelitian Penafsiran Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar HALAMAN PENGESAHAN SYARAT PEMBERIAN GRASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI HASIL PENELITIAN Mengesahkan, Kepala Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara dan Pengelolaan TIK, Ir. Noor Sidharta, MH, MBA. NIP 19640905 199003 1 004 Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] v Tahun 2016 Laporan Hasil Penelitian Penafsiran Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Daftar Isi Kata Pengantar ......................................................................................................................................... iii Halaman Pengesahan .......................................................................................................................... v Daftar Isi ................................................................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................................ 1 B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 5 C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................................ 5 1. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5 2. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMISAHAN KEKUASAAN DAN PRINSIP CHECK AND BALANCE .............. 7 B. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA ............................................................ 8 C. TEORI CRIMINAL JUSTICE SYSTEM ........................................................................ 13 D. TEORI KEADILAN (THE FAIRNESS THEORY) ........................................................ 19 E. TEORI PEMIDANAAN ................................................................................................. 21 BAB III METODE PENELITIAN A. TIPE PENELITIAN ......................................................................................................... 27 B. PENDEKATAN MASALAH .......................................................................................... 28 C. JENIS DAN SUMBER BAHAN HUKUM ................................................................ 30 D. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN BAHAN HUKUM ............................. 32 Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] vii Tahun 2016 Laporan Hasil Penelitian Penafsiran Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. PENGATURAN SYARAT PEMBERIAN GRASI DI INGGRIS, KANADA, USA, DAN INDONESIA ........................................................................................................... 35 1. Pengaturan Pemberian Grasi Di Inggris ....................................................... 35 a. Penggunaan dan Batasan Hak Prerogatif Raja (Royal Prerogative) 35 b. Pelaksanaan Hak Prerogatif Dalam Pemberian Grasi ...................... 42 2. Pengaturan Pemberian Grasi Di Kanada ..................................................... 51 a. Pardon ............................................................................................................... 51 b. Royal Prerogative of Mercy (RPM) atau Clemency ............................. 53 3. Pengaturan Pemberian Grasi Di USA ........................................................... 58 4. Pengaturan Pemberian Grasi Di Indonesia .................................................. 67 a. Bentuk-bentuk Grasi .................................................................................... 70 b. Hakekat dari Grasi ........................................................................................ 72 c. Alasan Pemberian Grasi ............................................................................. 74 Kasus Ola .......................................................................................................... 91 Kasus Corby ...................................................................................................... 93 Kasus Jefrai Murib dan Numbungga Telenggen ............................... 96 Kasus Syaukani Hassan Rais ..................................................................... 97 B. PERTIMBANGAN DAN BATASAN HAK PREROGATIF PRESIDEN DALAM PEMBERIAN GRASI ....................................................................................................... 100 1. Pertimbangan Hak Prerogatif Presiden dalam Pemberian Grasi ........ 100 2. Batasan Hak Prerogatif Presiden dalam Pemberian Grasi ..................... 103 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 119 2. Saran ................................................................................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 123 viii Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] Tahun 2016 BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada prinsipnya, Presiden memiliki beberapa kekuasaan, salah satunya yaitu kekuasaan yudisial. Di dalam UUD 1945, kekuasaan yudisial yang dimiliki Presiden terdapat dalam Pasal 14 UUD 1945.1 Berdasarkan ketentuan tersebut, Presiden memiliki kewenangan memberikan grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi. Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana [vide Pasal 1 angka 1 UU 22/2002 tentang Grasi]. Di negara kita yang menganut presidensiil, grasi diberikan oleh Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung [vide Pasal 14 ayat (1) UUD 1945]. Putusan Presiden tentang grasi dituangkan dalam bentuk Keputusan Presiden (Keppres). Jika dibandingkan ketentuan pemberian grasi antara UUD 1945 dengan UUD 1945 pasca perubahan, maka terdapat rumusan baru dalam UUD 1945 pasca perubahan, yakni perlunya Presiden memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Semula berdasarkan UUD 1945 sebelum perubahan, Presiden memiliki kewenangan mutlak dalam memberikan grasi, akan tetapi pasca perubahan meskipun grasi adalah hak prerogatif Presiden, namun dalam pelaksanaannya Presiden perlu memperhatikan pertimbangan MA. Menurut Bagir Manan, grasi memerlukan pertimbangan MA karena grasi menyangkut putusan hakim.2 Dari perspektif teori checks and balances, meskipun pemberian grasi adalah hak prerogatif Presiden, namun Presiden dapat saja melakukan “penyalahgunaan kewenangan” dalam memberikan grasi jika syarat pemberian grasi tidak jelas. Memang dalam Pasal 6A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju, (Jakarta;Kencana,2009), hal 104. 2 Ibid, hal.106. Pusat Penelitian, Pengkajian Perkara dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi [P4TIK] 1 Tahun 2016

Description:
Wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht), dalam . nilai-nilai yang bersaing tetapi tidak berlawanan.34 Ajaran Packer
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.