ebook img

Radio 1/2 Radio PDF

472 Pages·2019·9.493 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Radio 1/2 Radio

radio antalogi naskah drama dan analisis dramaturgi: Andjar Asmara, Arifin C. Noer, Bambang Soelarto, Dadang Badoet, El Hakim, Imas Darsih, Irfan Palipui, Iwan Simatupang, ½ K.H. Dewantara, Masrin Mastur, Max Arifin, Muhammad Abe, Pramana Pmd., Pramoedya Ananta Toer, Riyadhus Salihin, R. Soetomo, Shinta Febriany, Sitor Situmorang, Soekarno, Sutan Takdir Alisjahbana, Taufik Darwis, Usmar Ismail, Utuy Tatang Sontani, W.S Rendra, Zen Hae radio 1 | rawayan award 2019 rawayan award 2019 | 2 radio ½ radio antalogi naskah drama dan analisis dramaturgi: Andjar Asmara Arifin C. Noer Bambang Soelarto Dadang Badoet El HakimImas Darsih Irfan Palipui Iwan Simatupang K.H. Dewantara Masrin Mastur Max Arifin Muhammad Abe Pramana Pmd. Pramoedya Ananta Toer Riyadhus Salihin R. Soetomo Shinta Febriany Sitor Situmorang Soekarno Sutan Takdir Alisjahbana Taufik Darwis Usmar Ismail Utuy Tatang Sontani W.S Rendra Zen Hae 3 | rawayan award 2019 radio ½ radio antalogi naskah drama dan analisis dramaturgi: Andjar Asmara, Arifin C. Noer, Bambang Soelarto, Dadang Badoet, El Hakim, Imas Darsih, Irfan Palipui, Iwan Simatupang, K.H Dewantara, Masrin Mastur, Max Arifin, Muhammad Abe, Pramana Pmd., Pramoedya Ananta Toer, R. Soetomo, Shinta Febriany, Sitor Situmorang, Soekarno, Sutan Takdir Alisjahbana, Riyadhus Salihin, Taufik Darwis, W.S Rendra, Usmar Ismail, Utuy Tatang Sontani, Zen Hae Editor: Afrizal Malna Foto cover muka-belakang: Aktor-aktor Asdrafi Yogyakarta, setelah pertunjukan “Titik-titik Hitam Biru”. Sumber: seputarteater. wordpress.com Artwork: portal teater Penerbit, Dewan Kesenian Jakarta Jakarta, 2019 ISBN: rawayan award 2019 | 4 Daftar Isi Pengantar Kuratorial: Reposisi Dinding-dinding Identitas 7 Perempuan dan Politik Hantu 13 Shinta Febriany: Politik Hantu Perempuan dalam Ruang Liminal 14 Zen Hae: Ruang Tunggu (atawa Peninjauan Kembali terhadap Nyai Dasima) 25 Imas darsih & dadang badoet: Si manis jembatan ancol 51 Soekarno: Koetkoetbi 103 Pembangkangan, Revolusi dan Yang-Lain 121 Irfan Palippui: Pembangkangan, Revolusi dan Yang-Lain 122 Pramudya Ananta Toer: Mangir 132 Bambang Sularto: Domba-Domba Revolusi 160 Utuy Tatang Sontani: Bunga Rumah Makan 201 Polemik identitas 229 Muhammad Abe: Tiga teks, tegas, segera, sekarang dan para pembuat jembatan 230 Sutan Takdir Alisjahbana: Semboyan Yang Tegas 237 R. Soetomo: Menyambut Pandangan Tuan Sutan Takdir Alisjahbana 242 Soekarno: Pidato Lahirnya Pancasila 248 Ruang Noise 265 Taufik Darwis: Percakapan Menjadi Warga di Ruang-Ruang Minor 266 W. S. Rendra: Orang-Orang di Tikungan Jalan 276 Iwan Simatupang: RT NOL RW NOL 307 Persembunyian Batas Rumah 337 Riyadhus Shalihin: Petaka Batas 338 Andjar Asmara: Dr. Samsi 353 Sitor Situmorang: Jalan Mutiara 377 Arifin C. Noor: Pada Suatu Hari 398 Max Arifin: Badai Sepanjang Malam 426 Esai Teater 433 K. H. Dewantara: Dasar-Dasar Pendidikan didalam Tooneel 434 Andjar Asmara: Crisis Tooneel Indonesia 437 El Hakim: Sekeliling Sandiwara Indonesia 440 Usmar Isma’il: Mas’alah Demoralisasi Peladjar dalam Hubunganja dengan Film dan Sandiwara 443 Masrin Mastur: Lahirnja Suatu Perguruan Tinggi Seni Drama di Indonesia 450 Sitor Situmorang: Pendidikan Teater dan Pembangunan Desa 453 W.S. Rendra: Metode Stanislavzky 457 Pramana Pmd.: ATNI: Tempat Berpidjak & Bertolaknja Kepada petualangan jang berbadju ATNI 459 Tentang Para Penulis 461 5 | rawayan award 2019 Pengantar kuratorial yang bertentangan dengan kepercayaan yang di- Reposisi Dinding-dinding keyakini keluarganya (Susan Blackburn: hal. 135). Identitas Reposisi identitas berlangsung setelah lahirnya kebijakan Politik Etis pemerintah Belanda tahun 1901. Menggunakan pendidikan modern sebagai pembentukan medan kompetitif baru untuk Kau tak tahu apa arti kolong jembatan ini perluasan pasar. Didirikannya sekolah-sekolah dalam hidupku. Sebagian hidupku, kuhabiskan modern, berdirinya Dewan Kota Batavia tahun di sini … dia milik siapa saja yang datang 1905 dan Dewan Rakyat (Volksraad) tahun kemari … milik manusia yang terpojok dalam 1918 untuk desentralisasi kekuasaan. Mulai hidupnya. Yang kenangannya berjungkiran … bermunculan partai-partai berbasis kepercayaan (Iwan Simatupang: RT NOL RW NOL) maupun ideologi seperti Serekat Islam, Partai . Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia Radio, listrik, kereta api dan kamera sudah masuk dan organisasi Tiong Hoa Hwee Koan. Awal Abad ketika naskah-naskah drama dalam antologi ini 20 yang membangkitkan gairah baru dalam ditulis. Ruang antara yang abu-abu, dalam tradisi menentukan orientasi identitas. teater realis, mulai bermunculan: losmen, rumah makan, kemudian jembatan dan tikungan. Ada Gairah ini menjadi kompleks dengan munculnya ruang dan batas-batas yang berubah dari Perang gelombang migrasi baru dari Eropa, Arab maupun Dunia 1 ke Perang Dunia 2. Reposisi identitas Cina yang berbeda dengan gelombang migrasi berlangsung melalui “Soempah Pemoeda” (1928) abad-abad sebelumnya yang lebih banyak “Polemik Kebudayaan” (1935), Pidato Soekarno mendatangkan budak maupun kuli. Munculnya tentang “Pancasila” (1 Juni 1945) dan Konferensi gerakan reformasi Islam, sosialisme maupun Asia Afrika (1955). Di sini, pandangan-pandangan Neo-Konfusianisme (setelah Kekaisaran Cina di- post-kolonial, uniknya, sudah berlangsung gulingkan kaum Republik tahun 1911). Bahkan di secara terbuka ketika Hindia Belanda maupun kalangan masyarakat Belanda pun muncul gejala Dai Nippon masih berkuasa. Walau sebagian rasisme untuk menjaga kemurnian darah Eropa terperangkap dalam jebakan “Timur” dan “Barat” mereka. Terutama melalui pelarangan kawin untuk menentukan proses modernisasi yang campur, berdirinya Vaderlandsche Club (Klub akan dilakukan. Membawa mental konflik ke arah Patriot) atau Nationaal-Socialistische Beweging polemik kebudayaan; kesulitan memetakan masa (partai fasis Belanda). lalu dalam konteks masa kini. Sebuah pesta di awal Abad baru yang menjadi Susan Blackburn mempertanyakan: “perlukah penuh teriakkan dan api di sebuah masyarakat membedakan antara westernisasi dan moderni- urban yang unik dan aneh, dan sebentar lagi sasi agar dapat menerima modernisasi sambil akan kehilangan majikan lamanya. Bahasa Indo- menolak westernisasi?” (Susan Blackburn: Jakarta nesia kian menggeliat di antara berbagai dialek Sejarah 400 tahun, Jakarta, 2012, hal. 149). Cina-Betawi, Arab-Betawi, India-Betawi, Belanda- Polemik ini bersifat elit, karena berlangsung di Betawi dan Pudjangga Baroe. Kota yang kemu- tengah penduduk Batavia yang 86 % masih dian menjadi agen untuk representasi Indonesia buta huruf (sensus 1930). Polemik yang kemu- yang modern setelah Surabaya di antara dian menjadi drama ini terjadi pada diri Sutan mayoritas penduduk yang buta huruf dan miskin. Takdir Alisjahbana sendiri sebagai pencetus Po- lemik Kebudayaan: Takdir, sebagai anak muda Ketika penjajahan berakhir, tidak hanya reposisi Sumatera yang disekolahkan orang tuanya agar identitas yang terjadi (sejarah balik-badan), pulang bisa jadi orang kaya, namun yang diba- tetapi juga reposisi peran dan kekuasaan. wanya pulang ternyata “teori evolusi Darwin” Identitas menjadi medan kompotitif yang panas rawayan award 2019 | 6 Kalung koloni- alisme. Salah satu karikatur kolonialisme Hindia Belanda yang terbit di Nederlands: schoonste sieraad braakensiek antar mayoritas dalam pemerintahan multi partai nas dalam medan perubahan kekuasaan. Harga Orde Lama. Dan bergerak ke arah feodalisme keamanan, stabilitas dan lahan bertambah mahal etnosentris (terutama Jawa sebagai mayoritas) di bawah tekanan perkembangan populasi pen- pada masa Orde Baru, setelah medan politik dan duduk, kebutuhan perumahan, pendidikan dan gerakan agama dibatasi melalui sistem tiga partai. lapangan kerja. Kualitas standar kehidupan pub- Setelah Reformasi 1998, di bawah pemerintahan lik kian sulit ditata di tengah perubahan ekosis- B.J Habibie, demokrasi dimulai kembali melalui tem dan infrastruktur yang saling berkejaran. pencabutan SIUP untuk penerbitan media Antalogi naskah drama ini merekam jejak-jejak massa, setiap kelompok bebas membuat partai reposisi identitas itu sebagai jalinan benang se- dan dibebaskannya seluruh tahanan politik. jarah di luar kontruksi sejarah. Ia memperlihatkan Identitas bergerak sebagai dinding-dinding pa- bagian dalam, pinggiran maupun bagian gelap 7 | rawayan award 2019 dari tubuh sejarah yang penuh luka. maupun penyebar-luasan naskah teater), memilih naskah-naskah ini sebagai bahan studi untuk Sejarah dihadirkan kembali sebagai cerita dan kelompok-kelompok teater yang melakukan studi drama di antara orang-orang kebanyakan. antara sejarah dan cerita, antara karakter dan Jembatan sebagai bangunan tanpa penghuni nilai-nilai yang hidup di sekitarnya, perubahan (hanya digunakan untuk menyeberang), diadopsi ruang dan pandangan hidup berdasarkan sebagai metafor untuk menghubungi satu hal ke perubahan yang melatarinya, maupun bagaimana hal lainnya dan mewarnai banyak naskah dalam bahasa digunakan sebagai “tubuh-lisan” atau kumpulan ini. Jembatan sebagai penghubung sebagai ekspresi sastra. untuk mengatasi konflik, meredam perbedaan, maupun mempertahankan konsep harmoni dalam Naskah ditulis pada era yang berbeda-beda kehidupan bersama. Hampir tidak ada naskah (Hindia Belanda, Orde Lama dan Orde Baru) dari yang berakhir sangat fatalistik maupun anarkhis, berbagai penulis yang telah meninggal. Sebagian walaupun di antaranya mencoba menyentuhnya. naskah mengandung kadar eksperimental pada level penggunaan bahasa (terutama dalam Konsep jembatan muncul dalam menghadapi konteks internalisasi terhadap bahasa Indonesia ruang baru dan munculnya tujuan bersama sebagai bahasa nasional yang masih muda ke yang berada di ujung jembatan. Pada era dalam bahasa pengucapan teater); penggalian kolonial, jembatan merupakan konsep ruang tema-tema kecil di balik pengada besar (seperti simbolik untuk memproduksi wacana di sekitar revolusi, kota, budaya, agama, moral normatif). hantu dengan berbagai fungsi politisnya. Hantu Sebuah sayatan terhadap kumpulan naskah dipaksa hadir untuk memenuhi imaji bahwa drama ini dilakukan dengan memasukkan Polemik setiap bangunan, walau jembatan, harus memiliki Kebudayaan dan Pidato Soekarno “1 Juni 1945” penghuni. Setelah kemerdekaan, hantu-hantu yang dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila. tersingkir dan jembatan baru terpenuhi sebagai ruang huni informal untuk mereka yang tuna- Ada 15 naskah yang dipilih dan diterbitkan dalam wisma, miskin, gelandangan dan kemudian kumpulan naskah Rawayan Award 2019. Sebagian digusur. Ruang abu-abu (losmen, rumah makan, naskah diperoleh dari seputarteater.wordpress. kolong jembatan maupun tikungan jalan) juga com. Dua naskah merupakan polemik dan satu merepresentasi ruang antara untuk tumbuhnya naskah pidato. Dua naskah ditulis-ulang: yaitu nilai-nilai alternatiff. Bersebalikkan dengan Nyai Dasima dan Si Manis Jembatan Ancol. Zen “rumah” sebagai ruang permanen untuk nilai- Hae menulis ulang Nyai Dasima dengan cara yang nilai normatif. tidak umum berdasarkan novel G. Francis dan naskah drama S.M. Ardan. Zen memperlakukan Dalam sebagian besar naskah, perubahan ruang cerita Nyai Dasima sebagai praktik dari reposisi juga ditempatkan analog dengan perkawinan. yang ditempatkan sebagai “revisi” atas identitas Perkawinan ditempatkan sebagai jembatan untuk dengan mengurai perbedaan perspektif kolonial sepasang perempuan dan lelaki memasuki dunia dan perspektif post-kolonial. Sebuah praktik baru dengan tanggung-jawab yang lebih besar. literasi yang mengeluarkan cerita dari tubuh Bahkan Pidato Soekarno tentang Pancasila, sejarah utama. Sementara naskah Si Manis juga menggunakan perkawinan sebagai metafor Jembatan Ancol ditulis ulang oleh Imas Darsih pijakan menghadapi perubahan. Metafor yang dan Dadang Badoet dari kelompok sandiwara tampaknya paling mudah dipahami pada Miss Tjitjih sebagaimana biasa Miss Tjitjih masanya. mementaskannya. Rawayan Award 2019 (program dua tahunan Naskah kemudian dibagi dalam 5 bagian Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta untuk tematik. Ke 15 naskah yang ditempatkan dalam penyimpanan, pembacaan ulang, pengembangan 5 kategori tematik ini, masing-masing kemudian rawayan award 2019 | 8 mendapatkan Analisa dramaturgi yang dilakukan perempuan baru banyak masuk ke Batavia awal oleh Shinta Febriany, Irfan Palippui, Muhammad Abad 20 setelah Politik Etis tahun 1901. Hendrik E. Abe, Taufik Darwis dan Riyadhus Salihin. Niemeijer menggambarkan perkawinan campur Analisa naskah dalam antologi naskah drama ini, dalam masyarakat kolonial Batavia Abad 17 (di terutama ditujukan untuk mengisi kekosongan sekitar dunia para Nyai), diwarnai oleh guna- panjang dari langkanya kajian naskah drama guna, perselingkuhan dan kekerasan (Hendrik E. dilakukan. Dan akan melengkapi antologi ini Niemeijer: Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII, sebagai bahan studi dramaturgi untuk kelompok- Jakarta, 2012, hal. 18-19). kelompok teater yang membutuhkannya. Si Manis Jembatan Ancol. Sebuah lakon yang lekat dengan keberadaaan kelompok sandiwara 1. Perempuan dan Politik Hantu Miss Tijtjih. Sebuah legenda yang terjadi di - G. Francis: Nyai Dasima, 1892 (diadaptasi oleh masa Hindia Belanda, tentang seorang gadis Zen Hae) muda yang hilang, kemungkinan dibunuh. Dan - Si Manis Jembatan Ancol, Penulisan ulang oleh rohnya diduga menghuni jembatan dan yang Imas Darsih dan Dadang Badoet, 2019 menyebabkan sering terjadi kecalakaan di - Soekarno: Koetkoetbi jembatan ini. Koran Java Bode di antara yang ikut pemberitakan mengenai hantu ini. Cerita Si Nyai Dasima merupakan naskah yang tidak Manis Jembatan Ancol juga pernah terbit sebagai mudah untuk menemukan asal-usulnya. Naskah komik, karya Tatang S (Suhendra). Komikus ini mulai terkenal setelah ditulis G. Francis yang lahir di Bandung dan pernah tinggal di (diterbitkan Kho Tjeng Bie & Co di Betawi, 1896), Jakarta, meninggal tahun 2003. Naskah ini juga mengalami cetak ulang tahun 1930 (diterbitkan memperlihatkan berlangsungnya peralihan oleh Druk FO Camoni di Batavia). Nyai Dasima pandangan kolonial ke post-kolonial dalam berasal dari cerita populer berbentuk lakon, melihat pribumi, mereka yang dibentuk dalam banyak dipentaskan oleh komedi bangsawan, lingkungan keluarga peranakan dan mereka yang komidi stambul, dan rombongan Miss Ribut yang dibentuk dalam budaya kampung. diduga telah mementaskan lakon ini sebanyak 127 kali. Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya, Koetkoetbi karya Soekarno. Naskah ditulis Tempo Doeloe (1982), menduga naskah ini berasal Soekarno selama menjalani pembuangannya dari syair tahun 1913 di Betawi, ditulis oleh O.S. di Bengkulu oleh pemerintahan Hindia Belanda Tjiang (Njaie Dasima) terbitan Jap Goan Ho tahun dalam kumpulan Maestro Monte Carlo. 1897; atau berasal dari syair dengan latar kejadian Pengumpulan naskah dilakukan oleh Agus tahun 1813 di Betawi, ditulis oleh Lie Kimhok. Setiyanto, 2006. Koetkoetbi kisah tentang hantu Nyai Dasima salah satu naskah klasik yang terbit perempuan yang dikutuk dan bangkit kembali di di masa Hindia Belanda dan memperlihatkan jaman modern. Membuat hubungan baru antara bentuk-bentuk pembauran budaya dan dunia dewa-dewa dan hantu dengan para saintis manipulasi atas nama agama. Naskah berkisar masa kini, peneliti hal-hal yang purba, dan para dalam perkawinan campur dengan latar budaya pedagang benda-benda purba. berbeda dan streotip yang membentuknya di sekitar figur perempuan pribumi yang disebut sebagai “nyai”. Setelah dibunuh, Nyai Dasima 2. Pembangkangan, Revolusi dan Yang-Lain hidup kembali sebagai hantu. - Pramoedya Ananta Toer: Mangir - Bambang Soelarto: Domba-domba Revolusi, Perkawinan campur terjadi sebagai akibat imigran 1962 yang masuk ke Batavia (terutama Eropa dan - Utuy Tatang Sontani: Bunga Rumah Makan, 1948 Asia), rata-rata lelaki. Dan melahirkan keturunan yang kemudian disebut sebagai Eurasia. Imigran Mangir karya Pramodya Ananta Toer mengisahkan 9 | rawayan award 2019 Dua latar beririsan. Sumber foto: pinterest.com politik yang dijalankan Mataram untuk Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto menguasai wilayah pajak di Mangir, di bawah diterbitkan pertama kali oleh majalah Sastra Ki Ageng Mangir yang tidak mau takluk dengan No. 8 Tahun II (1962), memperoleh Hadiah Panembahan Senopati Mataram. Panembahan Pertama majalah Sastra Tahun 1962. Naskah ini penggunakan Pembayun, putrinya sendiri untuk memperlihatkan motif-motif pribadi yang jauh di menjebak Ki Ageng Mangir dan menaklukkannya. luar Revolusi Kemerdekaan (1948) yang sedang Naskah ini lebih memperlihatkan konflik berlangsung. Tokoh-tokoh seperti Politikus, internal yang berlangsung runcing ketika Pedagang, Petualang, sibuk mencari cara untuk seorang panglima perang (Ki Ageng Mangir) meloloskan diri dari musuh. Ke tiga tokoh ini saling jatuh cinta pada seorang penari dan terjadi berhubungan dalam sebuah losmen milik seorang sebelum perang berakhir. Naskah tidak berlanjut perempuan. Perempuan, losmen dan revolusi ke peristiwa jatuhnya Mangir, karena urusan menjadi semacam platform untuk bagaimana cinta. Memunculkan kesan bahwa naskah ini karakter-karakter ini terbongkar, ambruknya merupakan “naskah buntung”, dan memunculkan perjuangan Bersama di bawah kepentingan pertanyaan: bagaimana mementaskan sebuah pribadi dan mengalami tragiknya sendiri. cerita di mana akhir dari cerita tidak terdapat dalam cerita itu sendiri? rawayan award 2019 | 10

See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.