STUDI PERBANDINGAN EFISIENSI KAPASITAS DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MAGNET HIDRODINAMIK TERHADAP PLTU 100 MW DI CILEGON Indra D Permana Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak konvensional yang menggunakan putaran konduktor Petumbuhan penduduk diseluruh dunia identik berupa rotor dalam proses pembangkitan energy listrik. dengan pertumbuhan energi. Dengan berkurangnya Pembangkit listrik tenaga magnet hidro dinamik dapat sumber energi maka percepatan perekonomian tidak memanfaatkan pembakaran batubara secara langsung dapat tercipta. Yang terpenting dari energi listrik tanpa proses pemurnian terlebih dulu. Hal ini yang adalah percepatan perkembangan sumber energi listrik membedakan pembangkit listrik hidrodinamik dengan bagi kelangsungan hidup yang lebih baik. Kita ketahui pembangkit listrik tenaga uap konvensional. Hal ini bahwa sumber energi listrik yang berasal dari minyak dapat meningkatkan efisiensi pemakaian bahan bakar bumi, batubara, nuklir, energi matahari, energi panas lebih dari 20 %. Selain itu pemanfaatan gas buang yang bumi, tenaga angin sampai dengan pemanfaatan tenaga panas dari siklus terbuka pembangkit ini dapat di fusi sebagai energi alternatif. Meski batubara termasuk manfaatkan untuk menggerakkan turbin uap. sumber energi tak terbarukan, namun hasil penelitian Pembangkit magnet hidrodinamik yang merupakan menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai cadangan jenis pembangkit listrik cogeneration yang ekonomis batubara sekitar 50 miliar ton yang tersebar di dan ramah lingkungan. Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua. 1.2 Perumusan Masalah Sekitar 85% diantaranya adalah untuk PLTU. Hal ini Penggunaan energi batubara sebagai bahan dasar menunjukkan bahwa Indonesia memiliki cadangan pembangkit listrik tenaga uap memiliki berbagai efek batubara terbesar di Asia Tenggara. Akan tetapi diantaranya : pemanfaatan energi batu bara kurang maksimal karena sistem pembangkit Indonesia cenderung berorientasi 1. Bagaimana peramalan beban dan konsumsi energi pada PLTU, yang pada kenyataannya pembangkit listrik sampai tahun 2025, kaitannya dengan neraca tenaga uap batu bara hanyamemiliki efisisensi konversi daya di kabupaten Cilegon propinsi Banten? yang tidak lebih dari 40 %. Disamping itu pengaruh 2. Berapakah biaya pembangkitan PLTU dan limbah dari PLTU berupa karbon, SO NO sangat 4, x PLTMHD US$/kW dan harga energi US$/kWh ( berbahaya bagi kelangsungan mahkluk hidup. Perlu BPP dan harga jual dengan memperhatikan daya adanya solusi dari permasalahan tersebut untuk beli masyarakat)? melahirkan teknologi – teknologi yang tepat guna 3. Bagaimana perbandingan efisiensi biaya bahan dalam mengurangi pemborosan energi. bakar yang terpakai pada pengoperasian PLTU dan Sistem pembangkit listrik magnet hidrodinamik PLTMHD? adalah salah satu teknologi terapan yang menawarkan 4. Bagaimana Pengaruh PLTU dan PLTMHD di beberapa keunggulan dibandingkan pembangkit uap Cilegon untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik batu bara. Selain memiliki tingkat efisiensi daya yang di propinsi Bnaten sampai dengan tahun 2025? lebih tinggi, teknologi MHD juga merupakan sistem 5. Bagaimana Kelayakan PLTU dan PLTMHD 100 combined cycle yang memiliki keandalan dalam MW untuk kebutuhan listrik di Cilegon ? membangkitkan energi listrik secara kontinyu yang 6. Bagaimana tingkat efisiensi dalam memproduksi bersih dan ramah lingkungan. energi listrik antara PLTU dan PLTMHD 100MW ? 7. Bagaimana dampak pembangunan PLTU dan 1. PENDAHULUAN PLTMHD terhadap aspek lingkungan ? 1.1 Latar Belakang Diversifikasi energi (bauran sumber energi) 1.3 Batasan Masalah merupakan suatu konsep / strategi yang dapat Karena ruang lingkup permasalahan yang sangat luas, dipergunakan sebagai alat untuk mencapai maka dalam penulisan tugas akhir ini, permasalahan pembangunan energi dan ekonomi yang berkelanjutan. akan dibatasi pada : Kebijakan bauran energi menekankan bahwa Indonesia 1. Proses pembangkitan energi listrik tenaga magnet tidak boleh hanya tergantung pada sumber energi hidrodinamik dibahas secara spesifik. berbasis fosil, namun harus juga mengembangkan 2. Perbandingan efisiensi daya generator magnet penggunaan energi terbarukan. hidrodinamik sebagai pembangkit energi listrik Magnet hidrodinamik adalah salah satu teknologi alternatif dengan pembangkit listrik tenaga uap alternatif yang menjanjikan sebagai salah satu sumber Batu bara pembangkit energi listrik efisien dan bersih. 3. Pembahasan mengenai perbandingan kelayakan Pembangkit listrik magnet hidrodinamik menggunakan pembangunan PLTMHD dan PLTU 100 MW di energi kinetik gas plasma sebagai konduktornya yang kabupaten Cilegon. memotong medan magnet. Berbeda dengan generator 1 1.4 Tujuan berlangsung dengan cara melibatkan suatu bentuk Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan energi lain. Bila energi lain yang berfungsi sebagai perbandingan perencaanaan pembangunan pembangkit medium ini tidak ada, maka tidak akan terbangkit energi listrik magnet hidrodinamik terhadap PLTU energi listrik. sebagai sumber energi listrik mutual yang memiliki Berdasarkan proses pembangkitannya, dapat dibedakan efisiensi tinggi pada proses pembangkitannya dan menjadi : sebagai upaya dalam menciptakan teknologi a. Pembangkit non thermal, yaitu pembangkit yang pengolahan batu bara yang bersih dan ramah terhadap dalam pengoperasiannya tanpa melalui proses lingkungan. thermal atau pemanasan. b. Pembangkit thermal, yaitu pembangkit yang dalam 1.5 Relevansi pengoperasiannya melalui proses thermal atau Dari hasil pembahasan perencanaan pembangkit pembakaran. tenaga magnet hidrodinamik ini di harapkan dapat mengurangi pemborosan dalam proses pembangkitan 2.3 Pengolahan Batubara energi di masa – masa mendatang. Pembangkit tersebut Batu bara yang langsung diambil dari bawah juga dapat memberikan konstribusi dalam pemanfaatan tanah, disebut batu bara tertambang run-of-mine dan pengembangan teknologi magnet hidrodinamik (ROM), seringkali memiliki kandungan campuran yang yang dapat menekan jumlah pemakaian batu bara tidak diinginkan seperti batu dan lumpur dan berbentuk sebagai bahan dasar pembangkitan sehingga pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian infrastruktur pembiayaannya jauh lebih terkendali. pengguna batu bara membutuhkan batu bara dengan Pemanfaatan sumber energi terbarukan memiliki mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara – juga potensi yang luar biasa dalam menunjang peningkatan disebut pencucian batu bara (―coal benification‖ atau teknologi pembangkitan yang andal dan memiliki ―coal washing‖) mengarah pada penanganan batu bara efisiensi tinggi tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna 2. TEORI PENUNJANG akhir tertentu. 2.1 Batubara Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman 2.4 Proses Terjadinya Energi Listrik Pada PLTU prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap berakumulasi dirawa dan lahan gambut. Penimbunan dan gas buang yang panas. Gas buang itu berfungsi lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran juga untuk memanaskan pipa boiler yang berada di atas kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) lapisan mengambang. Gas buang selanjutnya dialiri ke mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat pengendap kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi menyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros turbin tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami digandeng/dikopel dengan poros generator akibatnya proses perubahan fisika dan kimiawi dan mengubah gerakan turbin itu akan menyebabkan pula gerakan tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu bara. Pembentukan batubara dimulai sejak kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon menjadi air dan dengan bantuan pompa air itu dialiri ke atau Batu Bara)– dikenal sebagai zaman batu bara boiler sebagai air pengisi. pertama – yang berlangsung antara 360 juta sampai PLTU ini dilengkapi dengan presipitator elektro 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu static yaitu suatu alat untuk mengendalikan partikel bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama yang akan keluar cerobong dan alat pengolahan abu waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‗maturitas batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian organik‘. didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu PLTU 2.2 Pembangkit Tenaga Listrik batubara beroperasi suhu pada kondensor naiknya Secara umum pembangkitan tenaga listrik dapat begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :. menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor Berdasarkan metode pembangkitannya, dapat bisa digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal dibedakan menjadi: inilah yang menyebabkan PLTU dibangun dekat a. Metode pembangitan dengan konversi langsung dengan sumber air yang banyak seperti di tepi sungai (direct energy conversion), yaitu terbangkitnya atau tepi pantai. energi listrik (dari energi primer) terjadi secara langsung, tanpa keterlibatan bentuk energi lain 2.5 Proses Terjadinya Energi Listrik Pada sebagai antara (medium) PLTMHD b. Metode pembangkitan dengan konversi tak Di bawah kondisi tekanan tinggi, listrik dihasilkan langsung (indirect energy conversion), yaitu dari proses gasifikasi senyawa gas melalui pembakaran terbangkitnya energi listrik (dari energi primer) 2 bahan bakar fosil. Sebagian besar sistem MHD Metode tersebut paling banyak digunakan oleh PLN. menggunakan batu bara atau gas alam sebagai bahan Pada perhitungan metode tersebut di bagi menjadi bakar fosil. Namun, gas inert seperti argon dan helium beberapa perhitungan dalam tiap sektornya meliputi : yang juga digunakan dalam beberapa sistem MHD. Gas ini dinjeksikan kedalam channel /duct a) Sektor Rumah Tangga melalui nozzel dengan kecepatan tinggi 1000-2000 b) Sektor Komersil m/s. Magnetohydrodynamic generator tidak c) Sektor Publik menciptakan muatan listrik, terciptanya listrik karena d) Sektor Industri adanya muatan listrik yang melekat saat proses ionisasi gas berlangsung. Dengan analogi, memikirkan sebuah 2.7 Analisa Ekonomi pompa air yang memungkinkan air melewati tetapi Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu bukan merupakan sumber air. Konduktivitas fluida dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan dapat ditingkatkan dengan mengadopsi berbagai diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi metode. ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian Jika gas memasuki saluran channel tersusun dari proyek investasi, yaitu : medan magnet superkonduktor. Intensitas magnet yang dapat di hasilkan di dalam saluran tersebut biasanya 2.7.1 Net Present Value (NPV) antara 3-5 Tesla. Saat gas melewati saluran, sebuah NPV adalah nilai sekarang dari keseluruhan gaya gerak listrik terjadi dalam ruang magnet ( channel Discounted Cash Flow atau gambaran ongkos total ). Menurut hukum Faraday tentang induksi atau pendapatan total proyek. elektromagnetik arus / tegangan (EMF) adalah bila sebuah kumparan induksi / kawat digerak-gerakkan di 2.7.2 Internal Rate of Return (IRR) dalam medan magnet maka akan terjadi perubahan IRR adalah suatu indicator yang dapat fluks magnet per satuan waktu. Namun yang menggambarkan kecepatan pengembalian modal dari membedakannya di dalam sistem MHD tidak suatu proyek. menggunakan kumparan induksi / kawat sebagai konduktor melainkan berupa fluida gas. 2.7.3 Return Of Investment (ROI) Seperti yang disebutkan sebelumnya sistem MHD ROI adalah laba atas investasi. ROI adalah rasio terdiri dari saluran / saluran yang merupakan uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, penghubung ke sirkuit eksternal yang pada akhirnya relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan akan membiarkan listrik mengalir ke beban melalui sebuah elektrode. Elektroda adalah pelat, batang atau 2.7.4 Benefit-Cost Ratio (BCR) kawat yang bertindak sebagai konduktor terhadap Benefit-Cost Ratio adalah rasio perbandingan aliran listrik. Mereka bertindak sebagai penghubung ke antara pemasukan total sepanjang waktu operasi sirkuit eksternal. Rangkaian eksternal dihubungkan ke pembangkit dengan biaya investasi awal. elektroda dan catu daya listrik ditransfer ke jalan yang diinginkan. 2.7.5 Payback Period (PP) Payback Period adalah lama waktu yang diperlukan 2.6 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik untuk mengembalikan dana investasi. Investasi yang Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui ideal adalah investasi dengan payback periode akan kebutuhan listrik di tahun yang akan dating dapat terpendek. dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan 3. Banten dan Kabupaten Cilegon metode regresi dan metode DKL 3.01 Wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"- 7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur 2.6.1 Metode Regresi timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Dalam Metode Regresi Linier Berganda Indonesia Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten diperlukan faktor/parameter yang akan dijadikan acuan adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi 4 kota, 4 kabupaten, 140 kecamatan, 62 kelurahan dan listrik parameter-parameter yang dipakai adalh sebagai 1.242 desa. Wilayah laut Banten merupakan salah satu berikut : jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu 1. Jumlah penduduk (X1) jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui 2. Jumlah konsumsi (X2) kapal besar yang 3. Produk Domestik Regional Bruto (X 3) menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan 4. Jumlah industri (X4) kawasan Asia tenggara misalnya Thailand, Malaysia, 5. Energi listrik terjual (Y) danSingapura. 2.6.2 Metode DKL 3.01 Metode DKL 3 merupakan metode menghitung peramalan kebutuhan listrik tiap pelanggan dengan memperhitungkan rasio elektrifikasi tiap pelanggan. 3 4.1 Kondisi Kelistrikan Cilegon Meski memiliki dua unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)—Suralaya dan Labuan—yang beroperasi di wilayahnya, masih banyak masyarakat Banten yang belum menikmati pembangunan energi ketenagalistrikan. Kondisi itu, kerap kali menciptakan kesenjangan pembangunan yang mencolok. karena tak jarang, kampung-kampung yang dekat dengan pembangkit pun, belum mencicipi bagaimana rasanya menikmati jaringan listrik. Dalam kondisi itu, program Listrik Perdesaan (Prolisdes) diharapkan dapat mempersempit kesenjangan itu. Pemberian bantuan pemasangan Gambar 1.1 instalasi listrik gratis kepada ribuan masyarakat Di samping itu Banten merupakan jalur penghubung diharapkan dapat mengeliminir jumlah masyarakat antara Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi yang belum menikmati pembangunan ketenagalistrikan geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten itu. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik berkorelasi terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dengan pertumbuhan makro ekonomi. Dengan merupakan wilayah penyangga bagi Jakarta. Secara mengasumsikan pertumbuhan PDRB Provinsi Banten ekonomi wilayah Banten memiliki banyak industri. sebesar 6%, mulai tahun 2006 sampai tahun 2020 Wilayah Provinsi Banten juga memiliki tumbuh rata-rata 5% per-tahun, serta pertumbuhan beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai penduduk rata-rata 2,3% per-tahun, kebutuhan tenaga antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari listrik netto di propinsi Banten tahun 2020 diperkirakan pelabuhan laut di Jakarta dan ditujukan untuk menjadi hampir mencapai 30 TWh atau sama dengan total pelabuhan alternatif selain Singapura. kebutuhan daya sebesar 6.000 MW ( 6 GW). Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik ini sudah Kondisi topografi Banten adalah sebagai berikut: memperhitungkan kebutuhan tenaga listrik dari Wilayah datar (kemiringan 0 - 2 %) seluas pelabuhan Bojonegara sekitar 10-15 MW dan 574.090 hektare Kebutuhan tenaga listrik untuk KEK (Kawasan Wilayah bergelombang (kemiringan 2 - 15%) Ekonomi Khusus) Bojonegara sekitar 400 MW dengan seluas 186.320 hektare mengasumsikan kebutuhan tenaga listrik ke KEK Wilayah curam (kemiringan 15 - 40%) seluas Bojonegara sebesar pasokan listrik ke Kawasan 118.470,50 hektare Industri Krakatau Steel yaitu sebesar 400 MW. Kondisi penggunaan lahan yang perlu dicermati adalah Kebutuhan tenaga listrik terbesar di Propinsi Banten menurunnya wilayah hutan dari 233.629,77 hektare diperkirakan masih didominasi oleh sektor industri, pada tahun 2004 menjadi 213.629,77 hektare.Provinsi dengan pangsa sekitar 65%. Kebutuhan tenaga listrik di Banten terdiri atas 4 kabupaten dan 4 kota sektor rumah tangga menempati posisi kedua dengan pangsa kebutuhan sekitar 25%. 4. Analisa Data Berdasarkan hasil RUKD Provinsi Banten, yaitu dengan mengasumsikan kenaikan sekitar 6% pertahun kebutuhan kapasitas untuk memasok tenaga listrik di Propinsi Banten pada tahun 2010 sekitar 3.000 MW atau 3 GW dan pada tahun 2010 hampir dua kalinya yaitu mencapai sekitar 6.000 MW atau 6 GW Total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang berada di Propinsi Banten saat ini yaitu sekitar 4.200 MW, ditambah dengan kapasitas terpasang pada PLTU baru (PLTU Suralaya 600 MW, PLTU Labuan 600 MW,dan PLTU Teluk Naga 900 MW) yang sudah akan beroperasi tahun 2009, maka pada tahun 2010 total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang berada di Provinsi Banten akan menjadi 6.300 MW atau 6.3 GW. Gambar 1.2 4 4.2 Kebutuhan Energi Listrik Cilegon Tabel 1.1 Proyeksi Energi Terjual (GWh), Jumlah Pelanggan per Sektor, Jumlah Penduduk (Ribu), dan PDRB Cilegon (Milyar) Gambar 1.3 Flow diagram metode peramalan kebutuhan energi listrik 4.2.1 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik dengan metode Regresi Salah satu permasalahan ketenagalistrikan di Banten yakni meningkatnya kebutuhan listrik oleh masyarakat sehingga diperlukan peramalan beban di suatu regional. Peramalan atau perkiraan beban beban merupakan masalah yang sangat menentukan bagi 4.2.1 Analisa Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik perusahaan listrik baik segi-segi manajerial maupun dengan metode DKL 3.0 bagi operasional. Untuk dapat membuat perkiraan Model yang digunakan dalam metode DKL 3.0 beban beban sebaik mungkin perlu beban sistem tenaga untuk menyusun prakiraan adalah model sektoral. listrik yang sudah terjadi di masa lalu. Perkiraan beban Prakiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral jangka panjang adalah untuk jangka waktu diatas satu digunakan untuk menyusun prakiraan kebutuhan tahun. Dalam perkiraan beban jangka panjang masalah- tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. masalah makro ekonomi yang merupakan masalah Metodologi yang digunakan pada model sektoral ekstern perusahaan listrik merupakan faktor utama adalah metode gabungan antara kecenderungan, yang menentukan arah perkiraan beban. ekonometri dan analitis. Pendekatan yang digunakan Perhitungan perkiraan beban dilakukan dengan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan menggunakan data yang berasal yang dari wilayah mengelompokkan pelanggan menjadi empat pelanggan kelistrikan Banten. Data yang dipakai merupakan data yaitu : dalam kurun waktu 8 tahunan mulai tahun 2002 -2009 1. Pelanggan Rumah Tangga dengan hasil perhitungan merupakan perkiraan beban 2. Pelanggan Bisnis untuk jangka panjang sampai 2030. 3. Pelanggan Industri . 4. Pelanggan Publik Metode DKL 3.0 menggunakan pendekatan yang memadukan analisa data statistik penjualan tenaga listrik dan pertumbuhan ekonomi yang dipresentasikan dengan Product Domestic Regional Brutto (PDRB). 5 Tabel 1.2 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik (KWh), Jumlah 4.3 Energi Produksi dan Beban Puncak Cilegon Pelanggan per Sektor dengan Metode DKL Setelah didapatkan hasil dari analisa pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Cilegon dengan menggunakan metoda DKL 3.01 maka besarnya pertumbuhan beban puncak di Cilegon dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel 1.3 Pertumbuhan Energi Terjual (KWH), Energi Produksi (KWH), dan Beban Puncak (KW) Cilegon Tahun 2008 Sampai dengan 2030 Konsumsi Load Energi Peak Tahun Energi Factor Produksi Load t ETt LFt EPTt PLt 2008 21.207.478 0,50 23.026.578 5.247,22 2009 22.936.038 0,50 24.903.407 5.653,43 2010 23.413.086 0,50 25.422.900 5.758,80 2011 23.905.935 0,51 25.956.498 5.866,59 2012 24.416.151 0,51 26.510.479 5.978,19 2013 24.944.536 0,51 27.084.187 6.093,43 2014 25.491.923 0,51 27.678.527 6.212,46 2015 26.059.190 0,51 28.294.452 6.335,45 2016 26.647.258 0,51 28.932.962 6.462,58 2017 27.257.094 0,51 29.595.107 6.594,04 Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan 2018 27.889.718 0,51 30.281.996 6.730,02 pelanggan menjadi empat pelanggan yaitu : Pelanggan 2019 28.546.199 0,51 30.994.787 6.870,72 Rumah Tangga, Pelanggan Bisnis, Pelanggan Industri, 2020 29.227.663 0,52 31.734.705 7.016,37 Pelanggan Publik. 2021 29.935.294 0,52 32.503.034 7.167,19 2022 30.670.336 0,52 33.301.125 7.323,41 4.2 Perbandingan Peramalan Konsumsi Energi 2023 31.434.100 0,52 34.130.402 7.485,30 Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01 2024 32.227.963 0,52 34.992.359 7.653,12 Dari hasil peramalan dengan metode DKL 3.01. 2025 33.053.376 0,52 35.888.573 7.827,14 diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi 2026 33.911.862 0,52 36.820.697 8.007,65 energi dalam kurun waktu 10 tahun sebesar 7,0 % per tahun, sedangkan dengan metode regresi linier laju 2027 34.805.029 0,53 37.790.477 8.194,97 pertumbuhannya rata-rata sebesar 7,4 % per tahun. 2028 35.734.567 0,53 38.799.747 8.389,41 Hasil perhitungan konsumsi energi dengan metode 2029 36.702.253 0,53 39.850.438 8.591,32 regresi lebih tinggi dari metode DKL. Namun pada tahun 2016, Metoda DKL mengeluarkan hasil yang 4.4 Pengaruh PLTMHD Dan PLTU 100 MW lebih tinggi dari metode regresi karena grafiknya mirip terhadap Neraca Daya Kabupaten Cilegon dengan grafik kuadrat dan eksponensial. Proyeksi Kondisi kapasitas pembangkit di Cilegon konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier cenderung naik dengan Berganda dan DKL 3.01 dapat dilihat pada tabel 4.14 semakin banyaknya jumlah penduduk. Hal ini dan gambar 4.5. berdampak semakin banyaknya pembangkit- pembangkit baru yang menggunakan bahan bakar batubara akibat semakin menyusutnya energi batubara dan memerlukan dana investasi yang tidak sedikit. Rencana beroperasinya PLTU dan PLTMHD dapat memasok daya 100 MW sampai pada tahun 2030 yang merupakan sistem pembangkit yang lebih efisien. Neraca daya yang disusun adalah berdasarkan kapasitas pembangkit dengan asumsi bahwa PLTU Suralaya, PLTU Cilegon beroperasi pada factor kapasitas nominalnya. Jika diasumsikan tidak ada Gambar 1.4 penambahan pembangkit sampai tahun 2020 selain Grafik Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Antara PLTU Suralaya 3.400 MW yang beroperasi pada Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01 pertengahan 2002 dan PLTGU Cilegon 740 MW yang 6 beroperasi pada tahun 2009 maka terdapat 2 skenario 4.5 Analisa PLTU dan PTMHD Cilegon yang akan dihadapi oleh PLN Banten : 4.5.1 Aspek Teknis 1. Total kapasitas terpasang pembangkit listrik yang Secara teknis kedua pembangkit mempunyai berada di Propinsi Banten saat ini yaitu sekitar beberapa perbedaan untuk tiap-tiap komponennya. Hal 4.200 MW, ditambah dengan kapasitas terpasang yang mendasar dari prinsip kerja kedua pembangkit pada PLTU baru (PLTU Suralaya 600 MW, tersebut memerlukan fungsi-fungsi komponen PLTU Labuan 600 MW,dan PLTU Teluk Naga didalamnya. Selain itu peningkatan efisiensi dari 900 MW) yang sudah akan beroperasi tahun sebuah pembangkit dipengaruhui oleh faktor rugi-rugi 2009, maka pada tahun 2010 total kapasitas komponennya. terpasang pembangkit listrik yang berada di Provinsi Banten akan menjadi 6.300 MW atau 6.3 4.5.1.1 Komponen PLTU 100 MW GW. 1. Transportasi bahan bakar 2. PT PLN (Persero) menargetkan sembilan Bahan bakar yang digunakan oleh PLTU 2 X 50 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang MW Cilegon adalah batubara. Batubara diperoleh dari masuk dalam proyek percepatan 10.000 MW tambang Bukit Asam, Sumatera Selatan dari jenis tahap I akan beroperasi tahun ini. PLTU-PLTU subbituminous dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg. tersebut akan menambah pasokan listrik nasional Batubara untuk keperluan PLTU Cilegon akan hingga 3266 Megawatt. sebagian besar berada di didatangkan dari Bukit Asam yang diangkut dengan Pulau Jawa dengan total kapasitas 3205MW, kapal laut. Bahan bakar yang diangkut dengan kapal sementara sisanya di luar Jawa. PLTU yang laut akan langsung menuju dermaga di rencana beroperasi tahun ini. Pembangunan PLTU Cilegon. Pembongkaran batubara a. PLTU Labuan Banten dengan kapasitas 300 MW, dari kapal ke penampungan (stockyard) dilakukan telah diresmikan pada 28 Januari 2010. dengan menggunakan belt conveyor menuju ke b. PLTU Suralaya, Banten dengan kapasitas 1x625 penyimpanan sementara dengan menggunakan MW ditargetkan beroperasi secara komersial Telescopic Chute (2) atau dengan menggunakan (Commercial Operation Date/COD) pada Mei Stacker/Reclaimer (1) atau langsung batubara tersebut 2010. ditransfer malalui Junction House (3) ke Scrapper Conveyor (4) lalu ke Coal Bunker (5), seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke Pulverizer (7) dimana batubara digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang halus. 2. Boiler, Turbin dan Generator Batubara yang dibongkar dari stockyard dikeruk dan diangkat ke boiler. Boiler terdiri dari beberapa tingkatan sesuai suhu dan tekanan air yang berada di dalamnya. Pertama adalah Economizer. Di sini berfungsi untuk menaikkan air yang bertekanan tinggi tersebut beberapa derajat sebelum memasuki pipa utama pembakaran. Selanjutnya batubara diteruskan ke coal feeder yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke pulverizer (gambar 4.14) dimana batubara digiling sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang sangat halus seperti tepung. Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan (P.A Fan) dan dibawa ke coal burner (gambar 4.15) yang menghembuskan batubara tersebut ke dalam ruang bakar untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk merubah air menjadi gas. Udara panas yang digunakan oleh P.A Fan dipasok dari F.D Fan yang menekan udara panas Kurva Neraca Daya setelah dilewatkan melalui Air Heater. FD Fan juga memasok udara ke coal burner untuk mendukung proses pembakaran. Hasil proses pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah yang berupa abu dengan perbandingan 14:1. Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar diserap oleh pipa-pipa penguap/water walls menjadi uap jenuh/uap basah yang selanjutnya 7 dipanaskan dengan superheater. Kemudian uap tersebut 4. Diffuser dialirkan ke turbin tekanan tinggi, dimana uap tersebut Bagian yang berfungsi menormalisasikan kecepatan ditekan melalui nozzel ke sudu-sudu turbin. Tenaga dan tekanan gas fluida dari hasil pembakaran. dari uap menghantam sudu-sudu turbin dan membuat Setelah dari generator selanjutnya aliran kecepatan turbin berputar. Setelah melalui turbin tekanan tinggi, gas tersebut dikurangi dan tekanannya dapat di uap dikembalikan ke boiler untuk dipanaskan ulang di normalkan kembali. Kemudian sisa hasil reheater sebelum uap tersebut digunakan di I.P Turbin pembakaran tadi di kirim menuju ruang dan L.P Turbin. Poros turbin tekanan rendah dikopel pembersihan terak. dengan rotor generator. Rotor dalam elektromagnit berbentuk silinder ikut berputar apabila turbin berputar. 5. Magnet Generator dibungkus dalam stator generator. Stator ini Bagian tersebut merupakan bagian utama yang digulung dengan menggunakan batang tembaga. Listrik berfungsi sebagai kumparan medan yang dapat dihasilkan dalam batang tembaga pada stator oleh menghasilkan kerapatan arus listrik apabila dilewati elektromagnit rotor melalui perputaran dari medan gas plasma. magnit. 3. Kondensor 6. MHD Generator Uap yang melewati turbin akan didinginkan dan Bagian dari sistem MHD yang berfungsi untuk dikondensasikan menjadi air di dalam condensor membangkitkan tegangan DC yang selanjutnya di sebelum dikembalikan ke boiler. Air untuk keperluan konversikan menjadi tegangan AC melalui inverter. PLTU Cilegon sebanyak 86800 m3/jam atau sekitar 24,1 m3/detik diambil dari laut, dimana debit air 7. Nozzle sebesar 400 m3/jam diolah terlebih dahulu sehingga Bagian ini berfungsi untuk mengijeksikan bahan memenuhi syarat untuk digunakan air pengisi ketel bakar ke dalam saluran kanal ( MHD duct) (boiler) dan untuk berbagai kebutuhan operasi lainnya. Air yang telah dipergunakan dikembalikan lagi ke laut 4.5.2 Perhitungan Efisiensi PLTU dan PLTMHD setelah didinginkan di saluran pendingin 4.5.2.1 Perhitungan efisiensi thermal pada PLTU Kapasitas per hari (panas yang diubah menjadi listrik) 4.5.1.2 Komponen PLTMHD 100 MW = 100 MW 1. Transportasi Batubara Misal batubara yang digunakan berjenis Subbituminous Serbuk batubara yang dikirim dari industri batubara yang mempunyai heating value yang selanjutnya akan digunakan sabagai bahan 5000 kkal/kg bakar pembangkit. Bahan bakar di bawah tekanan Kebutuhan batu bara = 1.042,08 ton/hari = 43.420 tesebut di hasilkan dari sistem produksi. kg/jam Panas dihasilkan = 43.420 kg/jam x 5000 kkal/kg 2. Combustor ( Ruang Bakar ) = 217.100.000 kkal/jam Didalam ruangan ini batubara dan ditambahkan = 252.441 Kwh dengan senyawa osidator untuk memisahkan kadar oksigen dalam batubara sebelum dimasukkan ke = Kapasitas Panas per hari x 100 % dalam pemanas awal dalam tangki ( couper ) Konversi panas yang dihasikan sampai pada suhu 900 C. Pada ruang bakar tersebut = 100.000 x 100 % = 39,6 % harus dioperasikan dalam keadaan bersih dari terak 252.441 hasil pembakaran sebelumnya Selanjutnya pada tahap ke dua, serbuk potasium karbonat di 4.5.2.2 Perhitungan efisiensi thermal pada injeksikan dan dicampurkan dengan serbuk PLTMHD batubara hasil dari pembakaran pada tahap sebelumnya. Yang selanjutnya gas tersebut di semprotkan ke dalam MHD channel dengan menggunakan nozlzle melintasi ruang pengukuran dan analisa sebelum akhirnya di teruskan ke MHD channel. 3. MHD channel Merupakan saluran kanal medan magnet, tempat dihasilkannya energi listrik dari generator berupa arus DC selanjutnya akan dirubah menjadi AC dengan menggunakan inverter sebelum diteruskan menuju terminal catu daya. E = 0.415 - 1.392 C + 3.977 A -.00056 R - .004 F + .0229 T - .0115 G + 1.535 P - 10.98 M - 1.842 S + 23.13 L + 1.87 B + .0122 W+ .00615W M - .00216 W 8 P - .00001 W T + 0.218 M P - 0.000836 M T + .00057 P T - 1.035(C -2.2)2 4.5.2 Aspek Sosial Pembangunan manusia mempunyai perspektif E = 0.415 - 1.392 (1) + 3.977(1) - 0.00056 (90%) - yang lebih luas karena pembangunan seutuhnya tidak 0.004 (1) + 0.0229 (2500) - 0.0115(1)+ 1.535 (8,7) - saja mencakup aspek fisik biologis, termasuk aspek 10.98 (5) - 1.842 (1) + 23.13 (0,8) + 1.87 (1) + .0122 ( iman dan ketaqwaan juga mendapat perhatian yang 100 )+ 0.00615 (100)(5) - 0.00216(100) (8,7) - sama besar. Model pembangunan manusia menurut 0.00001(100)(2500) + 0.218 (5)(8,7)- 0.000836 UNDP (1990) ditujukan untuk memperluas pilihan (5)(2500) + 0.00057(8,7) (2500) - 1.035(1-2.2)2 yang dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan = 57,8 % penduduk. Pemberdayaan penduduk ini dapat dicapai melalui upaya yang menitikberatkan pada peningkatan 4.5.3 Analisa Pemakaian Batu Bara kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat 4.5.3.1 Konsumsi Batu Bara untuk PLTU kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya, dan politik. Untuk wilayah Cilegon pada tahun 2009 memeiliki IPM 75,3 % hal ini menunjukkan bahwa perkembangan manusia di wilayah Cilegon sudah tergolong modern karena apabila dibandingkan dengan propinsi Banten yang hanya mencapai 69,3%. Energi Listrik per tahun dari PLTU 4.5.3 Aspek Ekonomi Energi listrik = Kapasitas x Jam operasi x Faktor 4.5.3.1 Perhitungan Biaya pembangkitan Energi kapasitas Listrik dari PLTU dan PLTMHD = 100 MW x 8760 jam/tahun x 0.85 Biaya total pembangkitan energi listrik = 744.600.000 kWh/tahun merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasi dan perawatan. Karenanya Kebutuhan energi panas dalam perhitungan biaya pembangkitan energi listrik, = Batu bara per tahun x LHV harus dihitung satu persatu dari ketiga biaya diatas. = 381.401.280 kg/tahun x 5000 kcal/kg Perencanaan pembangunan PLTU & PLTMHD = 1,9 x 1012 kcal/tahun Cilegon dengan bahan bakar batu bara dengan Kebutuhan batubara untuk produksi 1 kwh kapasitas total 100 MW, diasumsikan dengan capacity = Konsumsi energi / Energi listrik factor / factor kapasitas 85 % (PLTU) dan memiliki life = 381.401.280 kg/tahun/744.600.000 kWh/tahun time / umur pembangkit 25 tahun. = 0,5 kg/kWh Dari sisi ekonomi dalam mengembangkan pembangkit sistem tenaga listrik dengan 4.5.3.2 Konsumsi Batu Bara untuk PLTMHD mengembangkan plant-plant dengan biaya pembangunan yang murah dan untuk menghasilkan energi listrik dengan biaya rendah. Dalam membahas teknologi pembangkitan, maka perlu mempertimbangkan dua hal yaitu : 1. Biaya Investasi Modal Awal (Capital Investment Cost) Biasanya dinyakan dalam US$/kW, merupakan besarnya investasi modal yang Energi Listrik per tahun dari PLTMHD diperlukan untuk membangun sebuah power plant Energi listrik = Kapasitas x Jam operasi x Faktor 2. Biaya Pembangkitan (Power Generating Cost) kapasitas Biasanya dinyatakan dalam mills/kWh (1mill = = 100 MW x 8760 jam/tahun x 0.65 1/1000 mata uang), terdiri atas biaya-biaya yang = 569.400.000 kWh/tahun berhubungan dengan investasi modal awal pada sebuah power plant, biaya bahan bakar dan biaya Untuk faktor Kapasitas PLTMHD sebesa 65% ini operasional & perawatan (O&M Cost) dikarenakan MHD bekerja dalam siklus terbuka. 4.5.3.1.1 Pendapatan Pertahun (Cash in Flow) Kebutuhan energi panas untuk PLTU = Batu bara per tahun x LHV Untuk menghitung semua variable dalam analisa = 28.483.000 kg/tahun x 5000 kcal/kg ekonomi, terlebih dahulu dihitung total energi output = 1,424 x 1011 kcal/tahun PLTU Cilegon selama 1 tahun. Diasumsikan faktor Kebutuhan batubara untuk produksi 1 kwh kapasitas (CF) pembangkit sebesar 85% dan semua = Konsumsi energi / Energi listrik energi tersebut terpakai 365 hari selama 1 tahun. = 28.483.000 kg/tahun / 569.400.000 kWh/tahun = 0,05 kg/kWh 9 kWh = P x CF x 8760 4.5.3.2 Return On Investment (ROI) output install = 100.000 kW x 0,85 x 8760 Dengan mengolah data-data yang telah diketahui = 744.600.000 kWh/tahun maka didapatkan ROI PLTU Cilegon untuk suku bunga 6% naik pada tahun ke 3 sebesar 33,9% per tahun Untuk Kabupaten Cilegon, biaya pokok penyediaan dengan ROI setelah pembangkit beroperasi selama 25 listrik tegangan tinggi sebesar Rp 974/kWh. Berikut ini sebesar 133,566 sedangkan untuk suku bunga 9% naik merupakan perhitungan Jumlah pendapatan per 35% pertahun dengan ROI setelah pembangkit tahun/Cash in Flow (CIF) tanpa adanya subsidi beroperasi selama 25 sebesar 126,091. pemerintah. ROI PLTMHD Cilegon untuk suku bunga 6% naik 26,9% pertahun pada tahun ke 4 dengan ROI setelah 4.5.3.1.1 Pendapatan Per Tahun ( Cash in Flow ) pembangkit beroperasi selama 25 sebesar 73,9 Untuk PLTMHD sedangkan untuk suku bunga 9% naik 22,5 % pertahun Untuk menghitung semua variable dalam analisa dengan ROI setelah pembangkit beroperasi selama 25 ekonomi, terlebih dahulu dihitung total energi output sebesar 66,42. PLTMHD Cilegon selama 1 tahun. Diasumsikan 4.5.3.3 Benefit-Cost Ratio (BCR) faktor kapasitas (CF) pembangkit sebesar 65 % dan Dengan mengolah data-data yang telah diketahui semua energi tersebut terpakai 365 hari selama 1 tahun. maka didapatkan BCR PLTU Cilegon untuk suku kWh = P x CF x 8760 output install bunga 6% naik 33,3% pertahun dengan BCR setelah = 100.000 kW x 0,65 x 8760 pembangkit beroperasi tanpa subsidi selama 25 sebesar = 569.400.000 kWh/tahun 158,566 sedangkan untuk suku bunga 9% naik 33,3% pertahun dengan BCR setelah pembangkit beroperasi Jumlah pendapatan per tahun/Cash in Flow (CIF) dapat selama 25 sebesar 151,091 dihitung dari kWh dan selisih Biaya Pokok output BCR PLTMHD Cilegon Raya untuk suku bunga Penyediaan (BPP) dengan biaya pembangkitan atau 6% naik 25% pertahun dengan BCR setelah Total cost (TC) atau dengan kata lain keuntungan pembangkit beroperasi selama 25 tanpa subsidi sebesar penjualan (KP). Pembangkit ini direncanakan akan 98,901 sedangkan untuk suku bunga 9% naik 25 % dihubungkan dengan saluran transmisi 150 kV. Untuk pertahun dengan BCR setelah pembangkit beroperasi wilayah Cilegon, biaya pokok penyediaan listrik selama 25 sebesar 91,426. tegangan tinggi sebesar Rp 1024/kWh. Berikut ini rumus perhitungan Jumlah pendapatan per tahun/Cash 4.5.3.4 Payback Periode (PP) in Flow (CIF) tanpa adanya subsidi pemerintah. Lama waktu pengembalian modal PP PLTU CIF = KP x KWh output Cilegon dengan suku bunga 6% dan 9% adalah 2 tahun 4.5.3.1 Net Present Value (NPV) sedangkan PP PLTMHD Cilegon Raya dengan suku NPV PLTU Cilegon dengan suku bunga 6 % bunga 6 % adalah 3 tahun dan dengan suku bunga 9% diperoleh hasil perhitungan KP sebesar Rp 655/KWh adalah 4 tahun. dan cash inflow sebesar 487,89 Milyar/tahun sehingga 4.5.4 Aspek Lingkungan didapatkan NPV selama 25 tahun defisit sebesar Rp - Aspek terbeasar dari maslah polusi PLTU 539,7 Milyar yang artinya pada tahun pertama masih berkaitan dengan ketidakmurnian energi batu bara mengalami kerugian. Untuk suku bunga 9 % diperoleh yanfg terdiri dari beberapa unsur yaitu : Karbon, SO. KP sebesar Rp 624 /KWh dan cash inflow sebesar Contohnya PLTU di India yang menggunakan batu 464,89 Milyar/tahun sehingga didaptkan NPV defisit bara dengan kandungan sulfur 1% hingga 3% dan sebesar -573,490 milyar sehingga investasi dengan karbon 30%. Selama pembangkit beroperasi kedua macam suku bunga tersebut belum layak kandungan senyawa-senyawa tersebut semakin dilakukan dalam kurun 2 tahun. meningkat dan mengalami perubahan susunan NPV PLTMHD Cilegon dengan suku bunga 6 % kimianya menjadi SO,SO , SO , SiO , Fe O . Di lain diperoleh hasil perhitungan KP sebesar Rp 636/KWh 2 3 2 2 3 tingkat polusi yang perlu mendapatkan penanganan dan cash inflow sebesar Rp 362,13 Milyar/tahun khusus adalah senyawa Oksida. Oksida terbentuk dari sehingga didapatkan NPV selama 25 tahun sebesar - pemanasan gas nitrogen pada saat terjadi pembakaran. 848,367 Milyar. Untuk suku bunga 9 % diperoleh KP Selain itu ada beberapa zat yang ikut dalam proses sebesar Rp 693,5/KWh dan cash inflow sebesar Rp pembakaran diantaranya CO CO. Hal ini terjadi 394,85Milyar/tahun sehingga didaptkan NPV defisit 2, karena pada saat terjadi pembakaran temperatur ruang sebesar -882,88 milyar sehingga investasi dengan bakar tidak stabil. Untuk mengurangi kadar CO dan kedua macam suku bunga tersebut masih belum layak CO maka perlu temperatur yang tinggi dan stabil saat selama kurun waktu 4 tahun. Bila dibandingkan dengan 2 pembakaran. Berdasarkan hasil analisa dalam PLTU maka pembangunan PLTMHD membutuhkan penentuan polusi diantaranya gas oksida, Nitrogen subsidi dari pemerintah sebesar 50 % untuk mengurang Nox, Karbon, sulfur dan kandungan partikel – partikel defisit pendapatan. lain yang bermasalah. Kebanyakan senyawa-senyawa gas tersebut didapatkan dari hasil pembakaran bahan bakar secara lanngsung. Kita tahu bahwa sistem 10
Description: