ebook img

Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan PDF

12 Pages·2011·0.33 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan

Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan: Komparasi antara US dan Indonesia I Made Narsa Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Email: [email protected] ABSTRAK Pengklasifikasian negara menjadi negara maju vs negara berkembang, pasar modal mapan vs pasar modal baru tumbuh, budaya individualistik vs kolektifistik; US vs. non-US; common law vs. civil law, dan lain sebagainya, telah mendorong banyak perhatian untuk melakukan riset dan membandingkan berbagai aspek dari negara-negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan laba fungsional dan aliran kas kelambanan (CF ) t-n dalam menjelaskan dan memprediksi aliran kasa masa depan, dan membandingkan kemampuan tersebut antara negara US dan Indonesia. Penelitian ini juga merupakan perluasan dari penelitian yang dilakukan oleh Narsa (2008) yang menguji kemampuan laba fungsional di Indonesia. Dengan menggunakan data panel perioda 2001-2008, penelitian ini menemukan bahwa laba kotor memiliki kemampuan prediksi paling kuat dalam menjelaskan dan memprediksi aliran kas masa depan dibandingkan dengan laba lainnya untuk konteks di Indonesia, tetapi untuk di US adalah laba bersih. Kemampuan laba fungsional dan aliran kas kelambanan ditemukan berbeda antara perusahaan-perusahaan di Indonesia dan US. Oleh karena itu, jika investor ingin memprediksi aliran kas masa depan, maka akan lebih akurat jika menggunakan komponen laba kotor untuk di Indonesia dan komponen laba bersih untuk di US. Kata kunci: Aliran kas masa depan, aliran kas kelambanan, kemampuan menjelaskan, laba fungsional. ABSTRACT Classification of countries by developed vs. developing countries; developed vs emerging capital market; individualistic vs. collectivistic culture; US vs. non-US countries, common law vs. civil law, etc., have encouraged more research and compare other aspects of those countries. This research was conducted to test the ability of functional profit and lagged cash flow (CF ) t-n in explaining and predicting future cash flow, and to compare this ability between US and Indonesian companies. This research is an extention of Narsa’s research (2008) that was conducted for the Indonesian companies. Using the panel data for the 2001-2008 period, it documented that gross profit have the strongest explanatory power to predict future cash flow than other type of profit for Indonesia context, but on the other hand, it is the operating profit for the US context. The ability of functional profit and lagged cash flow to predict are different between US and Indonesian companies. Therefore, if investors wish to predict future cash flow, it would be more accurate to rely on gross profit component for Indonesia, and operating profit for the US. Keywords: future cash flow, lagged cash flow, explanatory power, functional profit. PENDAHULUAN kreditor adalah laba rugi dan aliran kas. Ketika investor dihadapkan pada dua indikator kinerja Dua jenis informasi akuntansi yang meng- tersebut, investor dan kreditor harus yakin bahwa ukur kinerja operasional perusahaan dan men- indikator kinerja yang menjadi fokus perhatian dapat perhatian paling utama dari investor dan mereka adalah indikator kinerja yang paling 1 2 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 1-12 mampu menggambarkan kondisi ekonomi per- Dalam menyusun laporan laba rugi, per- usahaan serta prospek pertumbuhan di masa usahaan publik dapat memilih salah satu dari dua depan dengan lebih baik. metoda pengklasifikasian biaya, yaitu metoda sifat Penelitian empiris untuk menguji kandungan biaya dan metoda fungsional. Praktiknya untuk informasi laba sudah dimulai sejak tahun 1968, perusahaan publik di Indonesia dan di US meng- yang dipicu oleh hasil penelitian Ball dan Brown gunakan metoda fungsional. Jika suatu per- (1968) dan Beaver (1968). Ball & Brown melaku- usahaan menggunakan metoda fungsional dalam kan event study untuk menguji kandungan mengklasifikasikan beban, maka dalam laporan informasi dari accounting income numbers dengan laba rugi akan tampak tiga jenis angka laba, yaitu meneliti 261 perusahaan selama 9 tahun (1957– laba kotor, laba operasi, dan di bawah laba operasi 1965). Beaver juga menguji kandungan informasi disajikan pos-pos di luar usaha dan pos-pos luar pengumuman laba tahunan, yang mengindikasi- biasa, sehingga pada baris paling bawah (bottom kan bahwa laba akuntansi berhubungan dengan line) terdapat laba bersih (IAI, 2002: paragraf 62). peristiwa yang dianggap investor memengaruhi Dari tiga jenis laba fungsional tersebut, laba kotor harga saham sehingga investor menggunakan relatif paling bebas dari diskresi manajemen informasi tersebut untuk mengubah peramalan sehingga ‘dianggap‘ paling bersih dari manipulasi labanya dan menyesuaikan harga dengan tepat. dan pos-pos akrual. Sampai saat ini penelitian-penelitian me- Sebagian besar penelitian-penelitian empiris ngenai laba terus berkembang baik mengenai ada yang ada sampai saat ini hanya fokus pada laba tidaknya kandungan informasi (information agregat atau disebut juga bottom line earnings, content) maupun arah hubungan (direction) baik dalam rangka menguji kandungan informasi dengan harga saham. Mulai tahun 1980-an dengan melihat reaksi pasar maupun untuk perhatian penelitian beralih pada besaran tujuan prediksi laba masa depan dan aliran kas (magnitude) dari reaksi pasar yang diukur dengan masa depan (Ball & Brown, 1968; Beaver, 1968; earnings response coefficient (ERC). Penelitian Finger, 1994; Foster, 1977; Lipe, 1986; Ou, 1990; awal tentang ERC dilakukan oleh (Bamber, 1986; Strong & Walker, 1993). Semua penelitian ter- Collins & Kothari, 1989; Easton & Harris, 1991; sebut menggunakan laba agregat (earnings) Easton & Zmijewski, 1989; Kormendi & Lipe, sebagai variabel yang diteliti. Para peneliti tidak 1987; Richadson, 2003; Schipper & Vincent, 2003) menggunakan pertimbangan bahwa angka laba Hubungan antara aliran kas dan laba akrual akuntansi sebenarnya memiliki gradasi kan- dengan abnormal return telah diteliti oleh Livnat dungan intervensi manajemen. Kalaupun per- dan Zarowin (1990) Pengujian dilakukan dengan timbangan itu ada hanya berhenti pada tingkat analisis regresi berganda dan berhasil membukti- laba operasi, tidak sampai ke tingkat laba kotor. kan bahwa komponen aliran kas mempunyai Sementara penelitian lainnya (Fairfield et al., hubungan positif lebih kuat dengan abnormal 1996) memecah angka laba menjadi laba return saham dibandingkan dengan aliran kas permanen, laba transitori, dan laba pengganggu, total atau laba akrual dengan abnormal return. tetapi Kormendi memecah laba menjadi laba Tetapi hasil penelitian yang dilakukan Ali persistence dan laba non persistence (Kormendi & (1994) menunjukkan sebaliknya. Ali menguji Lipe, 1987). kandungan informasi laba, modal kerja operasi, Sementara itu, Narsa (2008) telah meneliti dan aliran kas dengan menggunakan regresi kemampuan laba fungsional dalam memprediksi linear dan non linear. Hasil analisis berdasarkan perilaku aliran kas masa depan untuk kasus model linear menunjukkan bahwa aliran kas perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pertanyaan- relatif tidak memiliki kandungan informasi nya adalah apakah hasil penelitian tersebut sama dibandingkan dengan variabel laba dan modal atau berbeda jika dibandingkan dengan kondisi di kerja operasi. negara-negara yang memiliki perbedaan dalam Salah satu tujuan pelaporan keuangan berbagai aspek dengan Indonesia, seperti sebagaimana terdapat pada SFAC No. 1 (FASB, Amerika? Bedford mengingatkan bahwa makna 1978: par. No. 37) adalah menyediakan informasi laba akuntansi hanya bisa dimengerti dengan untuk membandu investor, kreditor dan pemakai jalan memahami bagaimana angka laba tersebut lainnya dalam menaksir jumlah, waktu dan bisa dihasilkan atau diukur. Ketiga angka laba ketidakpastian aliran kas masa depan. Per- tersebut memiliki makna semantik yang berbeda tanyaannya adalah, informasi akuntansi yang dan dengan perbedaan tersebut seharusnya juga mana yang paling baik digunakan untuk memiliki efek pragmatik yang berbeda terhadap memprediksi aliran kas masa depan? Apakah laba penggunanya (Bedford, 1971). rugi atau aliran kas itu sendiri? Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan tiga angka laba Narsa: Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan 3 fungsional, yaitu laba kotor, laba operasi dan laba Dalam laporan laba rugi perusahaan-per- bersih serta aliran kas masa lalu (kelambanan) usahaan publik, khususnya untuk perusahaan dalam menjelaskan perilaku aliran kas masa dagang dan manufaktur, secara eksplisit di- depan. Tujuan kedua adalah mengkomparasikan tunjukkan ada tiga jenis laba, yaitu laba kotor, kemampuan tiga angka laba tersebut dan aliran laba operasi dan laba bersih. Penelitian-penelitian kas masa lalu antar dua negara yang ada pada yang sudah dilakukan sebagian besar fokus pada dua ekstrim dikotomik, yaitu US dan Indonesia, laba operasi atau laba permanen atau laba yang masing-masing mencerminkan negara maju persisten, dan laba bersih yang juga disebut laba dan berkembang, pasar modal maju dan ber- agregat. Laba yang diperoleh dari kegiatan yang kembang, budaya individualistik dan kolektivistik, tidak berulang disebut laba transitori (Ali & dan negara dengan sistem hukum common law Zarowin, 1992; Beaver et al., 1979; Fairfield et al., dan civil law. 1996; Lipe, 1986; Ohlson & Penman, 1992; Sloan, Dengan menggunakan data panel yang 1996). diambil dari www.jsx.co.id, ICMD dan OSIRIS Angka laba sebenarnya mengandung banyak (DataBase UGM), penelitian ini berhasil men- sekali diskresi manajemen. Boleh jadi angka laba dokumentasikan bahwa laba kotor memiliki berubah tetapi tidak berdampak pada aliran kas. kemampuan paling kuat dalam menjelaskan Sedangkan penelitian empiris membuktikan perilaku aliran kas masa depan untuk kasus di diskresi manajemen dalam pemilihan metoda Indonesia atau hipótesis pertama didukung, akuntansi yang tidak berdampak pada aliran kas konsisten dengan Narsa (2008). Tetapi, penelitian tidak direspon oleh pasar (Dopuch & Pincus 1988; ini juga mendokumentasikan, bahwa untuk data Fellingham 1988). US, laba operasi lebih kuat dibandingkan dengan Secara semantik dan sintaktik laba kotor laba kotor dan laba bersih. Ini beratri hipotesis adalah selisih dari pendapatan perusahaan pertama tidak didukung data empiris. Temuan ini dikurangi dengan beban pokok penjualan. sekaligus mendukung hipotesis kedua yang Beban pokok penjualan adalah semua biaya menyatakan terdapat perbedaan kemampuan laba yang behubungan dengan pemerolehan barang fungsional dalam menjelaskan aliran kas masa dagangan baik melalui proses produksi maupun depan antara kedua negara. Dengan demikian jika pembelian bagi perusahaan dagang. Laba operasi investor ingin memprediksi aliran kas masa depan adalah selisih laba kotor dengan biaya-biaya lebih tepat menggunakan laba kotor untuk kasus operasi, yaitu biaya-biaya yang berhubungan di Indonesia dan laba operasi untuk di US. dengan kegiatan operasi perusahaan. Laba bersih Bagian berikut dari laporan hasil penelitian adalah angka yang menunjukkan selisih antara ini menjelaskan secara berturut-turut, yaitu seluruh pendapatan—yang operatif maupun bagian dua menjelaskan teori dan pengembangan tidak—dan seluruh biaya—yang operatif maupun hipótesis. Ada dua hipótesis yang diajukan untuk tidak. masing-masing negara. Bagian ketiga menjelas- Sampai sejauh ini yang paling populer adalah kan metoda penelitian mencakup data, dan penggunaan laba operasi dan laba bersih sebagai variabel-variabel penelitian serta model empirik variabel dalam penelitian pasar modal. Alasannya yang dikembangkan. Bagian keempat menjelas- adalah laba operasi lebih mampu menggambarkan kan analisis dan hasil penelitian, dan bagian operasi perusahaan dibandingkan dengan laba kelima berisi diskusi, simpulan dan saran. bersih. Laba bersih dianggap masih dipengaruhi oleh hal-hal lain yang ada di luar kendali KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN manajemen, misalnya peristiwa luar biasa yang HIPOTESIS meningkatkan laba atau menurunkan laba. Selain itu, laba operasi juga diasumsi memiliki hubungan Informasi yang terdapat dalam laporan laba langsung dengan proses penciptaan laba. rugi mencerminkan apa yang telah dilakukan oleh Namun Bhattacharya et al. (2003) mencoba manajemen (stewardship) selama satu perioda. membandingkan tingkat keinforma-tifan laba Para pemakai menilai apa yang telah dilakukan operasi dengan laba proforma. Hasil penelitian oleh manajemen, agar dapat mengambil keputus- mereka menunjukkan bahwa laba pro forma lebih an ekonomi. Informasi kinerja perusahaan, informatif dan lebih permanen sifatnya dibanding- terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai kan dengan laba operasi (Bhattacharya et al. perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang 2003). Angka laba operasi bukan merupakan mungkin dapat dikendalikan di masa depan serta angka laba yang paling kuat menjelaskan reaksi untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam pasar. Ini berarti, seharusnya, ada angka laba lain menghasilkan aliran kas dari sumber daya yang yang lebih kuat. ada (IAI 2002: par 14 dan 17). 4 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 1-12 Laba kotor sebenarnya lebih terkendali oleh perilaku aliran kas, baik untuk kasus US manajer dan memiliki hubungan yang lebih erat maupun kasus Indonesia. dengan penciptaan pendapatan dibandingkan dengan laba operasi. Kos barang terjual juga LK LO relatif bebas dari pilihan metoda akuntansi. Jika t AK t AK t-1 t-1 pun ada, hanya pilihan antara FIFO dan LIFO yang di dalam penelitian dibuktikan tidak memengaruhi keputusan investor (Dopuch & Pincus 1988; Fellingham 1988). Masalah pembebanan biaya overhead pabrik sebenarnya tidak terlalu mengubah nilai akhir AKt AKt beban pokok penjualan. Penggunaan metoda Model 1 Model 2 perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan ABC dan just-in-time, misalnya, adalah bukti bahwa manajemen berusaha keras untuk mengendalikan beban pokok penjualan. LBt AK t-1 Memang, beban pokok penjualan tidak bisa bebas sepenuhnya dari diskresi manajemen, tetatpi jenis laba lainnya jauh lebih ‗parah‘. Tabel 1 mencerminkan gradasi intervensi managemen dalam menentukan besarnya angka laba, baik melalui pilihan metoda akuntansi AK maupun kebijakan manajemen, misalnya dalam t bentuk penentuan cadangan kerugian piutang, Model 3 umur ekonomi aktiva tetap, dan lain sebagainya. Gambar 1. Model Prediksi Aliran Kas berdasarkan Tiga Angka Laba dan Aliran Kas Kelambanan Tabel 1. Perbandingan Tingkat Kebebasan Relatif terhadap Diskresi Manajemen Keterangan: Jenis Laba Diskresi Non Related Kualitas LK = Laba Kotor; Manajemen Activity Laba LO = Laba Operasi; Laba Kotor (LK) COGS LB = Laba Bersih; Laba Operasi (LO) COGS Opr.Exp LK>LO>LB AK = Aliran Kas, dan Laba Bersih (LB) COGS Opr.Exp Other & Extra AKt-1 = Aliran Kas Kelambanan (selanjutnya diberi Dari Tabel 1, tampak bahwa laba kotor label AKK) dilaporkan dalam urutan pertama dalam laporan laba rugi, kemudian laba operasi dan terakhir laba Beberapa penelitian mencoba menghubungkan bersih. Artinya, pertama perhitungan angka laba antara sistem hukum yang dianut suatu negara kotor akan menyertakan lebih sedikit komponen dengan proteksi hukum terhadap investor (La pendapatan dan biaya dibandingkan dengan Porta et al 1998), dan menemukan bahwa negara- penghitungan laba operasi, dan demikian pula negara dengan sistem civil law memiliki sistem dalam perhitungan komponen laba bersih. Kedua, proteksi investor lebih lemah dibandingkan komponen laba kotor akan terkontaminasi pilihan dengan negara dengan common law. Indonesia metoda dan diskresi manajemen paling sedikit menganut civil law sedangkan US menganut dibandingkan dengan laba operasi dan laba bersih. common law. Leuz (2003) menemukan bahwa Ketiga, laba kotor lebih sehat dibandingkan Negara dengan sistem proteksi hukum yang kuat dengan laba operasi, dan laba operasi lebih sehat terhadap investor, praktik earnings management dibandingkan dengan laba bersih. Dengan lebih rendah. Hukum sipil (civil law) atau yang demikian, dari logika ini, seharusnya angka laba biasa dikenal dengan Romano-Germanic Legal kotor memiliki kemampuan menjelaskan perilaku System adalah sistem hukum yang berkembang di aliran kas paling kuat dibandingkan dengan dua dataran Eropa. Titik tekan pada sistem hukum ini angka laba yang lainnya. adalah, penggunaan aturan-aturan. hukum yang Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka sifatnya tertulis. Sistem hukum ini berkembang di model pada Gambar 1, hipotesis dapat dirumus- daratan Eropa sehingga dikenal juga dengan kan sebagai berikut: sistem Eropa Kontinental. Kemudian disebarkan H1: Angka laba kotor memiliki kemampuan lebih negara-negara Eropa Daratan kepada daerah- tinggi dibandingkan dengan angka laba daerah jajahannya, termasuk Indonesia oleh operasi dan laba bersih dalam menjelaskan Belanda. Sedangkan Common-law membentuk Narsa: Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan 5 bagian utama dari hukum banyak negara, den, sehingga dapat memperbaiki estimasi ekono- terutama di negara-negara yang merupakan bekas metri. koloni atau wilayah dari Britania. Dia terkenal Karena data runtun waktu pendek, yaitu karena terdapat hukum tidak tertulis (non- hanya delapan tahun (2001-2008), maka tidak statutory) yang luas mencerminkan sebuah diperlukan berbagai macam pengujian asumsi konsensus penghakiman dengan sejarah berabad- klasik seperti halnya dalam data runtun waktu abad oleh para juris. Sebagai contoh di US yang panjang. Dalam hal ini diasumsikan nilai variabel- mana dalam proses peradilannya menggunakan variabelnya adalah stabil dan statisioner. Verbeek juri sebagai pengambil keputusan apakah (2004) mengatakan keuntungan regresi dengan seseorang dinyatakan guilty atau not-guilty. data panel dibandingkan data runtun waktu atau Francis et al. (2001) juga menemukan bahwa data lintas sektoral adalah kemampuannya dalam Negara dengan sistem common law memiliki mengidentifikasi parameter-parameter regresi standar akuntansi yang lebih tranparan serta secara pasti dengan tanpa membutuhkan asumsi kebutuhan akan auditing yang lebih tinggi. Ini restriksi (Verbeek 2004 : 342). berarti, US dibandingkan dengan Indonesia memiliki standar akuntansi yang lebih tranparan, Variabel-variabel Penelitian praktik earnings management dan tingkat ke- butuhan auditing yang lebih rendah, sehingga Laba fungsional, artinya bahwa setiap angka tingkat intervensi manajemen terhadap pem- laba diperoleh setelah dilakukan pengurangan bentukan komponen laba fungsional relative lebih dengan biaya pada fungsi-fungsi tertentu. Laba rendah. Dengan demikian, berdasarkan hasil-hasil Kotor (LK) adalah pendapatan dikurangi dengan penelitian tersebut dapat dirumuskan hipotesis biaya yang terjadi pada fungsi produksi (fungsi kedua sebagai berikut: pembelian untuk perusahaan dagang), yaitu H: Terdapat perbedaan kemampuan tiga angka berupa kos barang terjual. Laba Operasi (LO) 2 laba dan aliran kas kelambanan dalam adalah laba kotor dikurangi biaya yang terjadi memprediksi aliran kas masa depan antara pada fungsi-fungsi operasi perusahaan meliputi US dan Indonesia. biaya fungsi pemasaran, biaya fungsi administrasi dan umum. Laba Bersih (LB) adalah laba operasi METODE PENELITIAN dikurangi dengan pos-pos di luar fungsi utama perusahaan, yaitu pos-pos transitori dan pos-pos Penelitian ini merupakan penelitian empirik luar biasa; Aliran Kas Kelambanan (AKK) adalah dengan pendekatan kuantitatif. Data arsip yang angka aliran kas tahun sebelumnya. Sedangkan digunakan adalah data panel, karena data variabel dependen yang ingin diprediksi adalah akuntansi yang tersedia berupa data tahunan, Aliran Kas (AK). Nilai aliran kas yang di- sehingga sulit mendapatkan data runtun waktu pergunakan dalam penelitian ini adalah aliran kas yang panjang (misal 100 tahun) terutama untuk operasi data Indonesia. Untuk perusahaan Indonesia, data panel yang dipergunakan dalam penelitian ini Model Empiris adalah 8 x 54, yaitu runtun waktu pendek yaitu hanya 8 tahun (2001-2008) dan data silang tempat Mengacu pada Gambar 1 di atas, maka model sebanyak 54 perusahaan, sehingga secara kese- empirisnya adalah: luruhan jumlah observasi menjadi 432 observasi AK = a +abLK + aAK + ε (Model t 0 1 t 3 t-1 (tahun-perusahaan). Sumber data adalah laporan 1) keuangan tahunan dari perusahaan publik di AK = b + bLO + bAK + ε (Model t 0 2 t 3 t-1 Bursa Efek Jakarta (www.jsx.co.id) dan Indo- 2) nesian Capital Market Directory (ICMD). Untuk AK= c + c3LB + cAK + ε (Model 3) t 0 t 3 t-1 perusahaan US, data panel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 8 x 60 = 480 tahun Keterangan: AK adalah aliran kas; AK adalah t-1 perusahaan Sumber data adalah OSIRIS (Data aliran kas kelambanan; a, b, c adalah intersep 0 0 0 Base UGM). Pembatasan jumlah data panel US ini dari nilai AK; a , b , c adalah slope dari garis 1,2 1,2 1,2 semata-mata untuk menyeimbangkan dengan regresi; LK adalah laba kotor; LO adalah laba data panel perusahaan publik di Indonesia. operasi; LB adalah laba bersih, dan ε adalah error Penggunaan data panel menyebabkan jumlah term. observasi meningkat (432 firm-year Indonesia, dan 480 firm-year US). Meningkatnya jumlah obser- vasi dapat meningkatkan derajat kebebasan dan mengurangi kolinieritas antar variabel indepen- 6 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 1-12 data Indonesia (Panel A) dan 480 tahun Kriteria Pemilihan Model Terbaik perusahaan untuk data US (Panel B). Dari seluruh observasi tersebut tampak bahwa variansi data Pemilihan model empiris merupakan salah sangat luas untuk semua variabel. Deskripsi ini satu langkah penting, di samping pembentukan mencerminkan bahwa aliran kas bisa negatif pada model teoritik dan model yang dapat ditaksir, satu perioda dan bisa positif pada perioda lainnya. estimasi, pengujian hipotesis, peramalan dan Demikian pula mengenai angka laba, dimana analisis mengenai implikasi kebijakan dari model suatu perusahaan bisa mengalami kerugian pada tersebut (Insukindro, 1992). Suatu model dapat satu perioda dan mengalami laba pada perioda dikatagorikan baik, jika memenuhi beberapa lainnya. syarat, yaitu: parsimony; data admissibility; data Dengan membandingkan mean dan median coherency; constant parameter; theoretical consis- pada kedua panel data tampak bahwa semua tency; dan encompassing (Gujarati 2003:507; variabel memiliki mean yang lebih besar diban- Insukindro 1999) Oleh karena itu, untuk menentu- dingkan dengan median, artinya semua variabel kan model terbaik dipergunakan beberapa kri- condong ke kanan (positif). Ini berarti estimasi teria, yaitu: Pertama R2, ukuran ini dipergunakan yang terbesar dari semua variabel adalah rata- karena R2 mengukur proporsi atau persentase dari rata dibandingkan dengan median. Data yang variansi variabel AK mampu dijelaskan oleh memiliki sebaran paling tinggi adalah laba kotor. variansi variabel LK dan AKK (Model 1) atau LO Hal ini bisa dilihat dari besarnya nilai deviasi dan AKK (Model 2), atau LB dan AKK (Model 3). standar, data lain juga memiliki sebaran yang Kedua, kriteria lain yang dipergunakan adalah rata-rata tinggi. Akaike info criterion (AIC), dan Schwarz criterion. Model terbaik adalah yang memiliki R2 terbesar, Hasil Estimasi Model 1, 2, dan 3 dan AIC dan Schwarz paling kecil. Untuk membandingkan model mana yang lebih baik Oleh karena data panel menggunakan runtut antara kasus di Indonesia dan di US, maka waktu pendek, maka tidak diperlukan pengujian dilakukan perbandingan secara visual untuk terhadap asumsi klasik sebagaimana dalam data masing-masing model yang bersesuaian. runtut waktu panjang (Verbeek, 2004). Secara berturut-turut hasil estimasi masing-masing HASIL PENELITIAN model disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 2 disajikan statistik deskriptif untuk empat variabel yang diteliti. Jumlah observasi sebanyak 432 tahun perusahaan untuk Tabel 2: Statistik Deskriptif PANEL A: Data Indonesia Statistik AK LK LO LB AKK Mean 181978.9 496720.5 265952.9 154776.6 182366.5 Median 34062.82 79843.00 33461.00 13588.00 34690.54 Maximum 6939709. 13722876 6413974. 8205759. 6939709. Minimum -843544.8 -110800.0 -210728.0 -6399867. -843544.8 Std. Dev. 601278.5 1404088. 766404.5 989557.8 601227.3 Skewness 5.771956 4.740335 3.986812 3.156928 5.771540 Kurtosis 48.79632 31.33544 20.90637 35.28409 48.79803 Observations 431 431 431 431 431 PANEL B: Data US Statistik AK LK LO LB AKK Mean 1061.193 2915.328 799.7435 507.0331 1071.884 Median 478.7670 1705.923 388.4610 203.8750 480.8550 Maximum 14851.00 23049.00 11882.00 10535.00 14851.00 Minimum -5611.000 -5.444000 -4222.000 -3937.000 -5611.000 Std. Dev. 1902.360 3644.658 1492.521 1198.434 1911.468 Skewness 3.537885 2.638274 3.401537 3.515630 3.493012 Kurtosis 20.98149 10.89613 20.87444 23.98457 20.55420 Observations 479 479 479 479 479 Sumber: Data diolah Keterangan: AK adalah aliran kas; LK adalah laba kotor; LO adalah laba operasi; LB adalah laba bersih, dan AKK adalah Aliran Kas Kelambanan. Narsa: Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan 7 Tabel 3. Kriteria Seleksi Model Terbaik: Variabel Bebas: Aliran Kas Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Bebas Indo US Indo US Indo US Intercept 26306,40 -190,8275 34080,90 37,37762 90295,12 137,561 (1,23) (-3,74)*** (1,56) (0,83)*** (3,75)* (2,99)*** LK 0,289 0,281 (14,90)*** (16,34)*** LO 0,536 0,620 (13,82)*** (17,81)*** LB 0,231 0,710 (8,21)*** (16,06)*** AKK 0,065 0,404 0,029144 0,492292 0,306 0,525 (1,43) (12,33)*** (0,58) (18,12)*** (6,58)*** (18,95)*** N 431 479 431 479 431 479 R2 0,521 0,792 0,496 0,805 0,371 0,789 Adj. R2 0,518a) 0,791 0,494 0,804 a) 0,368 0,788 F 232,468 907,325 211,038 984,795 126,224 892,994 Kriteria AIC 28,727 a) 16,378 28,776 16,313 a) 28,999 16,391 Schwarz 28,756 a) 16,404 28,805 16,339 a) 29,027 16,417 Sumber: Data diolah Keterangan: * = Signifikan pada level 10% ; ** sig pada level 5%; *** sig pada level 1%. a) menunjukkan memenuhi kriteria paling baik. Dari Tabel 3, tampak bahwa hasil estimasi Sementara hasil estimasi Model 2 (US) Model 1 (Indo) dengan menggunakan LK dan AKK menunjukkan baik variabel LO maupun AKK sebagai prediktor, ternyata LK signifikan secara sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan statistik dalam mengestimasi AK pada level 1%. dalam memprediksi aliran kas masa depan pada Standar kesalahan sangat kecil yaitu sebesar level 1%. Model ini memiliki goodness of fit yang 0.019. Tetapi variabel AKK tidak signifikan secara sangat tinggi dengan nilai F = 984.7951 (p = 0.000). statistik. Secara keseluruhan Model 1 (Indo) Secara keseluruhan variabel LO dan AKK mampu memiliki googness of fit yang tinggi dengan nilai F menjelaskan variansi aliran kas sebesar sekitar = 232.4686 (p = 0.0000). Di samping itu variansi 80.54%, selebihnya dijelaskan oleh variabel lain perubahan nilai aliran kas dapat dijelaskan oleh yang tidak masuk dalam model. variansi variabel LK dan AKK sebesar 51.84%. Hasil estimasi Model 3 (Indo) dengan variabel Berdasarkan hasil estimasi Model 1 (US), prediktor LB dan AKKkeduanya signifikan secara ternyata LK juga sangat signifikan secara statistik statistik dalam memprediksi AK pada level 1%. dalam mengestimasi AK pada level 1%, dengan Model ini juga memiliki goodness of fit yang sangat standar kesalahan sebesar 0.017187. Demikian bagus dengan nilai F =126.2247 (p = 0.0000). juga variabel AKK signifikan secara statistik pada Variansi perubahan aliran kas mampu dijelaskan level 1% dengan standar kesalahan 0.032772. oleh variansi LB dan AKK sekitar 36.81%, Secara keseluruhan Model 1 (US) memiliki selebihnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak googness of fit yang sangat tinggi dengan nilai F = masuk dalam model. 907.3255 (p = 0.0000). Di samping itu variansi Sementara pada Model 3 (US) tampak bahwa perubahan nilai aliran kas dapat dijelaskan oleh variabel LO dan AKK sama-sama memiliki variansi variabel LK dan AKK sebesar 79.22%. pengaruh yang signifikan dalam memprediksi AK Hasil estimasi Model 2 (Indo) dengan variabel masa depan pada level 1%. Tingkat goodness of fit prediktor LO dan AKK menunjukkan bahwa LO juga sangat tinggi dengan nilai uji F = 892.9942 (p signifikan secara statistik pada level 1% dalam = 0.000). Secara keseluruhan variabel LO dan memprediksi AK. Namun AKK pengaruhnya AKK mampu menjelaskan variansi aliran kas tidak signifikan secara statistik. Model 2 (Indo) sebesar sekitar 78.95%, selebihnya dijelaskan oleh memiliki goodness of fit yang tinggi dengan nilai F variabel lain yang tidak masuk dalam model. = 211.0385 dan p-value = 0.000. Secara Dari semua hasil estimasi sebagaimana keseluruhan variabel LO dan AKK mampu disajikan pada Tabel 3, tampak bahwa angka laba menjelaskan variansi aliran kas sebesar sekitar ternyata memiliki kemampuan yang baik untuk 49.42%, selebihnya dijelaskan oleh variabel lain menjelaskan aliran kas. Goodness of fit ketiga yang tidak masuk dalam model. model tersebut yang dilihat dari nilai uji F sangat 8 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 1-12 tinggi dan signifikan pada level di bawah satu ANALISA DAN PEMBAHASAN persen. Namun untuk memutuskan mana model yang paling baik atau paling kuat dalam Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, untuk menjelaskan aliran kas, juga perlu menggunakan kasus Indonesia, laba kotor memiliki kemampuan kriteria-kriteria seleksi yang lain, yang dibahas menjelaskan aliran kas paling kuat diantara dua berikut ini. jenis angka laba lainnya. Apa yang diharapkan oleh investor sebenarnya aliran kas yang baik di Seleksi Model masa depan, sehingga perusahaan berkemampuan untuk membayarkan dividen. Bahkan SFAC Seperti sudah dijelaskan pada bagian metoda menegaskan bahwa tujuan penyajian laporan penelitian, bahwa untuk memilih model terbaik keuangan adalah untuk membantu pemakai digunakan beberapa kriteria seleksi seperti R2, dalam menaksir aliran kas masa datang. AIC, dan Schwarz criterion Tabel 3 berikut Seperti diuraikan pada bagian pendahuluan, menyajikan secara lengkap ringkasan dari hasil apa dasar yang paling baik yang dapat diper- pengujian dan estimasi terhadap ketiga model di gunakan untuk memprediksi aliran kas masa kedua negara. depan? Penelitian ini menemukan laba kotor Dari Tabel 3, tampak bahwa untuk data memiliki kemampuan yang paling baik dalam Indonesia Model 1 memiliki R2 dan Adjusted R2 menjelaskan perilaku aliran kas, yang berarti laba yang paling tinggi, juga goodness of fit (F) yang kotor memiliki kemampuan prediksi yang tinggi, paling baik. Nilai AIC dan Schwarz yang semakin khususnya untuk data Indonesia. kecil menunjukkan model semakin baik. Oleh Hasil ini hanya dapat dipahami jika kita karena itu, berdasarkan kriteria AIC dan Schwarz, memperhatikan secara hati-hati proses penyu- model yang terbaik adalah Model 1. Ini berarti sunan laporan laba rugi. Dalam proses penyu- hipotesis yang diajukan bahwa Angka laba kotor sunan laporan keuangan, terutama laporan laba memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan rugi, banyak ditemukan faktor-faktor yang dengan angka laba operasi dan laba bersih dalam memungkinkan sebuah angka laba angregat dan menjelaskan perilaku aliran kas untuk kasus di laba bersih mengandung manipulasi. Indonesia didukung data empiris. Namun, Worthy (1985:651) mengatakan ―life is not variabel aliran kas kelambanan tidak signifikan smooth‖ demikian Ford S Worthy seorang auditor untuk ketiga model. dari KAP besar di US mengemukakan kembali Selanjutnya, jika dilihat untuk data US, tentang faham kebenaran. Tidak satupun dalam semua variabel LK, LO, LB, dan AKK signifikan kinerja tahun ke tahun (year-to-year performance) pada ketiga model, tetapi model yang paling baik suatu perusahaan yang membebaskan eksekutif- adalah Model 2, artinya laba operasi dan aliran nya dari usaha ‗menggoyang‘ garis yang memeta- kas kelambanan memiliki kemampuan yang kan profit mereka. Ada tiga jalan yang me- paling baik dalam menjelaskan perilaku aliran kas mungkinkan manajemen mengelola earnings, masa depan. Jika dihubungkan dengan penelitian yaitu 1) karena mereka memiliki peluang yaitu terdahulu yang telah menguji laba operasi dan berupa power yang dimiliki, sehingga bisa masuk laba agregat hasilnya konsisten, dimana laba dalam membuat aturan akuntansi; 2) feksibilitas operasi memiliki daya prediksi yang lebih kuat dalam memilih cara menghitung earnings (karena dan direaksi oleh pasar lebih kuat dibandingkan banyak cara menghitung fakta yang sama), dan 3) dengan laba agregat (Ball & Brown, 1968; Beaver, estimasi yang subjektif. Cara paling umum yang 1968; Brown & Sivakumar, 2001; Butar-butar, dipakai oleh manajemen adalah pemilihan metoda 2004; Febriyanti, 2005; Finger, 1994; Foster, 1977; akuntansi, menentukan estimasi secara subjektif, Lipe, 1986; Ou, 1990; Strong & Walker, 1993; dan menggeser pendapatan maupun biaya ke Swaminathan & Weintrop, 1991). Penelitian ini perioda berikutnya. Caranya adalah dengan juga mendokumentasikan, khususnya untuk data manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury 2006), US, bahwa laba operasi lebih kuat dibandingkan dan pemindahan klasifikasi (McVay 2006) dengan laba kotor dan laba bersih. Ini beratri Laba kotor dilaporkan dalam urutan pertama hipotesis pertama tidak didukung data empiris. dalam laporan laba rugi, kemudian laba operasi Temuan ini sekaligus mendukung hipotesis kedua dan terakhir laba bersih. Artinya, 1) penghitungan yang menyatakan terdapat perbedaan kemampu- angka laba kotor akan menyertakan lebih sedikit an laba fungsional dalam menjelaskan aliran kas komponen pendapatan dan biaya dibandingkan masa depan antara kedua negara. Perbedaan ini dengan penghitungan laba operasi, dan dijelaskan pada bagian diskusi berikut ini. selanjutnya penghitungan komponen laba bersih. Narsa: Prediksi Aliran Kas Berdasarkan Laba Fungsional dan Aliran Kas Kelambanan 9 2) komponen laba kotor akan terkontaminasi laba operasi, dan EPS dari laba sebelum pos-pos pilihan metoda dan diskresi manajemen paling luar biasa dan operasi yang dihentikan, dan sedikit dibandingkan dengan laba operasi dan laba menemukan bahwa laba operasi pro-forma bersih. 3) laba kotor lebih sehat dibandingkan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan laba operasi, dan laba operasi lebih sehat dengan EPS dari operasi atau EPS dari laba dibandingkan dengan laba bersih. sebelum pos-pos luar biasa dan operasi yang Dikaitkan dengan pernyataan Scott (2003) dihentikan. Karena penelitian-penelitian tersebut bahwa laba tidak tumbuh dengan tingkat tidak meneliti sampai pada level laba paling awal pertumbuhan yang permanen dan bahwa kualitas yaitu laba kotor, maka sebenarnya temuan laba yang rendah dipengaruhi oleh pilihan metoda mereka konsisten dengan premis di atas, bahwa akuntansi, maka semakin rinci penghitungan laba kotor lebih sehat dari laba operasi dan laba suatu angka laba akan semakin banyak pilihan operasi lebih sehat dari laba bersih. metoda akuntansi, semakin banyak diskresi manajemen, sehingga semakin rendah kualitas KESIMPULAN laba. Inilah yang menyebabkan mengapa angka laba kotor lebih sehat dan paling kuat menjelas- Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kan perilaku aliran kas. Penelitian yang dilakukan kemampuan laba akuntansi yaitu laba kotor, laba oleh Swaminathan dan Weintrop (1991) tentang operasi, dan laba bersih, serta aliran kas kandungan informasi laba, pendapatan, dan biaya- kelambanan dalam menjelaskan perilaku aliran biaya, menemukan bahwa pendapatan dan biaya kas. Ketika model yang diajukan diuji dengan data memiliki kandungan informasi yang inkremental dari dua negara yang berada pada dua titik terhadap laba bersih. ekstrim, ternyata hasilnya sesuai dengan yang Perbedaan kemampuan angka laba antara dihipotesiskan Untuk kasus Indonesia, hasil US dan Indonesia—untuk data US model yang penelitian ini dapat menjelaskan mengapa laba paling baik adalah Model 2, sedangkan untuk data kotor lebih direaksi oleh pasar dibandingkan Indonesia adalah Model 1—mencerminkan adanya dengan angka laba lainnya. Sementara untuk perbedaan tingkat manipulasi laba antara US dan kasus US angka laba operasi yang lebih memiliki Indonesia. La Porta (1997) menemukan bahwa explanatory power. negara-negara yang menganut civil law memiliki Perlu diingat bahwa, besaran angka laba perlindungan hukum investor yang lebih lemah kotor maupun laba operasi bukanlah harapan bagi dibandingkan dengan negara-negara yang meng- investor, karena investor lebih berharap pada anut common law. Lebih lanjut, negara dengan potensi aliran kas masa depan sehingga per- sistem perlindungan investor yang lebih lemah usahaan berkemampuan membayar deviden. Jika ditemukan adanya praktik earnings management ada indikasi suatu perusahaan memiliki ke- yang lebih tinggi (Francis et al., 2001; Francis & mampuan yang tinggi untuk membayar deviden, Wang, 2006; Francis et al., 2002). maka saham perusahaan tersebut menjadi Indonesia adalah negara yang menganut civil menarik, sehingga harga saham akan terdorong law, sedangkan US menganut sistem common law. naik. Bagaimana menaksir aliran kas. Hasil Jika merujuk ke hasil penelitian-penelitian se- penelitian ini telah memberikan bukti empiris belumnya yang mengkontraskan antara negara- tentang kemampuan laba kotor dalam mempre- negara common law dan civil law, maka patut diksi aliran kas untuk Indonesia, dan laba operasi dicurigai bahwa laporan laba rugi antara US dan untuk US. Hubungan tidak langsung inilah yang Indonesia mengandung tingkat earnings mana- secara logik menyebabkan adanya reaksi terhadap gement yang berbeda. Indonesia tentunya memiliki angka laba kotor dan laba operasi. tingkat earnings management yang lebih tinggi Sebenarnya angka laba kotor lebih operatif dibandingkan dengan US. Konsekuensinya, ada- dibandingkan dengan angka laba lainnya. Lebih lah kualitas laba operasi Indoneasia lebih buruk dari 60% kegiatan pokok perusahaan tercurah dibandingkan dengan laba operasi US. Hal ini untuk memperoduksi barang atau pengadaan menjelaskan mengapa Model 1 lebih baik untuk barang. Besarnya kegiatan pokok ini diukur kasus Indonesia, sementara untuk kasus US dengan biaya dan tercermin pada angka beban model yang lebih baik adalah Model 2. pokok penjualan. Dengan demikian laba kotor Hasil penelitian lain yang mendukung akan lebih tepat digunakan sebagai pengukur kekuatan laba operasi adalah penelitian yang kinerja. Di samping itu biaya produksi mengan- dilakukan oleh Brown dan Sivakumar (2001). dung unsur diskresi manajemen jauh lebih sedikit Mereka membandingkan kualitas tiga angka laba dibandingkan dengan beban operasional, dan pos- kuartalan, yaitu laba operasi pro forma, EPS dari pos transitori. 10 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 13, NO. 1, MEI 2011: 1-12 Harus diakui bahwa sejak krisis ekonomi nings Forecast Errors‖. Journal of Account- tahun 1998 sampai sekarang keadaan per- ing Research, Vol. 17, No. 2: pp. 316 - 340. ekonomian belum stabil. Karakteristik data Bedford, N. M. 1971. Income Concept Complex: keuangan yang dipakai dalam penelitian ini Expansion Or Decline, In Asset Valuation adalah cerminan dari ketidakstabilan tersebut. And Income Determination. Editor Robert. Pada Tabel 2 tampak bahwa batas minimum dan R. Sterling & Lawrence Kans, Scholarbook: maksimum data sangat luas dengan deviasi pp. 135 - 144. standar yang sangat tinggi. Batas minimum Bhattacharya, N., Black, E. L., Christensen, T. E., semua variabel negatif dan ada pada tingkat & Larson, C. R. 2003. ―Assessing The Rela- kerugian yang cukup tinggi. Tampaknya, tive Informativeness And Permanence of pengujian model yang sama untuk kasus negara Pro Forma Earnings and GAAP Operating yang perekonomiannya lebih maju dan stabil telah Earnings‖, Journal of Accounting and memberikan insight ketika kondisi perusahaan Economics, Vol. 36: pp. 1-3. yang tumbuh normal. Menggunakan data laporan Brown, L. D., & Sivakumar, K. 2001. ―Comparing keuangan dari pasar modal di luar negeri The Quality Of Three Earnings Measures‖, (misalnya Malaysia, Singapura, Hongkong, http://www.ssrn.com/abstract=272180. atau Jepang) mungkin ide yang bagus untuk mereplikasi penelitian ini. Dilihat dari sudut Butar-butar, S. 2004. ―Predictive Content of Ear- pandang teori keputusan maupun teori earnings nings Classification‖, Makalah (tidak dipu- management, hasil penelitian ini dan temuan blikasikan), Simposium Nasional Akuntansi penelitian terdahulu akan membawa implikasi VII, Denpasar. pada sumber dan cara pencarian informasi dalam Collins, D. W., & Kothari, S. P. 1989. ―An analysis rangka menaksir aliran kas masa depan. Implikasi of Intertemporal and Cross-sectional lainnya adalah terbukanya perspektif baru dalam Determinants of Earnings Response penelitian pasar modal dengan adanya tambahan Coefficients‖, Journal of Accounting and satu variabel baru yang selama ini terabaikan. Economics, Vol. 11: pp. 143 - 181. Dopuch, N., & Pincus, M. 1988. ―Evidence On The DAFTAR PUSTAKA Choice Of Inventory Accounting Methods: LIFO Versus FIFO‖, Journal of Accounting Ali, A. 1994. ―The Incremental Information Research, Vol. 26, No. 1: pp. 28 - 59. Content of Earnings, Working Capital from Operation and Cash Flows‖. Journal of Easton, P. D., & Harris, T. S. 1991. ―Earnings as Accounting Research, Vol 32, No 1: pp. 61 - An Explanatory Variable for Returns‖, 67. Journal of Accounting Research, Vol. 29: pp. 19 - 36. Ali, A., & Zarowin, P. 1992. ―Permanent Versus Transitory Components of Annual Earnings Easton, P. D., & Zmijewski, M. 1989. ―Cross- and Estimation Error in Earnings Response Sectional Variation In The Stock Market Coefficients‖. Journal of Accounting and Response To Accounting Earnings Announ- Economics Vol. 15: pp. 249 - 264. cements‖, Journal of Accounting and Economics, Vol. 11: pp. 117 - 141. Ball, R., & Brown, P. 1968. ―An Empirical Fairfield, P. M., Sweeney, R. J., & Yohn, T. L. 1996. Evaluation of Accounting Income Numbers‖ ―Accounting Classification and the Journal of Accounting Research, Vol. 6, No. Predictive Content of Earnings‖ The 2: pp. 158 - 178. Accounting Review, Vol. 71, No. 3: pp. 337 - Bamber, L. S. 1986. ―The Information Content of 355 Annual Earnings Releases: A Trading FASB. 1978. Objective of Financial Reporting by Volume Approach‖ Journal of Accounting Business Enterprises. SFAC, No. 1. Research, Vol. 24, No. 1 pp. 40 - 56. Febriyanti, G. A. 2005. ―Perbandingan Keakuratan Beaver, W. H. 1968. ―The Information Content of Model Laba Permanen, Transitori, dan Annual Earnings Announcements. Empiri- Agregat dalam Memprediksi Laba Masa cal Research in Accounting: Selected Stu- Depan‖. Makalah (tidak dipublikasikan), dies‖ Journal of Accounting Research, Vol. 4 Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. (Supplement) pp. 67 - 92. Fellingham, J. 1988. ―Disccusion of The LIFO/ Beaver, W. H., Clarke, R., & Wright, W. R. 1979. FIFO Choise: An Asymetric Information ―The Association Between Unsystematic Approach‖. Journal of Accounting Research, Security Returns and Magnitude of Ear- Vol. 26 (Supplement): pp. 59-76.

Description:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan laba fungsional dan aliran kas dalam menjelaskan dan memprediksi aliran kasa masa depan, dan Lincoln. Francis, J. R., Wang, D., & Nikitkov, A. 2002. ―The. Effect of Legal
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.