KAJIAN SOSIO-LEGAL Editor Adriaan W. Bedner Sulistyowati Irianto Jan Michiel Otto Theresia Dyah Wirastri KAJIAN SOSIO-LEGAL SERI UNSUR-UNSUR PENYUSUN BANGUNAN NEGARA HUKUM KAJIAN SOSIO-LEGAL Editor Adriaan W. Bedner Sulistyowati Irianto Jan Michiel Otto Theresia Dyah Wirastri Kajian sosio-legal/ Penulis: Sulistyowati Irianto dkk. –Ed.1. –Denpasar: Pustaka Larasan; Jakarta: Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen, 2012 xiv, 246 hlm. : 24x15.5 cm. ISBN 978-979-3790-95-4 Kajian sosio-legal © 2012 All rights reserved Penulis: Sulistyowati Irianto Jan Michiel Otto Sebastiaan Pompe Adriaan W. Bedner Jacqueline Vel Suzan Stoter Julia Arnscheidt Editor: Adriaan W. Bedner Sulistyowati Irianto Jan Michiel Otto Theresia Dyah Wirastri Penerjemah: Tristam Moelyono Pracetak: Team PL Edisi Pertama: 2012 Penerbit: Pustaka Larasan Jalan Tunggul Ametung IIIA/11B Denpasar, Bali 80116 Telepon: +623612163433 Ponsel: +62817353433 Pos-el: [email protected] Laman: www.pustaka-larasan.com Bekerja sama dengan Universitas Indonesia Universitas Leiden Universitas Groningen iv PENGANTAR Proyek “the Building Blocks for the Rule of Law” (Bahan-bahan pemikiran tentang Pengembangan Rule of Law/Negara Hukum) diprakarsai oleh Universitas Leiden dan Universitas Groningen dari Belanda, serta Universitas Indonesia. Proyek ini dimulai pada Januari 2009 dan sesuai jadual akan diakhiri pada September 2012. Ke- seluruhan rangkaian kegiatan dalam proyek ini terselenggara berkat dukungan finansial dari the Indonesia Facility, diimplementasikan oleh NL Agency, untuk dan atas nama Kementerian Belanda untuk Urusan Eropa dan Kerja sama Internasional (Dutch Ministry of European Affairs and International Cooperation). Tujuan jangka panjang dari proyek ini adalah memperkuat ikhtiar pengembangan negara hukum (rule of law) Indonesia, membantu Indo- nesia mengembangkan tata kelola pemerintahan yang baik (good gover- nance) dan memajukan pembangunan ekonomi (economic development) dan keadilan sosial (social justice). Sejak awal proyek dirancang rangkaian pelatihan terinci yang mencakup bidang-bidang telaahan hukum perburuhan, hukum pidana, hukum keperdataan dan studi sosio-legal. Sebagai perwujudan rencana tersebut antara Januari 2010 dan Juli 2011, tigabelas lolakarya yang mencakup bidang-bidang kajian di atas diselenggarakan di sejumlah lokasi berbeda di Indonesia. Lokakarya-lokakarya demikian melibatkan pengajar-pengajar hukum terkemuka, baik dari Universitas Leiden dan Groningen maupun dari fakultas-fakultas hukum di Indonesia. Peserta lokakarya adalah staf pengajar dari kurang lebih delapanpuluh fakultas hukum dari universitas-universitas di seluruh Indonesia. Proyek ini akan dituntaskan dengan penyelenggaraan pada pertengahan 2012 konferensi internasional di Universitas Indonesia. Rangkaian buku pegangan dengan judul “Seri Unsur-Unsur Pe- nyusun Bangunan Negara Hukum” yang merupakan kumpulan tulisan dari para instruktur dari pihak Belanda dan Indonesia serta masukan- masukan berharga dari peserta kursus merupakan hasil konkret dari proyek tersebut di atas. v PENGANTAR EDITOR Kajian sosio-legal, seperti yang tercantum dalam judul buku ini, biasanya digunakan sebagai konsep payung. Kajian ini mengacu pada semua bagian dari ilmu-ilmu sosial yang memberikan perhatian pada hukum, proses hukum atau sistem hukum. Salah satu karakteristik penting dari sebagian besar kajian sosio-legal adalah sifat kajiannya yang multi atau interdisiplin. Ini berarti perspektif teoretis dan metodologi-metodologi dalam kajian sosio-legal disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan berbagai disiplin yang berbeda. Disiplin keilmuan yang digunakan sangat beragam, mulai dari sosiologi dan antropologi sampai ilmu politik, administrasi publik, dan ekonomi, tetapi juga psikologi dan kajian-kajian pembangunan. Pada prinsipnya, tidak ada batasan yang jelas atas disiplin ilmu yang dapat digunakan. Banyak peneliti dalam bidang sosio-legal juga memasukkan anasir-anasir penelitian hukum doktriner pada kajian-kajian mereka. Sesungguhnya, hal ini telah menjadi ciri khas dari pendekatan yang dikembangkan oleh para penulis buku ini dan membentuk sebagian dari tradisi panjang pemikiran sosio-legal di Indonesia yang berakar pada zaman kolonial. Menurut hemat kami pendekatan ini menjadi penting dalam kondisi terkini Indonesia di mana penelitian hukum doktriner tidak memiliki sumber-sumber yang memadai yang diperlukan untuk melakukan penelitian hukum semacam itu, misalnya: studi kasus, notulensi rapat anggota dewan perwakilan rakyat, jurnal yang dibaca oleh seluruh komunitas hukum, dll. Seperti yang terjadi di sebagian besar negara Barat dan di banyak negara berkembang, melakukan penelitian hukum di situasi terkini Indonesia mensyaratkan para peneliti untuk melakukan penelitian lapangan demi mengumpulkan data-data yang relevan. Pendekatan eklektik yang menandai banyak penelitian sosio-legal, menghadirkan baik kekuatan maupun tantangan bagi para peneliti. Kekuatan dari pendekatan inter- atau multidisiplin semacam itu adalah peneliti dapat menghasilkan beragam temuan-temuan penelitian yang baru, sedangkan tantangan yang dihadapi adalah para peneliti harus menguasai kompetensi ganda yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan penelitian sosio-legal yang sesuai dengan standard metodologi dan teori dari inti disiplin ilmu yang mereka gunakan. Akademisi dalam kajian sosio-legal harus selalu menyadari bahwa mereka dituntut untuk mampu membuktikan keahliannya dalam suatu bidang tertentu dengan standar kualitas yang tidak diragukan vi Kajian sosio-legal lagi. Oleh karena itu, jika seorang akademisi sosio-legal memasukkan penelitian hukum dalam karyanya maka ia harus dapat memastikan bahwa penelitian itu adalah pemikiran hukum yang berkualitas. Arti penting pemikiran sosio-legal sangat jelas dirasakan oleh banyak pihak. Selain karena kontribusinya kepada ilmu sosial, namun juga karena kajian sosio-legal sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan kinerja sistem-sistem hukum. Para ahli hukum tidak dapat bergerak sendirian untuk mengemudikan sistem-sistem hukum menuju penerapan yang efektif, kepastian hukum dan keadilan sosial. Kebutuhan akan penelitian interdisplin dalam kajian hukum dan proses hukum telah ada sejak dulu. Banyak orang sudah tidak asing dengan legasi kajian hukum adat yang begitu terkenal dari Cornelis Van Vollenhoven, yang turut melibatkan ilmuwan-ilmuwan ulung, seperti Soepomo dan Hazairin. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa salah satu laporan penelitian pertama yang diminta oleh Thomas Raffles ketika ia menjabat sebagai Letnan Jenderal pada tahun 1811 adalah mengenai hukum adat dan sistem hukum. Kebutuhan akan kajian semacam itu sesungguhnya tidak pernah pudar dan sekarang kebutuhan demikian juga datang dari kalangan pembentuk legislasi, akademisi, para aktivis LSM dan banyak lainnya. Kerumitan yang menarik dalam kajian sosio-legal di Indonesia adalah permusuhan langsung dengan beberapa ahli hukum yang memaknai kajian ini secara berbeda. Memperdebatkan untuk ‘ilmu hukum yang murni’, beberapa ahli hukum tersebut memaknai kajian sosio-legal sebagai pelanggaran atas lahan mereka, atau bahkan sebagai bentuk serangan terhadap bidang keilmuan yang mereka tekuni. Padahal, dalam praktiknya hampir tidak ada akademisi sosio- legal yang menyatakan bahwa mereka dapat menggeser kedudukan ilmu hukum. Tidak terbantahkan bahwa analisis terhadap produk- produk legislasi dan kasus hukum bertempat di studi-studi hukum. Ini mungkin akan menyertakan analisis yang melampaui pemahaman ilmu hukum doktriner, misalnya ketika kita ingin menentukan apa yang dimaksud dengan ‘peraturan yang layak untuk perilaku sosial’ ketika mendefinisikan sebuah undang-undang yang tidak jelas substansinya. Pada dasarnya pemikiran sosio-legal menambahkan (perspektif yang lain) dalam mempertimbangkan proses pembentukan legislasi, penerapan hukum, dan penyelesaian sengketa. Selain itu, studi ini juga mampu menyajikan fakta-fakta yang penting jika kita ingin melakukan pembaharuan hukum, bagaimana penerapan hukumnya atau bagaimana hukum diterapkan di pengadilan dalam proses penyelesaian sengketa. Mengingat acap rumitnya relasi antara hukum dan realitas vii Kajian sosio-legal sosial di Indonesia sehingga kajian sosio-legal menjadi semakin relevan dibandingkan di negara-negara di mana hukum dan masyarakat dapat menyatu dengan lebih baik. Buku ini bertujuan untuk menambah koleksi buku ajar yang telah ada di berbagai universitas di Indonesia dalam bidang sosio- legal. Namun demikian, buku ini tidak dimaksudkan sebagai introduksi sistematis terhadap kajian sosio-legal atau kajian-kajian hukum, pemerintahan dan pembangunan. Karya ambisius semacam itu berada di luar jangkauan kami dalam proyek ini, namun sangat layak untuk diwujudkan di masa mendatang. Berbagai artikel yang digunakan dalam pengajaran sosio-legal pada saat ini berbeda dari satu universitas dengan universitas lainnya dan menyajikan berbagai karya yang menarik. Namun, tersedianya buku ajar yang baik dan komprehensif, yang berfokus pada persoalan di Indonesia dan sesuai dengan kebutuhan pengajaran di Indonesia akan dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kajian sosio-legal serta kegunaannya. Buku yang kami sajikan ini merupakan langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut. Buku ini menjadi bagian dari tradisi kerja sama antara akademisi Indonesia dan Belanda yang telah terjalin sejak lama. Meskipun edisi ini hanya menghadirkan beberapa tulisan dari orang-orang yang terlibat dalam kerja sama tersebut, namun artikel- artikel yang ada juga dibangun dari karya-karya yang telah dihasilkan dalam kerangka kerja sama sebelumnya oleh Soetandyo Wignjosoebroto, Satjipto Rahardjo, T.O. Ihromi, Keebet dan Franz von Benda-Beckmann, Karen dan Herman Slaats dan banyak tokoh-tokoh lainnya. Hal ini semakin mempertegas hubungan yang spesial antara Indonesia dan Belanda dalam bidang ini. Terlepas dari tujuan kerangka kerja sama yang secara eksplisit ditujukan untuk meningkatkan ekonomi dan pembangunan sosial melalui hukum, kami berharap agar kerja sama ini terus berlangsung, tidak hanya dengan semakin banyaknya generasi muda Indonesia yang datang ke Belanda untuk menyelesaikan studi doktoral dalam kajian sosio-legal tetapi juga mahasiswa Belanda yang mengambil topik penelitian tentang Indonesia. Program Building Blocks for the Rule of Law yang ditindaklanjuti dengan penerbitan buku telah memperkuat tradisi kerja sama Indonesia dan Belanda tersebut. Buku sosio-legal ini disusun dalam beberapa bab yang diawali dengan tulisan pengantar – karya Sulistyowati Irianto – berjudul ‘Memperkenalkan studi sosio-legal dan implikasi metodologisnya’. Tulisan ini menjelaskan mengenai sifat dasar kajian sosio-legal dan memberikan landasan untuk pembahasan selanjutnya. Bab kedua – viii Kajian sosio-legal karya Jan Michiel Otto dan Sebastiaan Pompe – berjudul ‘Aras hukum oriental’ merupakan kajian sejarah yang membahas sejarah studi sosio- legal dan hukum di Indonesia pada masa kolonial. Bab ini menjelaskan bagaimana hukum pada masa kolonial dibentuk sebagai sebuah alat yang diperlukan oleh pemerintah untuk membangun sebuah sistem hukum yang efektif. Hal tersebut terkadang tidak hanya membawa akibat-akibat yang negatif bagi penduduk Indonesia namun juga akibat-akibat positif. Dalam setiap bab, dari bab tiga sampai bab enam, akan dibahas mengenai konsep utama yang ada dalam kajian sosio-legal dalam pendekatan kami. Konsep yang pertama adalah tentang konsep negara hukum (the rule of law) yang dibahas oleh Adriaan Bedner dalam karya yang berjudul ‘Suatu pendekatan elementer terhadap negara hukum’. Konsep negara hukum selalu muncul dalam hampir semua diskusi mengenai sistem hukum di Indonesia yang berujung pada banyaknya kesalahpahaman dan perdebatan yang sesat. Tulisan ini menawarkan sebuah kerangka analisis untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang dimaksud dengan konsep negara hukum dan bagaimana kita dapat menggunakan konsep itu dengan baik dalam penelitian sosio-legal. Bab empat ditulis oleh Adriaan Bedner dan Jacqueline Vel yang memaparkan konsep akses terhadap keadilan (access to justice) dengan tulisan berjudul ‘Sebuah kerangka analisis untuk penelitian empiris mengenai akses terhadap keadilan’. Bab ini memberikan sebuah pendekatan yang komprehesif bagi para peneliti untuk memahami apakah dan untuk alasan apa individu dan kelompok mampu memformulasikan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi menjadi berbagai bentuk keluhan. Selanjutnya mereka dapat membawa keluhan-keluhan tersebut ke dalam forum-forum yang layak yang dapat memberikan pemulihan. Persoalan tentang pemulihan inilah yang menjadi inti perhatian dari bab lima, yang berjudul ‘Kepastian hukum yang nyata di negara berkembang’ dan ditulis oleh Jan Michiel Otto. Tulisan ini akan membawa kita kepada konsep selanjutnya, yaitu kepastian hukum yang nyata. Konsep tersebut dibangun di atas konsep kepastian hukum, dengan tidak semata-mata membahas persoalan hukum. Kepastian hukum yang nyata adalah titik akhir dari setiap sistem hukum yang mampu memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk dapat memperoleh pemulihan yang efektif melalui sistem hukum yang ada dan bahwa hasil seperti ini seyogianya sudah dapat diperkirakan sejak awal. Melalui tulisannya penulis menyajikan gambaran mengenai bagaimana interaksi antara hukum, politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan aktor-aktor kelembagaan ix
Description: