Abd. Rahman : Struktur Sosial … 205 Struktur Sosial Politik Kerajaan Loloda di Antara Minoritas Islam dan Mayoritas Kristen Abad XVII-XX Abd. Rahman1 Abstrak Loloda adalah sebuah kata atau konsep yang terkait dengan suatu tempat, bahasa, etnik, mitologi, masyarakat, kerajaan, dan agama, dengan sejarah panjang yang masih kabur. Loloda secara bahasa adalah bahasa orang-orang Loloda, etnik adalah suku bangsa Loloda, mitologi adalah mitos asal mula keberadaan orang dan raja-raja yang pernah menjdi penguasa tertinggi di kerajaan Loloda yang tidak terlepas dari tradisi-tradisi lokal masyarakatnya. Loloda adalah suatu komunitas masyarakat yang telah sejak berabad-berabad yang lalu mendiami sebuah wilayah geografis yang luas. Loloda adalah salah satu kerajaan yang berada di kawasan Laut dan Kepulauan Maluku bagian utara yang cenderung belum dikenalLoloda dan Moro, oleh kebanyakan ahli dianggap adalah dua kerajaan yang sejauh ini belum diketahui kapan terbentuknya. Namun untuk Loloda sendiri menurut beberapa tradisi lokal mengatakan bahwa secara politis kerajaan ini sudah ada sejak tahun 1220 (abad ke-13), sedangkan Moloku Kie Rahayang terbentuk berdasarkan perjanjian Moti/Traktat Moti dan terkonfigurasi pula ke dalam Motir Staten Verbond1322- 1343, secara bersamaan baru muncul pada 1320-an (abad ke-14).Sejak abad ke- 15 (1486) Kata Kunci: Loloda, Struktur, Sosial, Agama, Sejarah Abstract Loloda is a word or concept associated with a place, language, ethnic, mythology, society, empire, and religion, with a long history that is still vague. Loloda in the language is the language of the people Loloda, ethnic tribes are Loloda, mythology is the mythical origin of the existence of people and the kings that ever menjdi highest ruler in the kingdom Loloda which is inseparable from the traditions of local communities. Loloda is a community of people who have since many centuries ago inhabited a vast geographical area. Loloda is one of the kingdom which is in the Mediterranean region and northern Maluku Islands which tend not dikenalLoloda and Moro, by most experts consider these two kingdoms which so far is not yet known when the formation. But for Loloda itself according to some local traditions say that politically this kingdom has existed since 1220 (the 13th century), while Kie Rahayang Moloku formed by Moti agreement / treaty Moti and configured into the inner Motir Staten Verbond1322-1343, simultaneously emerged in the late 1320s (the 14th century) .Since the 15th century (1486) Keywords: Loloda, Structure, Social, Religion, History 1 Studi Ilmu Sejarah-Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Khairun Ternate & Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. 206 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 Pendahuluan tersebar melalui jalur-jalur pelayaran dan perdagangan baik melalui darat (jalur Fokus kajian di dalam artikel ini sutra) maupun melalui laut. Teori adalah Loloda dalam konteks sejarah Balapan agamisasi antara islamisasi dan perkembangan kehidupan beragama kristenisasi memang telah terjadi sejauh yang dalam hal ini terfokus pada agama pembacaan sumber-sumber sejarah Islam dan Kristen, sebagai bagian dari sebelumnya (Saifuddin Zuhri mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat teori-teori Islamisasi di Indonesia dan daerah ini. Loloda sebagai sebuah lihat pula teori 3G yang terkait dengan kerajaan tua di kepulauan rempah- konsep dasar, sasaran, dan tujuan rempah di kawasan laut dan kepulauan kedatangan bangsa-bangsa Barat di Maluku ini menarik untuk dipertanyakan Nusantara, sejak abad ke-16 hingga 19). apakah kerajaan ini kerajaan Islam Loloda sesungguhnya memiliki (kesultanan) atau bukan? Apakah status sejarah panjang sebagai bagian dari Loloda justru adalah kerajaan Kristen, sejarah kawasan laut dan kepulauan karena masyarakatnya secara umum Maluku. Kerajaan initermasuk tidak justru didominasi oleh penduduk dikenal oleh banyak orang.Informasi beragama Kristen yang tersebar di sejarah mengenai Loloda dalam segala banyak kampung dan desa-desanya baik dimensi kehidupannya belum pernah di utara maupun di selatan, yang pada ditemukan. Kalaupun ada maka masih sisi yang lain struktur pemerintahan bersifat umum dan tidak mendalam. kerajaannya bernuansa Islam, karena Loloda adalah sebuah wilayah geografis para raja dan bangsawannya justru sejak yang sejak abad ke-13 hingga kini abad ke-17 hingga sekarang adalah dikenal oleh masyarakatnya sebagai orang-orang beragama Islam? Fenomena bekas kerajaan pertama, tertua, dan ini sangat jauh berbeda dibanding terbesar di kawasan laut dan kepulauan Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo yang Maluku bagian utara. Sejumlah penulis sudah dikenal sebagai kerajaan-kerajaan lokal maupun asing juga pernah Islam dengan rajanya-rajanya yang menyebutkan julukan-julukan Loloda itu bergelar Sultan. sebagaimana yang dikenal oleh Loloda adalah sebuah kata, konsep, masyarakatnya tersebut. Namun para dan istilah yang identik dengan suku penulis itu tidak pernah mengungkapkan bangsa (etnik), bahasa, kerajaan, sejarah, ini secara lebih mendalam latar belakang geografi, budaya (adat-tradisi), mitologi, dan cikal bakal kerajaan ini. Tidak ada dan persaingan yang terjadi dalam hal pula penjelasan mengenai mengapa agamisasi, yang dalam hal ini adalah kerajaan Loloda adalah yang terbesar di antara Islam yang disebarkan terutama antara kerajaan-kerajaan lain di oleh para mubaligh baik dari Timur- sekitarnya. Tetapi dalam beberapa Tengah (Arab) maupun India (Gujarat), sumber asing dan lokal yang serta Jawa dan Melayu, dengan agama keberadaannya sudah sangat langka Kristen yang disebarkan oleh para mengatakan bahwa setelah abad ke-17 misionaris dan orientalis asing Eropa kerajaan ini sudah hilang sehingga sudah yang masuk melalui bangsa-bangsa sangat jarang disebut-sebut dalam Barat (Portugis dan Spanyol dengan banyak referensi sejarah mereka. Kristen Katolik-Roma dan Katolik Loloda adalah salah satu wilayah Ortodoksnya) dan Belanda dengan yang menjadi bagian dari kepulauan agama Kristen Protestannya) melalui rempah-rempah (the spices islands) misi dan zendingnya (UZV), termasuk iniyang dalam banyak referensi tesebar yang terjadi di Maluku Utara. Islam Abd. Rahman : Struktur Sosial … 207 dan terpisah-pisah serta langkah itu Kalaupun ada yang menuliskannya, nampaknya kurang banyak diketahui maka semuanya masih nampak belum orang, dibandingkan dengan empat mendalam dan rinci. Namun kenyataan, kerajaan utama lainnya di kawasan ini tidak berarti bahwa Loloda telah hilang yaitu: Ternate, Tidore, Bacan (Makian), sama sekali dan bukan berarti bahwa dan Jailolo (Moti). Menurut letak sejarahnya sudah tidak bisa diluruskan geografisnya kini, Loloda berada di atau ditulis kembali, karena Pulau Halmahera di bagian utara dan sesungguhnya apabila ingin ditelusuri Barat. Loloda secara umum terbagi atas secara lebih jauh maka sumber-sumber dua bagian yaitu Loloda Utara di yang menyebutkan tentang keberadaan Halmahera Utara (Halut) dan Loloda Loloda itu masih bisa ditemukan hanya Selatan di Halmahera Barat (Halbar). saja diperlukan ketekunan dan kesabaran Halmahera adalah pulau terbesar di mencarinya. Propinsi Maluku Utara. Wilayah dan Sesungguhnya masih terdapat penduduk Loloda secara administratif sejumlah data tentang Loloda walaupun berada dan tersebar di Kabupaten Halut terhitung langka dalam ketersediannya. dan Kabupaten Halbar. Tipologi Ketersediaan sumber-sumber tradisi geografis Loloda terdiri dari Loloda lisan nampaknya sejauh ini menjadi Daratan, Loloda Kepulauan, Loloda sangat penting terutama ketika Teluk, dan Loloda Pegunungan. menghadapi permasalahan kelangkaan Banyak ungkapan yang kemudian sumber-sumber tertulis berupa arsip dan muncul mengenai Loloda sejauh ini di dokumen-dokumen tertulis lainnya dan mana Loloda diindikasikan sebagai kata tentu saja sumber itu dapat menjadi atau konsep yang terabaikan, petunjuk awal bagi penemuan sumber- tersingkirkan, hilang, dan terlupakan sumber sejarah Loloda yang tertulis (Jan dalam sejarah Lokal Maluku Utara dan Vansina). Oleh karena itu tidaklah etis sejarah nasional Indonesia. Karya-karya jika kemudian semangat untuk meneliti tulis mengenai perjalanan sejarah Loloda dan menulis sejarah kehadiran Loloda sejauh ini masih sangat sulit ditemukan menjadi surut, karena sesungguhnya jika oleh karena itu Loloda tidak banyak bertekun dan bersabar diri maka bisa diketahui dan karenanya jarang diyakinkan bahwa sumber-sumber yang disebutkan. Loloda secara mitologis dan dibutuhkan untuk itu masih dapat secara geohistoris adalah bagian dari ditemukan, baik yang bertema sosial, kehadiran atau kemunculan raja dan ekonomis, budaya, maupun politik. kerajaan-kerajaan awal dunia Maluku Pertanyaan berikutnya yang dan Loloda memiliki luas wilayah yang menarik adalah apakah teori-terori mencakup hampir separuh Halmahera Islamisasi yang selama ini dikenal dan bahkan bisa dikatakan seluruh pulau ini diterapkan di Nusantara, juga berlaku di dahulunya adalah bagian dari miliknya. kerajaan Loloda hingga abad ke-19 itu? Semestinya ini adalah kebenaran yang Meskipun di banyak sumber yang tidak dapat diingkari. Akan tetapi dikemukakan oleh sejarawan asing itu rupanya sejarah tentang itu sejauh ini setelah abad ke-17 menganggap bahwa justru masih sangat sulit ditemukan, dan Loloda hanyalah sebuah kerajaan kecil para sejarawan lokal, nasional, bahkan dan miskin yang sudah hilang tenggelam asingpun seolah merasa enggan untuk dari dunia Maluku (Leonard Y. Andaya). menulis sejarah Loloda yang mencakup Sebuah hipotesis dapat penulis mengenai seberapa luas wilayah sampaikan di sini bahwa mungkin salah Halmahera yang pernah dikuasai Loloda. satu yang membuat Loloda tidak 208 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 terkonfigurasi ke dalam Motir Staten Keempat kerajaan inilah yang Verbond (Persekutuan Raja-Raja terkonfigurasi ke dalam organisasi Maluku, 1322-1343) di mana Loloda Persekutuan Raja-Raja Maluku, dari tidak pernah terdengar sebagai kerajaan hasil Pertemuan Moti (di pulau Moti) di Islam dengan raja yang bergelar sultan) abad ke-14 tersebut. Keempatnya adalah karena persoalan agama? Karena kemudian dikenal dengan Moloku Kie para peserta pertemuan Moti lainnya Raha (empat kerajaan gunung Maluku). menganggap bahwa raja Loloda lemah Sesungguhnya Loloda adalah dan tidak konsisten dalam menyebarkan bagian integral dari Dunia Maluku. agama Islam secara luas di kalangan Namun, kenyataannya sejarah Loloda masyarakat-masyarakat primitif seolah hilang dari dunia itu. Adalah pedalaman yang masih didominasi oleh menarik untuk meninjau konsep-konsep penduduk yang berkepercayaan historiografis dari Bernard Lewis (2009) animisme dan dinamisme atau dalam kaitannya dengan sejarah Loloda politeisme, seperti pada etnik Alifuru. yang terabaikan ini yakni, Sejarah yang Ketidaktegasan Raja Loloda dalam Diingat, Ditemukan Kembali, dan Ditemu- Islamisasi, membuat rakyat Loloda yang Ciptakan. Semestinya dari sisi yang lain, beragama Islam sangat sedikit Loloda di masa lalu tidak terlepas dari dibandingkan yang beragama Kristen, dinamika pergolakan politik di antara mayoritas penduduk Loloda beragama kerajaan-kerajaan lokal tradisional dunia Kristen, karena kelemahan Raja Loloda Maluku di bagian utara. Nampaknya dalam misi Islamisasi atas penduduk asli pertanyaan seperti ini sering muncul di Loloda pada hampir semua wilayah hadapan penulis. kerajaan Loloda hingga kini, justru Menjawab pertanyaan ini rupanya dimanfaatkan oleh para misionaris tidak semudah apa yang dibayangkan. Eropa/Barat terutama Belanda dengan Perlu kajian mendalam, untuk bisa Missi dan Zendingnya (UZV) untuk menjelaskan secara lebih baik setiap agama Kristen Protestannya. Sehingga jawaban atas setiap pertanyaan yang empat kerajaan gunung Maluku (MKR) muncul. yang sudah resmi menjadi kerajaan Islam sejak abad ke-15 dan yang Masuk dan Berkembangnya Dua tergabung ke dalam organisasi Agama Persekutuan Moti, meninggalkan Loloda sendiri dan menolaknya sebagai kerajaan a. Pengaruh Agama Islam dalam Islam/kesultanan. Gelar Sultan pada raja Struktur Pemerintahan Kerajaan Loloda tidak diakui dan kerajaan Loloda pun tidak diakui sebagai sebuah Di Maluku Utara terdapat tradisi kesultanan di Maluku. Hipotesis ini lisan tentang masuknya Islam. Dalam adalah merupakan suatu hal yang aneh tradisi lisan (oral tradition) digambarkan namun menarik untuk diuji bahwa Islam sudah masuk di kepulauan kebenarannya dan dalam hal ini, kasus Maluku terutama Ternate sejak abad Loloda adalah merupakan suatu kedelapan Masehi atau abad kedua pengecualian apabila dibandingkan Hijriah. Menurut tradisi ini, pada sekitar dengan kerajaan-kerajaan yang sudah abad ke-2 Hijriah (abad kedelapan berbasis Islam di Maluku dengan raja Masehi), telah tiba empat orang Syekh yang bergelar sultan, seperti Kesultanan buron dari Irak di kepulauan Maluku Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Utara. Mereka adalah Syekh Mansur, Bacan, dan Kesultanan Jailolo. Syekh Yakub, Syekh Amin, dan Syekh Abd. Rahman : Struktur Sosial … 209 Umar. Kedatangan empat orang Syekh Loloda adalah salah satu daerah ini dikaitkan dengan terjadinya yang merupakan pusat kekuatan politis pergolakan politik di Irak, ketika yang melahirkan gelar kolano (raja) golongan Syiah dibunuh oleh Penguasa yang dibantu oleh Jougugu (kapita laut bani Umaiyah dan Bani Abbasyiah.2 dan hukum), sebagaimana halnya fungsi- Syekh Mansyur menyiarkan agama fungsi politik yang serupa di Ternate. Islam di Ternate dan Halmahera Muka Faktanya ialah bahwa penguasa Loloda dan ketika tutup usia, ia dimakamkan di tertinggi bergelar kolano sebagaimana gunung Gamalama Ternate. Syekh halnya gelar kolano sebelum digantikan Yakub menyebarkan agama Islam di dengan gelar Sultan bagi raja Ternate Tidore dan Makian, dan ketika tutup dan Tidore, namun kemudian Loloda usia, ia dimakamkan di gunung Makian dinyatakan terpisah. Pada abad ke-17 (Kie Besi). Syekh Amin dan Umar Loloda telah menjadi pusat Islam karena menyiarkan agama Islam di Halmahera pada tahun 16865 namun Islam Belakang, Maba, Patani, dan sekitarnya. dinyatakan baru masuk Loloda pada Keduanya dikabarkan kembali ke Irak.3 tahun 1656.6 Di Loloda desa yang Kehadiran empat orang Syekh di menjadi tempat utama kediaman kolano atas bisa dikatakan melalui Cina yang adalah sebuah desa Muslim di tepi langsung menuju ke Kawasan Laut dan sungai Loloda, yang dapat disimpulkan Kepulauan Maluku bagian Utara bahwa kolano pada waktu itu telah (Maluku Utara). Hal ini berdasarkan tiga menganut Islam juga. Tetapi menurut argumentasi. Pertama, pada masa itu, van Baarda Kolano Loloda dan segenap hubungan Cina dengan Timur Tengah aparat kerajaannya sudah menganut terjadi melalui jalur darat sehingga Islam sebelum abad ke-19 pertengahan.7 disebut dengan “jalur sutra”. Rempah- Jika berpatokan pada pandangan rempah yang diperdagangkan oleh orang Mapanawang, maka ini berarti bahwa Cina itu diambil dari Kepulauan islamisasi di Loloda sungguh sangat Maluku.4 lamban jika dibandingkan dengan tempat-tempat lain di Nusantara. Tahun 1662 penduduk Loloda 2 Djoko Suryo, “Bulan Sabit di Bawah diperkirakan berjumlah 200 orang dan di Rimbunan Cengkeh: Islamisasi Ternate atau tahun 1686 muslim Loloda berjumlah 16 Ternatesasi Islam” dalam Moloku Kie Raha orang. Sementara penduduk Alifuru dalam Perspektif Budaya dan Sejarah berjumlah 60 orang.Pada 1911 sekitar 19 Masuknya Islam, (Ternate: HPMT Press, desa dengan jumlah penduduk 4000 jiwa 2005), h. 120, dalam Mustafa Mansyur. 2013. Transformasi Politik di Loloda Maluku Utara (1808-1945). (Bandung: PPS-UNPAD (Tesis), 2013), h. 140. Transformasi Politik di Loloda Maluku Utara 3 Djoko Suryo, “Bulan Sabit di Bawah (1808-1945), h. 141. Rimbunan Cengkeh, h. 120; Irza Arnyta 5 Arend L Mapanawang, Loloda Kerajaan Djafaar, Dari Moloku Kie Raha hingga Negara Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda Federal Biografi Politik Sultan Ternate Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri Iskandar Muhammad Djabir Sjah. Halmahera, 2012), h. 63. (Yokyakarta: Bio Pustaka, 2005), h. 19; dan 6 Arend L Mapanawang, Loloda Kerajaan Mustafa Mansyur, Transformasi Politik di Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda Loloda Maluku Utara (1808-1945), h. 14. Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri 4 R.Z. Leirissa, “Jalur Sutera: Integrasi Laut- Halmahera, 2012), h. 143. Darat dan Ternate sebagai Bandar di Jalur 7 Arend L Mapanawang, Loloda Kerajaan Sutera” dalam Yusuf Abdulrahman, et al., Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda Ternate Bandar Jalur Sutera, (Ternate: Lintas Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri 2001), h. 4 dalam Mustafa Mansyur. 2013. Halmahera, 2012), h. 143. 210 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 Muslim, Kristen, dan Pagan. Pada tahun sini bisa jadi adalah Loloda dan Ibu.10 1686 terdapat lima desa yang ditempati Berdasarkan tradisi oral yang oleh orang-orang Alifuru (di luar desa- dikemukakan, dapat dikatakan bahwa desa Muslim utama), lima desa orang Islam telah masuk di Maluku Utara Alifuru itu adalah Lobo-Lobo, Tobo- khususnya Ternate dan Loloda sejak Tobo, Kedi Togolami, dan Bakune, abad kedelapan Masehi. Versi lain dapat mereka semua berjumlah kira-kira 60 dilihat dari Hikayat Ternate orang. Desa-desa Alifuru yang lain sebagaimana yang ditulis oleh Naidah adalah, Baru, Bakun, Kedi, dan Laba.8 dan mitos mengenai kelahiran Raja Kedua, jalur pelayaran melalui Selat Loloda. Malaka belum terjadi, sehingga Di Loloda, meskipun cerita tentang hubungan antara para pedagang dari masuknya Islam tidak dimuat dalam Timur Tengah dengan Asia Timur masih berbagai catatan terutama hikayat, melalui jalan darat. namun berdasarkan sumber-sumber Hubungan melalui jalur laut terjadi lisan, dapat digambarkan bahwa ketika Khalifah Abbasiyah mulai masuknya Islam di Loloda dikaitkan mengalami kemunduran pada abad ke- dengan tokoh-tokoh legendaris, yang 10 Masehi. Sejak saat itu, disepanjang memiliki kekuatan magis dan Samudra Hindia, baru muncul apa yang supranatural. Mitos kelahiran raja disebut “emporium” yaitu kota-kota Loloda,11 bisa dikatakan bahwa Islam pelabuhan yang menyediakan segala telah masuk Loloda. Hal ini bisa terlihat macam fasilitas bagi kaum pedagang dan dari nama Raja Loloda yang pelaut. Jaringan emporium itulah yang menggambarkan nama bercirikan Islam memungkinkan pelayaran niaga dari yakni Usman dengan gelar Malamo Timur Tengah ke Asia Timur, tidak (agung). Kehadiran empat orang syekh perlu melalui jalur darat.9 Ketiga, dari Irak di atas, bisa juga dijelaskan kehadiran empat orang Syekh di bahwa Islam masuk Loloda sejak abad Kepulauan Maluku Utara ini mungkin kedelapan Masehi. Hal ini bisa dilihat lebih awal menyinggahi pesisir Utara– dari operasi penyiaran Islam yang Barat Halmahera, karena secara dilakukan oleh Syekh Mansyur yang geografis pesisir Utara Halmahera meliputi Ternate dan Halmahera muka berada langsung di antara Laut Maluku termasuk Loloda dan Ibu. Meskipun dan Samudra Pasifik yang Islam telah masuk di Loloda, namun menghubungkannya dengan Laut Cina tidak dapat dijelaskan apakah Islam telah Selatan. Hal ini mengacu pada proses melembaga ke dalam struktur penyebaran Islam yang dilakukan oleh pemerintahan di Kerajaan Loloda pada Syekh Mansyur di Ternate dan abad kelimabelas sebagaimana di Halmahera muka. Halmahera muka di Ternate. Pada abad ini (1486), Islam telah masuk ke dalam sistem politik di Ternate yang ditandai dengan adanya 8 Arend L Mapanawang, Loloda Kerajaan Pertama Moluccas (Sejarah Kerajaan Loloda 10 U.M. Assegaf, “Sedikit tentang Maluku Maluku), (Tobelo: Yayasan Medika Mandiri Utara”. Buletin IKMU Surabaya. Medio Halmahera, 2012), h. 143. Januari, 1974, h. 15 dalam Mustafa Mansyur, 9 R.Z Leirissa, “Jalur Sutera: Integrasi Laut- Transformasi Politik di Loloda Maluku Utara Darat dan Ternate sebagai Bandar di Jalur (1808-1945). Bandung: PPS-UNPAD (Tesis), Sutera” dalam Yusuf Abdulrahman, et al., 2013), h. 142. Ternate Bandar Jalur Sutera, (Ternate: Lintas, 11 Mustafa Mansyur, Transformasi Politik di 2001), h. 4. Loloda Maluku Utara (1808-1945), h. 142. Abd. Rahman : Struktur Sosial … 211 gelar Sultan untuk Raja Ternate. Adapun Hukum Adat dan Lingkungan Hidup Raja Ternate yang pertama kali memakai Adat Ternate”, terdapat juga sebutan gelar sultan adalah Zainal Abidin Sjah.12 untuk Sultan Loloda.14 Di Loloda, Islam dapat dikatakan Namun untuk mengimbangi kedua masuk ke dalam sistem politik setidak- pemahaman antara sultan versus kolano, tidaknya pada abad ke-17. Hal ini dapat ditelusuri dengan simbol berdasarkan tulisan Chr. F. van Fraassen keislaman yang lain yaitu istilah soa-sio yang berjudul Types of Socio Political yang terdapat pada abad ke-19. Istilah Structure in North-Halmahera History soa-sio ini digambarkan untuk (1979). Menurutnya, pada abad ke-17, membedakan penduduk yang beragama Loloda telah menjadi sebuah pusat Islam, di mana istilah Soa-Sio ini Muslim karena pada tahun 1686 digunakan sebagai nama negeri yang kampung utama Loloda dan kediaman berada di pusat-pusat pemerintahan Kolano Loloda adalah kampung Muslim kerajaan dan distrik.15 Hal ini di tepi Sungai Loloda, sehingga ia sebagaimana yang terdapat di dalam menyimpulkan bahwa Kolano Loloda catatan de Clerq 1890, yang adalah seorang Muslim (Van Fraassen, menggambarkan adanya negeri-negeri 1979:115). Namun, Van Fraassen tidak Soa-Sio pada distrik-distrik di menjelaskan bagaimana posisi Islam Halmahera bagian utara termasuk dalam sistem politik di Loloda. Loloda.Meskipun de Clerq tidak Pada abad ke-19, pengaruh Islam menjelaskan peran dan fungsi dari di Loloda juga dapat terlihat. Pengaruh negeri-negeri Soa-Sio, namun eksistensi itu dapat dilihat dari adanya pemukiman negeri Soa-Sio yang disebut de Clerq Muslim yakni Soa-Sio dan Bantoli di memberikan asumsi terdapat pengaruh ibukota Loloda.13 Kemungkinan Islam terhadap sistem politik di Loloda Kampung Muslim yang dimaksud Van pada abad kesembilanbelas. Fraassen di atas adalah Soa-Sio, karena Secara etimologis, kata Soa-Sio Soa-Sio yang dimaksud pada abad ini diambil dari kata ‘soa’ yang berarti terletak di tepi Sungai Loloda. Di Soa- ‘rumpun’ dan ‘sio’ yang berarti Sio inilah, kediaman atau kedudukan ‘sembilan’. Kata Soa lalu diartikan Raja Loloda berada, dan raja juga dengan kesatuan keluarga (marga) dalam seorang Muslim. Meskipun raja adalah suatu masyarakat, dan bisa juga seorang Muslim, namun dalam sumber- diartikan dalam perspektif alam untuk sumber Belanda tidak disebutkan menunjukkan “teluk”. Teluk bisa eksistensi Penguasa Loloda dengan gelar dimaknai dengan sebutan “jiko”, tetapi sultan. Sekalipun demikian dalam bisa juga “soa”, ketika ada cela-cela pemahaman orang Loloda saat ini, yang kosong di antara dua titik di depan mereka senantiasa memberi konotasi dan di belakang. Singkatnya berbentuk yang sama antara raja (kolano) dengan sultan. Bahkan dalam tulisan Sultan Ternate Mudaffar Sjah tentang “Sejarah 14 Hidayatullah M. Sjah, “Sultan Jailolo; melengkapi Kesempurnaan Moloku Kie Raha” dalam Mudaffar Sjah, et al., Moloku Kie Raha 12 Saleh Putuhena, “Struktur Pemerintahan dalam Perspektif Budaya dan Sejarah Kesultanan Ternate dan Agama Islam”, dalam Masuknya Islam, (Ternate: HPMT Press, E.K.M. Masinambow, Halmahera dan Raja 2005), h. 26. Ampat, (Jakarta: Leknas LIPI, 1983), h. 315. 15 R.Z. Leirissa, Halmahera Timur dan Raja 13 F.S.A. De Clerq, De Bijdragen tot de Kennis Jailolo: Pergolakan Sekitar Laut Seram Awal der Residentie Ternate. (Leiden: Brill, 1890), Abad Ke-19, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. h. 74. 89. 212 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 garis lengkung. Cela-cela itu disebut Fanyira Jawa, 8. Fanyira Torangara, “soa” atau “ma-soa”.16 dan 9. Fanyira Tobala. Para kimalaha di Kata soa dalam pengertian marga, atas merupakan orang-orang (marga) kemudian berkembang maknanya terbaik yang ditunjuk kolano, dan para menjadi kampung atau negeri. Dengan fanyira adalah utusan dari empat soa kata lain, istilah kampung merupakan (kampung) utama di Ternate. Adapun modifikasi dari kata soa. Istilah Sembilan negeri (sangaji) terdiri dari: 1. kampung sesungguhnya berasal dari Sangaji Tomajiko, 2. Sangaji Malayu, 3. bahasa Portugis yaitu “campo”.17 Selain Sangaji Limatahu, 4. Sangaji Kulaba, 5. itu di tengah-tengah masyarakat lokal di Sangaji Malayu Cim, 6. Sangaji Maluku Utara, dikenal pula adanya Tobeleu, 7. Sangaji Tafamutu, 8. Sangaji istilah fanyira yang merujuk pada suatu Tafaga, dan 9. Sangaji Takofi. Bobato status dan jabatan sosial sebagai kepala ini bertugas sebagai lembaga parlemen soa. Fanyira dalam bahasa Ternate kesultanan Ternate.18 mengandung makna sebagai orang yang Sementara dalam bidang eksekutif dituakan dalam suatu kampung (soa). disebut Bobato Madopolo yang dipimpin Sementara untuk marga (klan), soa-nya oleh Perdana Menteri (jogugu).Menteri bisa merujuk pada suatu sistem yang menangani urusan dalam negeri kekerabatan berdasarkan asumsi disebut hukum soa-sio. Hal yang sama genealogis dan negeri yang biasanya juga terdapat di Kesultanan Tidore, di dikategorikan dengan eksistensi atau mana istilah soa-sio digunakan sebagai status wilayah yang dipimpin oleh nama negeri yang berkedudukan sebagai sangaji, sehingga disebut soa sangaji. pusat pemerintahan Kesultanan Tidore, Di Kesultanan Ternate, terdapat dan teradapat seorang hukum soa-sio juga istilah soa-sio yang digunakan yang menangani urusan dalam negeri.19 sebagai nama negeri yang menjadi pusat pemerintahan kesultanan. Sebagai pusat pemerintahan, negeri Soa-Sio ini ditempati oleh perwakilan/duta dari 18 Syahril Muhammad, Kesultanan Ternate Sejarah Sosial Ekonomi & Politik, golongan masyarakat dari sembilan (Yokyakarta: Ombak, 2004), h. 49; Talabudin marga/kampung dan sembilan negeri Yusuf. 2005. “Sejarah Kesultanan Ternate” (sangaji) yang menjadi bagian yang dalam Mudaffar Sjah, et al., Moloku Kie Raha sangat penting di dalamnya. Di dalam dalam Perspektif Budaya dan Sejarah konteks inilah, Soa-Sio diartikan sebagai Masuknya Islam, (Ternate. HPMT Press, 2005), h. 45-46; Busranto Abdul Latif Do’a. sembilan marga/kampung, dan Sembilan “Sistem Kemasyarakatan Tradisional Ternate negeri (sangaji) yang kemudian disebut dalam Perspektif Budaya Modern” dalam Bobato Delapan Belas (Bobato Mudaffar Sjah, et. al., Moloku Kie Raha dalam Nyagimoi Setofkange). Perspektif Budaya dan Sejarah Masuknya Sembilan marga/kampung tersebut Islam. Ternate: HPMT Press, 2005), h. 98-99; dalam Mustafa Mansyur, Transformasi Politik terdiri dari: 1. Kimalaha Marsaoli, 2. di Loloda Maluku Utara (1808-1945), h. 146; Kimalaha Tomagola, 3. Kimalaha dan Abd. Rahman Marasabessy, dkk. Sejarah Tomaito, 4. Kimelaha Tamadi, 5. Sosial Kesultanan Ternate. Ombak, 2012), h. Kimelaha Payahe, 6. Fanyira Jiko, 7. 90-91. 19 Hidayatullah M. Sjah, “Sultan Jailolo; melengkapi Kesempurnaan Moloku Kie Raha” 16 Mustafa Mansyur, Transformasi Politik di dalam Mudaffar Sjah, et al., Moloku Kie Raha Loloda Maluku Utara (1808-1945), (Bandung: dalam Perspektif Budaya dan Sejarah Masuknya PPS-UNPAD (Tesis), 2013). Islam, (Ternate: HPMT Press, 2005), h. 35, 17 Irza Arnyta Djafaar, Jejak Portogis di Maluku dalam Mustafa Mansur, Transformasi Politik di Utara. (Jakarta: Ombak, 2007), h. 151. Loloda Maluku Utara (1808-1945), h. 146. Abd. Rahman : Struktur Sosial … 213 Adapun di Kesultanan Bacan tidak soa-sio.Akan tetapi kampung-kampung terdapat negeri Soa-Sio.Hanya saja, Soa-Sio di bekas-bekas distrik tersebut, golongan rakyat jelata (bala) yang telah tidak lagi eksis pada saat ini, kecuali di menganut agama Islam disebut “orang Ternate, Tidore, Loloda, dan Galela. Soa-Sio”. Orang Soa-Sio inilah yang Untuk Soa-Sio di Loloda, dipilih untuk menjalankan pemerintahan pengertiannya kurang lebih sama dengan seperti pada jabatan jogugu, hukum Soa-Sio di Ternate, Tidore, Bacan, dan (hakim) dan kimalaha.20 Ini Galela. Hal ini bisa dilihat dari adanya menunjukkan adanya kesamaan dengan negeri Soa-Sio yang menjadi pusat istilah soa-sio di Kesultanan Ternate dan pemerintahan kerajaan Loloda (bisa juga Tidore. disebut distrik). Selain itu, negeri Soa- Di Jailolo, istilah soa-sio juga Sio juga merupakan pemukiman disebutkan oleh de Clerq, namun golongan Muslim. Sebagai pusat eksistensi soa-sio yang dimaksudkannya pemerintahan kerajaan, di negeri Soa-Sio itu berkaitan dengan status Jailolo ini terdapat representasi golongan sebagai pusat pemerintahan Distrik masyarakat dari Sembilan Soa yang Jailolo. Hal ini dikarenakan bahwa pada disebut Bobato Soa-Sio. Bobato inilah abad kesembilanbelas tersebut Jailolo yang memegang kewenangan/urusan bukan lagi sebuah kesultanan melainkan utama dalam sistem sosial politik di distrik di bawah kesultanan Ternate.21 Loloda. Sebagaimana telah Sementara di Galela, penyebutan dikemukakan sebelumnya,22 bahwa istilah soa-sio bisa dikaitkan dengan kewenangan atau urusan dari adanya golongan Muslim yang representasi golongan masyarakat itu di mendapat satus sosial utama dalam antaranya: 1. Soa Bangsa (golongan sistem sosial kemasyarakatan, sehingga bangsawan yang memegang kedudukan melahirkan negeri Soa-Sio. Golongan raja); 2. Soa Kimalaha (menjalankan inilah yang kemungkinan menjadi pemerintahan), 3.Soa Hukum Sangaji/kepala Distrik Galela yang (melaksanakan peradilan); 4.Soa Lebe berkedudukan di negeri Soa-Sio. (melaksanakan urusan syari’ah Islam); 5. Keadaan ini tergambar dari catatan Soa Sabuange (penasehat Kolano); 6. F.S.A de Clerq yang berjudul “Ternate, Soa Dumo (pelayan kolano); 7. Soa Kori The Residensi and its Sultanate,” (penjaga hutan); 8. Soa Tobo-Tobo mengungkapkan bahwa di beberapa (penjaga pantai/teluk); dan 9. Soa distrik di Halmahera Utara dan Barat Mandioli (prajurit perang).23 (Jailolo, Sahu, Gamkonora, Loloda, dan Dengan mengacu pada Galela) terdapat kampung-kampung soa- pengertian Soa-Sio, baik sebagai sio yang dihuni golongan Muslim. pemukiman Muslim, pusat Keadaan ini menunjukkan bahwa pada pemerintahan, maupun sebagai salah pusat-pusat kekuasaan raja (kolano) dan satu soa yang mengurusi masalah sangaji, sesungguhnya terdapat negeri syari’ah Islam, maka dapat dikatakan bahwa Islam telah ditransformasikan ke 20 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah dalam sistem politik Loloda. Hal ini Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Edisi Revisi. Makssar: Kerja sama Gora Pustaka Indonesia, Nala Cipta Litera, dan 22 Lihat Mustafa Mansyur, Transformasi Politik Bursa Kawasan Timur Indonesia, 2007), h. di Loloda Maluku Utara (1808-1945), h. 55. 193. 23 Wawancara dengan Munawar Miraji, pada 25 21 F.S.A. De Clerq, De Bijdragen tot de Kennis April 2013 dalam Mustafa Mansyur, der Residentie Ternate, (Leiden: Brill, 1890), Transformasi Politik di Loloda Maluku Utara h. 70-71. (1808-1945), lihat, h. 148. 214 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 dapat dilihat dari sistem kedudukan Halmahera). Dalam catatan itu, raja/kolano (kepala distrik) yang disebutkan bahwa Kolano Loloda adalah beragama Islam, pusat pemerintahan seorang Muslim dan di ibukota Loloda berkedudukan di negeri Soa-Sio sebagai dihuni orang Islam, terdapat mesjid dan pemukiman Muslim, dan ada suatu ada seorang Imam. Selain itu, di sana- lembaga yang mengurus mengenai sini juga ditemukan pedagang yang masalah Syari’ah Islam dalam Bobato beragama Islam.25 Ini menunjukkan Soa-Sio yakni Soa Lebe. Dalam istilah bahwa kedudukan Islam dalam sistem lokal, lembaga yang menangani masalah politik di Loloda tetap eksis. Syari’ah Islam disebut Bobato Akhirat. Ketika kedudukan raja (kolano) Bobato ini dipimpin oleh seorang imam dilikuidasi dan ditransformasikan atau mufti. Dalam istilah lokal, mufti dengan kedudukan sangaji oleh disebut juga dengan Jo Qalem atau Jo Pemerintah Hindia Belanda setelah Lebe.24 Februari 1909, pengaruh Islam bisa dikatakan tetap menjadi bagian sistem politik Loloda. Dikatakan demikian karena sangaji yang ditempatkan di Loloda dipastikan seorang Muslim, dan imam atau Jo Lebe tetap berada di bawah sangaji untuk menjalankan syari’ah Islam. Pada perkembangan berikutnya, istilah imam atau Jo Lebe Petani Loloda memanen sagu di Halmahera, Loloda disebut sebagai imam Distrik Maluku Utara. Loloda. Adapun Imam Distrik pada saat COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Sagobereidi itu bernama Imam Syawal.26 ng_bij_Loloda_Halmahera_Noord- Pengruh Islam terhadap sistem Molukken/Nederlands: Negatief. Sagobereiding bij Loloda, Halmahera, Noord- politik di Loloda membawa pengaruh Molukken/Tropenmuseum. terhadap penyebaran Islam di wilayah Loloda pada masa-masa berikutnya. Hal Pada awal abad keduapuluh, ini dapat dilihat dari data statistik 1917, pengaruh Islam terhadap sistem politik terlihat jumlah penduduk Loloda yang di Loloda juga terlihat, keadaan ini bisa telah beragama Islam sebanyak 1155, dilihat dari catatan Van Baarda pada jumlah itu tersebar di kampung Soa-Sio 1904 yang berjudul “Het Loda’sch in (248), Tolofuo (330), Baja (56), Tobo- Vergelijking met het Galela’sch Dialect Tobo (87), Fitako (119), Dedeta (149), op Halmaheira” (perbandingan dialek Dama (103), dan Tate (63). Angka bahasa Loloda dengan Galalae di 25 M.J. van Baarda. 1904. “Het Loda'sch, in 24 Talabudin Yusuf, “Sejarah Kesultanan vergelijking met het Galela'sch dialect op Ternate” dalam Mudaffar Sjah, et al., Moloku Halmaheira”. BKI. Vol. 56, No. 1, 1904, hlm. Kie Raha dalam Perspektif Budaya dan Sejarah 321. Diakses dari http://www.kitlvjournals.nl/ Masuknya Islam, (Ternate. HPMT Press, 2005), index.php/btlv/article/viewFile/6762/7529, h. 45-46; Abdul Latif Do’a, Busranto, “Sistem pada 20 November 2012, pkl. 19.48 WIB. Kemasyarakatan Tradisional Ternate dalam 26 Mustafa Mansyur, Loloda dan Integritas Perspektif Budaya Modern” dalam Mudaffar Kesultanan Ternate (1945-1999), (Ternate: Sjah, et. al., Moloku Kie Raha dalam Perspektif Program Studi Ilmu Sejarah-Fakultas Sastra Budaya dan Sejarah Masuknya Islam, (Ternate: dan Budaya-Universitas Khairun (Skripsi), HPMT Press, 2005), h. 100 dan Mustafa 2007), h. 65 dan Mustafa Mansyur. 2013. Mansyur, Transformasi Politik di Loloda Maluku Transformasi Politik di Loloda Maluku Utara, Utara (1808-1945), lihat, h. 148. h. 149.
Description: