Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September 2011: 145-163 Simulasi Aliran Air Tanah Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan, Provinsi Bali Simulation of Groundwater Flow, Denpasar-Tabanan Groundwater Basin, Bali Province H. TirTomiHardjo dan T. SeTiawan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Jln. Diponegoro 57 Bandung Sari Karena kompleksitas sistem akuifer dan unit hidrogeologi yang berkaitan dengan ruang/wadah tempat air tanah berada, aliran air tanah dihitung dalam tiga dimensi (3D Calculation). Deskritisasi geometri dan prosedur iterasi berdasarkan metode beda terbatas terintegrasi (integrated finite difference method). Dalam makalah ini, semua sajian gambar ataupun tabel merupakan hasil model kalibrasi. Dengan demikian, hasil model simulasi aliran air tanah didasarkan pada data masukan yang diperoleh pada kondisi saat ini yang telah dikalibrasi selama proses simulasi. Simulasi aliran air tanah di daerah model mencakup simulasi kondisi tunak (steady state run), simulasi kondisi tidak tunak (transient runs) dengan debit pengambilan air tanah tahun 1989 (Qabs-1989) dan tahun 2009 (Qabs-2009), serta simulasi aliran air tanah dengan skenario debit pengambilan air tanah (prognosis run). Secara umum, hasil simulasi aliran air tanah pada kondisi tunak dan tidak tunak dengan Qabs-1989 dan Qabs-2009 menunjukkan perbedaan yang relatif kecil antara kedudukan permukaan air tanah hasil penghitungan (calculated groundwater heads) dan muka air tanah hasil pengukuran (observed groundwater heads). Oleh karena itu, hasil simulasi prognonis dapat dikatakan valid sebagai dasar untuk penyusunan rencana pengendalian penggunaan air tanah di Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan. Kata kunci: deskritisasi geometri, metode beda terbatas terintegrasi, kondisi tunak, kondisi tidak tunak, progresif, penggunaan air tanah AbstrAct Due to the complex structure of the aquifer systems and its hydrogeological units related with the space in which groundwater occurs, groundwater flows were calculated in three-dimensional method (3D Calculation). The geometrical descritization and iteration procedures were based on an integrated finite difference method. In this paper, all figures and graphs represent the results of the calibrated model. Hence, the model results were simulated by using the actual input data which were calibrated during the simulation runs. Groundwater flow simulation of the model area of the Denpasar-Tabanan Groundwater Basin (Denpasar-Tabanan GB) comprises steady state run, transient runs using groundwater abstraction in the period of 1989 (Qabs-1989) and period of 2009 (Qabs-2009), and prognosis run as well. Simulation results show, in general, the differences of calculated groundwater heads and observed groundwater heads at steady and transient states (Qabs-1989 and Qabs-2009) are relatively small. So, the groundwater heads situation simulated by the prognosis run (scenario Qabs-2012) are considerably valid and can properly be used for controlling the plan of groundwater utilization in Denpasar-Tabanan GB. Keywords: geometrical descritization, integrated finite difference method, steady state run, transient run, prognosis run, groundwater utilization Naskah diterima: 28 Januari 2011, revisi kesatu: 31 Januari 2011, revisi kedua: 01 April 2011, revisi terakhir: 14 Juli 2011 145 146 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September 2011: 145-163 Pendahuluan an pe ngambilan air tanah bagi pemerintah daerah setempat dalam rangka konservasi air tanah CAT Sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia, Den- Denpasar-Tabanan. pasar dan sekitarnya termasuk salah satu kawasan di Makalah ini menyajikan uraian tentang hasil Indonesia Bagian Barat yang mengalami kemajuan simulasi aliran air tanah dan penyusunan skenario pembangunan secara pesat, terutama sarana fisik penggunaan air tanah di CAT Denpasar-Tabanan dan berbagai fasilitas dalam menunjang kegiatan dengan menerapkan program aplikasi Visual Mod- sektor pariwisata yang menjadi andalan utama un- flow Versi 3.1. tuk pendapatan asli daerah (PAD). Perk embangan pembangunan yang demikian itu, ditambah dengan kebutuhan akan air untuk irigasi, serta pertumbuhan Metodologi jumlah penduduk yang terus meningkat, merupakan faktor utama terjadinya pe ningkatan kebutuhan Makalah ini disusun melalui serangkaian tahap an akan air bersih, yang sebagian besar dipasok dari yang mencakup pengumpulan, evaluasi, dan analisis air tanah. Peningkatan kebutuhan akan air bersih data; penyiapan data masukan (input data), simulasi yang bersumber dari pasokan air tanah tersebut telah dan kalibrasi aliran air tanah kondisi tunak dan tidak menyebabkan peningkatan penggunaan air tanah. tunak, serta simulasi aliran air tanah dengan skenario Konsekuensinya, degradasi air tanah di daerah ter- debit pengambilan air tanah yang ditetapkan berdasar- sebut terjadi, sehingga upaya pengelolaan air tanah kan debit pengambilan air tanah aktual (Gambar 2). berbasis cekungan air tanah perlu terus dilakukan Simulasi aliran air tanah dilakukan dengan agar degradasi secara menerus yang sangat me- menggunakan program aplikasi Visual Modflow rugikan tidak terjadi. Versi 3.1 (Waterloo Hydrogeologic Inc., Canada). Sehubungan dengan hal tersebut di atas, salah Data masukan yang dapat diimpor dengan program satu upaya teknis pengelolaan air tanah di Cekung an aplikasi tersebut disiapkan dengan program aplikasi Air Tanah Denpasar-Tabanan yang mencakup Kota Excel, Map Surfer, MapInfo, ataupun ArcView dan Denpasar, Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dikonversikan dalam format ASCII, *.SHP, *.DXF. Klungkung, Bangli, dan Karangasem seluas se- Sebagian di antaranya, pemasukan data dilakukan kitar 2080 km2 (Gambar 1) perlu dilakukan melalui secara langsung dengan menggunakan fasilitas Assign penyusunan model simulasi aliran air tanah. Tujuan- pada program Visual Modflow tersebut. nya untuk menyusun skenario pengambilan air tanah yang dapat digunakan sebagai dasar pengendali- Model KonSePtual Model konseptual dibuat berdasarkan evaluasi dan 3.500 m analisis data geologi, hidro geologi, serta konfigurasi 3.000 m KAB. BANG LI dan parameter sistem akuifer daerah model yang dipe- roleh dari berbagai sumber, antara lain Pusat Sumber 2.500 m CAT Denpasar-Tabanan KARAKNAGBA .SEM Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Dinas KAB. TABANA N KAB . Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup Provinsi GIANYAR 2.000 m Bali seperti disajikan pada acuan. 1.500 m BAKDAUBN .G KAB . Berdasarkan evaluasi dan analisis tersebut, model KLUNGKUNG konseptual CAT Denpasar-Tabanan (Gambar 3) dapat 1.000 m dijelaskan secara singkat sebagai berikut: KOTA DENPASAR a. Daerah model dibatasi di bagian utaranya oleh 500 m batas aliran air tanah (groundwater inflow/flux boundary); di bagian barat dan timur oleh batas 0 m Batas cekungan air tana h pemisah air tanah (groundwater divide); di bagian Batas kabupaten/kot a barat daya, selatan, dan tenggara oleh batas Gambar 1. Daerah model. permukaan air tetap (constant head boundary). Simulasi Aliran Air Tanah Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan, Provinsi Bali 147 (H. Tirtomihardjo dan T. Setiawan) PERUMUSAN MASALAH (MULAI) PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA SEKUNDER DATA PRIMER MODEL KONSEPTUAL MODELDATA PERANCANGAN GRID & MASUKAN DESKRITISASI V ERTIKAL ELEVASI PER MUKAAN TANAH & GEOMETRI SISTEM AKUIFER PROPERTIE S -Parameter akuifer -Permukaan air tanah awal KONDISI KONDISI TUNAK TIDAK TUNAK BATAS (BOUNDARIES) SIMULASI & -Permuakaan air tetap KALIBRASI -Sungai -Aliran air tanah masuk -Mata air -Imbuhan air tanah -Evapotranspirasi REKOMENDASI SIMULASI PROGNOSIS SUMUR (WELLS) (SELESAI) (SKENARIO Qabs) -Sumur pemompaan -Sumur observasi permukaan air tanah Gambar 2. Bagan alir kegiatan simulasi aliran air tanah CAT Denpasar-Tabanan (Haryadi drr., 2009). Layer 1 (sistem akuifer batuan vulkanik muda) : kh1, kv1, D1, S1, Ss1 Layer 2 (sistem akuifer Formasi Palasari) : kh2, kv2, D2, S2, Ss2 Layer 3 (sistem akuifer batuan vulkanik tua) : kh3, kv3, D3, S3, Ss3 Layer 4 (formasi batuan berumur Tersier/alas sistem akuifer ): kh4, kv4, D4, S4, Ss4 Gambar 3. Model konseptual CAT Denpasar-Tabanan (daerah model). b. Daerah model terdiri atas empat unit hidro- c. Setiap unit hidrogeologi dicirikan oleh sifat- geologi (4 layers), yakni Layer 1 (sistem akuifer sifat fisik yang disebut parameter akuifer dan batuan vulkanik muda), Layer 2 (sistem akuifer nonakuifer, yakni koefisien kelulusan horizontal Formasi Palasari), dan Layer 3 (sistem akuifer (kh), koefisien kelulusan vertikal (kv), ketebal batuan vulkanik tua). Ketiga sistem akuifer itu an akuifer (D), koefisien simpanan (S), dan dialasi oleh Layer 4 (formasi batuan berumur koefisien simpanan jenis (Ss). Layer 1 (sistem Tersier) yang bersifat kedap air (nonakuifer). akuifer batuan vulkanik muda) memiliki kh , 1 148 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September 2011: 145-163 kv , D , S , dan Ss ; Layer 2 (sistem akuifer 0 1 1 1 1 00 Formasi Palasari) memiliki kh , kv , D , S , dan 95 2 2 2 2 90 Ss; Layer 3 (sistem akuifer batuan vulkanik tua) 2 memiliki kh , kv , D , S , dan Ss ; serta Layer 0 0 3 3 3 3 3 00 4 (formasi batuan berumur Tersier/alas sistem 8 0 9 akuifer) memiliki kh , kv , D , S , dan Ss . 4 4 4 1 4 00 0 0 7 90 Inactive cells rancangan Grid Model 000 0 6 0 9 Pembuatan rancangan grid model (model grid design) dimaksudkan untuk membantu dalam 0000 Active cells 5 0 pemecah an permasalahan air tanah secara lebih 9 0 sistematis dengan pendekatan matematis. Dalam 00 0 4 merekayasa grid model perlu mempertimbangkan 90 beberapa faktor, yakni: - jenis atau macam permasalahan yang akan di- pecahkan; 00 0 0 2 - keakuratan hasil yang ingin dicapai; 0 9 265000 288000 297000 306000 315000 324000 340000 - wujud dari akuifer; - ketersediaan data; Gambar 4. Rancangan grid model beda terbatas CAT - bentuk dari batas model; Denpasar-Tabanan. - jumlah sel (nodal cell) yang direncanakan. Dengan mempertimbangkan bentuk-bentuk c) aliran air tanah masuk; di atas, rancangan grid model aliran air tanah di d) mata air; daerah model dibuat berdasarkan konsep metode e) imbuhan air tanah; beda ter batas (finite difference method). Grid model f) evapotranspirasi. dibatasi berdasarkan koordinat UTM mulai dari 5) Wells (sumur), terdiri atas: 275.000 hingga 340.000 m pada arah barat-timur a) sumur pemompaan; dan dari 9.020,000 hingga 9.095,000 m pada arah b) sumur/lokasi observasi permukaan air tanah. utara-selatan dengan ukuran grid (grid spacing) 500 m, sehingga terdapat 130 baris (row) dan 150 kolom Elevasi Permukaan Tanah (column). Rancangan grid model seperti disajikan Elevasi permukaan tanah merupakan data pada Gambar 4. masuk an yang diperlukan untuk menggambarkan kondisi permukaan tanah dan untuk menentukan Model inPut data geometri sistem akuifer dan nonakuifer. Elevasi permukaan tanah diukur dalam meter dari permu- Data masukan yang dibutuhkan untuk simulasi kaan laut rata-rata. aliran air tanah CAT Denpasar-Tabanan terdiri atas Data masukan elevasi permukan tanah disiapkan beberapa hal sebagai berikut: dalam format worksheet yang terdiri atas koordinat 1) Elevasi permukaan tanah. (X,Y) dan ketinggian (H) setiap titik lokasi yang 2) Geometri sistem akuifer. berada di daerah model. Penyiapannya dilakukan 3) Properties, terdiri atas: dengan cara menganalisis data SRTM (Shuttle Ra- a) parameter akuifer; dar and Topography Mission) menggunakan piranti b) permukaan air tanah awal. lunak Global Mapper. 4) Boundaries (batas hidraulik), terdiri atas: Gambaran mengenai model tiga dimensi (3D) a) permukaan air tetap; elevasi permukaan tanah di daerah model disajikan b) sungai; pada Gambar 5. Simulasi Aliran Air Tanah Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan, Provinsi Bali 149 (H. Tirtomihardjo dan T. Setiawan) Gambar 5. Model 3D elevasi permukaan tanah. Gambar 7. Model 3D kedudukan bagian bawah Layer 2 (sistem akuifer Formasi Palasari). Geometri Sistem Akuifer Pengelompokan unit hidrogeologi (sistem aku- ifer dan nonakuifer) daerah model dilakukan ber- dasarkan karakteristik satuan batuan penyusun yang relatif sama. Geometri sistem akuifer dan nonakuifer diperoleh dari hasil interpretasi data pengeboran dan pendugaan geolistrik yang tersedia serta infor- masi dari hasil penelitian sebelumnya (Haryadi dan Schmidt, 1991). Data yang digunakan untuk interpretasi geometri sistem akuifer dan nonakuifer adalah koordinat (X,Y) dan ketinggian bagian bawah (bottom eleva- tion) dari tiga sistem akuifer di daerah model, yakni Gambar 8. Model 3D kedudukan bagian bawah Layer 3 (sis- tem akuifer batuan vulkanik tua). Layer 1 (sistem akuifer batuan vulkanik muda), Layer 2 (sistem akuifer Formasi Palasari), Layer 34 ((ssaisttueamn baaktuuiafenr bbeartuumanu rv Tuelkrsaineirk) . tGuaa)m, dbaanra nL amyeer- 9095000 ngenai konfigurasi sistem akuifer di daerah model disajikan pada Gambar 5 - 11. 9080000Baris 20 9070000Baris 40 9060000Baris 60 9050000Baris 80 9040000Baris 100 Kolom 2 0 Kolom 4 0 Kolom 6 0 Kolom 8 0 Kolom 10 0 Kolom 12 0 9020000 G(saismtebmar a k8u. iMfeor dbealt u3aDn kveudlkuadnuikka tnu ab)a.g ian bawah Layer 3 265000 288000 297000 306000 315000 324000 340000 Gambar 6. Model 3D kedudukan bagian bawah Layer 1 (sis- tem akuifer batuan vulkanik muda). Gambar 9. Garis penampang hidrogeologi. 150 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September 2011: 145-163 1896Kolom 40 1200 900 600 300 -3500 9020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9080000 1237Kolom 60 0800 0062004 -35009020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9080000 1596 Kolom 80 900 600 300 -35009020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9080000 303 9001Kolom 100 600 300 -35009020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9080000 2871 2000Kolom 120 1500 1000 500 -35009020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9080000 Layer 1 (sistem akuifer batuan vulkanik muda) Layer 2 (sistem akuifer Formasi Palasari) Layer 3 (sistem akuifer batuan vulkanik tua) Layer 4 (formasi batuan berumur Tersier/alas sistem akuifer) dan inactive cells Gambar 10. Penampang hidrogeologi pada kolom 40, 60, 80, 100, dan 120. Simulasi Aliran Air Tanah Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan, Provinsi Bali 151 (H. Tirtomihardjo dan T. Setiawan) 1764 Baris 20 1200 900 600 300 -350 0275000 288000 297000 306000 315000 324000 333000 340000 1847 Baris 40 1200 900 600 300 0 -350 275000 288000 297000 306000 315000 324000 333000 340000 Baris 60 595 -35001 20 40275000 288000 297000 306000 315000 324000 333000 340000 Baris 80 148 -350275000 288000 297000 306000 315000 324000 333000 340000 Baris 100 87 -350 275000 288000 297000 306000 315000 324000 333000 340000 Layer 1 (sistem akuifer batuan vulkanik muda) Layer 2 (sistem akuifer Formasi Palasari) Layer 3 (sistem akuifer batuan vulkanik tua) Layer 4 (formasi batuan berumur Tersier/alas sistem akuifer) dan inactive cells Gambar 11. Penampang hidrogeologi pada baris 20, 40, 60, dan 80. 152 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September 2011: 145-163 ProPerties Distribusi permukaan air tanah awal pada Layer 1 (sistem akuifer batuan vulkanik muda) yang men- Parameter Akuifer cakup daerah model (peta zonasi permukaan air tanah Data masukan berupa parameter akuifer yang awal) disajikan pada Gambar 14. Pada peta tersebut, meliputi kelulusan hidraulik (hydraulic conductivity) warna sel yang berbeda menunjukkan zona yang yang dan simpanan (storage) disajikan pada Tabel 1 dan berbeda berdasarkan nilai kedudukan permukaan air Gambar 12 serta Tabel 2 dan Gambar 13. tanah yang dihitung dari permukaan laut. Karena data kedudukan permukaan air tanah awal pada Layer 2 Permukaan Air Tanah Awal (Initial Heads) (sistem akuifer Formasi Palasari) dan Layer 3 (sistem Dalam simulasi aliran air tanah, kedudukan per- akuifer batuan vulkanik tua) tidak tersedia, kedudukan mukaan air tanah bebas atau muka freatik berperan permukaan air tanah awal pada kedua sistem akuifer sebagai batas vertikal atas dari sistem air tanah di tersebut diasumsikan sama dengan kedudukan per- daerah model. Visual ModFlow menetapkan muka mukaan air tanah awal pada Layer 1 (sistem akuifer freatik tersebut, dihitung dari permukaan laut, ber- batuan vulkanik muda). Hal tersebut didasarkan fungsi sebagai permukaan air tanah awal (initial pada karakteristik setiap akuifer yang diasumsikan heads) yang digunakan sebagai titik referensi untuk menghitung perubahan permukaan air tanah antara homogen serta berfungsi sebagai media yang dapat sebelum dan setelah pengambilan air tanah pada menyimpan dan meluluskan air secara baik (akuifer) periode tertentu (Guiger dan Thomas, 2003). sehingga ada hubungan antarsistem akuifer tersebut. Tabel 1. Parameter Konduktivitas Hidraulik di Daerah Model Warna pada Zona Kx [m/s] Ky [m/s] Kz [m/s] Keterangan penampang Layer 1 (sistem akuifer batuan 1 1,86E-5 1,86E-5 4,65E-9 vulkanik muda) Layer 2 (sistem akuifer Formasi 2 3,32E-5 3,32E-5 8,3E-9 Palasari) Layer 3 (sistem akuifer batuan 3 1,52E-5 1,52E-5 3,79E-9 vulkanik tua) Layer 4 (formasi batuan berumur 4 1,16E-9 1,16E-9 1,93E-13 Tersier/alas akuifer) dan inactive cells Layer 2 (sistem akuifer Formasi 5 1,86E-5 1,86E-5 4,65E-9 Palasari) Layer 3 (sistem akuifer batuan 6 1,01E-8 1,01E-8 2,53E-12 vulkanik tua) 1256 900 600 300 0 -3519020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9090000 9095000 Gambar 12. Zona konduktivitas hidraulik (penampang pada kolom 70). Simulasi Aliran Air Tanah Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan, Provinsi Bali 153 (H. Tirtomihardjo dan T. Setiawan) Tabel 2. Parameter Simpanan di Daerah Model Warna pada Zona Ss [1/m] Sy [-] Eff.Por [-] Tot. Por [-] Keterangan penampang Layer 1 (sistem akui- 1 1,00E-5 0,20 0,15 0,2 fer batuan vulkanik muda) Layer 2 (sistem akui- 2 1,00E-5 0,30 0,20 0,3 fer Formasi Palasari) Layer 3 (sistem akui- 3 2,24E-5 0,20 0,25 0,25 fer batuan vulkanik tua) Layer 4 (formasi batuan berumur 4 - - - - Tersier/alas akuifer) dan inactive cells 1256 900 600 300 0 -3519020000 9030000 9040000 9050000 9060000 9070000 9080000 9090000 9095000 Gambar 13. Zona simpanan (penampang pada kolom 70). BataS (boundAries) awal simulasi (start time head, dalam meter dari permukaan laut), dan kedudukan permukaan air Permukaan Air Tetap pada akhir simulasi (stop time head, dalam meter Dalam paket program Visual ModFlow, permu- dari permukaan laut) (Guiger dan Thomas, 2003). kaan air tetap (constant heads-CHD) ditetapkan sebagai salah satu batas (boundary) karena me- Sungai miliki hubungan yang erat dengan sistem air tanah Sungai sebagai batas permukaan air permukaan, di daerah yang dimodelkan. Pemasukan data CHD dalam paket program Visual ModFlow ditetapkan dilakukan secara langsung pada Visual ModFlow sebagai salah satu batas (river boundary, RIV) (Menu Boundaries) dengan cara mendeliniasi dan karena memiliki hubungan yang erat dengan sistem memberikan nilai parameter pada setiap sel yang air tanah di daerah yang dimodelkan. Sungai yang berada sepanjang garis batas, yakni sepanjang garis ditentukan sebagai batas adalah sungai yang memi- pantai yang terletak di sebelah selatan daerah model liki aliran permanen di daerah model (Gambar 15). (Gambar 15). Parameter sungai yang diperlukan untuk data masuk- Parameter constant head-CHD yang diperlukan an meliputi waktu awal simulasi (start time, dalam untuk data masukan meliputi deskripsi (description, hari), waktu akhir simulasi (stop time, dalam hari), diisikan nomor lokasi CHD), waktu awal simulasi kedudukan permukaan air sungai (river stage, dalam (start time, dalam hari), waktu akhir simulasi (stop meter dari permukaan laut), kedudukan dasar sungai time, dalam hari), kedudukan permukaan air pada (riverbed bottom, dalam meter dari permukaan laut), 154 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 3 September 2011: 145-163 0 0 0 5 9 0 9 0 0 0 0 8 0 9 0 0 0 0 7 0 9 0 0 0 0 6 0 9 0 0 0 0 5 0 9 0 0 0 0 4 0 9 0 0 0 0 2 0 9 275000 288000 297000 306000 315000 324000 340000 Gambar 14. Permukaan air tanah awal (initial heads). ketebalan lapisan dasar sungai (riverbed thickness, segmen. Hasil penghitungan menunjukkan total debit dalam meter), kelulusan vertikal lapisan dasar su- aliran air tanah yang masuk kedalam sistem akuifer ngai, dalam meter/detik (Guiger dan Thomas, 2003). (daerah model) mencapai 2,02x108 m3/tahun. Dalam proses pemasukan data perlu dilakukan Aliran Air Tanah Masuk pengecekan dan pengeditan langsung pada Visual CAT Denpasar-Tabanan dibatasi di bagian utara- ModFlow, terutama kedudukan saringan pada setiap nya oleh batas pemisah air tanah (groundwater di- sumur (flux well). vide), artinya di sepanjang garis batas tersebut debit aliran air tanah sama dengan nol. Batas daerah model Mata Air di bagian utara ditentukan pada jarak sekitar 2 km Mata air di daerah model ditentukan sebagai sebelah selatan batas cekungan air tanah tersebut, batas yang disebut dengan batas pelepasan (drain sehingga di sepanjang batas model perlu ditentukan boundary, DRN) karena memiliki arti penting dan debit aliran air tanah yang masuk ke dalam cekungan terkait erat dengan proses pelepasan air tanah dari (groundwater inflow/flux boundary) karena daerah sistem akuifer ke permukaan. antara batas cekungan dan batas daerah model di- Parameter batas pelepasan yang diperlukan untuk susun oleh batuan vulkanik muda yang membentuk data masukan meliputi waktu awal simulasi (start Layer 1 (sistem akuifer batuan vulkanik muda). Debit time, dalam hari), waktu akhir simulasi (stop time, aliran air tanah pada setiap sel dihitung berdasarkan dalam hari), ketinggian pemunculan mata air (drain hasil penghitungan debit aliran air tanah pada setiap elevation, dalam meter dari permukaan laut), kon-
Description: