ebook img

POLITIK HUKUM DI BALIK SUKSES UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI'AH ... PDF

20 Pages·2015·0.24 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview POLITIK HUKUM DI BALIK SUKSES UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI'AH ...

POLITIK HUKUM DI BALIK SUKSES UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI’AH Oleh: Akmal Bashori Alumnus magister Hukum Islam Pascasarjana UIN Walisongo Semarang Email: [email protected] Abstrak Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional di Indonesia dipengaruhi oleh tiga sistem hukum, yaitu sistem hukum barat, sistem hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-masing menjadi subsistem hukum dalam sistem hukum Indonesia. Dari ketiganya secara objektif dinilai bahwa kedepan hukum Islam lebih berpeluang memberi masukan bagi pembentukan hukum nasional karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Adanya hubungan yang cukup baik antara umat Islam dengan Negara dan juga telah diterimanya asas tunggal Pancasila dalam kehidupan berorganisasi dan Politik, mempunyai implikasi yang baik. Maka yang semula politik hukum Indonesia pada masa awal orde baru kurang responsif bahkan memarginalkan hukum Islam, sedikit demi sedikit atau pelan tetapi pasti hukum Islam diberi tempat dalam tata hukum nasional, dimulai dengan lahirnya UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, UU No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan khususnya perbankan syariah juga diberikan landasan hukum yang kuat yaitu UU No.7 tahun 1992 dan kemudian diubah dengan UU No.10 tahun 1998 dan di undangkannya UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Interaksi antara hukum nasional dan hukum Islam telah menjadikan positvisasi UU No. 21 Tahun 2008 menarik untuk di dalami. Setelah sekian lama adanya dominasi hukum barat sebagai sumber-sumber hukum nasional, kini kita ditantang untuk melihat hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum utama dalam menciptakan salah satu hukum yang sangat penting yaitu hukum perbankan dan keuangan syariah di Indonesia. Kata Kunci: Sistem Hukum, Politik, Perbankan Syari’ah. A. Pendahuluan kecil peluang hukum Islam diterapkan Hukum Islam dan politik adalah dua (Halim, 2002: xiii-xiv). sisi yang tidak bisa dipisahkan dalam Qardlowi (1998: 53) melihat politik suatu masyarakat Islam. Hukum Islam ini dengan mengerjakan sesuatu yang tanpa dukungan politik sulit digali dan mendatangkan kemaslahatan baginya. diterapkan. Politik yang mengabaikan Politik adalah aksi dari para politikus, hukum Islam akan mengakibatkan sehingga dikatakan “dia memolitisasi kekacauan dalam masyarakat. Semakin binatang untuk kendaraan jika dia berdiri baik hubungan Islam dan politik semakin di atasnya dan menundukannya. Saat besar peluang hukum Islam umat Islam kuat secara politik, dengan diaktualisasikan, dan semakin renggang city state Madinah,(Syadzali, 1990: 9-16) hubungan Islam dan politik, semakin hukum Islam dan poltik merupakan satu Vol. I No. 01, Mei 2015 kesatuan yang tidak terpisahkan, meski tentang Perbankan Syari’ah. Lahirnya tanpa menyebut secara tegas hukum UU. No. 21 Tahun 2008 tengtang bank Islam sebagai pedoman negara. Negara syariah di Indonesia berjalan begitu Madinah dengan piagam madinah-nya panjang samapi lahirnya UU tersebut— (Sukarja, 1995: 47-57) malah tidak yang sebenarnya proses transformasi disebut sebagai negara Islam. Namun, melalui adaptasi dan harmonisasi fiqh konstitusi Negara tersebut, sanggup muamalah ke dalam peraturan perbankan mengakomodasi seluruh kepentingan syariah—terjadi antara tahun 1992-2008. masyarakat yang majemuk. Dalam paper ini penulis akan menkaji Konteks Indonesia, dalam UUD pertama, Bagaimana latar belakang 1945 pasal 1 ayat (3) secara tegas politik lahirnya UU Perbankan Syari’ah mengatakan bahwa Negara Indonesia dan kedua, bagaimana keadaan politik adalah Negara hukum, ketentuan ini hukum di Indonesia sehingga melahirkan merupakan pernyataan betapa hukum UU. No. 21 Tahun 2008. akan sangat menentukan dalam pelaksanaan kenegaraan. Selain itu B. Hasil Temuan dan Pembahasan ketentuan ini juga mengandung I. Politik Hukum (Ekonomi) Islam pengertian segala sesuatu di negeri ini Pembahasan mengenai politik mesti berdasarkan hukum—Pasal 1 ayat hukum sesungguhnya ingin menjelaskan (3) UUD 1945. UUD 1945 merupakan bagaimana kedudukan politik terhadap konstitusi Negara Indonesia, ini hukum dan sebaliknya. Walupun merupakan konsekuensi logis bahwa hingga saat ini para ahli masih berbeda Indonesia adalah neraga hukum pendapat mengenai kedudukan tersebut. (rechtstaat) yang salah satu cirinya Ada yang berpendapat bahwa negara harus mempunyai regulasi (UU) kedudukan politik terhadap hukum yang mengatur disegala bidang— berada dalam posisi interplay (saling termasuk dalam bidang Perbankan memengaruhi). Namun, di samping syariah. itu ada pula yang berpendapat Positifisasi hukum syariah dibidang bahwa posisi hubungan antara politik Perbankan Syariah telah dimulai sejak dan hukum adalah terpisah sama ada Undang-Undang No.7 Tahun 1992 sekali. Hans Kelsen, misalnya, yang diamandemen Undang-Undang menegaskan keterpisahan tersebut No.10 tahun 1998 tentang Perbankan dan dengan menyebutkan hukum sebagai Undang-Undang No.21 Tahun 2008 unsur yang bersifat otonom. Dengan 124 Politik Hukum Vol. I No. 01, Mei 2015 ajaran hukum murninya, Kelsen - pembinaan para penegak hukum sebagaimana dikutip oleh Satjipto (Mahfudz MD, 9). Rahardjo- menegaskan, “alles Pembangunan hukum di sini ausscheiden mochte, was nicht zu dimaksudkan segala usaha yang dem exakt als Recht bestimmten dilakukan oleh kelompok sosial dalam Gegenstande gehort” (semua hal yang suatu masyarakat yang berkenaan dengan tidak berhubungan dengan hukum bagaimana hukum dibentuk, harus di keluarkan) (Rahardjo, 2009: 7). dikonseptualisasikan, diimplementasikan, Hukum adalah entitas yang sangat dilembagakan dalam suatu proses politik. kompleks, meliputi kenyataan Sedangkan kebijaksanaan lebih kemasyarakatan yang majemuk yang menunjukkan kepada tindakan formal mempunyai aspek, dimensi dan fase. yang diambil oleh pemegang kekuasaan Hukum berakar dan terbentuk dalam politik (Nusantara, 1986: 155). proses interaksi berbagai aspek Dalam hal relasi hukum dan politik, kemasyarakatan, meliputi aspek politik, arbi sanit mengatakan bahwa politik ekonomi, sosial keagamaan dan lainnya. mempunyai hubungan tolak tarik dengan Hukum dibentuk dan membentuk tatanan hukum, perkembangan hukum senantiasa masyarakat, bentuknya ditentukan oleh dipengaruhi oleh perkembangan peranan masyarakat dengan berbagai sifatnya, politik, hukum merupakan produk dari namun sekaligus ikut menentukan sifat proses politik. Perkembangn hukum masyarakat itu sendiri (Sidarta, 1999: dapat dilihat dari dua dimensi yaitu 116). dimensi struktur hukum dan fungsi Politik hukum dimaksudkan di sini hukum. Jika dikorelasikan dengan adalah sebagai kebijaksanaan hukum perkembangan proses politik maka legal policy yang akan atau telah struktur hukum dapat berkembang dalam dilaksanakan secara nasional oleh suatu segala bentuk dan konfigurasi politik dan negara. Oleh karena itu ruang lingkup sistem pemerintahan. Sedangkan fungsi politik hukum mencakup; pertama, hukum hanya dapat berkembang secara pembangunan hukum yang berintikan baik pada saat peluang yang leluasa bagi pembuatan dan pembaharuan terhadap partisipasi politik massa, sehingga peran meteri-materi hukum agar sesuai dengan politik didominasi oleh elit kekuasaan, kebutuhan. Kedua, implementasi maka fungsi hukum berkembang secara ketentuan hukum yang telah ada lamban (Sanit, 1986: 39-85). Sehingga termasuk penegasan fungsi lembaga dan entitas hukum tidak lagi dilihat sebagai Politik Hukum 125 Vol. I No. 01, Mei 2015 suatu yang otonom dan independen, menggantikannya dengan hukum yang melainkan dipahami secara fungsional sama sekali sekuler, misalnya, Turki. dan dan dilihat senantiasa berada dalam 3) sistem yang mengompromikan dua kaitan interdependenci dengan bidang- sistem tersebut, seperti; Mesir, Sudan, bidang lainnya (Rahardjo, 1983: 16) Libanon, Syuriah, Yordan, Irak, Tunisia khususnya dalam bidang politik. dan maroko. (J.N.D Anderson, 1975: 82- Memang, bisa saja terjadi 83). persinggungan atas bidang atau aspek Sementara itu, istem hukum yang hukum lainnya, namun dalam tulisan ini mewarnai hukum nasional di Indonesia dibatasi dengan apa yang dikatakan oleh dipengaruhi oleh tiga sistem hukum, Daniel S. Lev, bahwa untuk memahami yaitu sistem hukum barat, sistem hukum hukum di tengah-tengan transformasi adat dan sistem hukum Islam, yang politik harus diamati dari bawah dan masing-masing menjadi subsistem dilihat peran sosial politik apa yang hukum dalam sistem hukum Indonesia. diberikan orang kepadanya (Lev, 1972: Dari ketiganya secara objektif dinilai 2). Dalam kesimpulan J. N. D Anderson bahwa kedepan hukum Islam lebih (1976: 42) dan John L. Eposito (1982: berpeluang memberi masukan bagi 94-102) mengatakan, metode yang pembentukan hukum nasional karena umumnya dikembangkan oleh mayoritas penduduk Indonesia beragama pembaharu Islam dalam menangani isu- Islam. Ada beberapa pertimbangan yang isu hukum masih bertumpu pada prinsip menjadikan hukum Islam layak menjadi takhayyur dan talfîq. Akan tetapi terlepas rujukan dalam pembentukan hukum benar atau tidaknya kesimpulan kedua Nasional. tokoh tersebut perlu diteliti bagaimana Undang-undang yang sudah ada saat kecenderungan hukum dinegara-negara ini; UU perkawinan UU peradilan agama, muslim masa kini. UU pengelolaan zakat, dan beberapa UU Sistem hukum di duinia Islam lainnya yang langsung maupun tidak dewasa ini, secara garis besar dibagi langsung memuat hukum Islam seperti menjadi tiga kelompok; 1) sistem yang UU Nomeor 10 Tahun 1998 tentang masih mengakui syari’ah sebagai hukum perbankan yang diakui keberadaanya asasi dan kurang lebihnya masih bank syari’ah dengan prinsip manerapkan secara utuh. Miasalnya; syari’ahnya, atau UU no. 3 taun 2006 Arab Saudi dan Nigeria Utara. 2) Sistem tentang Peradilan agama yang semakin yang meninggalkan syari’ah dan luas kewenangannya, dan UU nomeor 21 126 Politik Hukum Vol. I No. 01, Mei 2015 tahun 2008 tentang perbankan syari’ah. merupakan dua konsep yang berbeda. Perubahan hukum tidak mengubah 1. Jumlah penduduk Indonesia yang ketentuan formal, sedangkan mayoritas beragama Islam. pembaharuan hukum mengubah 2. Kesadaran umat Islam untuk ketentuan formal. Konsep pembaharuan menjalan syariat Islam dalam hukum Islam ialah pembaharuan hukum kehidupan sehari-hari Islam ijtihâdi, mengembangkan hukum 3. Political will dari pemerintah yang ditetapkan Allah dan Rosul. Dan Dalam perspektif sejarah, penuangan nilai-nilai hukum Islam ke pembaharuan hukum Islam menurut Noel dalam sistem hukum nasioanal melalui J. Coulson, menempatkan diri dalam penggalian dari sumbernya (al-Qura’n empat bentuk: dan al-Hadis). (Abdullah, 1996: 214). 1. Dikodifikasikannya (pengelompokan Perubahan dan pembaharuan sejenis ke dalam kitab Undang- menurut Coulson, bentuk 2 dan 3 sudah undang) hukum Islam menjadi dimulai sejak dikodifikasikannya hukum perundang-undangan hukum Negara, fiqh ke dalam undang-undang Negara yang disebut sebagai doktrin siyâsah. oleh Sultan Turki Usmani (Majallah) dan 2. Tidak terikatnya umat Islam pada satu secara berturut-turut diikuti oleh Suriah, madzhab hukum tertentu, yang Mesir, dan lain-lain. Pembaharuan untuk disebut doktrin eklektik yaitu bentuk 4 coulson atau pembaharuan pendapat mana paling dominan Friedman dalam arti yang diubah adalah dimasyarakat. hukum fiqh yang dihasilkan oleh ijtihad 3. Perkembangan hukum dalam madzhab, baru dimulai sejak munculnya mengantisipasi perkembangan gerakan pembaharuan di penghujung peristiwa hukum yang baru timbul, abad XIX Masehi dan nuansanya yang disebut doktrin tatbiq. semakin meningkat pada abad XX, untuk 4. Penerapan hukum dari yang lama menjawab tantangan dan perkembangan kepada yang baru yang disebut sosial yang semakin gencar sebagai doktrin tajdîd. (N.J. Coulson, 1994: akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan 149-158) tekhnologi modern. Dari hal tersebut tampaknya Coulson Dengan diundangkannya Undang- mengartikan perubahan sama dengan undang nomor 21 Tahun 2008 tentang pembaharuan. Friedmen dalam soerjono perbankan syari’ah, sepanjang Soekanto kedua istilah tersebut menyangkut regulasi (pengaturan) Politik Hukum 127 Vol. I No. 01, Mei 2015 perbankan syariah dengan beberapa tentang Bank Bagi hasil. Respon peraturan pelaksanaannya dapat pemerintah yang lebih atasa perkembangan dipandang sebagai pembaharuan hukum bank syariah ditanah air semakin bisa kita (ekonomi) Islam di indonesia dalam teori rasakan dengan di sahkannya UU RI No. Coulson termasuk dalam bentuk 1, 2 dan 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU 3. Ketentuan regulasi produk-produk No. 7 tahun 1992 tentang perbankan perbankan syariah didalamnya dapat (Yafie, 2007: ix-x). dipandang sebagai hukum yang berfungsi Hal itu menunjukkan, pemberlakuan sebagai social engineering karena baik hukum Islam di bidang muamalat dapat al-Qur’an maupun hadis tidak dikatakan telah mempunyai kedudukan menyertakan secara eksplisit. Sedangkan tersendiri. Sebelum berlakunya UU sanksi pidana merupakan ketentuan tentang perbankan tahun 1992, ketentuan hukum yang berfungsi sebagai social hukum Islam dibidang perbankan belum control. Sedangkan Kompilasi Hukum diakui kerangka sistem hukum Nasional. Ekonomi Syariah (KHES) untuk (Supriyadi, 2008: 401). Latar belakang pegangan para hakim Pengadilan Agama politik menyangkut sikap dan hubungan Indonesia merupakan pembaharuan antara pemerintah dan umat Islam pada bentuk 2 (doktrin eklektik) dan bentuk 4 masa dan pasca Orde baru, terutama (doktrin taṭbîq). menjelang dan saat kelahiran perbankan syariah dan penerapan peraturannya. II. Latar Belakang Politik Berdirinya Masa orde baru, hubungan antara umat Perbankan Syariah Islam dan pemerintah mengalami tiga Sejak digagasnya sebuah bank Islam dekade. yang bersih dari sitem riba (usury-interest) Pertama, hubungan antagonistik pada tingkat international, yaitu pada (1966-1981); pada tahun ini muncullah konverensi Negara-negara Islam sedunia, harapan umat Islam untuk kembali 21-27 April 1969, ternyata perkembangan memainkan perannya seperti pada bank Islam diberbagai negara cukup demokrasi parlementer (1950 s/d 1959), menggembirakan. Di indonesia sendiri atas karena secara de facto mereka turut serta prakarsa MUI bersama kalangan dalam menumbangkan pemerintah orde pengusaha umat Islam sejak 1992 telah lama dan naiknya pemerintahan orde beroperasi sebuah bank syariah yang baru. Harapan itu tidak menjadi bernama Bank Muamalat Indonesia kenyataan karena dekade ini terjadi (BMI) yang mengacu pada PP no 72 benturan antara harapan orang Islam 128 Politik Hukum Vol. I No. 01, Mei 2015 dengan strategi pembangunan orde baru, 2010: 134-135). yaitu marjinalisasi peranan partai-partai Kebijakan tersebut, berimplikasi politik dan menabukan ideologi lain terjadinya ketegangan anatara umat Islam selain pancasila, terutama yang bersifat dan pemerintah Orde baru pada dekade keagamaan (Hakim, 2011). ini, disamping penolakan pemerintah Beberapa aspirasi kalangan Islam terhadap aspirasi umat Islam, diantaranya saat itu tidak ada yang dipenuhi oleh adalah; 1) draft rencana GBHN yang pemerintah, bagi pemerintah, keinginan akan dibahas dalam sidang umum MPR mereka tidak sejalan dengan agenda dan Tahun 1973. Draft ini antara lain memuat strategi pembangunan pemerintahan orde pergantian pelajar agama dengan baru yang menekankan pada pendidikan Moral Pancasila. 2) pembangunan ekonomi, sementara masuknya aliran kepercayaan kedalam stabilitas politik diarahkan untuk GBHN sebagai bagian agama resmi yang mengawal dibidang ekonomi. Format kedudukannya setingkat dengan Islam, politik orde baru antara tahun 1968- Kristen, Katholik, Hindu, Budha yang 1980an, memelihara koalisi yang sangat disahkan tahun 1978; 3) menghambat baik antara pemerintah dengan kekuaatan pendirian bank Islam. 4) rancangan abangan, kecuali kalangan Soekarnois, Undang-undang yang diajukan tahun dan kalangan Kristen/Katolik. Sementara 1973; 5). Pembangunan yang bersifat Islam dalam posisi pinggiran, bahkan pragmatik yang hanya mementingkan menjadi kekuatan diluar sistem. Dengan aspek material dan mengesampingkan demikian, peran agama dalam politik aspek moral agama. 6) ketentuan pakaian menjadi termarjinalkan (Gaffar, 132). sekolah yang dikeluarkan oleh menteri Hal tersebut dikarenakan beberapa kependidikan dan kebudayaan Daoed faktor; pertama, arah kebijakan Yoesoef tahun 1978 tentang larangan pemerintah Soeharto dalam rangka mengenakan jilbab disekolahan menata sistem politik Indonesia, menengah. 7) keluarga berencana. cenderung tidak demokratis. Kedua, Ketujuh Kebijakan ini disinyalir oleh kecenderungan kuat rezim Soeharto kalangan Islam sebagai upaya rezim orde untuk memonopoli tafsir ideologi negara baru untuk mengahapus Islam dari bumi (pancasila) sebagai kebenaran tunggal Indonesia sehingga mereka memberikan dan menggunakan untuk membungkam perlawanan. Indikasi ini bertambah suara kritis lawan politiknya maupun dengan semakin menguatnya ekonomi suara kritis warga masyarakat. (Hasan, golongan cina, leluasanya kristenisasi, Politik Hukum 129 Vol. I No. 01, Mei 2015 dan dipersulitnya gerakan dakwah oleh dibulatkan dan ditegaskan adalah asas umat Islam. Timbul kekhawatiran yang dianut oleh setiap partai politik dan Pemerintah bahwa perbankan syariah golongan karya. Semua kekuatan berkaitan dengan pembantukan Negara politik—terutama yang masih Islam. Karena isu negara Islam pada menggunakan asas lain selain waktu iru menjadi problem serius pancasila—seharusnya menegaskan dikalangan bangsa ini. hal ini yang bahwa satu-satunya asas yang digunakan menjadi kekhawatiran pemerintah, adalah Pancasila....”. karena jika dilihat dari sejarah, Berbeda dengan presiden yang perbankan syariah ini muncul akibat mengajukan pertimbangan politik gerakan neo-revivalis (gerakan yang kenegaraan, menteri agama Munawir menggunakan Islam sebagai way of life Sjadzali menyodorkan dalil naqli dan aqli dan tidak mengiginkan penafsiran al- dalam mendukung asas tunggal. Qur’an dan Hadis). (Umroh, 2009: 108). Menurutnya, seperti di informasikan oleh Kedua, hubungan resiprokal kritis Abdul Aziz Thaba, penerimaan asas (1982-1985); umat Islam dan pemerintah pancasila sebagai satu-satunya asas berusaha saling mempercayai dan politik tidak bertentangan dengan ajaran menghilangkan kesan saling mencurigai Islam. Asas tunggal diundangkannya seperti yang terjadi sebelumnya. dalam bentuk lima paket Undang-undang Pemerintah memulai dengan political test politik tahun 1985. menyampaikan gagasan asas tunggal Selama proses sosialisasi sampai pancasila bagi organisasi politik dan diundangkannya tahun 1985 gagasan asas semua ormas yang ada di Indonesia. tunggal direspon reaktif oleh kalangan Gagasan disodorkan oleh presiden orsospol politik, ormas dan kelompok soeharto dalam pidato kenegaraan di individual. Reaksi dikalangan Islam depan sidang pleno DPR tanggal 16 terlihat dalam tiga bentuk, 1) menerima Agustus 1982. Dalam pidatonya presiden tanpa reserve. 2) menerima dengan menyatakan: “.....jumlah dan struktur terpaksa, karena terpaksa sambil partai politik seperti yang telah menunggu keluarnya UU keormasan, dan ditegaskan dalam Undang-undang 3) menolak. Kelompok pertama tentang partai politik dan golongan karya diantaranya adalah partai persatuan kiranya sudah memadai, terbukti dari pembangunan (PPP), Perti, dan Dewan hasil dua kali pemilihan umum yang Mesjid Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) diikuti oleh ketiga kontestan. Yang perlu (Lihat Hasan, 2010: 133). Kelompok 130 Politik Hukum Vol. I No. 01, Mei 2015 kedua diantaranya adalah Muhamadiyah pemerintah. Ketiga, aspek permodalan. dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ini menyangkut siapa yang bersedia Kelompok ketiga adalah Pelajar Islam menaruh modal di bank tersebut Indonesia (PII) dan para tokoh Islam sementara pendirian bank baru dari seperti Deliar Noer, Syafrudin Timur tengah masih dicegah berkaitan Prawiranegara, dan Yusuf Abdullah Puar. dengan kebijakan pemerintah tentang Klimaks penolakan adalah meletusnya pembatasan bank asing yang ingin peristiwa Tanjung priok dibawah membuka kantornya di Indonesia. pimpinan Amir Biki tahun 1984. Ketiga, hubungan akomodatif Mencermati hubungan anatara umat Hukum Islam dengan Politik indonesia Islam dengan pemerintahan orde baru (1985 s/d orde baru). Memasuki tahun sampai tahun 1985, pendirian bank 1986 sampai berakhirnya syari’ah masih belum memungkinkan pemerintahanOrde baru hubungan antara meskipun gagasan pendirian bank syariah umat Islam dengan umat Islam mulai tersebut telah muncul pada tahun 1970- membaik, apalagi setelah semua ormas an. Karena gerakan ini dianggap sama Islam menerima asas tunggal pansila. saja dengan mereka-mereka yang Kesan adanya fobia pemerintah terhadap memperjuangkan tegaknya syariat Islam gerakan Islam politik seperti yang terjadi di bidang politik dan hukum di tanah air pada dekade sebelumnya tampak pada waktu itu (Hamid, 2008: 66). mencair. Malahan dalam beberapa Dari situ dapat dilihat bahwa kebijakan yang ditetapkan oleh pendirian bank syariah tersebut pemerintah memerlihatkan kesan bahwa menghadapi banyak persoalan; pertama, pemerintah tengah mencoba bersifat alasan peraturan. Operasi bank syariah akomodatif terhadap berbagai aspirasi bebas bunga dan menggunakan prinsip umat Islam. Yang juga tidak kalah bagi hasil belum memiliki payung hukum penting adalah perilaku elite politik yang dan karena itu bertentangan dengan menampakkan perilaku yang Islami peraturan perbankan yang berlaku yakni (Hakim, 2011: 56). UU no. 14 Tahun 1967. Kedua, aspek Memasuki tahun 1990-an perubahan politik, artinya bahwa konsep perbankan mulai terasa perubahan sikap pemerintah syari’ah secara politis berkonotasi kepada Islam menjadi lebih akomodatif. ideologis. Ia merupakan bagian dan atau Kebijakan pemerintah yang berindikasi berkaitan dengan konsep negara Islam, kepada adanya sifat akomodatif inilah oleh karena itu tidak dikehendaki oleh yang dimanfaat oleh Hal itu membuat Politik Hukum 131 Vol. I No. 01, Mei 2015 para tokoh kalangan ahli ekonomi seperti keuangan syariah termasuk asuransi Karnaen, Dawam Raharjo, A.M Saefudin syariah, telah menjadi pemicu dan M. Amin Aziz. Lebih serius untuk perkembangan ekonomi syariah di negeri medirikan bank Syariah dengan melalui kita (www.setneg.go.id). Yang serangkaian diskusi dan seminar., yang sebernarnya jika di analisa secara cepat akhirnya didirikannya Bank Syari’ah tidak memungkinkan mendirikan sebuah pertama, yaitu PT. Bank Muamalat Bank yang berbau Islam, terlebih pada Indonesia tahun 1991, yang disusul era-era sebelumnya dikatakan bahwa dengan lahirnya UU. No.10 tahun 1992 dengan menghadirkan Bank Syariah yang didalamnya terdapat ketentuan berdampak ideologis bagi Negara. diperbolehkannya bank beroperasi Namun demikian kehadiran Bank dengan system bagi hasil. (Karim, 2006: Syariah tidak semudah membalikan xxiv). Dari perubahan ini, amat cepat telapak tangan, hubungan pemerintah hanya berselang beberapa tahun telah dengan dunia Islam amat berpengaruh merubah sikap pemerintah yang anta- terhadap lahirnya bank syariah di era gonistik kerah akomodatif. Kebijakan ini orde baru. Masalah masa lalu dan tidak lepas dari dimensi politik. Ini dapat pancasila sebagai suatu ediologi nagara dilihat dari keterlibatan Presiden menjadi salah satu perdebatan penting. Soeharto, BJ Habibie selaku menristek Disamping konsep bank syariah dari dan ketua ICMI, serta para menteri yang segi politis juga dianggap berkonoasi duduk dalam kabinet. ideologis, merupakan bagaian atau Hal yang tampak jelas adalah dengan berkaitan dengan Negara Islam, oleh lahirnya Bank syariah, Sejarah mencatat karena itu tidak dikhendaki pemerintah dorongan yang kuat dari Majelis Ulama “Orde Baru”.(Amin, 2009: 76-78). Indonesia (MUI) dan Ikatan III. Pergulatan Politik; Terbentuknya Cendekiawan Muslim Se-Indonesia UU No. 21 Tahun 2008 (ICMI) di akhir Orde Baru telah Pemberlakuan Hukum Islam membuka pintu lebar-lebar bagi dibidang muamalat khususnya perbankan perkembangan ekonomi dan perbankan syariah mempunyai arti tersendiri bagi berbasis syariah di tanah air. Kita umat Islam Indonesia. Sebelum menyaksikan lahirnya baitul mâl wa at- berlakunya Undang-Undang Nomor 7 tamwîl, yang digagas dan dikembangkan Tahun 1992 tentang perbankan, oleh ICMI, lahirnya Bank Muamalat ketentuan hukum Islam di bidang Indonesia, dan berbagai lembaga 132 Politik Hukum

Description:
Abstrak. Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional di Indonesia dipengaruhi oleh tiga sistem hukum, yaitu sistem hukum barat, sistem hukum adat dan sistem hukum. Islam, yang masing-masing menjadi subsistem hukum dalam sistem hukum. Indonesia. Dari ketiganya secara objektif dinilai bahwa
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.