ebook img

pengembangan model hidrograf satuan sintetis snyder untuk daerah aliran sungai di jawa timur PDF

13 Pages·2012·0.27 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview pengembangan model hidrograf satuan sintetis snyder untuk daerah aliran sungai di jawa timur

PENGEMBANGAN MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIS SNYDER UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DI JAWA TIMUR Hari Siswoyo   Jurusan Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mail : [email protected] ABSTRAK Model hidrograf satuan sintetis (HSS) telah banyak dikembangkan oleh para pakar, antara lain HSS Snyder yang dikembangkan berdasarkan karakteristik sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) di kawasan pegunungan Appalachian Amerika Serikat. Dalam Model HSS Snyder tersebut terdapat 2 parameter non fisik yang merupakan fungsi dari karakteristik DAS yaitu C dan C . Penggunaan metode ini untuk kondisi di Jawa Timur t p sangatlah sulit karena penentuan besarnya koefisien tersebut memerlukan proses kalibrasi untuk tiap daerah yang berbeda. Untuk mengatasi masalah tersebut HSS Snyder perlu dikembangkan dengan karakteristik, kondisi, dan pola hujan pada DAS-DAS di Jawa Timur. Pemodelan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model statistika regresi yang mencari hubungan antara unsur-unsur hidrograf satuan dengan karakteristik DAS yang diteliti. Dari hasil pemodelan diperoleh Model HSS Snyder dengan menggunakan koefisien-koefisien regresi yang sesuai dan lebih mendekati karakteristik hidrograf satuan untuk DAS di Jawa Timur. Kata Kunci : Hidrograf Satuan Sintetis, Karakteristik DAS ABSTRACT Many Synthetic Unit Hydrograph methods have been developed by hydrologist. One of them is Snyder’s Synthetics Unit Hydrograph which was developed based on the characteristics of some watershed in the area of Appalachian Highlands of the United States. In the Snyder’s equation, there are two non-physical parameters, which are the function of watershed characteristic, i.e. C and C . It is difficult to apply this method to t p Eat Java condition since deciding the coefficient need calibration process for every different area. To solve the problem, Snyder’s Synthetic Unit Hydrograph must be developed to meet the characteristic, condition, and modes of rainfall of the watersheds in East Java. Modeling in this research was done using statistical regression analysis to find the relationship between the components of unit hydrograph and the characteristic of the watershed being studied. The modeling resulted in an model of Snyder’s Synthetic Unit Hydrograph using regression coefficient suitable with and close to unit hydrograph characteristics for the rivers in East Java. Key Words : Synthetic Unit Hydrograph, Watershed Characteristic PENDAHULUAN dari hasil pengalihragaman hujan menjadi hidrograf limpasan tersebut. Sejauh ini Penentuan banjir rancangan akan penurunan hidrograf satuan dari hidrograf memberikan hasil lebih bermanfaat bila banjir pengamatan merupakan salah satu disajikan dalam bentuk hidrograf banjir. cara yang dianggap akurat. Meskipun Banyak informasi yang bisa diberikan demikian kendala yang sering ditemui adalah sulitnya memperoleh data diharapkan memperoleh suatu perumusan hidrograf banjir pengamatan. banjir yang memadai. Tidak semua sungai mempunyai data pengukuran debit yang dapat digunakan TINJAUAN PUSTAKA sebagai dasar untuk menurunkan   Hidrograf dapat digambarkan hidrograf satuan, hanya sungai-sungai sebagai penyajian grafis antara salah satu yang DAS-nya telah dikembangkan unsur aliran dengan waktu. Hidrograf ini mempunyai data pengukuran debit yang menunjukkan tanggapan menyeluruh cukup. Dengan demikian berkembang DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai penurunan hidrograf satuan sintetis yang dengan sifat dan perilaku DAS yang yang didasarkan atas karakteristik fisik bersangkutan, hidrograf aliran selalu dari suatu DAS. berubah sesuai dengan besaran dan waktu Model hidrograf satuan sintetis telah terjadinya masukan. Beberapa macam banyak dikembangkan oleh para pakar, hidrograf yang dikenal (Sri Harto, 1993): antara lain Hidrograf Satuan Sintetis 1. Hidrograf muka air (stage (HSS) Snyder yang dikembangkan hydrograph), yaitu hubungan antara berdasarkan karakteristik DAS-DAS di perubahan tinggi muka air dengan dataran tinggi Appalachian Amerika waktu. Hidrograf ini tidak lain adalah Serikat oleh F.F. Snyder pada tahun merupakan hasil rekaman Automatic 1938. Model HSS Snyder bila diterapkan Water Level Record (AWLR). pada suatu DAS di Indonesia belum tentu 2. Hidrograf debit (discharge sesuai. Hal ini dikarenakan adanya hydrograph), yaitu hubungan antara perbedaan karakteristik, kondisi, dan pola debit dengan waktu. Dalam hujan antara DAS-DAS di Indonesia pengertian sehari-hari, bila tidak (khususnya di Jawa Timur) dengan disebut lain, hidrograf debit ini sering daerah dimana model ini dikembangkan. disebut sebagai ‘hidrograf’. Hidrograf Dalam model HSS Snyder termuat 2 ini dapat diperoleh dari hidrograf parameter non fisik yaitu C dan C t p muka air dan rating curve. dimana merupakan koefisien-koefisien 3. Hidrograf sedimen (sediment yang bergantung pada satuan dan ciri hydrograph), yaitu hubungan antara DAS (Wilson, 1993). Besaran nilai C t kandungan sedimen dengan waktu. dan C tersebut diperoleh Snyder dari p Hidrograf terdiri dari tiga bagian (Sri sejumlah DAS di dataran tinggi Harto, 1993), yaitu sisi naik (rising limb), Appalachian Amerika Serikat. Koefisien- puncak (crest), dan sisi resesi (recession koefisien C dan C harus ditentukan t p limb). Bentuk hidrograf dapat ditandai secara empirik, karena besarnya berubah- dengan tiga sifat pokoknya, yaitu waktu ubah antara daerah yang satu dengan naik (time of rise), debit puncak (peak daerah yang lain. Dengan demikian maka discharge), dan waktu dasar (base time). terjadi kesulitan dalam pemakaian Waktu naik (TR) adalah waktu yang metode tersebut, khususnya untuk diukur dari saat hidrograf mulai naik pemakaian pada sungai-sungai di Jawa sampai waktu terjadinya debit puncak. Timur. Debit puncak adalah debit maksimum Untuk lebih dapat diterima di daerah yang terjadi pada suatu kasus tertentu. penelitian (Jawa Timur), maka model Waktu dasar adalah waktu yang diukur HSS Snyder harus disesuaikan dengan dari saat hidrograf mulai naik sampai karakteristik dan kondisi setempat. waktu dimana debit kembali pada suatu Penelitian ini menggunakan sejumlah besaran yang ditetapkan. Besaran-besaran DAS di Jawa Timur yang dianggap tersebut dapat digunakan sebagai memenuhi syarat untuk diteliti dan petunjuk tentang kepekaan sistem DAS mewakili kondisi yang ada, sehingga terhadap pengaruh masukan hujan. Bentuk hidrograf pada umumnya Untuk memperoleh hidrograf satuan sangat dipengaruhi oleh sifat hujan yang dalam suatu kasus banjir, maka terjadi, akan tetapi juga dapat diperlukan data sebagai berikut: dipengaruhi oleh sifat DAS yang lain. 1. rekaman AWLR Menurut Kennedy dan Watt pada tahun 2. pengukuran debit yang cukup 1967 (dalam Sri Harto, 1993) sifat hujan 3. data hujan biasa (manual) yang sangat mempengaruhi bentuk 4. data hujan otomatis hidrograf ada 3 macam, yaitu intensitas Selanjutnya perlu dipilih kasus yang hujan, lama hujan, dan arah gerak hujan. menguntungkan dalam analisis, yaitu dipilih hidrograf yang terpisah dan mempunyai satu puncak dan hujan yang Puncak  cukup serta distribusi jam-jamannya. Syarat di atas sebenarnya bukan merupakan keharusan, kecuali untuk mempermudah hitungan yang dilakukan. Analisis numerik untuk memisahkan hidrograf satuan dari banjir pengamatan Sisi Turun  dapat dilakukan dengan Metode Collins. Sisi Naik  Hidrograf Satuan Sintetis Snyder Untuk mendapatkan suatu hidrograf satuan seperti diuraikan dengan prosedur di atas perlu tersedia data yang baik, Gambar 1 Hidrograf (Sumber: Sri Harto, 1993) yaitu data AWLR, data pengukuran debit, Hidrograf Satuan data hujan harian, dan data hujan jam- Teori klasik hidrograf satuan berasal jaman. Yang menjadi masalah adalah dari hubungan antara hujan efektif bahwa karena berbagai sebab data ini dengan limpasan langsung. Hubungan sangat sulit diperoleh atau tidak tersedia. tersebut merupakan salah satu komponen Untuk mengatasi hal ini maka model watershed yang umum. Teori dikembangkan suatu cara untuk hidrograf satuan merupakan penerapan mendapatkan hidrograf satuan tanpa pertama teori sistem linier dalam mempergunakan data tersebut di atas (Sri hidrologi (Soemarto, 1987). Harto, 1993). Salah satu cara tersebut Sherman pada tahun 1932 (dalam Sri dikembangkan oleh F.F. Snyder dari Harto, 1993) mengemukakan bahwa Amerika Serikat pada tahun 1938 yang dalam suatu sistem DAS terdapat suatu memanfaatkan parameter DAS untuk sifat khas yang menunjukkan sifat memperoleh hidrograf satuan sintetis. tanggapan DAS terhadap suatu masukan Sejumlah DAS yang diteliti oleh Snyder tertentu. Tanggapan ini diandaikan tetap berada di dataran tinggi Appalachian untuk masukan dengan besaran dan dengan luas DAS berkisar antara 30 penyebaran tertentu. Tanggapan yang sampai 30.000 km2 (Chow, et al, 1988). demikian dalam konsep model hidrologi Snyder mengembangkan model dikenal dengan hidrograf satuan. dengan koefisien-koefisien empirik yang Hidrograf satuan suatu DAS (Soemarto, menghubungkan unsur-unsur hidrograf 1995) adalah suatu limpasan langsung satuan dengan karakteristik DAS. Hal yang diakibatkan oleh satu satuan volume tersebut didasarkan pada pemikiran hujan yang efektif yang terbagi rata bahwa pengalihragaman hujan menjadi dalam waktu dan ruang. aliran baik pengaruh translasi maupun tampungannya dapat dijelaskan dipengaruhi oleh sistem DAS-nya (Sri Harto, 1993). Hidrograf satuan tersebut Menurut hasil penelitian Hoffmeister ditentukan dengan unsur yang antara lain dan Weisman pada tahun 1977 (dalam Sri Q (m3/detik), T (jam), dan t (jam) dan Harto, 1985), bahwa pemakaian p b p t (jam). Unsur-unsur hidrograf tersebut parameter L oleh Snyder disebabkan r c dihubungkan dengan: karena bagian hulu suatu DAS dianggap A = luas DAS (km2) tidak berpengaruh terhadap debit puncak L = panjang aliran sungai utama (km) suatu hidrograf. Mengenai unsur debit L = panjang sungai utama diukur dari puncak, penelitian yang telah dilakukan c tempat pengukuran (pelepasan) Morgan dan Johnson pada tahun 1962 sampai titik di sungai utama yang (Sri Harto, 1985) dan Sri Harto (1993) terdekat dengan titik berat DAS menyatakan bahwa persamaan Snyder (km) memberikan debit puncak paling kecil Dengan unsur-unsur tersebut di atas dibandingkan dengan cara lain seperti US Snyder membuat model hidrograf satuan SCS, Common, Mitchell, Nakayasu, & sintetis sebagai berikut (Gray, 1970; Gama I. Chow, et al, 1988; Bedient and Huber, Pemakaian cara Snyder ini dibatasi 1992): hanya untuk dataran tinggi Appalachian t = 0,75⋅C ⋅(L⋅L )0,3 (1) Amerika Serikat. Pemakaian cara tersebut p t c untuk daerah lain diperlukan ralat dan t t = p (2) penyesuaian (Sri Harto, 1985). r 5,5 Snyder hanya membuat model untuk C ⋅A untuk menghitung debit puncak dan Q = 2,75⋅ p (3) waktu yang diperlukan untuk mencapai p t p puncak dari suatu hidrograf saja, 5,56 sehingga untuk mendapatkan lengkung T = 72+3⋅t atau T = (4) b p b q hidrografnya memerlukan waktu untuk pR menghitung parameter-parameternya. dimana : Untuk mempercepat pekerjaan t = waktu kelambatan (time lag) p tersebut diberikan rumus Alexejev, yang (jam) Q = debit puncak (m3/detik) memberikan bentuk hidrograf satuannya. p Persamaan Alexejev adalah sebagai T = waktu dasar (jam) b berikut (Soemarto, 1995): q = debit per satuan luas pR (m3/detik/km2) 1. Q = f(t) (5) C dan C adalah koefisien-koefisien Q t p 2. Y = (6) yang bergantung pada satuan dan ciri Q p DAS (Wilson, 1993). Koefisien-koefisien t Ct dan Cp harus ditentukan secara dan X = (7) T empirik, karena besarnya berubah-ubah p antara daerah yang satu dengan daerah (1−x)2 −a yang lain. Dalam sistem metrik besarnya 3. Y = 10 x (8) Ct antara 0,75 sampai 3,00, sedangkan Cp dengan a diperoleh dari persamaan berada antara 0,90 sampai 1,40 berikut: (Soemarto, 1995). Besaran nilai Ct dan Cp Q ⋅T p p tersebut diperoleh Snyder untuk sejumlah λ = (9) h⋅A DAS di dataran tinggi Appalachian h = tinggi hujan = 1 mm Amerika Serikat, dimana bila nilai C p a = 1,32⋅λ2 +0,15λ+0,045 (10) mendekati nilai terbesar maka nilai C t akan mendekati nilai terkecil, demikian Sebuah pembaharuan (inovation) pula sebaliknya (Wilson 1993). pernah dilakukan di Amerika Serikat juga, yaitu dalam penggunaan metode Snyder dengan parameter (karakteristik) W = lebar hidrograf pada saat 50% 50 hidrograf satuan pada suatu daerah. tercapainya debit puncak (menit) Espey, Altman, dan Graves pada tahun W = lebar hidrograf pada saat 75% 75 1977 (dalam Chow, et al, 1988) tercapainya debit puncak (menit) mengembangkan satu set persamaan United States Corps of Engineers umum untuk menyusun hidrograf satuan (USCE) menetapkan kembali hubungan dengan meneliti 41 DAS dengan luasan waktu kelambatan (time lag). Persamaan berkisar antara 0,014 – 15 mil2. Lokasi yang diberikan adalah sebagai berikut dari 41 DAS yang diteliti meliputi 16 (Schulz, 1978): lokasi di Texas, 9 lokasi di North 0,38 ⎛L⋅L ⎞ Carolina, 6 lokasi di Kentucky, 4 lokasi t = C ⋅⎜ c ⎟ (16) c t ⎝ S ⎠ di Indiana, 2 lokasi masing-masing di Colorado dan Mississippi, dan 1 lokasi Untuk persamaan tersebut, USCE masing-masing di Tennessee dan memberikan nilai koefisien waktu (Ct) Pennsylvania. Persamaan yang dari persamaan Snyder sebagai berikut: dihasilkan: Tabel 2.1 Nilai C Persamaan Snyder t T = 3,1⋅L0,23⋅S−0,25⋅I−0,18⋅Φ1,57 (11) p Tipe DAS (kondisi) C t Q = 31,62×103⋅A0,96 ⋅T −1,07 (12) Daerah Pegunungan 1,20 p p Daerah Perbukitan (kaki bukit) 0,72 T = 125,89×103⋅A⋅Q −0,95 (13) b p Daerah Lembah 0,35 W = 16,22×103⋅A0,93⋅Q −0,92 (14) Daerah Perkotaan 0,08 50 p Sumber: (Schulz, 1978) W = 3,24×103⋅A0,79⋅Q −0,78 (15) 75 p Gole, Das, dan Hussain (dalam dimana: Mutreja, 1986) melakukan penelitian L = panjang total sungai utama (feet) terhadap sejumlah DAS di India dengan S = kemiringan sungai utama, luasan di atas 570 km2. Dari penelitian didefinisikan sebagai H/0,8L, tersebut diperoleh model waktu dimana H adalah perbedaan elevasi kelambatan (t ) dan debit puncak (Q ) p b A dan B. A adalah titik pada dasar sebagai berikut: sungai di bagian hulu yang berjarak 0,2769 ⎛L⋅L ⎞ 0,2L dari ujung sungai. B adalah t = 1,13⋅⎜ c ⎟ (17) titik pada dasar sungai di bagian p ⎝ S ⎠ hilir di tempat pengukuran (feet per Q = 0,315⋅A0,93⋅S0,53 (18) foot) p Hasil pengembangan model HSS Snyder I = prosentase daerah kedap air di yang dibuat oleh Gole, Das, dan Hussain dalam suatu DAS (%), diasumsi baik pada persamaan t maupun Q telah sama dengan 5% dari luasan DAS p p mereduksi parameter C dan C . Sehingga yang belum dikembangkan. t p dengan adanya bentuk modifikasi ini φ = dimensi faktor pengangkutan, pemakaian persamaan Snyder lebih dimana merupakan fungsi dari mudah dan sederhana (untuk daerah prosentase daerah kedap air dan setempat). kekasaran. (tanpa satuan) Belakangan ini banyak pula T = waktu naik yang diukur dari p digunakan model HSS Snyder yang telah permulaan limpasan sampai puncak diubah, dan telah banyak digunakan di hidrograf satuan (menit) Indonesia (Soemarto, 1995). Perubahan Q = debit puncak hidrograf satuan p tersebut terletak pada: (cfs/menit) 1. Pangkat 0,3 pada rumus (1) diganti T = waktu dasar hidrograf satuan b dengan n, sehingga menjadi (menit) ( )n kasus banjir pengamatan di lokasi t = C ⋅ L⋅L (19) p t c penelitian. 2. tr pada rumus (2) diganti dengan t e 2. Mengetahui tingkat keandalan model yang merupakan durasi curah hujan yang dikembangkan di lokasi efektif, sedangkan t = 1 jam r penelitian. t p t = (20) e 5,5 METODOLOGI 3. Hubungan t , t , t, dan T adalah e p r p 1. Lokasi Penelitian sebagai berikut : Penelitian ini dilakukan pada 17 (cid:153) Bila t > t maka t ’ = t + 0,25 (t- e r p p r DAS yang ada di Provinsi Jawa Timur, t ), sehingga e dimana 14 DAS digunakan untuk T = t ’ + 0,5 (21) p p membangun model dan 3 DAS untuk uji (cid:153) Bila t < t e r keandalan model. DAS yang diteliti T = t + 0,5 (22) p p memiliki kisaran luas antara 53,19 – 4. q = 0,278⋅Cp (23) 696,16 km2. p T Pemilihan lokasi penelitian p didasarkan atas ketersediaan dan dan Q = q ⋅A untuk hujan 1 p p kelengkapan data yang dapat menunjang mm/jam (2-25) akurasi dari hasil penelitian. Pada dimana: masing-masing DAS disyaratkan: q = puncak hidrograf satuan p − Terdapat data pengukuran debit (m3/det/mm/km2) (AWLR) Q = debit puncak (m3/detik/mm) p − Terdapat data pencatatan hujan dari alat t = waktu antara titik berat curah hujan p penakar hujan otomatis hingga puncak hidrograf (jam) − Terdapat data pencatatan hujan dari alat T = waktu yang diperlukan antara p penakar hujan manual permulaan hujan hingga mencapai − Tidak terdapat waduk/tampungan di puncak hidrograf (jam) bagian hulu dari stasiun hidrometri Dari tinjauan pustaka terhadap teori- (AWLR) pada DAS yang bersangkutan. teori yang ada, maka model HSS Snyder perlu dikembangkan untuk mempermudah pemakaiannya (khususnya untuk karakteristik DAS pada sungai-sungai di Jawa Timur). Penentuan nilai C dan C dalam bentuk pendekatan t p persamaan dengan menggunakan model regrasi dianggap penting. Hal ini mengingat nilai-nilai tersebut akan berbeda antara DAS yang satu dengan yang lain, sehingga dalam setiap penggunaan (aplikasi) model ini selalu Gambar 2. Lokasi Penelitian dilakukan kalibrasi untuk tiap daerah 2. Tahapan Penelitian yang berbeda. Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 6 tahapan, yaitu: TUJUAN PENELITIAN i. Analisis data karakteristik DAS, data curah hujan, dan data 1. Mengembangkan model HSS Snyder pengukuran AWLR yang mendekati bentuk hidrograf Analisis data karakteristik DAS satuan yang diturunkan dari kasus- berdasarkan peta topografi dilakukan untuk menentukan karakteristik fisik DAS yang digunakan dalam Kalibrasi model dilakukan dengan penelitian. tujuan untuk memeriksa ketepatan- Analisis data hujan dilakukan dengan ketepatan parameter hidrograf satuan menghitung hujan rerata daerah dan sintetis yang dimodelkan. Kalibrasi penentuan hujan efektif pada masing- dilakukan dengan menggunakan tolok masing DAS yang diteliti. ukur ketelitian NASH (KN). Analisis data pengukuran AWLR Verifikasi model dilakukan untuk dilakukan untuk mengalihragamkan mengetahui apakah model yang hidrograf muka air yaitu hubungan dibuat layak digunakan atau tidak. antara perubahan tinggi muka air Verifikasi model ini dilakukan dengan waktu (yang dicatat oleh terhadap data yang tidak dipakai AWLR) menjadi hidrograf debit yaitu dalam pembuatan model. hubungan antara debit sungai dengan v. Menentukan parameter C dan C t p waktu. dalam bentuk persamaan ii. Analisis Hidrograf Satuan dari C dan C ditentukan dari persamaan- t p tiap-tiap DAS yang diteliti persamaan waktu puncak dan debit Analisis ini dilakukan dengan tujuan puncak hasil pemodelan dengan untuk memisahkan hidrograf satuan menyesuaikan pada persamaan asli dari hidrograf banjir pengamatan HSS Snyder. Parameter-parameter (yang telah dihitung pada tahapan yang ada pada model dan tidak sebelumnya). Analisis numerik terdapat pada persamaan asli HSS dilakukan dengan untuk Metode Snyder dituliskan dalam suatu Collins. persamaan yang menyatakan besarnya iii. Penyesuaian model HSS Snyder di C dan C . t p daerah penelitian vi. Membuat kesimpulan penelitian Untuk menyesuaikan dengan Pembuatan kesimpulan hasil karakteristik di lokasi penelitian, penelitian dengan cara menampilkan perameter-parameter yang dipakai hasil pemodelan HSS Snyder yang mengacu pada parameter yang telah sesuai dengan karakteristik DAS digunakan oleh Snyder untuk di daerah penelitian dan tingkat membuat model HSS Snyder. ketelitiannya. Model ini dibuat Pemodelan ini dilakukan dengan dengan sederhana, efisien, dan menggunakan model statistika regresi seoptimal mungkin. yang mencari hubungan antara unsur- unsur hidrograf satuan (waktu HASIL PENELITIAN puncak, debit puncak, dan waktu 1. Pemodelan Waktu Puncak (T ) dasar) dengan karakteristik dari DAS p Model waktu puncak dalam HSS yang diteliti (A, L, L , S, dan c Snyder dirumuskan dengan parameter L karakteristik lain yang diduga dan L . Untuk menyesuaikan dengan berhubungan erat dengan unsur-unsur c karakteristik DAS pada sungai-sungai di hidrograf satuan). Tahapan analisis di Jawa Timur, penulis mengkombinasikan atas diselesaikan dengan bantuan dengan parameter S (kemiringan rata-rata Paket Program SPSS for Windows. sungai utama), L (panjang maksimum iv. Uji keandalan hasil penelitian b DAS sepanjang aliran sungai utama), W Setelah dilakukan pemodelan regresi, r (lebar rata-rata DAS sepanjang aliran langkah selanjutnya adalah sungai utama), dan FD (faktor bentuk melakukan analisis sensitivitas, DAS). Keempat parameter tersebut pemilihan model terbaik, uji statistika diduga atau berdasarkan penelitian- regresi, dan uji asumsi. penelitian terdahulu dapat membentuk model waktu puncak dengan tingkat − Pengujian Koefisien Regresi hubungan yang tinggi. Pengujian koefisien regresi secara Untuk memperoleh suatu model individual digunakan untuk yang lebih mendekati kondisi yang membuktikan apakah koefisien regresi sebenarnya dilakukan pemilihan model β = 0 atau tidak. Uji yang digunakan i terbaik. Pemilihan ini dilakukan dengan adalah uji-t. Dari hasil pengujian ini melihat besarnya R2’ dari berbagai dapat dinyatakan bahwa masing- alternatif atau kemungkinan transformasi masing variabel prediktor dapat parameter dan uji abnormalitas terhadap mempengaruhi besarnya waktu model regresi awal. Transformasi puncak (T ) pada model regresi. p parameter merupakan proses pengubahan Pengujian asumsi pada model regresi data natural menjadi bentuk logaritma, terpilih dalam studi ini dilakukan dengan invers, eksponen, dan yang lainnya guna 3 uji yaitu: menjajagi kemungkinan adanya − Uji Asumsi Heteroskedastisitas hubungan linier setelah proses Tujuan dari uji ini adalah untuk transformasi. Pengujian abnormalitas menguji apakah dalam model waktu dimaksudkan untuk menentukan data puncak (T ), terjadi ketidaksamaan p yang mempunyai simpangan yang sangat varians dari residual dari satu besar terhadap garis regresi, sehingga pengamatan ke pengamatan yang lain. menghasilkan kemampuan penjajagan − Uji Asumsi Normalitas model yang rendah atau koefisien Tujuan dari uji ini adalah untuk determinasi yang rendah. Model terbaik menguji apakah dalam model waktu yang dipilih adalah model yang memiliki puncak (T ), variabel dependent, p koefisien determinasi terkoreksi yang variabel independent, atau keduanya terbaik (terbesar). mempunyai distribusi normal atau Dari hasil analisis statistik diperoleh tidak. model regrasi terbaik untuk Waktu − Uji Asumsi Autokorelasi Puncak (T ): (24) p Tujuan dari uji ini adalah untuk T = 0,2857.L-2,7939.L 0,4040.(√S)- p c menguji apakah dalam model waktu 0,6910.L 2,6078.W0,3494 b r puncak (T ) ada korelasi antara p dengan R = 98,1%, R2 = 94,0%, R2’ = kesalahan pengganggu pada periode t 93,7% dan kesalahan standar dari dan periode t-1 (sebelumnya). perkiraan (SE ln T ) = 0,1306 jam. Pada p Dari hasil pengujian ini dapat model ini semua variabel mempunyai dinyatakan bahwa: model regresi T tidak p angka signifikan di bawah 0,05, sehingga terjadi heteroskedastisitas, mempunyai semua variabel dalam model tersebut distribusi data normal, dan tidak terdapat cukup signifikan mempengaruhi besarnya masalah autokorelasi. waktu puncak untuk α = 5%. Pengujian statistika regresi pada 2. Pemodelan Debit Puncak (Qp) model terpilih dalam studi ini dilakukan Model debit puncak dalam HSS dengan 2 uji yaitu : Snyder dirumuskan dengan parameter A − Pengujian Koefisien Determinasi dan tp. Untuk menyesuaikan dengan Tujuan dari uji ini adalah untuk karakteristik DAS di lokasi penelitian, menguji derajat kepercayaan koefisien penulis mengkombinasikan dengan determinasi regresi berganda. Uji yang parameter Ai (luas DAS sebelah hilir), L digunakan adalah uji-F. Dari hasil (panjang sungai utama), dan K (keliling pengujian ini dapat dinyatakan bahwa DAS). Ketiga parameter tersebut diduga terdapat hubungan nyata antara atau berdasarkan penelitian terdahulu variabel yang digunakan dalam dapat membentuk model debit puncak analisis model regresi T . dengan tingkat hubungan yang tinggi. p Dari hasil analisis statistik dan 5. Verifikasi Model prosedur pengujian model regresi seperti Verifikasi model dilakukan untuk yang dilakukan pada pemodelan waktu mengetahui apakah model HSS Snyder puncak (T ), diperoleh model regrasi yang sudah disesuaikan/dikembangkan p terbaik untuk Debit Puncak (Q ): (25) berdasarkan karakteristik DAS pada p Q = 0,0878.(A.A)0,5194.(L.T )- lokasi penelitian layak digunakan atau p i p 0,8327.K0,8300 tidak. Verifikasi model ini dilakukan dengan R = 96,2%, R2 = 92,6%, R2’ = pada DAS Klero, DAS Pekalen dan DAS 90,1% dan kesalahan standar dari Setail. Ketiga DAS ini tidak dipakai perkiraan (SE ln Q ) = 0,2690 m3/detik. dalam pembuatan model regresi. p Dengan menggunakan persamaan 3. Pemodelan Waktu Dasar (T ) b dari model regresi terpilih, komponen Model waktu dasar dalam HSS hidrograf satuan untuk ketiga DAS Snyder dirumuskan dengan parameter T p tersebut dapat ditentukan. Hasil saja. Untuk menyesuaikan dengan perhitungan dan tingkat keandalan model karakteristik DAS di lokasi penelitian, pada tiga DAS tersebut : penulis mengkombinasikan dengan − DAS Klero parameter A (luas DAS), Q (debit p T = 4,95 jam; T = 4,00 jam; p model p terukur puncak), L (panjang sungai utama), dan S dengan ketelitian = 76,17% (kemiringan rata-rata sungai utama). Q = 4,10 m3/detik; Q = 4,21 p model p terukur Keempat parameter tersebut diduga atau m3/detik; dengan ketelitian = 97,43% berdasarkan penelitian terdahulu dapat T = 19,42 jam; T = 25,00 jam; b model b terukur membentuk model waktu dasar dengan dengan ketelitian = 77,70% tingkat hubungan yang tinggi. − DAS Pekalen Dari hasil analisis statistik dan T = 1,83 jam; T = 2,75 jam; p model p terukur prosedur pengujian model regresi seperti dengan ketelitian = 66,47% yang dilakukan pada pemodelan waktu Qp model = 10,65 m3/detik; Qp terukur = 10,60 m3/detik; dengan ketelitian = 99,55% puncak (T ), diperoleh model regrasi p T = 20,17 jam; T = 19,00 jam; terbaik untuk Waktu Dasar (T ): b model b terukur b dengan ketelitian = 93,84% T = 2,7832.A0,3750.Q -0,5699.L0,4364 (26) b p − DAS Setail dengan R = 91,0%, R2 = 82,2%, R2’ = T = 1,59 jam; T = 2,00 jam; 77,1% dan kesalahan standar dari p model p terukur dengan ketelitian = 79,34% perkiraan (SE ln Tb) = ± 0,1411 jam. Q = 8,88 m3/detik; Q = 7,89 p model p terukur m3/detik; dengan ketelitian = 87,51% 4. Kalibrasi Model T = 21,21 jam; T = 17,00 jam; b model b terukur Setelah diperoleh model regresi dengan ketelitian = 75,23% terpilih dari waktu puncak (T ), debit p puncak (Q ), dan waktu dasar (T ) p b PEMBAHASAN tahapan selanjutnya adalah dilakukan kalibrasi model. Tujuan kalibrasi model Faktor-faktor penting yang ini adalah untuk memeriksa ketepatan- menentukan besarnya waktu puncak ketepatan parameter hidrograf satuan untuk model HSS Snyder pada lokasi yang dimodelkan. Dari proses kalibrasi penelitian adalah S, L , dan W. b r yang dilakukan berdasarkan Kriteria Parameter tersebut dikombinasikan NASH (KN), diperoleh nilai ketelitian dengan parameter utama L dan L . c untuk : Keberadaan parameter L dikarenakan − Model waktu puncak (T ), KN = bahwa waktu pengaliran di sungai p 96,90% ditentukan oleh panjang sungai dan − Model debit puncak (Q ), KN = 82,72% kecepatan aliran. Jika aliran di sungai p mengalir dengan kecepatan tertentu maka − Model waktu dasar (T ), KN = 85,44% b sungai yang lebih panjang dalam pencapaian debit puncak (terkumpulnya parameter yang dinyatakan oleh penulis air di stasiun pengukuran) akan lebih maka dihasilkan suatu model regresi lama, untuk sungai yang pendek terbaik untuk perkiraan waktu puncak sebaliknya. Dengan demikian sangat seperti dituliskan dalam persamaan (24). besar pengaruh L terhadap lamanya Persamaan ini dapat juga dinyatakan waktu untuk mencapai debit puncak suatu dalam bentuk: banjir. Parameter khas yang digunakan T = C’ . (L-9,3130 . L 1,3467)0,3 (27) p t c oleh Snyder dalam model hidrografnya dimana: adalah L . Berdasarkan penelitian, C’ = fungsi dari karakteristik DAS (S, c t menurut Hoffmeister dan Weisman pada L , dan W) pada sungai-sungai di b r tahun 1977 (dalam Sri Harto, 1985) lokasi penelitian yang pemakaian parameter L oleh Snyder berpengaruh terhadap akurasi c disebabkan karena bagian hulu suatu pemakaian model waktu puncak DAS dianggap tidak berpengaruh HSS Snyder terhadap terjadinya debit puncak suatu 0,2854×L 2,6078×W0,3494 = b r hidrograf. ( )0,6910 S Pemakaian 2 parameter dari Snyder tidak cukup akurat untuk dimodelkan di Faktor-faktor penting yang lokasi penelitian, sehingga untuk menentukan besarnya debit puncak untuk menyesuaikan model hidrograf tersebut model HSS Snyder pada lokasi penelitian dikombinasikan dengan 3 karakteristik adalah Ai, L, dan K. Parameter tersebut DAS yang diduga berpengaruh terhadap dikombinasikan dengan parameter utama waktu tercapainya debit puncak, yaitu S, A dan Tp. Luas DAS (A) merupakan sifat L , dan W. Pemakaian parameter S DAS yang paling berpengaruh terhadap b r didasarkan atas keterkaitan antara waktu bentuk hidrograf. Hampir setiap peneliti pengaliran dengan kecepatan aliran. memasukkan luas DAS ke dalam Semakin cepat aliran maka waktu persamaan debit puncak hidrograf satuan pengaliran akan semakin singkat. Dengan sintetis yang ditelitinya. Model-model kemiringan dasar saluran yang besar hidrograf yang ada dan dalam (curam) maka aliran akan lebih cepat. penggunaan telah diakui keandalannya Untuk parameter L , penulis mengkaitkan (Nakayasu, US SCS, FSR, Gama I, dan b dengan sumbu panjang DAS dimana lain-lain) pada persamaan Qp selalu turunnya hujan merupakan masukan memuat parameter A dan Tp. Hasil utama dalam proses hidrologi maka analisis statistika menyatakan bahwa 2 parameter panjang DAS (sumbu panjang parameter ini cukup signifikan terhadap elips) yang menurut Melchior terjadinya debit puncak. berpengaruh dalam perhitungan hujan Untuk menyesuaikan model debit rerata DAS dianggap cukup penting puncak hidrograf satuan di lokasi untuk mempengaruhi puncak suatu penelitian, 2 parameter tersebut di atas, banjir. Untuk parameter W, dapat dikombinasikan dengan 3 karakteristik r dinyatakan bahwa proses masuknya DAS yang diduga berpengaruh terhadap limpasan permukaan juga dimungkinkan tercapainya debit puncak, yaitu Ai, L, dan berasal dari arah kiri dan kanan sungai. keliling DAS yang merupakan penentu Parameter W yang merupakan jarak dari faktor bentuk DAS (K). Penentuan r tempuh limpasan langsung akibat hujan parameter Ai didasari dugaan bahwa dari arah melintang sungai dianggap bagian hilir dari DAS yang merupakan cukup berpengaruh terhadap besaran kawasan urban memberikan kontribusi waktu puncak. limpasan yang lebih besar terhadap Dari kombinasi parameter yang tercapainya debit puncak suatu banjir. dikemukakan oleh Snyder dengan 3 Hipotesis ini juga diperkuat oleh

Description:
PENGEMBANGAN MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIS Many Synthetic Unit Hydrograph methods have been developed by hydrologist.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.