VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota Andreas Tigor Oktaga Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana Jl. Brigjend Soediarto No 375 E-mail: [email protected] Suripin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275 E-mail: [email protected] Suseno Darsono Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275 E-mail: [email protected] Abstract One dimensional flow is often used as a flood simulation for the planning capacity of the river. Flood is a type of unsteady non-uniform flow, that can be simulated using HEC-RAS. HEC-RAS software is often used for flood modeling with a one-dimensional flow method. Unsteady flow modeling results in HEC-RAS sometimes refer to error and warning due to unstable analysis program. The stability program among others influenced bend in the river flow, the steep slope of the river bottom, and changes in cross-section shape. Because the flood handling required maximum discharge and maximum flood water level, then a steady flow is often used as an alternative to simulate the flood flow. This study aimed to determine the advantages and disadvantages of modeling unsteady non-uniform and steady non-uniform flow. The research location in the Kanal Banjir Barat, in the Semarang City. Hydraulics modeling uses HEC-RAS 4.1 and for discharge the plan is obtained from the HEC-HMS 3.5. Results of the comparison modeling hydraulics the modeling of steady non-uniform flow has a tendency water level is higher and modeling of unsteady non-uniform flow takes longer to analyze. Results of the comparison the average flood water level maximun is less than 15% (± 0,3 meters), that is 0.27 meters (13.16%) for Q , 0.25 meters (11.56%) for Q , dan 0.16 meters (4.73%) 50 100 for Q . So the modeling steady non-uniform flow can still be used as a companion version the modeling 200 unsteady non-uniform flow. Keywords: HEC-RAS, Comparation, Steady non-uniform flow, Unsteady non-uniform flow. Abstrak Aliran satu dimensi sering digunakan sebagai simulasi banjir untuk perencanaan kapasitas sungai. Banjir merupakan jenis aliran unsteady non-uniform flow yang dapat disimulasikan menggunakan HEC-RAS. Hasil pemodelan unsteady non-uniform flow pada HEC-RAS tidak jarang terdapat keterangan error dan warning disebabkan analisis program tidak stabil. Tingkat kestabilan program antara lain dipengaruhi kelokan alur sungai, kemiringan dasar sungai yang curam, dan perubahan bentuk potongan melintang. Karena penanganan banjir yang dibutuhkan debit maksimal dan muka air banjir maksimal, maka aliran steady non- uniform flow sering dijadikan sebagai alternatif mensimulasikan aliran banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemodelan unsteady non-uniform flow dan steady non-uniform flow. Lokasi penelitian di Kanal Banjir Barat yang terletak di Kota Semarang. Pemodelan hidraulika menggunakan HEC-RAS 4.1 dan untuk debit rencana diperoleh dari HEC-HMS 3.5. Hasil perbandingan 35 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Andreas Tigor Oktaga, Suripin, Suseno Darsono Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota pemodelan hidraulika didapatkan steady non-uniform flow memiliki kecenderungan elevasi muka air lebih tinggi dan pemodelan unsteady non-uniform flow membutuhkan waktu lebih lama. Dari hasil perbandingan didapat selisih rata - rata elevasi muka air banjir kurang dari 15% (± 0,3 meter), yaitu 0,27 meter (13,16%) untuk Q , 0,25 meter (11,56%) untuk Q , dan 0,16 meter (4,73%) untuk Q Sehingga pemodelan steady 50 100 200. non-uniform flow masih dapat digunakan sebagai versi pendamping pemodelan unsteady non-uniform flow. Kata-kata Kunci: HEC-RAS, Perbandingan, Steady non-uniform flow, Unsteady non-uniform flow. Pendahuluan dialihkan ke steady flow. Saya setuju untuk memiliki versi pendamping karena unsteady flow Saluran drainase/sungai direncanakan mampu dianggap kurang akurat dengan adanya bentuk menampung debit air yang melintas supaya tidak error. Dari sudut pandang numerik, persamaan meluap kedaratan dan menyebabkan banjir. Untuk energi memiliki keuntungan karena dapat penanganan yang optimal diperlukan perencanaan diselesaikan secara analitis untuk menghasilkan dengan hasil mendekati kondisi nyata. Pendekatan solusi yang tepat. Pada aliran unsteady flow harus menggunakan pemodelan software sering kali diubah kebentuk diskrit (finite difference dilakukan untuk perencanaan simulasi banjir approximation) untuk memecahkannya, sehingga dengan metode unsteady non-uniform flow. ada beberapa bentuk error. Software yang umum digunakan adalah HEC- RAS, sebagai software open source. Wilayah Penelitian Namun dalam pemodelan pada HEC-RAS, tidak Wilayah untuk penelitian ini dipilih Kanal Banjir jarang ditemui kesulitan untuk memperoleh hasil Barat. Kanal Banjir Barat terletak di Kota analisis yang sempurna tanpa adanya keterangan Semarang Kecamatan Semarang Barat dengan error dan warning pada report program. panjang sungai ± 5 km dengan lebar dasar sungai Keterangan error dan warning dalam pemodelan berkisar antara 40 m sampai dengan 150 m. unsteady non-uniform flow pada HEC-RAS umumnya dikarenakan tidak stabilnya profil muka Kanal Banjir Barat dipilih sebagai lokasi studi air akibat pengaruh kerapatan jarak antar potongan karena dasar kemiringan sungai yang cenderung melintang, perubahan bentuk potongan melintang landai dan tidak banyak terdapat kelokan, sehingga yang ekstrim, maupun kemiringan dasar saluran diharapkan kestabilan program dapat dicapai. yang curam. Tinjauan hidrologi penelitian ini adalah debit dari Ketika pemodelan unsteady flow pada HEC-RAS Sungai Kreo dan Sungai Kripik yang bertemu di terjadi kendala, biasanya para engineer Sungai Alang mengalir ke Sungai Garang, debit mengalihkan pemodelan aliran menggunakan pada titik pertemuan Sungai Alang dengan Sungai metode steady flow. Penggunaan model unsteady Garang di Tugu Soeharto mengalir ke muara flow dan steady flow pada HEC-RAS perlu melewati Bendung Simongan dan Kanal Banjir diketahui perbedaan hasilnya, maka penelitan ini Barat. Pada pemodelan hidraulika, dibuat model akan membandingkan hasil pemodelan unsteady sepanjang ± 5,55 km. flow dan steady flow pada HEC-RAS. Sehingga dapat diketahui komponen yang mempengaruhi Batas hulu sebagai input debit rencana adalah kestabilan pemodelan unsteady flow dan berapa potongan melintang dengan nomor 110 yang porsen selisih elevasi muka air banjir hasil terletak 550 meter ke arah hulu Bendung pemodelan steady flow terhadap unsteady flow. Simongan dan batas hilir sebagai input elevasi muka air laut adalah potongan melintang dengan Menurut Istiarto (2014) untuk melakukan nomor (-8) (muara Kanal Banjir Barat). Jarak penelusuran banjir (flood routing) di sungai, perlu potongan melintang sebagai titik pengamatan simulasi aliran tak permanen. Jika hanya ingin tinggi muka air, rata – rata berjarak 50 meter. memperkirakan muka air banjir di sepanjang Pengamatan beda elevasi muka air banjir sebagai sungai, dapat dilakukan simulasi aliran permanen, perbandingan pemodelan aliran satu dimensi dengan catatan bahwa muka air banjir yang hasil steady non-uniform flow dan unsteady non-uniform hitungan akan lebih tinggi daripada seharusnya flow dilakukan pada segmen Kanal Banjir Barat (over estimate). Menurut Goodell, C (2010) mulai potongan melintang nomor 94 (hilir apabila simulasi banjir yang dihasilkan dengan Bendung Simongan) sampai dengan potongan unsteady flow kurang stabil, maka simulasi dapat melintang nomor (-8). 36 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 Sumber: Integrated Water Resources and Flood Management Project for Semarang, Detailed Design, 2008 Gambar 1. Denah lokasi Kanal Banjir Barat Metode Penelitian Mulai Tahap pengambilan data 1. Peta wilayah DAS Garang. 2. Peta tata guna lahan dan jenis lahan. 3. Kontur lahan. 4. Data curah hujan dan pasang surut air laut. 5. Data geometri sungai. Perhitungan Pemodelan hidrologi Pemodelan hidraulika hujan kawasan HEC-HMS versi 3.5 HEC-RAS versi 4.1 Penyesuaian parameter pada Penyesuaian parameter Hujan perhitungan : geomorfologi sungai : rencana - SCS curve number - Nilai Manning - SCS unit hidrograf - Jarak potongan melintang - Lag time - Koefisien pengaliran - Nilai Manning - Struktur melintang sungai Belum sesuai Belum sesuai Kalibrasi Kalibrasi AWLR debit Sesuai Sesuai Analisis pemodelan Debit hasil pemodelan HEC-HMS Analisis pemodelan HEC-HMS versi 3.5 versi 3.5 HEC-RAS versi 4.1 Hasil pemodelan Hasil pemodelan unsteady non-uniform flow steady non-uniform flow Perbandingan hasil pemodelan Kesimpulan Selesai Gambar 2. Bagan alir pelaksanaan penelitian 37 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Andreas Tigor Oktaga, Suripin, Suseno Darsono Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota Alur pelaksanaan penelitian ditunjukkan pada dan persamaan momentum (prinsip konservasi Gambar 2. momentum) (Istiarto, 2014). Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas model dan akurasi Data pendukung yang diperlukan dalam penelitian perhitungan numerik pada pemodelan HEC-RAS ini di peroleh dari paket pekerjaan Analisis unsteady flow, antara lain (HEC-RAS user’s Keruntuhan Bendungan Jatibarang pada tahun manual, 2010): 2012 oleh PT. Multimera Harapan Engineering Consultant, antara lain: peta wilayah DAS - Penempatan potongan melintang harus tepat Garang, peta tata guna lahan dan kontur, data untuk menggambarkan perubahan geometri geometri sungai, data curah hujan, data pasang penampang sungai. Dasar saluran yang curam surut air laut pada muara Kanal Banjir Barat. sangat berpengaruh terhadap penentuan jarak potongan melintang. Dasar saluran curam Perhitungan hujan kawasan pada penelitian ini memerlukan potongan melintang yang lebih menggunakan metode poligon thiessen. Pada banyak, dalam artian jarak yang dibutuhkan metode poligon thiessen lokasi tiap penangkar lebih berdekatan. Jarak potongan melintang hujan yang berdekatan dengan kawasan yang mau yang terlalu dekat juga tidak lebih baik, karena dihitung curah hujannya dihubungkan dengan garis program akan membaca terdapat perubahan lurus. Untuk membentuk poligon thiessen maka dasar saluran secara tiba – tiba. ditarik garis tegak lurus pada tengah – tengah tiap garis (Suripin, 2004). Data untuk perhitungan - Pemilihan interval waktu komputasi yang tidak hujan kawasan diambil data hujan selama 20 tahun terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Bila pada periode tahun 1991 sampai dengan tahun interval waktu terlalu panjang maka akan 2010. Pemilihan data hujan tahun 1991 sampai terjadi perendaman gelombang banjir sehingga dengan 2010 disesuaikan dengan ketersedian data puncak gelombang banjir menjadi lebih rendah. AWLR yang terdapat pada Bendung Simongan. Namun jika waktu terlalu pendek, program Selain itu Sungai Garang dan Kanal Banjir Barat menjadi tidak stabil karena perubahan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 dilakukan perhitungan waktu seakan – akan terjadi secara kegiatan normalisasi sehingga keakuratan data tiba – tiba. AWLR tidak dapat dipastikan karena perubahan geomorfologi sungai selama kegiatan normalisasi. - Penurunan dasar saluran yang secara tiba – tiba menyebabkan model melewati kedalaman yang Analisis hidrologi dalam penelitian ini kritis dan mengurangi kestabilan. Peletakan menggunakan program HEC HMS versi 3.5 struktur inline (bendung) dengan faktor dengan metode Muskingum Cunge. Metode peredaman yang tepat mampu membuat model Muskingum Cunge merupakan metode lebih stabil. penelusuran banjir yang menggunakan konsep tampungan. Ada dua bagian tampungan yang akan Analisis dan Pembahasan terjadi akibat masukan (inflow) dan keluaran (outflow) pada sungai yaitu: tampungan prisma dan Pemodelan hidrologi tampungan baji. Tampungan prisma adalah volume yang digambarkan oleh suatu aliran tunak profil Sebelum menggunakan model untuk simulasi, permukaan air, sedangkan tampungan baji adalah model perlu dilkalibrasi. Kalibrasi model tampungan yang terbentuk saat terjadi banjir menggunakan data pada AWLR (Automatic Water sehingga terdapat volume tambahan yang Level Recorder) yang terletak pada Bendung mengakibatkan aliran masuk lebih besar dari aliran Simongan. Dari hasil kalibrasi pada tanggal 15 Juli keluar. 2010 sampai dengan tanggal 22 Juli 2010 debit puncak pada pemodelan HEC-HMS pada tanggal Pemodelan hidraulika aliran satu dimensi steady 16 Juli 2010 sebesar 7,00 m3/detik sedangkan hasil non-uniform flow dan unsteady non-uniform flow pengukuran AWLR tercatat debit puncak sebesar menggunakan HEC-RAS versi 4.1. HEC-RAS 6,98 m3/detik, sehingga terdapat selisih 0,29% dalam menyelesaikan hitungan aliran permanen terhadap AWLR. Pada tanggal 19 Juli 2010 debit untuk menghitung profil muka air di sepanjang puncak pada pemodelan HEC-HMS 6,80 m3/detik alur urut dari satu tampang lintang ke tampang dan pencatatan pada AWLR 6,29 m3/detik, lintang berikutnya memakai persamaan energi sehingga terdapat selisih 8,11% terhadap AWLR. antara dua tampang lintang. Aliran tak permanen pada HEC-RAS digambarkan dengan persamaan Kalibrasi tanggal 20 Agustus 2010 sampai dengan matematis, yang dikenal sebagai persamaan St. tanggal 25 Agustus 2010 debit puncak HEC-HMS Venant. Persamaan St. Venant terdiri dari pada tanggal 22 Agustus 2010 sebesar 10,50 persamaan kontinuitas (prinsip konservasi massa) m3/detik dan hasil pengukuran AWLR tercatat 38 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 debit puncak pada tanggal 22 Agustus 2010 maksimum. Model aliran steady non-uniform flow sebesar 9,95 m3/detik, sehingga terdapat selisih pada HEC-RAS berdasarkan fungsi waktu sebesar 5,53 % terhadap AWLR. Pada tanggal 24 diasumsikan sebagai aliran permanen, berdasarkan Agustus 2010 debit puncak HEC-HMS mencapai fungsi ruang menjadi aliran berubah beraturan 14,90 m3/detik dan debit pada AWLR tercatat (gradually varied flow) dan saat menemui stuktur 13,25 m3/detik, sehingga terdapat selisih 12,45% hidraulik / stuktur melintang sungai, maka akan terhadap AWLR. menjadi aliran berubah tiba – tiba (rapidly varied flow). Apabila input data aliran hanya terdapat Dari pemodelan HEC-HMS didapat hidrograf debit pada hulu sistem sungai, aliran yang terjadi adalah rencana sebagai input data pemodelan hidraulika aliran konstan. Sebagai pendekatan aliran steady menggunakan HEC-RAS. Sebagai input untuk non-uniform flow terhadap aliran unsteady non- model aliran unsteady non-uniform flow berupa uniform flow pada fungsi ruang, diperlukan data hidrograf debit rencana pada hulu Bendung tambahan debit berupa peredaman debit dari hasil Simongan. hidrologic routing pada beberapa potongan melintang. Data hidrologi untuk model aliran steady non- uniform flow yang digunakan adalah debit 8.00 7.00 ) k 6.00 ite d /3 5.00 m ( tib 4.00 eD 3.00 2.00 1.00 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 1/ 1/ 1/ 1/ 1/ 1/ 2/ 2/ 2/ 2/ 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tanggal Debit AWLR Debit HMS a). Tanggal 15 Juli 2010 – 22 Juli 2010 15.00 13.00 ) kite 11.00 d/3 9.00 m ( 7.00 tib 5.00 e D 3.00 1.00 8 8 8 8 8 8 8 8 1/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 9 0 1 2 3 4 5 6 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Tanggal Debit AWLR Debit HMS b). Tanggal 20 Agustus 2010 – 25 Agustus 2010 Gambar 3. Kalibrasi pemodelan HEC-HMS 39 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Andreas Tigor Oktaga, Suripin, Suseno Darsono Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota Pada HEC-HMS, titik–titik pengamatan -2,5 meter. Sedang syarat minimal kemiringan peredaman debit dilakukan setiap jarak ± 500 dasar sungai menggunakan metode Muskingum meter, menggunakan model junction. Cunge adalah 0,004 m/m. Junction pada HEC-HMS digambarkan sebagai Pemodelan hidraulika potongan melintang HEC-RAS. Output junction nomor 110 sebagai masukan boundary conditions Seperti halnya pemodelan hidrologi, pemodelan pada pemodelan unsteady non-uniform flow berupa hidraulika juga perlu dikalibrasi. Kalibrasi model data hidrograf debit rencana. Sedangkan untuk hidraulika menggunakan data pada AWLR pemodelan steady non-uniform flow, output (Automatic Water Level Recorder) yang terletak junction nomor 110 yang digunakan sebagai input pada Bendung Simongan dengan metode unsteady data aliran adalah debit rencana maksimumnya. non-uniform flow. Hasil kalibrasi pada tanggal 15 Junction berikutnya adalah nomor 94, terletak 200 Juli 2010 sampai dengan tanggal 22 Juli 2010 meter di hilir Bendung Simongan. Kemudian elevasi muka air pemodelan HEC-RAS pada diletakkan beberapa junction ke arah hilir dengan tanggal 16 Juli 2010 adalah 0,16 meter, sedangkan jarak antar junction ± 500 meter seperti terlihat hasil pengukuran AWLR tercatat pada elevasi 0,16 pada Tabel 1. Peletakan junction hanya sampai meter. Pada tanggal 19 Juli 2010 elevasi muka air pada junction nomor 30. Hal ini dikarenakan pemodelan HEC-RAS adalah 0,15 meter dan kemiringan dasar sungai di hilir junction nomor 30 pencatatan pada AWLR 0,14 meter, sehingga hingga ke muara kurang dari 0,004 m/m dengan terdapat selisih 7,14% terhadap AWLR. elevasi dasar sungai yang relatif sama yaitu elevasi 1800.00 1600.00 1400.00 )k 1200.00 ite d1000.00 /3 m ( 800.00 tib e 600.00 D 400.00 200.00 0.00 0:00 2:24 4:48 7:12 9:36 12:00 Jam Q50 Q100 Q200 Gambar 4. Hidrograf debit rencana hasil HEC-HMS sebagai boundary conditions hulu pemodelan hidraulika unsteady non-uniform flow Tabel 1. Hasil HEC-HMS sebagai data aliran pemodelan hidraulika steady non-uniform flow Junction Debit Maksimal No (Potongan (m3/detik) Melintang) Q Q Q 50 100 200 1 110 983,50 1246,20 1660,60 2 94 979,70 1241,70 1655,00 3 84 976,80 1238,10 1650,40 4 74 974,10 1234,90 1646,50 5 64 971,30 1231,50 1642,40 6 54 968,60 1228,50 1638,10 7 44 965,90 1225,10 1634,10 8 34 962,90 1221,20 1628,80 9 30 959,70 1217,00 1624,20 40 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 Hasil kalibrasi tanggal 20 Agustus 2010 sampai Sebagai boundary conditions sisi hilir digunakan dengan tanggal 25 Agustus 2010 elevasi muka air data pasang surut air laut tertinggi dalam dari pemodelan HEC-RAS pada tanggal 22 Agustus tahun 1991 sampai dengan 2010. Data data pasang 2010 adalah 0,21 meter dan hasil pengukuran surut air laut tertinggi terjadi pada tanggal 23 AWLR tercatat debit puncak pada tanggal 22 Oktober 2008. Agustus 2010 sebesar 0,20 meter, sehingga terdapat selisih sebesar 5,00% terhadap AWLR. Perbandingan pemodelan unsteady non-uniform Pada tanggal 24 Agustus 2010 elevasi muka air flow dan steady non-uniform flow pemodelan HEC-RAS mencapai 0,26 meter dan elevasi muka air pada AWLR tercatat 0,23 meter, Perbandingan elevasi muka air banjir hasil sehingga terdapat selisih 13,04% terhadap AWLR. pemodelan unsteady non-uniform flow dan steady non-uniform flow dapat dilihat pada Gambar 7. 0.17 ) m ( 0.15 g n u d 0.13 n e B sa 0.11 tA iD 0.09 r iA a 0.07 k u M is 0.05 a 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 ve 1/ 1/ 1/ 1/ 1/ 1/ 2/ 2/ 2/ 2/ lE 2/4 2/5 2/6 2/7 2/8 2/9 2/0 2/1 2/2 2/3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 Tang1gal 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Elevasi AWLR Elevasi HECRAS a). Kalibrasi HEC-RAS tanggal 15 Juli 2010 – 22 Juli 2010 0.31 ) m ( g 0.26 n u d n eB 0.21 s a tA iD 0.16 r iA a 0.11 k u M is 0.06 a v 8 8 8 8 8 8 8 8 elE 91/ 02/ 12/ 22/ 32/ 42/ 52/ 62/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 2/ 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Tanggal AWLR HECRAS b). Kalibrasi model HEC-RAS tanggal 20 Agustus 2010 – 25 Agustus 2010 Gambar 5. Kalibrasi pemodelan HEC-RAS 41 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Andreas Tigor Oktaga, Suripin, Suseno Darsono Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota 1.80 1.75 1.60 1.58 1.50 1.45 1.45 1.40 )m 1.25 ( 1.20 1.20 is 1.10 1.10 ave 1.00 1.00 1.00 1.051 .00 1.00 lE 0.950 .900 .92 0.85 0.85 0.80 0.75 0.70 0.60 0.58 0.60 0.45 0.40 7:00:00 AM 11:48:00 AM 4:36:00 PM 9:24:00 PM 2:12:00 AM 7:00:00 AM Jam Sumber: Integrated water resources and flood management project for semarang, detailed design, 2008 Gambar 6. Data Pasang Surut Air Laut (Elevasi muka air laut tanggal 23 Oktober 2008) 10.00 8.00 ) 6.00 m ( is a v 4.00 e lE 2.00 0.00 110 90 70 50 30 10 -10 Potongan Melintang Unsteady Non-Uniform Flow Steady Non-Uniform Flow Gambar 7. Perbandingan elevasi muka air hasil pemodelan HEC-RAS unstedy non-uniform flow dengan steady non-uniform flow kala ulang 50 tahun 12.00 10.00 8.00 ) m ( 6.00 is a v e 4.00 lE 2.00 0.00 110 90 70 50 30 10 -10 Potongan Melintang Unsteady Non-Uniform Flow Steady Non-Uniform Flow Gambar 8. Perbandingan elevasi muka air hasil pemodelan HEC-RAS unstedy non-uniform flow dengan steady non-uniform flow kala ulang 100 tahun 42 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 12.00 10.00 8.00 ) m ( 6.00 is a v e 4.00 lE 2.00 0.00 110 90 70 50 30 10 -10 Potongan Melintang Unsteady Non-Uniform Flow Steady Non-Uniform Flow Gambar 9. Perbandingan elevasi muka air hasil pemodelan HEC-RAS unstedy non-uniform flow dengan steady non-uniform flow kala ulang 200 tahun Pembahasan Pada potongan melintang yang termasuk report Pemodelan geometri sistem sungai unsteady non- warning dilakukan perbaikan model. Perbaikan uniform flow dan steady non-uniform flow dapat model yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: dijadikan satu model. Pemodelan geometri sungai interpolasi antara dua potongan melintang dan dilakukan dengan peletakan potongan melintang memperpanjang geometri potongan melintang sungai sebagai bentuk model penampang sungai. menuju titik kontur yang lebih tinggi dari muka air Jarak antar penampang melintang pada peneliti ini banjir maksimal. Interpolasi antara dua potongan berjarak ± 50 meter. Sedangkan input data aliran melintang sebagai upaya mempersempit jarak maupun boundary conditions terdapat perbedaan. antara dua potongan melintang dan meminimalkan Pada pemodelan steady non-uniform flow pada sisi perubahan bentuk potongan melintang yang hulu sistem sungai program secara otomatis akan ekstrim. Langkah memperpanjang geometri mengarahkan pengguna untuk mengisi data aliran potongan melintang menuju titik kontur yang lebih sedangkan boundary conditions berlaku pada tinggi dari muka air banjir maksimal, dimaksudkan setiap potongan melintang di hilir masukan data untuk potongan melintang yang muka air banjir aliran. Pada pemodelan unsteady non-uniform flow maksimalnya melebihi titik elevasi tertinggi ujung hulu dan hilir sistem sungai, serta masukan potongan melintang. Dari beberapa percobaan aliran tambahan pada potongan melintang yang yang dilakukan, beda bentuk antara dua potongan berlaku adalah boundary conditions. melintang lebih berpengaruh terhadap kestabilan model. Waktu analisis untuk analisis unsteady non- uniform flow membutuhkan waktu analisis yang Hasil perbandingan pemodelan unsteady non- lebih lama daripada steady non-uniform flow. Pada uniform flow dan steady non-uniform flow pada penelitian ini pemodelan unsteady non-uniform potongan melintang yang stabil dengan debit flow membutuhkan waktu lima kali lebih lama dari rencana Q , Q , dan Q , menunjukkan profil 50 100 200 pemodelan steady non-uniform flow. muka air banjir maksimal steady non-uniform flow lebih tinggi daripada unsteady non-uniform flow. Pada pemodelan dengan debit debit Q dan Q Pada perbandingan unsteady non-uniform flow 50 100 report warning terdapat pada 14 potongan dengan steady non-uniform flow didapat selisih melintang, yaitu potongan melintang nomor 8 elevasi tertinggi 0,44 meter (24,86%) pada sampai dengan (-5). Report warning bertambah simulasi debit Q dan Q dengan jumlah sampel 50 100 ketika dilakukan analisis dengan debit Q yaitu: 84, pada simulasi Q didapat selisih elevasi 200 200 potongan melintang nomor 52, 51, 47 sampai tertinggi 0,38 meter (13,97%) dengan jumlah dengan 35, 30 dan 8 sampai dengan -5. Hasil dari sampel 53. Nilai rata – rata selisihnya adalah 0,27 analisis pemodelan unsteady non-uniform flow dan m (13,16%) untuk Q , 0,25 (11,56%) untuk Q , 50 100 steady non-uniform flow secara ringkas dapat dan 0,16 (4,73%) untuk Q . 200 dilihat pada Tabel 2. 43 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Andreas Tigor Oktaga, Suripin, Suseno Darsono Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota Tabel 2. Matrik perbandingan pemodelan aliran satu dimensi unsteady non-uniform flow dan steady non-uniform flow Pemodelan unsteady non- No Pembanding Pemodelan steady non-uniform flow uniform flow 1. Metode Berupa aliran tak permanen tak Berupa aliran berubah beraturan seragam dengan analisis (gradually varied flow), kecuali di perhitungan menggunakan tempat-tempat struktur hidraulik seperti persamaan kekekalan massa jembatan, gorong-gorong, dan bendung; (continuity, conservation of di tempat-tempat tersebut aliran adalah mass) dan persamaan rapidly varied flow dan HEC-RAS momentum. memakai persamaan momentum atau persamaan empiris, bukan persamaan energi untuk menghitung aliran. 2. Data yang diperlukan- Alur dan potongan melintang - Alur dan potongan melintang sungai. untuk pemodelan sungai. geometri sungai - Perlu pembenahan geometri sungai bila terdapat report warning ataupun error. 3. Data yang diperlukan - Segmen hulu: hidrograf debit - Segmen hulu: debit rencana maksimal untuk input aliran rencana. - Segmen hilir: data pasang surut air laut - Segmen hilir: data pasang surut tertinggi air laut - Pada tiap potongan melintang dibutuhkan data debit sebagai pendekatan pemodelan unsteady non- uniform flow 4. Waktu yang Q : 5,69detik Q : 1,11 detik 50 50 dibutuhkan HEC-RAS Q : 5,93 detik Q : 1,16 detik 100 100 untuk simulasi Q : 5,68 detik Q : 1,03 detik 200 200 pemodelan 5. Report analisis Q : Perlu koreksi jarak antar potongan Q : tidak ada 50 50 pemodelan melintang nomor 8 s/d (-5) Q : tidak ada 100 Q : Perlu koreksi jarak antar potongan Q : tidak ada 100 200 melintang nomor 8 s/d (-5) Q : Perlu koreksi jarak antar potongan 200 melintang nomor 52 s/d 51, 47 sampai dengan 35, 30 dan 8 sampai dengan (-5) 6. Pengaruh kestabilan - Besaran debit Tidak ada model - Bentuk penampang / geometri potongan melintang 7. Selisih profil muka air Pada simulasi Q 50 terhadap pemodelan Maksimal : 0,44 (24,86%) unsteady non-uniform Minimal : 0,07 (1,75%) flow pada potongan Rata – rata : 0,27 (13,19%) melintang yang aliran Pada simulasi Q 100 airnya stabil Maksimal : 0,44 (24,86%) Minimal : 0,06 (1,31%) Rata – rata : 0,25 (11,56%) Pada simulasi Q 200 Maksimal : 0,38 (13,97%) Minimal : 0,07 (1,29%) Rata – rata : 0,16 (4,73%) 44 JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
Description: