ebook img

perbandingan perencanaan perkerasan kaku dan perkerasan lentur menurut metode aashto pada ... PDF

58 Pages·2017·0.86 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview perbandingan perencanaan perkerasan kaku dan perkerasan lentur menurut metode aashto pada ...

PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR MENURUT METODE AASHTO PADA JALAN TEUKU ISKANDAR DAOD AREA KAMPUS UTU KABUPATEN ACEH BARAT TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : DEDI SURYAMAN NIM : 09C10203023 Bidang : Transportasi Jurusan : Teknik Sipil FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR ALUE PEUNYARENG - ACEH BARAT 2016 PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR MENURUT METODE AASHTO PADA JALAN TEUKU ISKANDAR DAOD AREA KAMPUS UNIVERSITAS TEUKU UMAR DEDI SURYAMAN NIM. 09C10203023 Komisi Pembimbing 1. Irfan, S.T., M.T 2. Meidia Refiyanni, S.T., M.T ABSTRAK Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi perhubungan darat yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan berbagai bidang. Adapun bidang pertumbuhannya antara lain perekonomian, sosial budaya, pengembangan kepariwisataan, dan pertahanan keamanan dalam menunjang pembangunan nasional. Faktor penunjang kriteria-kriteria jalan, maka dibutuhkan perencanaan-perencanaan yang matang guna mendapatkan jalan yang lebih baik. Penelitian perencanaan perkerasan lentur ini dilakukan pada Jalan Teuku Iskandar Daod area lingkar kampus UTU (Universitas Teuku Umar). Dengan panjang jalan 1400 m atau 1,4 km (sta 0+000 – 1+400),serta pelebaran lajur 3,50 m (sisi kanan) dan 3,50 m (sisi kiri). Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahannya adalah seberapa ketebalan perkerasan kaku dan perkerasan lentur menurut metode AASHTO sehingga diperoleh lapis perkersan yang cocok. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan tebal lapis perkerasan jalan dengan menggunakan metode AASHTO pada jalan Teuku Iskandar Daod. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketebalan perkerasan kaku dengan metode AASHTO adalah , lebar pelat 3,5 m, panjang pelat 5,0 m, dan ruji digunakan dengan diameter 28 mm, panjang 45 cm, jarak 30 cm.Sedangkan perkerasan lentur dengan metode AASHTO 1986 adalah secara keseluruhan adalah 48 cm yang terdiri dari lapis permukaan (surface course) 8 cm, lapis pondasi atas (base course) 20 cm, dan lapis pondasi bawah (sub base course) 20 cm. Perkerasan kaku lebih baik digunakan karena lebih tipis dan lebih sedikit menggunakan material. Kata Kunci : perkerasan lentur, Perkerasan Kaku. iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian ,sosial budaya, pengembangan wilayah pariwisata, dan pertahanan keamanan untuk menunjang pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam undang - undang no. 13 tahun 1980 dan didalam peraturan pemerintah no. 26 tahun 1985. Transportasi sebagai salah satu sarana penunjang dalam pembangunan suatu negara khususnya daerah riau yang sedang berkembang dan sangat potensial dengan kekayaan sumber daya alam, industri, pertanian/perkebunan dan minyak bumi. Dalam hal ini sarana dan prasarana transportasi adalah salah satu faktor yang utama. Untuk itu diperlukan pembangunan jaringan jalan yang memadai agar mampu memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Selain perencanaan geometrik jalan, perkerasan jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang harus direncanakan secara efektif dan efisien. Konstruksi perkerasan lentur adalah perkerasan yang pada umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapisan permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Konstruksi lapisan perkerasan ini akan melindungi jalan dari kerusakan akibat air dan beban lalu lintas. Perhitungan perkerasan jalan secara umum meliputi tebal dan lebar perkerasan. Perhitungan tebal lapisan perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement). Tebal lapisan perkerasan tersebut dapat dihitung dengan berbagai cara (Sukirrman. S, 1999). Oleh karena banyaknya metode yang ada, maka peneliti mencoba untuk membuat suatu perhitungan tebal lapisan 1 perkerasan kaku dan perkerasan lentur pada ruas jalan T. Iskandar Daod dengan menggunakan metode AASHTO-86. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang di fokuskan pada penelitian ini adalah berapakah tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement) dengan Metode AASHTO-86 pada Jalan T. Iskandar Daod? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement) dengan metode AASTHO-86 pada jalan T. Iskandar Daod. 1.4 Batasan Masalah Untuk mencapai tujuan dan manfaat penulisan ini, penulis membatasi permasalahan pada perencanaan tebal dan lebar lapisan perkerasan kaku dan perkerasan lentur jalan raya yang menggunakan metode AASHTO-86, berdasarkan data-data yang diperoleh dari bagian proyek jalan T. Iskandar Daod. 1. Lokasi pengambilan sampel tanah pada jalan T. Iskandar Daod Kabupaten Aceh Barat. 2. Tidak dilakukan pengujian kuat lapis perkerasan. 3. Data lalulintas yang digunakan adalah data pengamatan pada jalan nasional Meulaboh–Tapak Tuan. 2 1.5 Hasil Penelitian Hasil Penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah ketebalan perkerasan kaku dengan metode AASHTO adalah menunjukkan bahwa tebal pelat 15 cm, lebar pelat 3,5 m, panjang pelat 5.0 m, dan ruji digunakan dengan diameter 28 mm, panjang 45 cm, jarak 30 cm. Sedangkan perkerasan lentur dengan metode AASHTO 1986 adalah secara keseluruhan adalah 48 cm yang terdiri dari lapis permukaan (surface course) 8 cm, lapis pondasi atas (base course) 20 cm, dan lapis pondasi bawah (sub base course) 20 cm.. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Dalam perkembangan teknologi yang begitu pesat di indonesia dewasa ini banyak di bangun proyek yang berhubungan dengan teknologi tinggi. Pada dasarnya hal in dapat dicapai apabila pelaksanaan proyek tersebut didasari dengan perencanaan yang matang dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada perencanaan jalan raya, tebal perkerasan harus ditentukan sedemikian rupa sehingga jalan tersebut dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin terhadap lalu lintas sesuai dengan umur rencananya. Tujuan akhir dari perencanaan ini adalah terwujudnya konstruksi jalan yang mempunyai standar tinggisesuai dengan fungsi jalan dan peranannya. Perencanaan konstruksi jalan khususnya konstruksi perkerasan memiliki beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaanya, antara lain :  Faktor lalu lintas  Umur rencana jalan  Faktor lingkungan (keadaan fisik dan topografi)  Material yang tersedia dan ekonmis penggunaannya 2.2 Faktor Lalu Lintas Faktor lalu lintas merupakan landasan dalam perencanaan geometrik (geometric design) dan perencanaan perkerasan (pavement design) yang meliputi volume lalu lintas,kecepatan rencana dan komposisi lalu lintas. Penentuan beban lalu- lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu 4 kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas harus dianaisis berdasarkah hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut :  Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).  Sumbu tunggal roda ganda (STRG).  Sumbu tandem roda ganda (STdRG).  Sumbu tridem roda ganda (STrRG). 2.2.1 Volume lalu lintas Jumlah lalu lintas yang memakai jalan dinyatakan dalam volume lalu lintas. Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu. Untuk perencanaan tebal perkerasan, volume lalu lintas dinyatakan dalam kendaraan/hari/2 arah untuk jalan dua arah tidak terpisah dan kendaraan/hari/1 arah untuk jalan satu arah atau 2 arah terpisah (sukirman S.1999). Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan tidak bermuatan (teknik jalan raya, 1986).pengaruh dari setiap jenis kendaraan tersebut diperhitungkan kedalam satuan mobil penumpang (SMP). Untuk menilai setiap kendaraan kedalam satuan mobil penumpang (SMP) bagi jalan-jalan di daerah datar digunakan faktor ekivalaen. Untuk daerah perbukitan dan pegunungan, koefisien kendaraan bermotor dapat dinaikkan. Sedangkan kendaraan tak bermuatan tidak perlu diperhitungkan. Volume lalu lintas yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (SMP) 5 menunjjukan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan (teknik jalan raya 1986). Menurut direktorat jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum bahwa jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penetapannya didasarkan pada fungsi yaang dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat-sifat lalu lintas yang diharapkan menggunakan jalan tersebut. Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Jenis Kendaraan Jumlah LHR SMP 1. Sepeda Motor 4.000 buah kendaraan 4.000 2. Sedan/Mobil Penumpang 2.500 buah kendaraan 2.500 3. Truk Ringan 500 buah kendaraan 1.000 4. Bus 1.000 buah kendaraan 3.000 JUMLAH 10.500 SMP Sumber : Affand. F, 2003 Tabel 2.2. Klasifikasi Jalan menurut FUNGSI, KELAS Menurut FUNGSI KELAS LHR dalam SMP Jalan Utama Jalan Kelas I 20.000 Jalan Sekunder Jalan Kelas IIA 6000 Jalan Kelas IIB 1500 Jalan Kelas IIC 2000 Jalan Penghubung Jalan Kelas III Sumber : Affand. F, 2003 6 2.2.2 Lajur rencana dan koefisien distribusi Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan sesuai tabel 2.3. Tabel 2.3 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C) Kendaraan Niaga pada lajur rencana Jumlah Lajur Koefisien Distribusi Lebar Perkerasan (Lp) (ni) 1 Arah 2 Arah Lp < 5,50 m 1 Lajur 1 1 5,50 m < Lp < 8,25 m 2 Lajur 0,70 0,50 8,25 m < Lp < 11,25 m 3 Lajur 0,50 0,475 11,23 m < Lp < 15,00 m 4 Lajur 0,45 15,00 m < Lp < 18,75 m 5 Lajur 0,425 18,75 m < Lp < 22,00 m 6 Lajur 0,40 Sumber : Affand. F, 2003 2.2.3 Komposisi lalu lintas Komposisi lalu lintas terdiri dari berbagai usaha lalu lintas yang disebut kendaraan. Jenis kendaraan yang memakai jalan bervariasi baik ukuran, berat total,konfigurasi beban sumbu dan sebagainnya. Menurut Sukirman. S (1999) penggelompokan jenis kendaraan untuk perencanaan tebal perkerasan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Mobil penumpang, termasuk didalamnya semua kendaraan dengan berat total 2 ton 7 2. Bus 3. Truk 2 as 4. Truk 3 as 5. Truk 5 as 6. Semi trailer Kendaraan dengan ukuran berat yang berbeda yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena kendaraan yang ukuran dan beratnya lebih besar, serta kecepatannya lebih rendah akan memberikan beban lalu lintas yang lebih besar pula terhadap suatu jalan.(Teknik Jalan Raya, 1986). Lalu lintas merupakan beban bagi perencanaan tebal perkerasan jalan, karena semakin berat suatu kendaraan semakin besar pula kerusakan yang terjadi terhadap konstruksi perkerasan jalan. 2.2.4 Umur rencana Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate Of Return¸kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun. 2.2.5 Pertumbuhan lalu-lintas Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap di mana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut : ……………………………………………………………………………………… (2.1) 8

Description:
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR berapakah tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible pavement) Prosedur perencanaan tebal perkerasan kaku didasarkan atas dua model.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.