ISSN 1693-6418 EDUKASI JurNal PeNelItIaN PeNdIdIkaN agama daN keagamaaN EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 1 26/01/2015 09:47:54 PrOsPEK PrOGraM stUDI aGaMa DaN UMUM DI staIN PONtIaNaK, KaLIMaNtaN barat, DaN staIN CUrUP bENGKULU N u r u d I N Peneliti Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Kementerian Agama Republik Indonesia Jln. m.H. thamrin 6 Jakarta, tel. +6221 3920379 Email: [email protected] abstract The tendency of an Islamic university to open general subject faculties or program can be seen from the process of transformation and institutional change of the university. STAINs that are mandated to develop Islamic study are experiencing dilemma between following the trend of people need and being consistent with developing Islamic teaching. This study discusses about STAIN Pontianak that develops religious study programs and STAIN Curup that develops general study programs. This study uses qualitative descriptive method and shows that religious study programs in STAIN Pontianak can be developed due to its ability while general courses in STAIN Curup is popular as marked by the increasing number of graduates of general courses and high absorption in the formal sector. Challenge in the development of flagship study programs in STAIN is the parallel between Islamic values and general competence as the requirement of the region. The government is required to provide certainty in the development of study program in STAINs to actualize the development of excellent and competitive study program. keywords: study programs, general, religion. abstrak Kecenderungan PTAI menyelenggarakan fakultas ataupun program studi umum dapat dilihat dari proses transformasi dan perubahan kelembagaan PTAI itu sendiri. STAIN yang mengemban mandat pengembangan keilmuan keislaman mengalami situasi dilematis, antara mengikuti trend kebutuhan masyarakat ataukah konsisten dengan aturan mengembangkan disiplin keIslaman semata. Penelitian ini menggambarkan STAIN Pontianak yang mengembangkan prodi agama dan STAIN Curup yang mengembangkan prodi umum. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa, Program studi agama di STAIN Pontianak potensial dikembangkan karena daya dukung yang memadai. Sedangkan Program studi umum di STAIN Curup sangat diminati masyarakat, ditandai dengan peningkatan jumlah mahasiswa pada prodi umum dan tingkat keterserapan lulusan pada sektor formal yang tinggi. Tantangan desain pengembangan prodi unggulan di STAIN adalah keselarasan nilai-nilai KeIslaman dan kompetensi umum sebagai kebutuhan daerah. Pemerintah dituntut memberikan kepastian regulasi pengembangan prodi di STAIN, sehingga arah dan tujuan pengembangan Prodi yang unggul dan kompetitif dapat terwujud. kata kunci: program studi, umum, agama. Naskah diterima 20 oktober 2014. revisi pertama, 12 November 2014. revisi kedua, 19 November 2014 dan revisi terakhir 5 desember 2014. EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 381 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 381 26/01/2015 09:48:04 N u r u d i N PeNdaHuluaN keputusan menteri Agama tentang Statuta yang berlaku di masing‑masing StAIn, yaitu tujuan Pendidikan tinggi Agama Islam (PtAI) pendirian StAIn adalah mengembangkan saat ini telah menyelenggarakan fakultas/ dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan program studi umum. Hal demikian dapat kita agama Islam dan teknologi serta kesenian lihat dari proses transformasi dan perubahan yang bernafaskan Islam, dan mengupayakan Institut Agama Islam negeri (IAIn) menjadi penggunaannya untuk meningkatkan Universitas Islam negeri (UIn) bukan sekedar taraf hidup masyarakat serta memperkaya perubahan gedung dan sarana‑prasarana kebudayaan nasional. mengembangkan fisik tetapi transformasi dan perubahan kesenian dan teknologi dan agama dimaknai paradigma ilmu‑ilmu keIslaman. Pada kasus secara luas sebagai landasan bagi pengem‑ Sekolah tinggi Agama Islam negeri (StAIn), bangan program studi umum di StAIn. Kedua, persoalan Program Studi (Prodi) umum Konsep yang utuh tentang “integrasi ilmu‑ilmu yang dikembangkan bukan hanya persoalan lain dengan ilmu agama Islam” menjadikan keilmuan semata, bahkan secara kelembagaan perdebatan terkait paradigma dan epistimologi Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 keilmuan, distribusi dan pemilahan peran tentang Pendidikan tinggi bab III Pasal 6 yang jelas antara StAIn, IAIn, dan UIn dalam menggariskan bahwa Sekolah tinggi hanya penyelenggaraan PtAI di Indonesia. Persoalan menyelenggarakan program pendidikan dikotomi keilmuan (agama dan umum) di akademik dan atau profesional dalam lingkup lingkungan PtAI dalam kajian dan forum yang satu disiplin ilmu tertentu, atau dalam konteks beragam mengalami pasang surut, sehingga StAIn adalah lingkup ilmu pengetahuan kajian tentang bangunan ilmu menjadi agama, sehingga kebijakan StAIn membuka tema tersendiri yang senantiasa hangat beragam jurusan justru dianggap menyalahi diperbincangkan di lingkungan PtAI.2 peraturan dan keluar dari garis kebijakan yang Perubahan beberapa IAIn menjadi UIn ditetapkan.1 melalui perluasan mandat “wider mandate” Alasan yang dikemukakan pengelola menjadikan pembahasan tugas dan fungsi PtAI StAIn dalam pengembangan prodi umum (StAIn, IAIn, dan UIn) kembali menemukan beraneka ragam, antara lain: Pertama, momentum. Apakah hanya UIn yang bisa secara regulasi didasarkan pada interpretasi mengembangkan prodi umum dan integrasi Keputusan menteri Agama RI nomor 387 tahun keilmuan? Ataukah pemaknaan integrasi 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan keilmuan dalam pandangan fakar epistimologi Program Studi pada PTAI, yang menyebutkan keilmuan Islam telah mencapai kesepakatan? bahwa “Program studi/jurusan pada PtAI bagaimana juga dengan aspek kebijakan dan diselenggarakan berdasarkan bidang ilmu, regulasinya? Sekedar mengingatkan, bahwa profesi atau vokasi dalam kelompok ilmu kita telah disuguhi berbagai pendekatan dalam agama Islam, atau bidang ilmu, profesi atau mengkaji perspektif epistimologi keilmuan ini, vokasi dalam kelompok ilmu‑ilmu lain yang misalnya: UIn malang dengan gambar “pohon diintegrasikan dengan ilmu Agama Islam Ilmu”, UIn bandung menggambarkan dengan (Pasal 1)”; hal ini disikapi secara variatif “Roda Pedati”, UIn Jogja dengan “Jaring Laba‑ oleh pendidikan tinggi. terkait regulasi juga laba” StAIn Surakarta dengan “bunga Ilmu” terdapat pemahaman yang berbeda atas dan seterusnya. 1 Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Kementerian Agama, Laporan Seminar nasional 2 Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, “Penyelenggaraan Program Studi Umum di PTAI dan Kementerian Agama, Penelitian tentang ”Pengembangan Pengaruhnya terhadap Prospek Prodi Agama” di Hotel Prodi Umum di STAIN dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Horison, Februari 2009. Tinggi Islam” 2008. 382 EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 382 26/01/2015 09:48:04 ProsPek ProGrAm sTudi AGAmA dAN umum di sTAiN PoNTiANAk, kAlimANTAN BArAT, dAN sTAiN CuruP BeNGkulu muhibbin menyatakan bahwa perundang‑ pengembangan kurikulum, SDm, program dan undangan kita saat ini tidak lagi menjadikan budaya kampus? fakultas atau jurusan menjadi ujung tombak Sedangkan penelitian ini menggunakan dalam penyelenggaraan pembelajaran, tetapi metode kualitatif tipe deskriptif. Sasaran justru program studi, meskipun keberadaan penelitian yaitu StAIn Pontianak sebagai fakultas dan jurusan masih tetap diperlukan. kasus pengembangan prodi agama, sedang‑ Itulah sebabnya program studi, disamping kan StAIn Curup, Propinsi bengkulu lembaga perguruan tingginya yang diakreditasi untuk kasus pengembangan prodi umum. dan bukan jurusan ataupun fakultas. Kalau narasumber dalam penelitian ini adalah untuk mewujudkan PtAI ideal seperti yang bagian administrasi Ketua StAIn, Pembantu kita inginkan menurut muhibbin cukup Ketua, Dosen, Pengelola program studi dan berat dan tidak memungkinkan dalam waktu UPt, Dosen, mahasiswa sebagai data primer. dekat, setidaknya harus ada ghirah besar dari Adapun data‑data sekunder yang diolah berupa pengelola PtAI untuk membangun program profil STAIN, data kapasitas kelembagaan, studi unggul yang nantinya dapat dijadikan Data pengembangan sumber daya manusia kebanggaan, terutama dalam hal pengelolaan dan keuangan (pendanaan) meliputi model‑ dan lulusannya.3 Secara umum PtAI belum model pengembangan, sumber‑sumber mempunyai program studi unggul yang pemberdayaan, manajemen, laporan kemajuan dapat dibanggakan, hanya saja barangkali ada dan sistem evaluasinya, Data sarana prasarana, beberapa program studi yang mendapatkan dukungan pendanaan masyarakat serta perhatian secara khusus, diberikan beasiswa data terkait strategi pengembangan prodi dan ada pembinaan di luar kelas, sehingga agama yang berkarakter dan berkeunggulan. mereka dapat dilihat lebih baik, meskipun Penelitian ini dilaksanakan tahun 2011 harus kita akui bahwa justru program studi sebelum terjadi perubahan StAIn Pontianak tersebut merupakan prodi yang kurang menjadi IAIn. diminati masyarakat. membangun prodi unggul tentu diharapkan menjadi prodi yang dilihat dari berbagai segi menguntungkan, Paradigma Pengembangan Program sehingga memunculkan keinginan masyarakat Studi PtaI untuk bergabung. mengutip tulisan Azra,4 dalam dunia Permasalahan dalam penelitian ini ada‑ yang tengah berubah sangat cepat, terdapat lah: bagaimana gambaran program studi kebutuhan mendesak bagi adanya visi dan (Prodi) agama dan pengembangan prodi paradigma baru Perguruan tinggi. Paradigma umum di StAIn? bagaimana daya dukung baru itu, mau tidak mau, melibatkan reformasi kelembagaan prodi agama dan prodi umum besar yang mencakup perubahan kebijakan (sarana‑prasarana, animo peserta didik, yang lebih terbuka, transparan, dan akuntabel. SDm, pembiayaan, kerjasama) di StAIn? Dengan reformasi dan perubahan Perguruan bagai mana strategi pengembangan prodi tinggi dapat melayani kebutuhan yang lebih agama dan pengembangan prodi umum yang beragam bagi lebih banyak orang dengan memiliki karakter dan berkeunggulan melalui kandungan pendidikan (contents), metode, dan penyampaian pendidikan berdasarkan jenis dan bentuk‑bentuk baru hubungan dengan 3 muhibbin, Eksistensi Penguatan Fakultas Unggul di PTAI: Pokok-pokok Pikiran tentang Upaya Memperkuat Prodi Keislaman, makalah Simposium nasional Reinventing pendidikan Islam Unggul dan kompetitif, di yogyakarta, 4Azyumardi Azra, IAIN Di Tengah Paradigma Baru Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2011, hal. Perguruan Tinggi dalam http://www.ditpertais.net/ 313‑315. artikel/ azyu01.asp 7 Sep 2011. EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 383 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 383 26/01/2015 09:48:04 N u r u d i N masyarakat dan sektor‑sektor masyarakat pendidikan. Konsep‑konsep ini kemudian lebih luas. dirumuskan dalam “paradigma baru” D.A. tisna Amijaya5 memberikan model Perguruan tinggi sebagaimana terdapat pengembangan perguruan tinggi melalui dalam Rencana Jangka Panjang Ketiga identifikasi lima masalah yang dihadapi (1996‑2005) meliputi: peningkatan kualitas Perguruan tinggi secara umum. Pertama, Perguruan tinggi secara berkelanjutan melalui produktivitas yang rendah; kedua, keterbatasan peningkatan kualitas manajemen yang telah daya tampung; ketiga keterbatasan kemampuan diperbaiki, di mana otonomi, akuntabilitas dan berkembang; keempat, kepincangan di antara akreditasi merupakan komponen‑komponen berbagai Perguruan tinggi; dan kelima, terpenting. distribusi yang tidak seimbang dalam bidang‑ Secara eksternal implementasi bidang ilmu yang disediakan Perguruan tinggi, dikeluarkannya “World Declaration on Higher khususnya di antara ilmu‑ilmu sosial dan Education for the twenty‑First Century: Vision humaniora dengan ilmu‑ilmu eksakta. Untuk and Action” oleh UnESCo8, menjadi sumber mengatasi berbagai kelemahan ini, Amijaya baru bagi konsep paradigma baru Perguruan mengajukan lima program besar. Pertama, tinggi di Indonesia yang memuat dasar‑dasar peningkatan produktivitas Perguruan tinggi; bagi misi dan fungsi Perguruan tinggi; peranan kedua, peningkatan daya tampung; ketiga, etis, otonomi, tanggungjawab dan fungsi peningkatan pelayanan kepada masyarakat; antisipatif Perguruan tinggi; perumusan visi keempat peningkatan bidang keilmuan eksakta baru Perguruan tinggi; penguatan partisipasi atau iptek; kelima, peningkatan kemampuan dan peranan perempuan dalam Perguruan berkembang. tinggi; pengembangan ilmu pengetahuan di makalah tentang kurikulum PtAI oleh Perguruan tinggi melalui riset dalam bidang Ditpertais6 memberikan gambaran kondisi ilmu‑ilmu sosial, humaniora, dan sains dan problematis PtAI dalam menjawab tuntutan teknologi, dan penyebaran hasil‑hasilnya; paradigma perguruan tinggi kedepan, yakni pengembangan orientasi jangka panjang terdapat banyak kendala dalam implementasi Perguruan tinggi berdasarkan relevansi; program di PtAI, karena lingkungan penguatan kerjasama Perguruan tinggi Perguruan tinggi dan kebijakan pendidikan dengan dunia kerja, dan analisis dan antisipasi nasional yang belum memberikan keleluasaan terhadap kebutuhan masyarakat; diversifikasi dalam kerangka otonomi perguruan tinggi. pemerataan kesempatan pendidikan; pen‑ Di sisi lain konsep program pengembangan dekatan baru terhadap pendidikan secara Perguruan tinggi jangka panjang, sedikit inovatif; pemberdayaan mahasiswa sebagai berbeda diperkenalkan Sukadji Ranuwihardjo7, aktor utama Perguruan tinggi; pengembangan beberapa konsep program yang dirumuskan, evaluasi kualitatif terhadap kinerja akademis yakni, pertama, peningkatan kualitas dan administratif; antisipasi terhadap Perguruan tinggi; kedua, peningkatan tantangan teknologi; penguatan manajemen produktivitas; ketiga, peningkatan relevansi; dan pembiayaan Perguruan tinggi; keempat, perluasan kesempatan memperoleh peningkatan kerjasama Perguruan tinggi dengan berbagai pihak (stakeholders). Program studi di PtAI terus berkembang 5 D.A. tisna Amijaya, Kerangka Pengembangan seiring perubahan paradigma perguruan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 1976-1985 (Jakarta: Dirjen Dikti, 1976). tinggi secara nasional, bahkan model 6 makalah “Analisis Kritis Kurikulum PtAI, ditpertais.net/artikel/azyu01.htm, hal. 5‑10. 7 Sukadji Ranuwihardjo, Kerangka Pengembangan 8 UnESCo, Higher Education in the Twenty-First Century, Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 1986-1995 (Jakarta: Dirjen dan juga lihat, A. malik Fadjar et. Al., Platform Reformasi Dikti, 1985). Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 384 EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 384 26/01/2015 09:48:04 ProsPek ProGrAm sTudi AGAmA dAN umum di sTAiN PoNTiANAk, kAlimANTAN BArAT, dAN sTAiN CuruP BeNGkulu pengembangan perguruan tinggi luar negeri sulitnya (jika bukan tidak mungkin) Islam turut memengaruhi. Kebijakan nasional dan untuk mampu menghadapi modernitas. buku tuntutan masyarakat sebagai bagian penting kedua ingin memaksa pembaca untuk percaya bagi pengembangan PtAI dalam memilih bahwa reaksi ketidak mampuan Islam dalam strategi pengembangan keilmuan, termasuk menghadapi modernitas (barat) seringkali munculnya program studi umum pada fase‑ negatif yang mewujud dalam bentuk teror. fase kekinian. buku ketiga semakin menekankan image bahwa Islam adalah tempat kaum teroris. Dalam bahasa dia sendiri: ”the struggle is epistimologi keilmuan PtaI: on at the moment. It is in the guerrilla or, as modernisme, dikotomi Ilmu dan agama some people would put it, the terrorist phase.” Karya‑karya bernard Lewis menarik karena Dalam Islam, ancaman modernitas telah beberapa alasan. Pertama, ia adalah Guru dibahas melibatkan banyak penulis. Karya besar dalam bidang Islamic Studies yang amat Fazlur Rahman Islam and Modernity9 telah prolific. Kedua, karya‑karyanya menjadi salah menjadi karya klasik dan tergolong cukup satu rujukan penting di sejumlah perguruan baik dalam menggambarkan tantangan umat tinggi di barat, tetapi pada waktu yang sama, menghadapi modernitas yang dicirikan oleh pandangannya seringkali dipandang terlalu paham sekuler tersebut. tidak kalah menarik bias, antara lain karena ia dikenal sebagai adalah karya muhammad mumtaz Ali, cukup penganut yahudi tulen. Sikap “anti” Islam/ ringkas namun mampu memberi gambaran Arab ini sudah terihat ketika menulis Resensi relatif holistik dan komprehensif tentang buku (Book Review) terhadap karya Edward problem modernitas yang dihadapi umat Said, Orientalism, yang terkenal itu.13 yang Islam.10 Untuk melihat problem modernitas menarik Resensi buku ini14 kemudian direspon di kalangan umat Islam tetapi dengan oleh Edward W. Said melalui media yang sama pandangan agak pejoratif, karya bernard dengan menunjukkan kesalahan sejumlah Lewis amat membantu.11 Hingga batas‑ asumsi dasar yang digunakan oleh bernard batas tertentu, ketiga buku Lewis dimaksud Lewis.15 barangkali tidak berlebihan jika punya andil besar dalam menggelorakan dikatakan bahwa polemik antara keduanya image bahwa Islam terkait dengan terorisme. bisa digambarkan sebagai polemik antara buku pertama diterbitkan oleh Lewis segera sarjana dalam bidang studi Islam yang berbeda setelah terjadinya kasus 11 September yang pandangan dasarnya: bernard Lewis yang terkenal itu.12 Dalam buku yang menjadi best lebih merupakan representasi sarjana barat seller waktu itu, Lewis menekankan akan dan mengagungkan barat dengan Edward Said yang membela tradisi timur sekaligus amat 9 Fazlur Rahman, Islam & Modernity: Transformation krtis terhadap tradisi barat (orientalis).16 of an Intellectual Tradition (Chicago: the University of Chicago Press, 1982). 10 muhammad mumtaz Ali, ”A Study of Western Perspectives on the Causes and Consequences (oxford: Scholarship on the Compability and Incompability of oneworld, 2002). Islam and modernization,” Islamic Quarterly XLVI no 2 (2002), 189‑219. 13 Edward W. Said, Orientalism (new york: Vintage books, 1979). 11 bernard Lewis, What Went Wrong? The Clash between Islam and Modernity in the Middle East (new york: oxford 14 bernard Lewis, “the Question of orientalism,” University Press, 2002); idem, The Crisis of Islam: Holy War dalam The New York Review (24 Juni 1982), 49‑56. and Unholy Terror (new york: the modern Library, 2003); 15 Edward W. Said, “orientalism: An Exchange” The idem, From Babel to Dragomans: Interpreting the Middle East New York Review (12 Agustus 1982), 44‑46. (oxford: oxford University Press, 2004). 16 Hal yang sama juga bisa dilihat pada polemik 12 Karya penting terkait dengan Serangan 11 antara Patricia Crone dengan R.b. Serjeant. baca antara September, terutama dalam kaitannya dengan agama lain, R.b. Serjeant, Review terhadap Qur’anic Studies: dan masyarakat agama biasa dibaca dalam Ian markham Sources and Methods of Scriptural Interpretation, oleh J. dan Ibrahim m. Abu‑Rabi,’ eds. II September: Religious Wansbrough dan juga Review terhadap Hagarism: The EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 385 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 385 26/01/2015 09:48:04 N u r u d i N terlepas dari semua itu, masa modern pengetahuan memadai tentang astronomi, dengan ciri sekuler telah merasuk ke jantung dan mengembangkan sistem dan pemikiran umat Islam. Hal ini antara lain bisa dilihat dalam filosofis yang pada dasarnya berbasis ilmu-ilmu dunia pendidikan, yang merupakan satu sarana kealaman, tapi mereka juga berusaha untuk amat strategis bagi masa depan umat. Dengan merekonsiliasi dan menghubungkan agama pembahasan yang menarik, yadullah Kazmi17 dan ilmu (to reconcile and to interrelate religion telah memberi gambaran adanya dikhotomi and science), sehingga tidak terjadi kontradiksi dalam dunia pendidikan antara ilmu agama terminologi dalam konsep Islam tentang akal.. dan ilmu umum (dan juga antara ilmu dan Filosof kenamaan awal dalam Islam adalah agama), yang kemudian menjadi ciri di hampir al‑Kindi (c. 800‑870), dengan karyanya lebih seluruh dunia Islam termasuk Indonesia. Dalam dari 200 menyangkut filsafat, kedokteran, karyanya ini, Kazmi mengajak umat Islam matematika, fisika, kimia, asronomi, dan juga untuk mengakhiri dikhotomi dunia pendidikan musik. Semua filosof dan juga para penguasa tersebut dan perlu mengembangkan model pada waktu itu, selalu memberi perhatian pendidikan yang mengajarkan makna penting sungguh‑sungguh bidang astronomi, dan dari perjalanan sejarah peradaban umat Islam juga mengkaji bintang dan dimensi penting (juga umat manusia pada umumnya) yang ia menyangkut bumi, prediksi cuaca dan juga sebut dengan ”education of tradition” dan bukan ketersedian air—semuanya itu mengandung mereproduksi atau sekedar daur‑ulang dari nilai praktis sesuai dengan tuntutan masyarakat hal‑hal yang telah ada tanpa kritik, kreatif, dan pada waktu itu. Karya‑karya penting Ibn Ishaq, innovatif yang ia sebut ”traditional education.” Ibn Sina, dan para sarjana lainnya menjadi Apakah Islam mengenal dikhotomi ilmu bahan kajian penting di hampir seluruh dan agama? Dikhotomi ilmu dan agama dan belahan dunia termasuk daratan Eropah yang juga ilmu agama dan ilmu umum merupakan masuk melalui bagian selatan India dan juga realitas yang kita saksikan sejak lahirnya masa Andalusia. Karya Ibn Sina terutama Kitab al- modern hingga saat ini. Dengan demikian, Thibb (Canon Medicine) menjadi karya standar (a seperti akan dijelaskan berikut ini, sejarah awal major textbook) sekolah‑sekolah kedokteran di Islam tidak mengenal pandangan dikhotomik Barat. Para ahli fisika dunia Arab (Islam) ketika tersebut. itu bukan hanya meneruskan hasil‑hasil ilmu yang ada sebelumnya kepada generasi setelah Kita lihat, misalnya, markus Hattstein18 Islam (barat) tetapi juga mengembangkannya yang menjelaskan bahwa, satu hal yang amat yang kemudian menjadi landasan penting menarik dalam Islam adalah, pandangan bagi perkembangan medis di Eropah pada universal dari para ilmuwannya. Para masa Renaissance. tentu saja, hal ini tidak pemikir masa awal Islam hampir semuanya hanya terbatas pada fisika tetapi juga ilmu- terdidik dalam ilmu fisika dan juga menguasai ilmu lain seperti telah disebut sebelumnya. ilmu kedokteran. mereka juga mempunyai Dalam bahasa toby E. Huff, “kekayaan ilmu pengetahuan yunani dan Arab [Islam] telah Making of the Islamic World, oleh Patricia Crone dan berperan besar dalam mengantarkan revolusi michael Cook, Journal of Royal and Asiatic Studies (1978), 7678; R.b. Serjeant, Review terhadap Slaves on Horses: The ilmu modern yang berkembang di barat.”19 Evolution of the Islamic Polity, oleh Patricia Crone, Journal of Royal and Asiatic Society (1981), 210; R.b. Serjeant, Review terhadap Meccan Trade and the Rise of Islam oleh Patricia 19 toby E. Huff, The Rise of Early Modern Science: Islam, Crone, Journal of Arabic and Oriental Studies 110 (1990), China, and the West (Cambridge: Cambridge University dan respon terhadapnya bisa dibaca pada Patricia Crone, Press, 1995), 90. baca pula Sayid mujtaba dan Rukni “methodes et Debats,” Arabica 39 (1992), 216‑240. musawi Lari, Western Civilizaion Through Muslim Eyes 17 yadullah Kazmi, ”Islamic Education: traditional (Houston: Free Islamic Literature, 1979); Stephen F. Education or Education of tradition?” Islamic Studies 42:2 mason, A History of the Sciences (new york: Collier books, (2003), 259‑288. 1962); Robert m. Palter, ed. Toward Modern Science (new 18 markus Hattstein, “Science in Islam.” york: E.P. Dutton & Co., 1969); R.m. Savory, ed. Introduction 386 EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 386 26/01/2015 09:48:04 ProsPek ProGrAm sTudi AGAmA dAN umum di sTAiN PoNTiANAk, kAlimANTAN BArAT, dAN sTAiN CuruP BeNGkulu memang diakui bahwa ada sejumlah kalangan dan pengembangan ilmu tersebut tidak lepas yang mencoba meminimalisr sumbangan dari basis kehidupan umat berupa al‑Qur’an. dunia Islam terhadap perkembangan ilmu Ia mengatakan: “bagaimana mungkin kita bisa dan peradaban dunia. Sekedar menyebut memahami ilmu Islam jika kita tidak memiliki satu contoh, hal tersebut bisa dilihat dalam pengetahuan memadai seputar ajaran al‑ pandangan bernard Lewis. Seperti dimaklumi, Qur’an?” Sikap mental yang demikian ini ketika mengkaji tentang masyarakat, merupakan sikap universal selama kurun budaya, dan juga peradaban, maka nama Ibn waktu abad tengah. teologi merupakan inti Khaldun (1332‑1406) amat dikenal, terutama dari ilmu (core of science) sekaligus landasan sumbangannya terhadap ilmu sosial berupa agama (prop of the religion). Karena itu, ilmu sejarah dan sosiologi (atau ilmu soail‑budaya). dan agama tidak terpisah, dan kita tidak bisa Hampir‑hampir tidak ada kajian perkembangan berharap mampu memahami yang satu tanpa ilmu sosial‑budaya yang bisa melepaskan diri yang lainnya. yang penting untuk dicatat, dari peran Ibn Khaldun.20 yang menarik, ketika pada waktu itu bahasa al‑Qur’an menjadi berbicara ilmu sosial‑budaya ini, bernard sarana komunikasi internasional dalam Lewis tidak bisa untuk tidak menyebut nama perkembangan ilmu. Gustave Le bon23 juga Ibn Khaldun, tetapi disertai catatan tentang menulis bahwa bagdad, Kairo, toledo, Kordova, tidak terlalu sentralnya peran Ibn khaldun. Ia, dan lain‑lain mempunyai universitas yang misalnya, mengatakan: “Seseorang mungkin dilengkapi dengan laboratorium, observatoris, akan merujuk ke Ibn Khladun ketika berbicara perpustakaan‑perpustakaan besar, dan segala tentang budaya dan peradaban…. tetapi sesuatu yang dibutuhkan untuk kegitan sebenarnya orang pertama yang berperan penelitian ilmiah. Di Sepanyol saja, misalnya, besar di dalamnya adalah oswald Spengler.”21 terdapat tujuh puluh perpustakaan umum. tidak kalah menarik tulisan George Sarton Perpustakaan Khalifah al‑Hakim di Kordova tentang sejarah ilmu (history of science),22 yang memiliki koleksi tidak kurang dari enam ratus antara lain menyebutkan: Pada masa itu, ribu volume, disertai dengan tidak kurang aktivitas para ulama dan ilmuwan muslim empat puluh empat katalog. amat superior. mereka betul‑betul menjadi Sebagai gambaran pentingnya ilmu pada ujung‑tombak sekaligus penentu peradaban masa kemajuan Islam, barangkali ada baiknya dunia pada masa itu. Karya‑karya mereka jika disebut sejumlah ilmuwan sekaligus ilmu amat mendominasi pada hampir semua aspek yang ditekuni. Ibn batutah dikenal sebagai ilmu pengetahuan. mereka meluangkan waktu penjelajah (traveler) abad ke‑14, Al‑makmun cukup untuk melakukan penelitian unggulan dikenal dengan bayt al‑Hikmah (the House of dalam bidang‑bidang seperti matematika, Wisdom, 828), menerjemahkan karya‑karya asli astronomi, kimia, fisika, teknologi, geografi, bahasa yunani, membangun Pusat observatori dan kedokteran. Semakin menarik ketika Astronomi di baghdad (829); Al‑battani dan Sarton mengatakan bahwa semua penelitian al‑Fargani: Astronomi Ptolemaik, ecliptik, perubahan pusaran matahari; Al‑Khawarizmi (835): matematika, al‑jabar (angka berasal dari to Islamic Civilization (Cambridge: Cambridge University India dan juga metode kalkulasi); Abul Qasim Press, 1976); Rom Landau, The Arab Heritage of Western Civilization (new york: the League of Arab States, 1975).. al‑Ira’i dan Aidamir al‑Jildaki: kimia; Abu bakar 20 Dua karya berikut bisa memberikan gambaran muhammab Ibn zakariyya al‑Razi/Rhazes pemikiran Ibn Khaldun: Aziz Al‑Azmeh, Ibn Khaldun (865-925): teologi, filsafat, dan fisika terutama (new york: Routledge, 1982; Fuad baali dan Ali Wardi, Ibn Khaldun and Islamic Thought-Styles: A Social Perspective (massachusetts: G.K. Hall and Co., 1981). 21 Lewis, From Babel to Dragomans, 394. 23 Gustave Le bon, The World of Islamic Civilization, 22 George Sarton, Introduction to the History of Science trans. David macrae (barcelona: tudor Publishing (Cambridge: Carnegie Institution of Washington, 1953). Company, 1974). EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 387 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 387 26/01/2015 09:48:04 N u r u d i N tentang masalah‑masalah kedokteran dengan Prospek Program Studi agama di StaIN karyanya lebih dari seratus, dan yang paling Pontianak populer adalah Comprehensive Book; Abu Ali StAIn Pontianak bermula dari dibentuknya Ibn zina/Avicenna (980‑1037) dikenal sebagai yayasan Sadar pada tahun 1965, yang diketuai al-mu’allim al-thani: (orang kedua setelah oleh bapak A. muin Sanusi, Walikota Pontianak Aristotle): fisika, karya monumentalnya pada saat itu. Selain yayasan, dibentuk pula adalah Canon of Medicine; Jabir Ibn Hayyan/ Dewan Kurator yang diketuai oleh brigjend Geber (sering disebut sebagai ahli sufi): kimia, Ryacudu, Pangdam XII tanjungpura. Di dalam belakangan kemudian dikenal sebagai pendiri yayasan dan Dewan Kurator inilah ulama, kelompok sufi “Penyucian Jiwa” (Brethren of aparatur Pemerintah Daerah dan masyarakat Purity) yang menolak deduktif, geometrical kind bekerja sama mewujudkan berdirinya lembaga of reasoning (semacam pandangan sufi), juga pendidikan tinggi agama Islam. Singkawang, menulis karya Book of Mystery; Ibn al‑Haithan/ dinegerikan berdasarkan pada Surat Keputusan Al‑Hazen (965‑1038): Kitab optik (The Optics (SK) menteri Agama no. 26 tahun 1969 tanggal Kitab al-Manazhir), juga karya berupa Treatise 6 Agustus 1969 sebagai cabang dari IAIn on Perspectives; Al‑masudi (d. 1009) menulis Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian pada karya sejarah alam secara ensiklopedik (an tahun 1973, Fakultas Ushuluddin IAIn Syarif encyclopedic natural history) yang antara lain Hidayatullah Cabang Singkawang dipindahkan berisi penjelasan/ gambaran tentang mesin ke Pontianak dan dilebur dengan Fakultas pengubah jagung menjadi tepung dengan tarbiyah IAIn Syarif Hidayatullah Cabang memanfaatkan angin (windmills); Al‑Kindi dan Pontianak berdasarkan Keputusan menteri Hunain Ibn Ishaq (809-877): fisika; Abu Raihan Agama no. 93 tahun 1973 tentang Pemindahan al‑biruni (“the master,” 973‑1048) melakukan Fakultas Ushuluddin IAIn Syarif Hidayatullah di penelitian tentang gratifikasi khusus tentang Singkawang ke Fakultas tarbiyah di Pontianak. metal, batu‑batu mulia, dan mineral; Abd Aziz Surat Keputusan tersebut ditandatangani oleh Ismail Ibn Razzaz al‑Jazari tentang mekanik H. A. mukti Ali selaku menteri Agama RI pada melalui karyanya al-Kitab fi Ma’rifat al-Hiyal bulan oktober 1973. al-Handasiyyah (The Book of the Knowledge of Ingenious geometrical/mechanical Contrivances) melalui Keputusan Presiden no. 11 tanggal dan juga al‑Khazizi dalam karyanya al-Kitab 21 maret 1997, bertepatan dengan tanggal 12 Mizan al-Hikmah (The Book of the Balance of Dzulqaidah 1417 H., Fakultas tarbiyah IAIn Wisdom).24 Syarif Hidayatullah Jakarta di Pontianak, bersama‑sama dengan 32 Fakultas Jauh IAIn Penjelasan diatas yang diadaptasi dari lainnya di seluruh Indonesia, berubah menjadi tulisan Akhmad minhaji, memberi gambaran Sekolah tinggi Agama Islam negeri (StAIn). bahwa pada awal Islam tidak ada model Sejak itu pula, istilah Fakultas tarbiyah IAIn dikotomi keIlmuan.25Landasan ini penting Syarif Hidayatullah Jakarta di Pontianak dimunculkan sebagai critical review bagi berubah menjadi Sekolah tinggi Agama Islam pengembangan prodi umum maupun agama di negeri (StAIn) Pontianak. Dengan demikian, StAIn di Indonesia. StAIn Pontianak beserta StAIn‑StAIn lain memperoleh kesempatan untuk mandiri, tidak lagi bergantung kepada IAIn induk. 24 Data tersebut diambil dari sejumlah buku, dan masih dalam proses tambahan malalui karya‑karya yang Penataan infra‑struktur dan supra‑ akan dibaca lebih lanjut. struktur telah terlihat di StAIn Pontianak, pada 25 Akhmad minhaji, transformasi Paradigma Ilmu‑ ilmu keIslaman PtAI di Indonesia, makalah Simposium tahun akademik 1997/1998 dikembangkan nasional Reinventing Pendidikan Islam Unggul dan dua disiplin ilmu baru, disamping tarbiyah kompetitif, di yogyakarta, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2011. 388 EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 388 26/01/2015 09:48:04 ProsPek ProGrAm sTudi AGAmA dAN umum di sTAiN PoNTiANAk, kAlimANTAN BArAT, dAN sTAiN CuruP BeNGkulu yang sudah berjalan. Dengan demikian, StAIn sama 1982, Fakultas tarbiyah beralih status Pontianak sekarang ini memiliki tiga jurusan menjadi Fakultas madya. Ketika StAIn yaiyariah memiliki Prodi Ekonomi Islam Pontianak berdiri pada tahun 1997, nama dan muamalah. Jurusan Dakwah memiliki Fakultas tarbiyah harus disesuaikan lagi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam dan dengan status kelembagaan yaitu Jurusan bimbingan dan Penyuluhan Islam. tarbiyah. Dalam perkembangannya, jurusan Disamping itu StAIn Pontianak juga tarbiyah menjadi jurusan paling populer di telah memiliki program magister, yang kalangan StAIn Pontianak. Hal ini bisa dilihat pengusulannya dimulai tahun 2007, dan tahun dari jumlah peminat yang paling banyak 2010 telah keluar izin operasional pembukaan untuk masuk jurusan ini. Calon mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Agama yang mendaftar pada jurusan tarbiyah PAI, Islam StAIn Pontianak, sekaligus beroperasi. mencapai 618 orang, sementara daya tampung Upaya operasionalisasi program magister telah yang ada hanya 315. Akan tetapi karena dilakukan seperti penyiapan gedung kuliah pertimbangan antisipatif dan pengalaman, (tiga lantai) dan kantor, perpustakaan dan sebagian mahasiswa ada yang tidak mendaftar tenaga doktor yang relevan dengan program ulang, maka jumlah mahasiswa yang diterima yang akan dibuka. 365 orang. Pada kenyataannya, benar adanya, bahwa mahasiswa yang mendaftar ulang dan Visi dan misi StAIn Pontianak berdasarkan tetap konsisten di jurusan tarbiyah hanya 327 Keputusan menteri Agma RI no. 109 tahun orang. tidak sebesar pada tarbiyah PAI, pada 2008 dijabarkan sebagai berikut; Visi StAIn tarbiyah PbA hanya memiliki dayab tampung Pontianak adalah “Terwujudnya STAIN Pontianak 70 sementara yang mendaftar 94. Dari jumalah sebagai Pusat Kajian, Pengembangan dan Pengamalan pendaftar tersebut yang diterima 65 dan yang Ajaran Islam serta Budaya Lokal”. Visi ini kemudian mendaftar ulang hanya 50 orang. diturunkan ke dalam rumusan misi sebagai berikut: meningkatkan kualitas pendidikan dan Jurusan Syari’ah memiliki program studi pengajaran; meningkatkan kualitas penelitian; Ekonomi Islam dan muamalah. Jurusan Syariah meningkatkan kualaitas pengabdian kepada baik prodi Ekonomi Islam maupun muamalah masyarakat; melestarikan budaya lokal yang mulai mendapat izin operasi tahun 2007. Islami; mewujudkan tata kelola kepemerintahan Dalam perkembangannya jurusan Syariah yang bersih dan berwibawa. relatif stabil dalam pengertian perbandingan antara kemampuan daya tampung, jumlah Prodi agama di StAIn Pontianak meliputi, pendaftar sampai mahasiswa yang diterima Jurusan tarbiyah yang memiliki dua prodi; dan mendaftar ulang. Hal yang sama terjadi Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan pada Prodi muamalah. Jurusan Syariah bahasan Arab. Jurusan tarbiyah memiliki Ekonomi Islam memiliki daya tampung 105, Jurusan tarbiyah StAIn Pontianak pada jumlah yang mendaftar 162. Jumlah mahasiswa dasarnya merupakan kelanjutan dari Fakultas yang diterima 91 dan yang mendaftar ulang tarbiyah IAIn Syarif Hidayatullah Cabang 76 orang. Prodi Syariah mualmalah memiliki Pontianak. Jika demikian halnya, maka Jurusan daya tampung 35 dengen jumlah pendaftar tarbiyah sudah terbentuk sejak tahun 1965 35 orang. terjadi penurunan yang aneh pada yang secara resmi ditetapkan sebagai Fakultas prodei ini karena perbandingan antara daya tarbiyah IAIn Syarif Hidayatullah Cabang tampung dengan jumlah pendaftar dan jumlah Pontianak, pada tahun 1969. Pada tahun 1982, mahasiswa yang diterima, kemudian mendaftar istilah cabang dihapus dan berubah menjadi ulang malah menurun. Dari daya tampung Fakultas tarbiyah IAIn Syarif Hidayatullah 35 dan jumlah pendaftar 35, logikanya akan di Pontianak. Setelah penghapusan istilah diterima semua, tetapi ternyata yang diterima cabang tersebut kemudian di tahun yang EDUKASI Volume 12, Nomor 3, September-Desember 2014 389 EDUKASI v12_n3_2014 (A4) isi set3.indd 389 26/01/2015 09:48:05