PENENTUAN KEDALAMAN DAN POLA GERUSAN AKIBAT ALIRAN SUPERKRITIK DI HILIR PINTU AIR MENGGUNAKAN END SILL DAN BUFFLE BLOCK DENGAN SIMULASI MODEL INTEGRASI NUMERIK Pudyono, Sunik Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedalaman dan pola gerusan hasil simulasi dengan integrasi numerik pada loncatan hidraulik yang melalui pintu sorong (sluice gate) dengan menggunakan 3 jenis model yaitu model apron kosong di hilir pintu, model apron- end sill dan model apron-buffle block (Q = 155, 233, 311, 389, 467 l/det, dengan variasi bukaan pintu a = 6, 9, 12 cm; a = 6 cm dan a = 6, 9, 12 cm; a = 12 1 2 1 2 cm.). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen berupa simulasi integrasi numerik dengan menggunakan program. Analisis menggunakan apron dan end sill serta buffle block hanya dilakukan pada saluran 1 yaitu saluran mendatar dengan pintu sorong. Ada tiga macam variasi model (M1-M3) yaitu apron kosong; apron dan end sill; apron dan buffle block, lima macam variasi debit (Q1-Q5) dan satu macarn kondisi bukaan pintu hilir (K1) yaitu kondisi loncat air di hilir pintu. Macam-macam model yang dipakai adalah M1 = model dengan apron kosong, M2 = model dengan apron dan end sill, M3= model dengan apron dan baffle block. Kondisi loncat air yang digunakan adalah K1 - kondisi loncat air di hilir pintu hulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman gerusan (faktor keamanan pengali untuk ke dua jenis model = 1,5) menggunakan apron-end sill berada dalam range 26 mm – 82 mm (gerusan berkurang sekitar 10%-15% dengan adanya pemasangan end sill) sedangkan kedalaman gerusan menggunakan apron-buffle block berada dalam range 21 mm – 64 mm (gerusan berkurang sekitar 20% - 30% dengan adanya pemasangan buffle block). Pola gerusan pada saat debit pengaliran semakin meningkat bentuknya beragam, bisa terletak dalam satu segmen (satu lokasi) bisa pula terletak berjauhan (tersebar). Ini dapat terjadi karena adanya pengaruh kecepatan aliran, karakteristik aliran (superkritis, kritis dan sub kritis) serta kedalaman aliran (y1,y2,yp,y3). Kata kunci: loncatan hidraulik, karakteristik aliran, kecepatan aliran, kedalaman gerusan, pola gerusan PENDAHULUAN ke bagian hilir depan pintu berupa aliran Bangunan pintu air geser tegak subkritis. Perubahan aliran dari (sluice gate) di jaringan irigasi pada saat superkritis ke subkritis menyebabkan pintu dibuka dapat menimbulkan aliran terjadinya loncatan hidraulik (Raju,1986). superkritik yang saat bertemu dengan Aliran air dengan loncatan hidraulik aliran subkritik dibagian hilir akan terjadi melalui pintu sorong (loncatan hidraulik loncatan air (hydraulic jump). Terjadinya ini terdiri dari beberapa tipe yakni aliran superkritik dan loncat air inilah berombak; lemah; getar; tetap; kuat) yang menjadi pemicu terjadinya gerusan dapat mempengaruhi kondisi di hilir yang dapat mengakibatkan runtuhnya saluran yaitu berupa erosi atau gerusan. bangunan. Air dari hulu yang melewati Oleh karena itu dibutuhkan suatu usaha pintu sorong ketika pintu dibuka dengan untuk melindungi hilir saluran dari bukaan (a) tertentu mempunyai energi gerusan lokal dengan mengusahakan agar yang besar sehingga kecepatan aliran kecepatan di daerah yang erodibel cukup yang melintas akan semakin besar, kecil. Cara yang dapat dilakukan adalah berupa aliran superkritis transisi dengan membuat stilling basin (apron) JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 118 dengan bangunan pemecah energi (end Pintu air merupakan salah satu sill atau baffle block) di hilir pintu air. bangunan air yang dipakai sebagai Sehubungan dengan hal itu juga perlu pengatur masuknya air untuk dibagi atau diketahui hubungan perkembangan untuk mengatur debit. Banyak macam gerusan terhadap waktu, pengaruh dan jenis pintu air dan salah satunya parameter aliran terhadap gerusan lokal adalah pintu sorong (sluice gate). Aliran dan efek bangunan pemecah energi air lewat bawah pintu (underflow) terhadap gerusan lokal. merupakan aliran superkritis yang Berdasar uraian tersebut maka perlu memunyai energi tinggi sehingga ada penelitian tentang kedalaman dan mengakibatkan terjadinya permasalahan panjang gerusan di hilir pintu gerusan di hilir pintu terutama jika menggunakan bangunan pemecah energi. material dasarnya berupa material halus Menggunakan data sekunder dapat dibuat (erodibel). Sewaktu pintu dioperasikan model simulasi kedalaman dan panjang akan terjadi pola aliran di daerah bukaan gerusan dengan integrasi numerik. pintu dimana arus aliran terseut akan berinteraksi dengan material yang ada di TINJAUAN PUSTAKA sekelilingnya. Interaksi arus aliran Gerusan dengan dasar saluran akan menyebabkan Gerusan merupakan suatu proses material di dasar saluran tergerus. alamiah (sering terjadi di sungai atau Apabila di dasar saluran tersebut saluran) akibat pengaruh morfologi bermaterial lunak atau material lepas sungai atau adanya bangunan air maka akan terjadi pola gerusan tertentu (hydraulic structure). Adanya bangunan yang mencerminkan pola gerusan akibat air menyebabkan perubahan karakteristik aliran tersebut. aliran seperti kecepatan atau turbulensi Dalam Chatterje dkk (1994) sehingga menimbulkan perubahan dikatakan tentang mekanisme gerusan di transpor sedimen dan terjadinya gerusan. belakang pintu air. Debit yang mengalir Gerusan didefinisikan sebagai melalui pintu air membentuk suatu pembesaran dari suatu aliran bersama semburan (jet) di atas dasar erodibel. dengan pemindahan material melalui aksi Kecepatan jet yang tinggi menimbulkan gerakan fluida. Gerusan lokal terjadi pada tegangan gesek yang besar melebihi suatu kecepatan aliran, sedimen yang tegangan gesek kritik butiran yang ditranspor lebih besar dari sedimen yang merupakan batas awal gerak butiran dan disuplai. Transpor sedimen bertambah hal ini menyebabkan terbentuknya dengan meningkatnya tegangan geser gerusan lokal di hilir apron. Lubang sedimen, gerusan terjadi ketika gerusan yang terbentuk menyebabkan perubahan kondisi aliran menyebabkan peningkatan kedalaman aliran lokal (pada peningkatan tegangan geser pada dasar. lubang gerusan tersebut) dan berakibat Gerusan lokal (local scouring) tegangan gesek di atas dasar menjadi adalah akibat yang biasa terjadi apabila kurang dan lebih kecil dibandingkan dalam suatu saluran ditempatkan suatu tengangan gesek kritis material dasar penghalang atau penghambat laju aliran sehingga terjadi penurunan material yang sampai terjadi perubahan yang mendadak ternagkut dan akhirnya tercapai tahap pada arah alirannya. Penghambat aliran keseimbnagan dimana gerusan tidak ini dapat berupa bangunan-bangunan air bertambah lagi. Perkembangan serusan yang sengaja dibuat atau akumulasi sangat tergantung waktu. Awalnya sampah maupun sedimen yang gerusan berkembang dengan cepat menumpuk pada alur aliran. kemudian berkurang sampai tecapai tahap keseimbangan. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 119 Dalam Breusers (1991) dikatakan ke subkritik. Kejadian itu, misalnya bahwa bentuk aliran pada lubang gerusan terjadi pada bagian hilir pintu geser tegak di saluran dua dimensi hampir mirip (sluice gate), dan pada bagian hilir dengan lapis turbulen. Arus/olakan air bangunan pelimpah. Lokasi lunak terbentuk dekat dasar pada awal pembentukkan loncat air sangat lubang gerusan dan berakhir pada loikasi dipengaruhi oleh kedalaman air dihilir kedalaman gerusan maksimum, di daerah bangunan pintu air geser, Chow (1985) ini aliran sangat turbulen dan menyatakan bahwa ada tiga kemungkinan menyebabkan transpor material dasar. terbentuknya pola loncat air di daerah Pada lokasi di sebelah hilir kedalaman hilir bangunan pintu air geser. gerusan maksimum, profil kecepatan menurun perlahan kembali ke kondisi Ambang Peredam Energi (End Sill) normal dan turbulensi berkurang. End Sill atau yang sering disebut Vischer dkk (1995) mengatakan dengan ambang peredam energi adalah bahwa pada teknik hidraulik, stilling bangunan terendam di bagiam dasar basin dan baffle apron merupakan contoh saluran yang sering digunakan untuk pemecah energi. Jika partikel air jatuh ke mengatur loncat air dalam kolam olak suatu basin maka akan terjadi peredaman atau kolam peredam energi apabila energi yaitu disipasi energi hidraulik. terdapat penurunan ketinggian air dihilir Stilling basin jarang dirancang sesuai (Rangga Raju, 1981). Bangunan ini panjang loncat air yang terjadi karena sangat berguna untuk memberikan tidak ekonomis (Hoffmans, 1997). Oleh kestabilan baik pada pembentukkan aliran karenanya perlengkapan tambahan seperti permukaan (surface flow) dalam hal ini end sill, baffle apron biasanya dipasang menjaga tinggi muka air, maupun aliran pada stilling basin untuk mengontrol bawah permukaan (submerged flow), loncatan. Tujuan utama pengaturan ini dengan cara meredam aliran superkritis adalah untuk memperpendek awal loncat (supercritical flow) berkecepatan tinggi air dan karenanya mengurangi ukuran di bawah permukaan aliran yang bergerak dan biaya pembuatan stilling basin. dari bawah menuju permukaan searah hilir (Rajaratnam,1995). Persamaan Loncatan Air Ditinjau Dari Lokasi dan momentum dan kontinuitas dapat Posisi Loncatan digunakan untuk memperoleh persamaan Pada umumnya teori mengatakan, yang menentukan gaya loncat air di bahwa loncatan akan terjadi pada saluran bawah pengaruh end sill, dengan persegi panjang horisontal jika mempertimbangkan beberapa hal seperti kedalamaan mula dan kedalaman lanjutan satuan lebar saluran keberadaan end sill. serta bilangan Froude dari segi pendekatan analitik memenuhi persamaan Loncatan Air Dengan Ambang momentum dari hasil analisa suatu Loncat air yang terbentuk disebelah fenomena aliran yang terjadi hilir suatu bangunan pintu air atau (Chow,1985). Subramanya. (1986), bendung pada dasarnya dapat Legono (1990) mengatakan kondisi aliran dikendalikan atau diarahkan dengan suatu bebas dicapai bila aliran di depan pintu bangunan tertentu. Pengendali loncat air adalah subkritik dan di belakang pintu tersebut dapat berbentuk macam-macam, berupa aliran superkritik pada kondisi antara lain dengan pelimpah ambang inilah terjadi loncat air (hydraulics jump). tipis, pelimpah ambang lebar, balok Pada sebagian besar bangunan irigasi, peredam energi (baffle block), suatu sering ditemui fenomena loncat air, pada penurunan atau kenaikan mendadak pada saat terjadi perubahan aliran superkritik lantai saluran, atau membuat pelebaran JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 120 pada ujung apron. Pembuatan ambang di Untuk analisis menggunakan apron akhir kolam olak (end sill) dimaksudkan dan end sill serta buffle block hanya untuk mengendalikan agar loncat air dilakukan pada saluran 1 yaitu saluran terjadi di dalam kolak olak. Forster dan mendatar dengan pintu sorong. Ada tiga Skrinde dalam Chow. V.T,(1959). macam variasi model (M1-M3) yaitu apron kosong; apron dan end sill; apron METODE PENELITIAN dan buffle block, lima macam variasi Rancangan Penelitian debit (Q1-Q5) dan satu macarn kondisi Penelitian ini merupakan penelitian bukaan pintu hilir (K1) yaitu kondisi eksperimen berupa simulasi integrasi loncat air di hilir pintu. Macam-macam numerik dengan program bantu excel model yang dipakai adalah M1 = model pada pintu air menggunakan peredam dengan apron kosong, M2 = model energi (end sill dan buffle block) di hilir dengan apron dan end sill, M3 = model pintu air. Model ditampilkan dalam dengan apron dan baffle block. Kondisi Gambar 1. Model test berupa saluran loncat air yang digunakan adalah K1 - sekunder. Saluran 1 adalah saluran kondisi loncat air di hilir pintu hulu. mendatar dengan pintu sorong (sluice gate), saluran 2 adalah saluran mendatar ANALISIS DAN PEMBAHASAN dengan pintu sorong diatas ambang datar Hasil analisis perhitungan (broad crested weir). Data sekunder kedalaman gerusan dan pola gerusan untuk variasi debit (Q = 155, 233, 311, loncatan hidraulik yang melalui bawah 389, 467 l/det, dengan variasi bukaan pintu sorong (sluice gate) pada saluran pintu a = 6, 9, 12 cm; a = 6 cm dan a = mendatar (saluran 1) dengan tiga jenis 1 2 1 6, 9, 12 cm; a = 12 cm.) model (M1 yaitu apron kosong, loncat air 2 di hilir pintu, variasi debit Q1 – Q5; M2 yaitu apron dan end sill, loncat air di hilir pintu, variasi debit Q1 – Q5; M3 yaitu apron dan buffle block, loncat air di hilir pintu, variasi debit Q1 – Q5) menggunakan data sekunder berupa nilai debit (Q = 155, 233, 311, 389, 467 l/det, dengan variasi bukaan pintu a = 6, 9, 12 1 cm; a = 6 cm dan a = 6, 9, 12 cm; a = 2 1 2 12 cm.). Selengkapnya ditampilkan dalam Gambar 2 s.d Gambar 19 yaitu pola gerusan terhadap panjang loncatan. Dari Gambar 20, kondisi yang terjadi adalah: 1. Pada saat kombinasi bukaan pintu a1 = 6 cm, a2 = 6 cm a. Variasi debit (lima debit) mengalami peningkatan (Q =155,86 – 467,45 l/det); efeknya adalah loncatan hidraulik semakin panjang (Lj = 79,49 – 115,71 cm); Gambar 1. Model Test Saluran Sekunder Dan Pembagian Section Pada Saluran JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 121 Gambar 2. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/6), J1 Gambar 3. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/9), J1 Gambar 4. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/12), J1 Gambar 5. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/6), J1 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 122 Gambar 6. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/9), J1 Gambar 7. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/12), J1 Gambar 8. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/6), J2 Gambar 9. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/9), J2 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 123 Gambar 10. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/12), J2 Gambar 11. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/6), J2 Gambar 12. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/9), J2 Gambar 13. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/12), J2 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 124 Gambar 14. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/6), J3 Gambar 15. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/9), J3 Gambar 16. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (6/12), J3 Gambar 17. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/6), J3 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 125 Gambar 18. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/9), J3 Gambar 19. Grafik Pola Gerusan (hm) Terhadap Panjang Loncatan Hidraulik (12/12), J3 Gambar 20. Kondisi Aliran Sebelum Dipasang End Sill angka Froude menunjukkan aliran Debit, loncatan hidraulik, kecepatan superkritis untuk peningkatan aliran, kedalaman gerusan meningkat debit (Fr = 1,65 – 1,57) karena merupakan kondisi benar dan normal, tidak ada penghalang (end sill dapat terjadi dan terukur pada saat atau buffle block) di hilir pintu kondisi aliran stabil (pembagian debit (free flow); kecepatan aliran aliran saluran 1 dan saluran 2 pada saat meningkat (v = 130,7 – 402,3 tertentu mencapai konstan). Hasil angka cm/detik). Froude menunjukkan aliran superkritis a. kedalaman gerusan meningkat yang berarti bahwa akan selalu terjadi (hm = 30,67 – 94,44 mm, gerusan pada saluran tersebut. menggunakan faktor keamanan 2. Pada saat kombinasi bukaan pintu a1 = 1,5). 6 cm, a2 = 9 cm. b. jarak bukaan pintu ke awal loncat a. Variasi debit (empat debit) air nilainya meningkat (La = 66,7 mengalami peningkatan (Q =253,86 – 91,3 cm). – 517,54 l/det); efeknya adalah loncatan hidraulik bervariasi (Lj =120, 81, 98 dan 103.7 cm); angka JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 126 Froude menunjukkan aliran Variasi loncatan hidraulik, superkritis untuk peningkatan debit kecepatan aliran dan kedalaman gerusan (Fr = 1,61 – 1,43) karena tidak ada terjadi karena masih terjadi adanya penghalang (end sill atau buffle ketidakseimbangan pembagian aliran block) di hilir pintu (free flow); sehingga pengukuran kedalaman aliran kecepatan aliran bervariasi (v = y1, y2, yp dan y3 tidak menunjukkan 323, 267, 302, 345 cm/detik). semakin besar nilai debit akan semakin b. Kedalaman gerusan bervariasi (hm besar nilai kedalaman aliran loncatan = 76, 63, 71, 81 mm menggunakan hidraulik. Hasil angka Froude faktor keamanan 1.5). menunjukkan aliran superkritis yang c. Jarak bukaan pintu ke awal loncat berarti bahwa akan selalu terjadi gerusan air nilainya bervariasi (La = 93, 59, pada saluran. 63, 73 cm). Variasi loncatan hidraulik, 4. Pada saat kombinasi bukaan pintu a1 = kecepatan aliran, jarak bukaan pintu ke 12 cm, a2 = 6 cm. awal loncat air dan kedalaman gerusan a. Variasi debit (lima debit) terjadi karena adanya ketidakseimbangan mengalami peningkatan (Q =65,21 pembagian aliran (pembagian aliran – 295,99 l/det); efeknya adalah belum mencapai konstan/stabil antara loncatan hidraulik bervariasi (Lj = saluran 1 dan saluran 2 pada waktu 71, 97, 80, 89, 99 cm); angka tertentu) sehingga pengukuran kedalaman Froude menunjukkan aliran aliran y1, y2, yp dan y3 tidak superkritis untuk peningkatan debit menunjukkan semakin besar nilai debit (Fr = 1,79-1,54) karena tidak ada akan semakin besar nilai kedalaman penghalang (end sill atau buffle aliran loncatan hidraulik. Hasil angka block) di hilir pintu (free flow); Froude menunjukkan aliran superkritis kecepatan aliran meningkat (v = yang berarti bahwa akan selalu terjadi 145,6 – 403,1 cm/detik). gerusan pada saluran. b. Kedalaman gerusan meningkat (hm = 34,17 – 94,61 mm menggunakan 3. Pada saat kombinasi bukaan pintu a1 faktor keamanan 1.5). = 6 cm, a2 = 12 cm c. Jarak bukaan pintu ke awal loncat a. Variasi debit (empat debit) air nilainya meningkat (La = 58,5 - mengalami peningkatan (Q =127,21 78,8 cm). – 299,92 l/det); efeknya adalah Debit, kecepatan aliran, kedalaman loncatan hidraulik bervariasi (Lj gerusan meningkat merupakan kondisi =95, 91, 80 cm); angka Froude normal, masih terjadi gerusan menunjukkan aliran superkritis ditunjukkan oleh kondisi aliran yang untuk peningkatan debit (Fr = 1,65 superkritis. – 1,34) karena tidak ada penghalang (end sill atau buffle 5. Pada saat kombinasi bukaan pintu a1 block) di hilir pintu (free flow). = 12 cm, a2 = 9 cm. kecepatan aliran bervariasi (v = a. Variasi debit (empat debit) 306, 258, 275, 297 cm/detik). mengalami peningkatan (Q = b. kedalaman gerusan bervariasi (hm 233,76–276,19 l/det); efeknya = 72, 61, 64, 69 mm menggunakan adalah loncatan hidraulik faktor keamanan 1.5). meningkat (Lj = 95,58 – 98,74 cm); c. jarak bukaan pintu ke awal loncat angka Froude menunjukkan aliran air nilainya meningkat (La = 52 - superkritis untuk peningkatan debit 61 cm). (Fr = 1,57-1,52) karena tidak ada JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 – 2013 ISSN 1978 - 5658 127
Description: