Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica Strategi Pembudidayaan Melinjo Sebagai Penghijauan dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Batubara Puguh Irfan* Syaad Afifuddin** Miftahuddin*** *Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Medan Area **Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara **Dosen Magister Agribisnis Universitas Medan Area ABSTRACT The three highest priority strategy in plant breeding strategies of melinjo as reforestation and increasing incomes at Batubara District that can be taken are : (1) the greening implement with melinjo plants; (2) improve the greening funds through the participation of private sector and non-governmental; (3) the increase of motivation and participation.The income directly influence the level of public life itself, and is often associated with life prevailing in society. The revenue shows that a person's level of ability their needs.The result of studies shows that the primary income of farmer sample average Rp. 2.276.371,- /month, and additional income from the melinjo cultivation the lowest is Rp. 96.000,-/month by the number of trees as much as 2 trees, and the highest income is Rp. 2.082.167,-/month with 31 trees. The income average of Rp. 47.447,-/trees/month. The green space (greening) at the Batubara District until the year 2009 are 14.174 ha or 15% of the area of Batubara District. The greening at Batubara District still use shade unproductive trees, therefore the need to use the productive tree in this case is still very large like melinjo trees at Batubara District and also an opportunity to utilize the productions of the tree to add melinjo income apart from the benefits of greening itself. Keywords : Melinjo, motivation, greening. 1. Pendahuluan Untuk dapat mengaktualkan 1.1 Latar Belakang pemikiran tersebut dalam berbagai Diantara visi Bupati Batu Bara kebijakan, strategi dan program adalah Sejahtera Berjaya yaitu menjadikan Pemerintah Kabupaten Batu Bara maka masyarakat Kabupaten Batu Bara yang secara teoritis kita perlu memahami beriman, maju yang berpengalaman, berbagai paradi guna pembangunan mandiri, dan mapan dalam memenuhi dan pemberdayaan masayarakat. meningkatkan kebutuhan hidup dan Menurut Sumodiningrat (1996) kualitas kehidupannya termasuk pada penelitian sebelumnya, lingkungan hidup didalam kebhinekaan. pemberdayaan masyarakat adalah upaya Hal ini menrpakan usaha nyata untuk lebih untuk meningkatkan harkat dan martabat mensukseskan program pembangunan lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi yang berwawasan lingkungan dan juga sekarang tidak mampu untuk melepaskan berorientasi pada pembangunan pada diri dari perangkap kemiskinan dan bidang pertanian dan perkebunan, keterbelakangan. sekaligus menciptakan iklim yang lebih Dengan kata lain, pemberdayaan kondusif di tengah -tengah masyarakat. adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat. 44 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica Upaya untuk memberdayakan kecamatan, Sejalan dengan konsep kelurahan dan desa harus dilakukan pembangunan pemberdayaan masyarakat melalui 3 (tiga) strategi (Kartasasmita, tersebut diatas, terbuka kesempatan untuk 1995)' Pertama, menciptakan suasana atau mengembangkan penghijauan di iklim yang memungkinkan potensi Kabupaten Batu Bara melalui masyarakat dapat berkembang. Titik pembudidayaan pohon melinjo. tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap Pembudidayaan pohon melinjo diharapkan mnusia dan masyarakat memiliki potensi dapat menambah peningkatan pendapatan (daya) yang dapat dikembangkan. masyarakat di kelurahan dan pedesaan Kedua. memperkuat potensi atau serta dapat mengurangi pengangguran daya yang dimiliki masyarakat akibar krisis ekonomi. lempowering). Dalam rangka ini diperlukan Krisis ekonomi yang terjadi langkah-langkah yang lebih positif dan belakangan ini telah mendorong kembali nyata, Jalam penyediaan berbagai masukan, pembicaraan mengenai pembangunan serta pembukaan akses yang akan bidang perkebunan dan pertanian. Hasil- membuat masyarakat menjadi semakin hasil dari pertanian dan perkebunan dapat berdaya memanfaatkan peluan. Ketiga, diolah menjadi produk yang selanjutnya dalam proses pemberdayaan harus diperdagangkan dengan orientasi eksport dilindungi atau dicegah yang lemah yang akan memberikan sumbangan sumber menjadi bertambah Lemah. devisa bagi Negara. Paradigma pembangunan Salah satu dampak buruk akibat pemberdayaan masyarakat timbul karena krisis ekonomi adalah pemutusan kesadaran bahwa hasil pembangunan yang hubungan kerja (PHK), yang menyebabkan telah dapat dicapai mengakibatkan ribuan orang yang menjadi pengangguran kesejahteraan manusia seringkaii dicapai yang siap mengerjakan apa saja untuk dengan mengorbankan nilai-nilai memperoleh uang dalam memenuhi kemanusiaan. Misalnya untuk pengadaan kebutuhannya. Untuk mengurangi lokasi industri atau lokasi pembangunan pengangguran adanya pemutusan perumahan mewah (real estate) maupun hubungan kerja di perusahaan-perusahaan pelebaran jalan sering kali dengan yang ada di Kabupaten Batu Bara. menggusurkan masyarakat yang lemah Pemerintah Kabupaten Batu Bara perlu sehingga masyarakat makin tak berdaya. memikirkan alternatif dalam memberikan Proses mencari perhrmbuhan bantuan kepada para pengangguran ekonomi sering kali dilakukan dengan melalui pekerjaan padat karya, misalnya menidak manusiakan manusia. Paradigma pelaksanaan penghijauan dengan tanaman ini berpendapat bahwa proses yang produktif di jalur hijau jalan pembangunan harus mengaktualisasikan kelurahan, pedesaan, jalur hijau nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu benteng/bantaran daerah aliran sungai, Pemerintah Kabupaten Batu Bara harus pekarangan masyarakat, pekarangan mempertimbangkan kepentingan publik, kantor pemerintah maupun swasta, dan yaitu tekanan pada pemenuhan kebutuhan lahan marginal lainnya. minimum masyarakat, pemerataan Pengembangan pembangunan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan penghijauan di Kabupaten Ratu Bara masyarakat, pelayanan secara layak oleh dilaksanakan seiak tahun 2009 yang pemerintah (Pakpahan, 2003). meliputi pembangunan dan pemeliharaan 45 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica tamaman, jalur hijau dan pekarangan. dibandingkan dengan komoditas Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan penghijauan lainnya. biji melinjo yang sebagai lembaga teknis yang mempunyai dihasilkan dapat diproses menjadi emping tugas memberi penluiuhan pembangunan melinjo oleh masyarakat kelurahan dan penghijauan di Kabupaten Batu Bara pada pedesaan melalui wadah kelompok industri lahan dan pekarangan masyarakat, kecil rumah tangga (home industry) dan pada gilirannya akan meningkatkan khususnya tanaman produktif (Dinas pendapatan masyarakat kelurahan dan Pertanian dan Dinas Perkebunan pedesaan di Kabupaten Batu Bara. Dewasa Kabupaten Batu Bara, 2010). ini pohon melinjo telah ditanam sebagian Batu Bara adalah daerah kabupaten masyarakat Kabupaten Batu Bara, namun baru di Indonesia yang berdiri atas belum pemah di evaluasi bagaimana kemauan masyarakatnya untuk hidup lebih manfaatnya bagi masyarakat. Berdasarkan sejahtera dan semangat demokrasi. Dalam pemikiran di atas, maka perlu kiranya rangka perjalanannya maka pemerintah dievaluasi terhadap manfaat pohon melinjo Kabupaten Batu Bara melakukan langkah- serta strategi pengembangannya pohon langkah strategis sesuai dengan visi misi penghijauan di Kabupaten Batu Bara. Kepala Daerah Kabupaten Batu Bara. Sesuai dengan amanah LllJ No. 26 1.2. . Tujuan Penelitian Tahun 2007 tentang penataan ruang,bahwa 1. Mendapatkan strategi untuk digunakan pasal 29 ayat 2 mengisyaratkan bahwa Pemerintah Kabupaten Batu Bara dalam setiap daerah harus menyediakan kawasan menarik animo masyaraat dan motivasi ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 30 % masyarakat untuk berperan serta atau darl luas daerah. Selain itu juga untuk berpartisipasi aktif dalam menunjang kualitas dan estetika membudidayakan tanaman melinjo lingkungan agar iebih baik periu di arahkan sebagai penghijauan. kawasan yang berfungsi sebagai ruang 2. Untuk mengetahui manfaat pohon terbuka hijau untuk membentuk melinjo dalam peningkatan pendapatan keseimbangan lingkungan antara lahan masyarakat di kelurahan dan pedesaan. terbangun dengan lahan tidak terbangun guna mewujudkan pemanfaatan ruang 1.3. Metode Penelitian yang berwawasan lingkungan. a. Lokasi dan Waktu Penelitian Menurut Soewito (1997), untuk Lokasi penelitian ini dilakukan di memilih jenis tanaman pohon penghijauan. Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup sebaiknya dipilih jenis tanaman yang wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten bermanfaat ganda dengan memenuhi Batu Bara dan Dinas Pertanian Kabupaten persyaratan sebagai pohon penghijauan, Batu Bara di 4 empat kecamatan yakni memberi keindahan, dan menghasilkan Kecamatan Lima Puluh. Kecamatan Talawi, (produktif). Mengacu pada persyaratan Kecamatan Sei Balai, dan Kccamatan yang ditentukan, maka melinjo mempakan Medang Deras. salah satu alternatif pohon penhijauan yang Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mungkin sesuai untuk dibudidayakan di selama lebih kurang 3 (tiga) bulan Kabupaten Batu Bara. Disamping itu terhitung mulai bulan Februari sampai komoditas melinjo mempunyai nilai dengan bulan April 2012. ekonomis tinggi dan prospek pasar yang b. Metode Penelitian baik serta memiliki keunggulan komparatif 46 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica Metode peneiitian ini adalah dilakukan wawancara atau diskusi dengan deskriptif. Yakni data yang dikumpulkan responden terpilih untuk menentukan melalui pengamatan langsung di lapangan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dijelaskan dengan dengan data primer dan dengan kondisi yang ada. Penentuan bobot data sekunder, selanjutnya dianalisis pada analisis internal dilakukan dengan mengenai Kekuatan, Kelemahan, Pelucng cara mengajukan pertanyaan kepada dan Ancantan yang ada di Kabupaten Batu rersponden terpilih dengan menggunakan Bara dan diambil kesimpulan. metode paired comparasion. Untuk Untuk menjawab tujuan kajian yang menentukan bobot setiap variabel memformulasikan strategi pembudidayaan menggunakan skala 1,2, dan 3. tanaman melinjo sebagai penghijauan dan 1. Jika indikator horizontal kurang penting meningkatkan pendapatan masyarakat di dari pada indikator vertikal. Kabupaten Batu Bara, digunakan analisis 2. Jika indikator horizontal sama penting faktor internal dan analisis faktor eksternal dengan indikator vertikal. yang selanjutnya dianalisis dengan 3. Jika indikator horizontal lebih penting menggunakan metode analisis perangkat dari pada indikator vertikal. makik SWOT, sementara untuk Bobot setiap variabel diperoleh menentukan prioritas strategi digunakan dengan membagi jumlah nilai setiap analisis Quantitative Strategic Planning variabel terhadap nilai keseluruhan Matrix (QSPM). variabel Setelah dilakukan identifikasi Adapun bobot yang diberikan terhadap faktor -faktor yang berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 mempengaruhi srategi pembudidayaan (sangat penting) untuk masing -masing tanaman melinjo sebagai penghijauan dan faktor. Bobot masing faktor meningkatkan pendapatan masyarakat di mengindikasikan yang diberikan kepada Kabuapten Batu Bara, maka data yang masing -tingkat penting relatif dari faktor diperoleh kemudian dianalisis dengan terhadap keberhasilan tanpa memandang menggunakan analisis lingkungan internal apakah faktor itu adalah kekuatan dan (terdiri dari kekuatan dan kelemahan) dan kelemahan internal, faktor yang dianggap analisis lingkungan eksternal (terdiri dari memiliki pengaruh paling besar dalam peluang dan ancaman) kemudian kinerja harus diberikan bobot paling tinggi. ditabulasikan ke dalam matrik EFE Jumlah seluruh bobot harus sama dengan (External Factor Evaluation) dan IFE 1,0. Berikan peringkat 1 sampai 4 tuntuk (lnternal Factor Evaluation). masing -masing faktor untuk mengidentifi kasian apakah faktor tersebut a. AnalisisLingkungan. menunjukkan kelemahan utama (peringkat 1. Analisis Lingkungan Internal : 1) atau kelemahan minor (peringkat : 2), (lnternal Factor Evaluation) kekuatan minor (peringkat = 3) atau Analisis Lingkungan Internal kelemahan mayor (peringkat:4). dilakukan untuk memperoleh faktor Perhatikan bahwa kekuatan harus kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan mendapat peringkat 3 atau 4 dan harus faktor kelemahan yang harus diatasi. mendapat peringkat 1 atau 2. Adapun tahapan kerja dalam membuat Total skor pembobotan akan matriks IFE adalah sebagai berikut : berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata - Identifikasi faktor internal kemudian rata2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3,0 47 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica -4,0 berarti kondisi internal kuat, kemudian variabel terhadap nilai keseluruhan jika 2,0 -2,99 berarti kondisi internal rata - variabel. Adapun bobot yang diberikan rata atau sedang dan 1,0 -1,99 berarti berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 kondisi internal rendah atau lemah. (sangat penting) untuk masing -masing Tabel 6.Matrik Analisis Lingkungan faktor . Bobot yang diberikan kepada Internal (IFE). masing * masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan tanpa memandang apakah faktor itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja harus diberikan bobot paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing -masing faktor peluang atau ancaman, yaitu : 1 : sangat rendah, respon dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman Penentuan bobot pada analisis tersebut rendah. ekternal dilakukan dengan cara 2 : rendah, respon dalam meraih peluang mengajukan pertanyaan kepada responden atau mengatasi ancaman tersebut terpilih dengan menggunakan metode p air sedang (respon sama dengan rata - e d c omp ar as ior. Untuk menentukan rata). bobot setiap variabel menggunakan skala I 3 : tinggi, respon dalarn meraih peluang ,2, dan 3. atau mengatasi ancaman tersebut di 1: Jika indikator horizontal kurang penting atas rata-rata. daripada indikator vertikal. 4 : sangat tinggi, respon dalam meraih 2 Jika indikator horizontal sama penting peluang atau mengatasi ancaman dengan indikator vertikal. tersebut superior. 3 : Jika indikator horizontal lebih penting Jika total skor pembobotan EFE 3,0- daripada indikator vertikal. 4,0 berarti kuat terhadap peluang ancaman. Kemudian jika 2,0 -2,99 berarti merespon Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor sedang terhadap peluang dan ancaman Strategi Eksternal Wilayah yang ada dan 1,0 - 1,99 berarti tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap 48 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica Tabel 8. Matrik Analisis Lingkungan Eksternal (EFE). iv. QSPM (Quantitative Strategt Planning Matrix) Adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi altematif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM. a. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal pada kolom kiri QSPM Matriks SWOT Informasi ini harus diambil secara Metode analisis SWOT (strengths, langsung dari matriks EFE dan IFE, weaknesses, opportunities and threats) b. Berikan bobot untuk masing -masing pada dasarnya dapat dikelompokkan ke faktor internal dan eksternal. Bobot dalam 4 (empat) kelompok strategi yaitu : tersebut sama dengan yang ada pada l. Strategi mengoptimalkan kekuatan IFE dan EFE. (.strengths) untuk memanfaatkan c. Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi peluang (opportunities), alternatif -altematif strategi yang harus 2. Strategi mgnggunakan kekualan dipertimbangkan untuk di (strengths) untuk mencegah dan implementasikan. mengatasi ancaman (threats), d. Tentukan Nila Daya Tarik (Attractiveness 3. Strategi menggunakan kelemahan Scores -1,9. Nilai Daya Tarik ditentukan (weaknesses) untuk memanfaatkan dengan mengevaluasi masing-masing peluang (opportunities) dan faktor internal alau faktor eksternal. 4. Strategi mengurangi kelemahan Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 : tidak (weaknesses) untuk mencegah dan menarik, 2 : agak menarik, 3 : cukup mengatasi ancaman (threats). menarik, dan 4: sangat menarik. e. Hitung total Nilai Daya Tarik (TAS). Total Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah dua) dengan Nilai Daya Tarik (langkah empat) dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing -masing alternatif strategi dengan hanya mempetimbangkan pengaruh faktor keberhasilan internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut. Gambar 2. Matriks SWOT. Sumber David (2006). 49 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica f. Hitung penjumlahan Total Nilai Daya Pembudidayaan Pohon Melinjo Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya Program penghijauan yang Tarik dalam masing-masing kolom dari dilaksanakan di Kabupaten Batu Bara harus QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya lebih ditingkatkan, agar tercapai Tarik (STAS) menunjukkan strategi pembangunan yang berwawasan pada mana yang paling menarik dari setiap lingkungan. Penanaman tanaman altematif. Nilai STAS yang paling tingggi penghijauan di Kabupaten Batu Bara berarti strategi tersebut yang paling dengan penggunaan pohon melinjo masih banyak layak digunakan. Matriks QSPM sangat relatif kecil bila dibandingkan dapat dilihat pada Tabel: dengan tanaman pelindung lainnya sebagai penghijauan, pohon melinjo belum banyak 2. Hasil dan Pembahasan digunakan sebagai penghijauan, hal ini 2.1. Hasil Penelitian dikarenakan masih kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) pengetahuan dan minat baik dari Ruang Terbuka Hijau (Penghijauan) masyarakat maupun Pemerintah di Kabupaten Batu Bara sampai tahun 2009 Kabupaten Batu Bara dalam mencapai 14.174 Ha atau * l5 o/o dan luas membudidayakan tanaman melinjo sebagai wilayah Kabupaten Batu Bara, dan bila pohon penghijauan. melihat amanah dari Undang -undang Pohon melinjo adalah tanaman yang nomor 26 tahun 2007 tentang Rata Ruang, mempunyai manfaat ganda. yaitu sebagai yang dilihat pada pasal 29 ayat 2, pohon pelindung dan juga dapat keburuhan wilayah untuk ruang terbuka berproduksi berupa buah, bunga dan daun hijau adalah 30 % dari luas wilayah yang yang pada gilirannya akan dapat ada, maka kebutuhan ruang terbuka hijau menambah pendapatan masyarakat yang yang ideal untuk Kabupaten Batu Bara ada disekitar lokasi penghijauan. Luas adalah 27.149 Ha. penanaman pohon melinjo yang ada di Maka dengan melihat data di atas Kabupaten Batu Bara sampai tahun 2010 bahwa ruang terbuka hijau masih harus masih + 23,8 Ha atau berkisar 9.498 pohon. lebih ditingkatkan lagi agar program Pertanaman pohon melinjo ini berada di penghijauan yang dijalankan dapat kecamatan -kecamatan yang ada di terlaksana sesuai dengan Undang undang Kabupaten Batu Bara, dan pertanaman nomor 26 tahun 2007 tentang Rata Ruang. melinjo yang paling luas adalah di Selama ini penghijauan di Kabupaten Batu kecamatan Lima Puluh yaitu seluas * 7,2 Ha Bara masih banyak menggunakan pohon atau berkisar 2.865 Pohon. pelindung yang tidak produktif, oleh karena itu kebutuhan untuk menggunakan pohon yang produktif dalam hal ini pohon melinjo masih sangat banyak dibutuhkan di Kabupaten Batu Bara dan juga merupakan peluang untuk memanfaatkan hasil dari pohon melinjo tersebut untuk menambah penghasilan selain dari manfaat penghijauan itu sendiri. 50 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica Tabel 14. Pertanaman Pohon Melinjo di adalah sebesar Rp.2.276.371, -hulan dan Kabupaten BAtu Bara Tahun 2010. penambahan pendapatan dari hasil budidaya tanaman menjo yang terendah adalah sebesar Rp. 96.000, -/bulan dengan jumlah pohon sebanyak 2 pohon, dan yang berpendapatan tertinggi adalah sebesar Rp. 2.082.167, -/bulan dengan jumlah pohon sebanyak 31 pohon. Pendapatan rata -rata Rp. 47.447,- /pohon/bulan. Pendapatan utama dan pendapatan tambahan dari hasil produksi melinjo masyarakat petani sampel dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. Sumber: Dinas Perkebunan Tabel 15. Pendapatan Utama dan Kabupaten Batu Bara Tahun 2010 Pendapatan Tambahan dari Hasil Pohon melirijo merupakan tanaman Produksi Melinjo penghijauan yang tepat dan bermanfaat untuk dibudidayakan di Kabupaten Batu Bara karena mempunyai manfaat yang ganda yakni : l. Dapat memberikan keindahan dan panorama yang lebih menarik pada saat buah melinjo mulai masak, hal ini juga dapat menjadi suatu pandangan agrowisata di lokasi penghijauan yang ada di Kabupaten. 2. Pohon melinjo memenuhi persyaratan sebagai pohon penghijauan. 3. Merupakan pohon yang memberikan hasil (produktif) karena komoditas melinjo mempunyai nilai eknomonis dan prospek yang baik di masa mendatang yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila dibandingkan dengan pohon Sumber : Data Primer, penghijauan lainnya. Pendapatan masyarakat secara langsung Pohon melinjo mampu hidup pada berpengaruh pada tingkat kehidupan ketinggian antara 0 -1.200 meter diatas masyarakat itu sendiri, dan sering permukaan laut, tetapi agar tamanam dihubungkan dengan kehidupan yang melinjo dapat berproduksi secara umum berlaku dalam masyarakat. maksimal, sebaiknya pohon melinjo Pendapatan merupakan suatu gambaran ditanam didataran rendatr yang tingkat kemampuan seseorang dalam mempunyai ketinggian sekitar 0 -400 memenuhi kebutuhannya. Dari hasil meter diatas permukaan laut dengan curah kuisioner yang dilakukan pada pendapatan hujan antara 500 - 1.500 mm per tahun utama rata -rata masyarakat/petani sampel 51 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica (Sunanto, 1995). Untuk Kabupaten Batu 2.3. Indentifikasi Faktor Eksternal Bara berada pada ketinggian 0 - 50 meter Peluang dan Ancaman diatas permukaan laut dengan kelembaban Berdasarkan hasil analisis berkisar 240C - 330C. Curah hujan rata-rata lingkungan eksternal, maka diperoleh 1136 mm pertahun (BPS Asahan, beberapa faktor strategi eksternal yang Kabupaten Batu Bara Dalam Angka 2010). berupa peluang dan ancaman. Adapun Produktivitas melinjo di Kabupaten faktor faktor strategi eksternal yang Batu Bara dapat dikatakan memadai karena menjadi peluang antara lain : faktor tumbuh yang mencukupi dan sesuai l. Adanya peraturan yang mendasari dengan syarat hidup melinjo, namun minat pelaksanaan penghijauan: dan kesadaran masyarakat dalam hal ini 2. Meningkatnya permintrum pasar petani yang menanam atau untuk hasil produksi melinjo; membudidayakan melinjo masih belum 3. Adanya animo masyarakat terhadap begitu besar. tanaman penghijauan; 4. Adanya sosialisasi dari 2.2. Indentifikasi Faktor Internal lnstantsi/Dinas terkait Kekuatan dan Kelemahan Sedangkan faktor eksternal yang Berdasarkan hasil analisis menjadi ancaman bagi pembudidayaan lingkungan internal, maka diperoleh tanaman melinjo antara lain adalah : beberapa faktor strategi internal yang l. Kurangnya pengetahuan berupa kekuatan dan kelemahan dari masyarakat/petani untuk pembudidayaan tanaman melinjo di membudidayakan tanaman melinjo Kabupaten Batu Bara. 2. Kurangnya sumber daya manusia Adapun faktor-faktor strategi 3. Adanya gangguan (hama dan penyakit) internal yang menjadi kekuatan bagi pada masa pertumbuhan dan produksi pembudidayaan tanaman melinjo adalah : tanaman melinjo. 1. Tersedianya dana APBD yang berkesinambungan. 2.4. Analisis Matrik Internal Factor 2. Tersedianya Sumber Daya Manusia Evaluotion (IFE) aparatur Penyuluh Setelah diperoleh faktor-faktor 3. Tersedianya Institusi Tekais Balai strategi internal pengembangan budidaya tempat pembudidayaan tanaman melinjo sebagai penghijauan dan 4. Tersedianya lahan sebagai faktor peningkatan pendapatan masyarakat yang produksi meliputi kekuatan dan kelemahan, 5. Adanya wadah forum tempat koordinasi dilakukan juga dengan memberikan Sedangkan Faktor internal yang kuisioner kepada lima responden, yaitu menjadi kelemahan bagi pembudidayaan Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Batu tanaman melinjo antara lain : Bara, Kepala Bidang Pengembangan l. Kurangnya animo pemerintah Kabupaten Perkebunan, Petugas Penyuluh Lapangan Batu Bara untuk membudidayakan (PPL), Masyarakat /Petani yang menanam tanaman melinjo pohon melinjo, dan kios pupuk yang ada. 2. Terbatasnyadana dari APBD Kuisioner ini diisi oleh masing-masing Pemerintah responden untuk pembobotan dengan 3. Kurangnya koordinasi antara dinas menggunakan paired comparison motrix. yang terkait. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk 52 Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.6 No.1/April 2013 p-ISSN : 1979-8164 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica masing-masing variabel kekuatan dan peningkatan pendapatan masyarakat di kelemahan. Kabupaten Batu Bara adalah kurangnya Tabel 16. Analisis Matrik IFE animo 2.5. Analisis Matrik External Factor Evoluation (EFE,) Setelah diperoleh faktor -faktor strategi eksternal pada pengembangan budidaya tanaman melinjo sebagai penghijauan dan peningkatan pendapatan masyarakat yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuisioner kepada kelima responden seperti halnya pengisian kuisioner untuk lingkungan internal. Untuk pemberian bobot pada variabel peluagn dan ancaman juga menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing -masing variabel peluang dan Sumber : Data Primer ancaman. Tabel 16 menunjukkan faktor Tabel 17. Analisis Matrik EFE strategi internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama. Kekuatan utama bagi strategi pembudidayaan tanaman melinjo sebagai penghijauan dan peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Batu Bara adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata -rata terbesar, sedangkan kelemahan utama bagi strategi pembudidayaan tanaman melinjo sebagai penghijauan dan peningkatan pendapatan masyarakat di Kabupaten Batu Bara variabel kelemahan dengan nilai rata- rata terkecil Tingginya bobot skor rata - rata yang terdapat pada variabel tersebut karena dengan adanya wadah forum sebagai tempat koodinasi, maka semua yang menjadi hal penting dalam mendukung kegiatan pembudidayaan Sumber : Data Primer tanaman melinjo sebagai penghijauan dan Tabel 17 menunjukkan faktor peningkatan pendapatan masyarkat di strategi eksternal mana yang menjadi Kabupaten Batu Bara dapat terlaksana peluang dan aocaman bagi strategi sesuai dengan apa yang diharapkan dan pembudidayaan tanaman melinjo sebagai dapat berjalan lancar. Kelemahan utama penghijauan dan peningkatan pendapatan bagi strategi pembudidayaan tanaman masyarakat di Kabupaten Batu Bara. melinjo sebagai penghijauan dan 53
Description: