PENDIDIKAN ISLAM DALAM GERAKAN INTELEKTUAL TAREKAT NAQSABANDIYAH SUMATERA BARAT DI ABAD XX Zainal Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah IAIN Imam Binjol Padang Korespondensi: Jln. Mahmud Yunus Lubuk Lintah, Padang, Sumatera Barat e-mail:[email protected] Abstract The history of development of Islam in West Sumatera filled with Islamic Education dimension. Several approaches applied by Islamic preachers in West Sumatera are evidences that Islamic Education has been written in the history. The process of Islam development in West Sumatera tends to interact with local social culture and accommodate local tradition and culture emphasizing that educational aspects cannot be separated from history. Consequently, comprehensive understanding upon history is a good step in developing educational quality. Kata kunci: pendidikan islam, sejarah, gerakan intelektual, tarekat PENDAHULUAN Seiring dengan proses Islamisasi, D pengaruh sufistik cukup kuat menyatu ke inamika pemikiran keagamaan dalam tradisi dan budaya masyarakat, dapat dipengaruhi oleh faktor sehingga sulit dihindari penampilan sosial-budaya masyarakat yang wajah Islam yang akomodatif dengan ditempati Islam, atau sebaliknya pemi- tetap menjaga keorisinilan Islam. Bentuk kiran keagamaan juga dapat mem- akomodatif Islam terhadap tradisi dan pengaruhi sosial-budaya masyarakat. budaya lokal, terlihat pada struktur adat Interaksi saling mempengaruhi tersebut dan politik masyarakat, pada konteks ini secara umum mewarnai dimensi gerakan terekpresikan dalam struktur Tiga Raja intelektual yang dianut suatu masya- Minangkabau: Raja Alam, Raja Adat, rakat, sesuai dengan kemampuan mereka dan Raja Ibadat, yang populer dengan menangkap gejala perubahan (Koentjara- sebut Rajo Tiga Selo (Abdullah, 1971: Ningrat, 1964: 137 & Soekanto, 2003: 24). Kondisi ini menggambarkan bahwa 299-308). Faktor tersebut adakalanya semua yang terpaparkan di atas me- muncul dari dalam dan adakalanya mun- ngandung dimensi pendidikan yang cul dari luar. Faktor yang muncul dari dapat dikembangkan lebih luas. dalam lebih disebabkan oleh ideologi Dukungan kekuasaan dan masya- yang dianut berdasarkan pemahaman rakat dalam pengembangan tradisi keagamaan mengitarinya, sedangkan intelektual sangat berpengaruh, sehingga faktor yang muncul dari luar, bisa di- keberlangsungan pewarisan khazanah sebabkan oleh gejala yang berkembang ilmu pengetahuan dapat dipastikan se- telah menjurus pada ancaman terhadap suai dengan interaksi yang terbangun. eksistensi mereka. Corak kekuasaan yang cendrung me- lindungi dan melestarikan tatanan adat, sosial-budaya yang diterapkan dalam 93 94 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012) kehidupan, diarahkan pada penjaminan Turki, Mekkah, Medinah, dan wilayah kekuatan eksistensi kekuasaan raja. lainnya seperti India. Pada masa itu juga Sokongan kekuasaan dan masyarakat banyak karya-karya intelektual Islam tidak dapat dielakkan dari aspek pen- tumbuh dan berkembang di Nusantara. didikan. Begitu juga pemahaman ma- Dukungan kekuasaan yang dikenal syarakat, diupayakan mendukung ke- dengan istilah pragmentasi (Kartanegara, langgengan kepemimpinan yang sedang 2006: 20), cukup menggairahkan dan berkuasa. Menjadi hal yang menarik memberikan perhatian serius terhadap juga di sini adalah sulit membantah wa- keberlangsungan khazanah intelektual cana serta corak intelektual yang ber- Islam Nusantara. Hamzah Fansuri kembang dipengaruhi oleh kehendak contohnya, adalah sosok ulama yang penguasa dan masyarakat. difasilitasi oleh kerajaan untuk me- Maka tulisan ini akan menguraikan ngembangkan keilmuan Islam. Posisi pendidikan Islam dalam sejarah kajian penting pun diserahkan kepada Hamzah gerakan intelektual Islam tradisional Fansuri di bidang penetapan hukum melalui aktivitas kalangan tarekat dalam wilayah kekuasaan raja. Naqsabandiyah dalam membendung Pergantian kekuasaan, tetap saja kekuatan luar seperti gerakan moder- menempatkan peran ulama sebagai pilar nisme yang terkesan memojokkan me- penting dalam pengembangan ilmu pe- reka, sekaligus melihat secara menye- ngetahuan. Contohnya dapat dilihat dari luruh persoalan yang terjadi di sekitar- peralihan kekuasaan kepada Iskandar nya. Muda, sosok Abdul Rauf Singkel me- Penting disampaikan di sini alasan nempati posisi penting dalam struktur memilih tarekat Naqsabandiyah sebagai kerajaan. Begitu juga dengan ulama fokus dalam kajian dikarenakan tarekat lainnya, cukup mendapat perlakuan yang Naqsabandiyah yang banyak meng- sama dalam pengembangan ilmu penge- hadapi langsung dialog panjang dalam tahuan Islam. Berbagai karya pun mun- pergumulan pemikiran dengan kalangan cul dari kalam ulama di atas. Ulama pembaharu atau dikenal dengan istilah yang tampil adalah Hamzah al-Fansuri, modernis, sekaligus menggambarkan Shamsuddin al-Sumatrani dianggap ke- proses pendidikan Islam yang memuat lompok dengan corak pemikiran Wahdat beragam dimensi. Puncak gerakan me- al-Wujud, dan Nurruddin al-Raniri, reka melahirkan organisasi yang diberi Abdul Rauf al-Sinkili kelompok yang nama Persatuan Tarbiyah Islamiyah dianggap mengkombinasikan antara (Perti) untuk menaungi gerakan kalang- tasawuf dengan shari’ah (Azra, 2007: an tradisional, yang bergerak dalam 337). bidang pendidikan, sosial dan budaya Buah karya tokoh abad ke-16 dan (Koto, 1997: 31). ke-17 di atas seperti Hidāyāt al-ḥabīb fi- al-targhīb wa-al-tarhīb karangan Nuruddin al-Raniri (disebut juga al- POTRET SEJARAH INTELEK- Fawā’id al-bahīyah ‘an al-aḥādīth al- TUAL ISLAM NUSANTARA: DI- nabawīyah), berisi 831 hadis; Sharḥ laṭīf MENSI PENDIDIKAN ‘alá arba‘īn ḥadīthan lil Imām al- Kejayaan intelektual Islam Nusan- Nawāwī karangan Abdurrauf ibn Ali al- tara mencapai masa keemasan mulai Jawi al-Fansuri; terjemahan Melayu dari abad ke-16. Muslim Nusantara saat itu kitab Sharḥ Arba‘īn karangan Sa‘d al- memiliki jaringan keilmuan, perdagang- Dīn Mas‘ūd ibn ‘Umar al-Taftajānī. al- Mawā‘iz al-badī‘ah (kitab hadis atau an, dan kontak budaya dengan berbagai akhlaq?); Tanbīh al-ghāfilīn karya wilayah Timur Tengah seperti Persia, Abdullah bin Lebai Abdul Mubin Pauh Zainal, Pendidikan Islam dalam Gerakan Intelektual… 95 Bok al-Fatani (ditulis 1770). terjemahan untuk diajarkan ketika mereka telah kitab dengan judul yang sama karangan selesai menamatkan pelajaran, atau ada Abū Layth al-Samarqandī. Farā’id pesanan dari daerah lain untuk dibuatkan fawā’id al-fikr fil imām al-mahdī karya ilmu-ilmu tertentu. Begitu juga (selesai ditulis pada 1215 H/1800) karya untuk kepustakaan pribadi sipenulis sen- Dawud bin Abdullah al-Fatani (lahir diri. Artinya, mereka sangat produktif 1718). terjemahan Melayu dari kitab dalam melahirkan karya keilmuan Islam berbahasa Arab dengan judul yang sama yang dapat diwarisi oleh generasi be- karangan Shaykh Mirghāni ibn Yūsuf, rikutnya. adalah sebagai bukti sejarah Perkembangan berikutnya yaitu di perkembangan sosial intelektual Islam di penghujung abad ke-19 dan memasuki Nusantara (Madjid. 1977: 44-45, Fauzi, awal abad ke-20, kepulangan tiga orang 1993: 32, dan Rozak, 2005: 11). Hasil haji Minangkabau seperti H. Miskin, H. temuan Oman saat berkunjung ke Sumanik, dan H. Piobang dari Mekah Mindanou Fhiliphina pada beberapa memberikan bentuk lain dalam gerakan waktu lalu, cukup memberi argumen intelektual (Steenbrink, 1984: 36 & ternyata Muslim kawasan Asia Tenggara Daya, 1990: 37). Mereka tampil mem- banyak memiliki hubungan sejarah berikan pencerahan pemikiran keagama- intelektual dengan Muslim Nusantara an mengikuti model gerakan pemikiran melalui kitab-kitab klasik yang mereka Wahabi di Haramayn. Variasi intelektual miliki (hasil observasi Oman, 2012). Itu yang disebarkan kelompok ini cukup pun adalah hasil karya intelektual Islam mengejutkan kalangan pemuka dan Nusantara yang perlu di apresiasi. pengikut tarekat yang disebut dalam Memasuki abad ke-20, aktivitas kajian ini adalah kelompok Islam tra- produksi intelektual Islam Nusantara disional. masih berlanjut dengan nuansa berbeda Tiga nama Haji di atas tercatat dari abad sebelumnya. Coraknya ber- sebagai cikal bakal penggagas gerakan kembang menjadi dua model, meng- pembaharu dalam Islam di Sumatera gunakan istilah Deliar Noer yaitu model Barat secara khusus dan Indonesia secara modernis diindikasikan sebagai kelom- umum. Kemudian lahir tokoh seperti pok pembaharu dan model tradisionalis Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang dianggap sebagai kelompok tradisi yang ditunjuk sebagai Imam Mesjidil Haram melestarikan model keilmuan yang sekaligus sebagai guru dan tokoh seperti sudah ada (Noer, 1982: 37). Seperti yang Taher Jalaluddin yang keduanya di- tercatat dalam sejarah bahwa penggagas anggap sebagai penerus gagasan pem- modernis atau dalam istilah Harun baharu yang telah dicetuskan oleh tiga Nasution disebut pembaharuan adalah haji di atas. Kedua orang tersebut ber- berawal di Sumatera Barat. hasil mencurahkan pemikiran-pemikiran Perlu diketahui juga, sosok Shaikh modernis mereka kepada tokoh-tokoh Burhanuddin lulusan dari perguruan agresif seperti Abdul Karim Amrullah, Shaikh Abdul Rauf Singkil tergolong Abdullah Ahmad, Muhammad Djamil tokoh yang berhasil mengembangkan Jambek dari Sumatera Barat, dan Ahmad ilmu keislaman melalui lembaga surau Dahlan dari Jawa. Atas prakarsa mereka, yang ia bangun di Minangkabau (Samad, muncul suatu gerakan yang menentang 2003: 35). Putra kelahiran Minangkabau praktek tarekat. Pada hal menurut ini, melakukan gerakan progresif dalam Hamka gerakan dan praktek tarekat telah rangka pengembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sebelum perang keislaman. Muridnya juga menulis karya Paderi meletus, bahkan corak Islam dalam berbagai keperluan, di antaranya berkembang di Sumatera Barat telah 96 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012) mengikuti ajaran tarekat (Hamka, 1985: sebar di Asia Tenggara, artinya menjadi 167). kata bersama dalam kontek ini. Memang Menarik di sini adalah pergumulan secara linguistik, kata surau berarti pemikiran keagamaan antara kedua “tempat“ atau “tempat ibadah“ yang kelompok tersebut meninggalkan banyak populer di Minangkabau, Tanah Batak, khazanah intelektual Islam, baik dari Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, kalangan Islam tradisional maupun dari Semenanjung Malaya dan Patani kalangan Islam modernis. Pendirian (Thailand Selatan) (Azra, 2003: 47). Sumatera Thawalib di berbagai daerah Dalam hal ini, fungsi surau dimamfaat dan penerbitan beberapa Majalah seperti untuk penguatan keyakinan kepada Al-Munir, Al-Manar, dan lain-lain dari leluhur. kalangan modernis (Ramayulis. 2011: Dengan kehadiran Islam, surau 308), sementara pendirian Madrasah semula yang difungsikan untuk memuja Tarbiyah Islamiyah di beberapa wilayah leluhur atau berhala ketika pengaruh serta menghasilkan beberapa karya tulis agama Hindu mewarnai masyarakat seperti penerbit jurnal dan majalah Al- Minangkabau, juga mengalami proses Mizan, Suarti, Inshaaf, dan lain-lain dari Islamisasi. Pengaruh Islam secara parsial kalangan Islam tradisional (Yunus, 1996: terserap ke dalam struktur adat dan 99), cukup membuktikan kepada kita politik yang ada. Hal ini terekspresikan betapa produktifnya mereka dalam pe- dalam struktur Tiga Raja Minangkabau: ngembangan intelektual Islam. Pada Raja Alam, Raja Adat, dan Raja Ibadat. dasarnya dinamika pemikiran tersebut Semuanya disebut dengan Rajo Tigo menunjukkan keberagaman umat dalam Selo. Pada tingkat nagari, fungsi-fungsi mengembangkan intelektual Islam. keagamaan tercakup dalam hirarki adat. Misalnya, malin, salah satu dari empat fungsionaris adat, mewakili aspek ke- PENDIDIKAN DI SURAU: PUSAT agamaan dari unsur-unsur adat dalam SOSIAL-INTELEKTUAL ISLAM DI kesempatan seperti pernikahan, percerai- SUMATERA BARAT an, dan lain-lain. Tetapi otoritas malin tampaknya lebih berasal dari jabatan Pusat Sosial warisan ketika capaian pengetahuan Surau menurut Azra menduduki agama; berbeda dengan tuanku, yang tempat penting dalam struktur sosial memperoleh otoritas bukan dengan me- keagamaan masyarakat Minangkabau. warisi jabatan sesuai dengan adat, me- Yang membedakan surau dengan lainkan dengan pengajaran Islam. langgar di Jawa adalah dilihat dalam hal Abad ke-16 merupakan priode fungsinya (Azra, 2003: 7). Surau dalam yang sangat penting dalam sejarah perjalanan sejarahnya merupakan waris- Minangkabau, karena abad ini mencakup an kebudayaan lokal Minangkabau yang awal institusionalisasi Islam dalam digunakan untuk pelengkap kepentingan struktur sosial Minangkabau. Menjelang adat dan agama di samping rumah ga- akhir abad ke-17, proses Islamisasi dang. Di sana dilangsungkan pertemuan berkembang dengan cepat, dan Islam suku atau indu di bawah komando telah menegakkan jejak kakinya yang seorang datuak atau kepala suku kokoh sepanjang pesisir Sumatera Barat (Gazalba, 1983: 291). Tentu saja aspek (Dobbin, 1972: 5). Bersamaan dengan pendidikan dapat berlangsung dalam itu, struktur sosial masyarakat ikut menata susku dan indu dalam kehidupan terislamisasikan dengan meresapnya bermasyarakat. Islam dalam kehidupan masyarakat, atau Surau dalam istilah Melayu-Indo- minimal struktur sosial yang ada nesia kata Azra sering dibaca singkat diwarnai dengan spirit Islam. Sejumlah suro, merupakan kosa kata umum ter- surau yang memiliki puncak atau Zainal, Pendidikan Islam dalam Gerakan Intelektual… 97 gonjong yang mencerminkan simbol- praktek tarekat di tengah kehidupan simbol adat, maka adaptasi simbol- beragama msyarakat, di samping pen- simbol adat pra-Islam merupakan suatu dalaman keilmuan Islaman lainnya. pengakuan Islam terhadap lingkungan Menjadi pengikut tarekat adalah pilihan dan budaya lokal yang masih hidup. primadona dalam menjalankan kehidup- Menjalankan fungsi sosialnya, an beragama(Azra, 1996: xiv-xv). semula surau awal Islam Minangkabau Tiap surau dekat hubunganya de- dominan diperuntukkan bagi penduduk ngan prestise seorang; keharuman nama- dari satu paruik atau suku, kemudian nya berkat keistimewaan yang dimiliki- meluas menjadi tempat perlindungan nya merupakan daya tarik tersendiri bagi bagi para pedagang, dan sebagainya murid-murid terhadap perguruannya. untuk menghabiskan waktu malam Beberapa ulama berhasil menurunkan mereka ketika melewati desa. Ada aura (kharisma) mereka kepada murid- banyak kesempatan bagi kaum muda murid yang disayangi, tetapi surau laki-laki Minangkabau di surau untuk biasanya sering menurun kepopuleran- mendengarkan cerita-cerita mengenai nya bila gurunya meninggal dunia dan kehidupan di luar desa, yakni daerah baik karena memang tidak ada pengganti rantau. Mereka biasanya menjadi daya yang menyamai keahlian pendahuluan- tarik tersendiri bagi kaum muda untuk nya, maupun karena sama sekali tak ada menimba dan mengorek pengalaman yang menggantikan dirinya (Graves, sebagai jalan menuju kesuksesan. 2007: 45). Kegiatan belajar seni bela diri seperti silat, dan belajar bersilat lidah PRODUKTIFITAS TAREKAT NAQ- atau berdiplomasi, menjadi suguhan SABANDIYAH DALAM PENGEM- wajib bagi kaum muda setelah mereka BANGAN INTELEKTUAL melangsungkan aktivitas belajar agama. Sekilas tentang Tarekat Naqsa- Pusat Intelektual bandiyah Surau tercatat dalam sejarah telah Tokoh awal pencetus tarekat ini menjalankan peran penting dalam per- adalah Shaikh Bahauddin Ibn Muham- kembangan ilmu pengetahuan Islam mad al-Naqsaband (w.1388M) dari semenjak Islam tumbuh dan berkembang di Minangkabau. Tradisi keilmuan Islam Qasar ‘Arifan di Bukhara, Asia Tengah, satu kampung dengan Imam Bukhari. yang paling digemari adalah kajian Tarekat ini berkembang subur di tentang tasawuf, sehingga banyak di- kawasan Asia Tengah, Turkistan, Kazan, temukan penekanan materi tingkat Turki, Cina dan Indonesia (Dasuki, lanjutnya sampai pada pembahasan 1994: 10). tasawuf, melalui ikatan organisasi ta- Tarekat Naqsabandiyah kemudian rekat. Murid-murid yang telah melewati berkembang luas di Indonesia dinisbah- tingkat dasar dalam mempelajari ilmu kan pada nama pendirinya. Pertama, keislaman, secara perlahan disiapkan Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah yang sebagai kader utama dalam mewarisi bersumber dari Syeikh Ismail Al-Khalidi silsilah keilmuan tarekat. Simabur batusangkar. Kedua, Tarekat Kedekatan hubungan tarekat de- Naqsabandiyah Muzhariyah, yang di- ngan surau seperti aur dengan tebing, nisnahkan kepada Syeikh Muhammad maksudnya tidak ada surau yang Shalih Al-Zawawi. Ketiga, Tarekat terbebas dari pengaruh pengembangan Naqsabandiyah Qadiriyah, nama ini tarekat. Dapat dikatakan bahwa surau adalah tempat pengajaran ritual dan dikaitkan dengan nama “wali” Abd Al- 98 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012) Qadir Al-Jilani. Dari tiga corak Naqsa- Sewaktu berjalan, sang murid haruslan bandiyah yang dan berkembang di menjaga langkah-langkahnya. Ketiga, Nusantara, hanya dua corak yaitu tarekat Safar dan Watan: “Melakukan per- Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dan jalanan di tanah kelahirannya”. Me- Naqsabandiyah Khalidiyah. lakukan perjalanan maksudnya, yaitu Sementara tarekat Naqsabandiyah meninggalkan segala bentuk ketidak Sumatera Barat dikomandoi oleh Shaikh sempurnaannya sebagai manusia, me- Ismail Simabur, ia langsung mengambil nuju kesadaran akan hakikatnya sebagai silsilah ke Mekah yaitu dari Shaikh Abd makhluk. Keempat, Khalwat dar Allah. Tarekat ini di Sumatera Barat anjuman: “Sepi di tengah keramaian”. berpusat di Cangkiang Agam Menyibukkan diri dengan terus menerus (Bruinessen, 1998: 100). membaca zikir tanpa memperhatikan Dipandang ajaran dasar tarekat hal-hal lainnya saat berada di tengah Naqsabandiyah pada umumnya mengacu keramaian. Kelima, Yad kard: “Ingat, kepada empat aspek pokok yaitu; menyebut”. Terus menerus mengulangi syari’at, thariqat, hakikat dan ma’rifat. nama Allah, Zikir tauhid dan zikir Akan tetapi bagaimana ulama Naqsa- lainnya. Keenam, Bazgasy: “Kembali, bandiyah menjelaskan ada perbedaan memperbarui”. Demi mengendalikan mendasar dengan ulama Syathariyah. hati supaya tidak condong kepada hal- Ajaran dasar tarekat ini terdapat dalam 8 hal yang menyimpang. Ketujuh, Nigah (delapan) prinsip utamanya dan 3 (tiga) dasyt: “Waspada”. Yaitu menjaga pikir- tambahan, jadi dikenal dengan 11 an dan perasaan terus menerus sewaktu (sebelas) asas pokok dari Naqsa- melakukan zikir tauhid, untuk mencegah bandiyah. Antara satu silsilah dengan pikiran dan perasaan tidak menyimpang silsilah lainnya terdapat perbedaan dari kesadaran yang tetap akan Tuhan. kaifiyah (tata caranya) sesuai dengan Kedelapan, Yad dasyt: ”Menginga kem- pengalaman masing-masing guru me- bali”. Penglihatan yang diberkahi: secara reka. langsung menangkap zat Allah yang Seperti diketahui tarekat Naqsa- berbeda dari sifat-sifat dan nama-nama- bandiyah mengenal sebelas asas tariqah. Nya. Dan yang dua lagi adalah hasil Delapan dari asas itu dirumuskan oleh kreasi Bahauddin Naqs}abandi, yaitu: Abd Khaliq Ghujdawani, sedangkan kesembilan, Waquf-I zamani: “Meme- sisanya adalah penambahan oleh oleh riksa penggunaan waktu seseorang”. Bahauddin Naqsabandi. Asas-asas ini Mengamati secara teratur bagaimana disebutkan satu persatu dalam banyak seseorang menghabiskan waktunya, dan risalah, termasuk dalam dua kitab pe- kesepuluh: “Menjaga hati tetap ter- gangan utama para penganut Khalidiyah, kontrol”. Dengan membayangkan hati Jami’ Al-Ushul fi Al-Auliya’. Kitab seseorang berada di hadirat Allah karya Ahmad Dhiya’ al-Din (Shaghir, 1991: 143 & Shalihin, 2005: Gumusykhanawi itu dibawa pulang dari 80). Mekkah oleh tidak sedikit jama’ah haji Indonesia pada akhir abad kesembilan Aktivitas Intelektual Tarekat Naq- belas dan abad awal kedua puluh. sabandiyah Asas-asasnya Abd Al-Khaliq Sebagaimana yang dipaparkan di adalah, pertama, Hush dar dam: “Sadar atas, bahwa gerakan intelektual tarekat saat bernafas. Ini adalah suatu latihan Naqsabandiyah dapat diketahui melalui konsentrasi sufi dalam menarik nafas, lembaga yang mereka bangun serta menghembuskan nafas, dan ketika ber- media yang mereka terbitkan. Organisasi henti sebentar di antara keduanya yang Persatuan Tarbiyah Islamiyah tempat harus dilakukan dengan sadar. Kedua, pengikut tarekat Naqsabandiyah ber- Nazar bar qalam: “Menjaga langkah. naung, mampu memainkan peran dalam Zainal, Pendidikan Islam dalam Gerakan Intelektual… 99 menangkal segala bentuk pelemahan Shaikh Muhammad Jamil (Jaho), Shaikh terhadap tradisi intelektual yang mereka Abdul Wahid (Tabek Gadang), Shaikh punyai. Dalam pembahasan ini, kita akan Arshad (Batu Hampar), dan lain-lain mengemukakan aktivitas intelektual belajar langsung ke Mekkah untuk tarekat Naqsabandiyah. Memang dalam mendalami keilmuan Islam (Yunus, catatan sejarah, selain tarekat Naqsa- 1996: 97). Harus diketahui juga, me- bandiyah, tarekat Shatariyah dan Sama- mang tidak menjadi alasan tunggal niyah sudah eksis di Sumatera Barat, mengklaim, bahwa seluruh mereka yang hanya saja tarekat Samaniyah redup belajar langsung ke Mekah sudah di- dalam perjalananya dari segi pengikut, anggap mapan keilmuannya, tetapi pada sehingga kiprah dan perkembangannya kenyataanya, mereka yang selesai belajar luput dalam lintas sejarah. Berbeda di Mekah terbukti berhasil memiliki halnya dengan tarekat Shatariyah dan keunggulan. tarekat Naqsabandiyah, kedua tarekat ini Menitik beratkan pada ilmu keislaman memiliki pengikut yang banyak, se- hingga yang berkembang hingga se- Andil Islam terhadap ilmu begitu karang (Schrieke, 1973: 25). Bentuk besar, sekadar diketahui bahwa awal aktivitas intelektual tarekat Naqsa- kemunculan Islam hanya tujuh belas bandiyah adalah sebagai berikut: orang suku bangsa Quraisy yang pandai baca-tulis. Dalam waktu yang tidak Membangun jaring keilmuan dengan lama, keadaan demikian berubah cepat, Kota Haramayn yang dipertanyakan kenapa bisa terjadi Menjadi keunggulan tarekat seperti itu. Ternyata ini didorong oleh Naqsabandiyah di Sumatera Barat di- spirit Islam mendorong pemeluknya banding dengan tarekat Shatariyah ada- senantiasa berfikir serta memunculkan lah dari jaringan keilmuan. Tarekat pertanyaan kenapa dan diupayakan me- Naqsabandiyah memiliki hubungan nemukan jawabannya melalui metode keilmuan langsung ke Haramayn, se- ilmiah seperti emperik-induktif dan mentara tarekat Shatariyah hanya percobaan untuk membuka rahasia- memiliki silsilah keilmuan dengan tokoh rahasia alam semesta. Kiranya ini juga lokal. Pengaruhnya terlihat dari pe- yang perintis modernisasi Eropa dan lafazan bahasa Arab, tarekat Naqsa- Amerika (Poeradisastra, 2008: 95). Per- bandiyah yang terhubung langsung kembangan ilmu menjadi lebih sis- pembelajaran mereka dengan ulama- tematis dan memiliki ruang lingkup yang ulama Mekah dan Medinah mempunyai luas, seperti yang digelorakan oleh keunggulan kepasihan bahasa Arab, khalifah Bani Umayyah dan Abbasiah. sementara tokoh tarekat Shatariyah Ilmu yang dikembangkan adalah tafsir hanya terhubung dengan ulama lokal, Al-Qur’an, Hadis, Ushuluddin, fiqh tertinggal dari kefasihan. Hal ini juga tarikh, dan ilmu bahasa (nahwu, sharaf, menjadi pertimbangan khusus bagi balaghah, pribahasa, dan amtsal). masyarakat untuk bergabung menjadi Lalu bagaimana dengan tarekat pengikut tarekat Naqsabandiyah, semen- Naqsabandiyah yang menjadi fokus tara itu tarekat Shatariyah yang berpusat kajian ini, dalam beberapa literatur yang di Ulakan Pariaman, kehilangan momen- ada, ditemukan penekanan ilmu yang tum dalam pengembangan ajaran dan mereka lakukan adalah pada kajian yang prinsip keagamaan mereka. berhubungan agama. Sesuai dengan pen- Tokoh tarekat Naqsabandiyah se- dekatan yang arahkan tarekat Naqsa- perti Shaikh Mungka (Lima Puluh Kota), bandiyah yaitu mengkombinasikan Shaikh Sulaiman Rasuli (Canduang), shari’ah dengan sufi, penguasaan ke- 100 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012) ilmuan yang disebutkan di atas me- dalam waktu yang relatif singkat dapat rupakan prasyarat awal dalam beragama. diterima hampir secara universal Pada penjelasan ini, amat penting (Madjid, 1977: 44). Penyelidikan para dikemukakan keilmuan yang dikem- peneliti menyebutkan, pendekatan kultur bangkan oleh kalangan tarekat, terkhusus merupakan faktor dominan mem- Naqsabandiyah. Pertama tentang per- pengaruhi proses Islamisasi Nusantara soalan penetapan awal dan akhir dan Minangkabau khusunya. Ramadhan, seperti yang dikemukakan Gerakan menjadikan budaya lokal oleh Schrieke bahwa sering terjadi sebagai media penyampaian pesan Islam, pertentangan antara kelompok tarekat adalah metode yang diterapkan kalangan Naqsabandiyah dengan tarekat Shatari- sufi. Penyerapan tradisi lokal dilakukan yah di PadangPanjang dalam hal pe- dengan cara mewarnainya dengan netapan awal dan akhir Ramadhan prinsip Islam. Pertemuan tradisi lokal (Hamka, 1987: xv). Di mana kalangan dengan tradisi global memberi warna tarekat Naqsabandiyah termasuk ke- Islam lebih dinamis dan beragama, lompok yang cepat memulai puasa dan sekaligus menggambarkan Islam dapat hari raya Idul Fitri-nya. Kedua menolak subur dan tumbuh di mana pun ia ajaran wahdatul wujud yang di- berada. Pada tataran ini tradisilah yang kembangkan oleh kalangan tarekat memberi identitas serta rasa keterkaitan Shat}ariyah dalam kitab al-Tuhfah al- dengan sesuatu yang dianggap lebih Mursalah ila Ruh al-Nabi karangan awal (Abdullah, 1989: 61). Dalam kajian Burhanpuri. Secara umum perdebatan ini, integrasi adat dengan Islam ter- demikian berkisar pada doktrin-doktrin cermin dalam falsafah hidup masyarakat, tasawuf dan persoalan shariat. “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Secara umum kelimuan demikian Kitabullah” yang masih berlaku hingga terjalin melalui tradisi penulisan, pe- sekarang. Artinya nilai-nilai adat yang nyalinan, dan persebaran naskah-naskah tidak bertentangan dengan nilai Islam keagamaan di dunia Islam. Dapat diduga terus diberlakukan, tetapi sebaliknya keberadaan naskah-naskah tersebut me- yang tidak seiring dengan prinsip Islam menuhi kepentingan transmisi penge- akan ditinggalkan dalam system ke- tahuan keislaman yang berlangsung di hidupan masyarakat. surau-surau. Kebanyakan naskah-naskah Mengamati peleburan Islam ke tersebut memuat kajian tentang tasawuf dalam tatanan sosial-budaya masyarakat dan ajaran-ajaran ritualnya. Hal ini menurut Taufik Abdullah adalah asi- membuktikan bahwa tradisi keilmuan milasi ajaran Islam ke dalam adat yang berkembang lebih dipengaruhi oleh Minangkabau sebagai pola prilaku ideal. corak sosial-budaya yang dianut masya- Di mana adat direkodifikasi, dan posisi rakat, sehingga dapat dipastikan ma- agama sebagai sistem keyakinan di- yoritas masyarakat adalah penganut dan perkuat (Abdullah, 1987: 119). Sehingga pengikut tarekat. dalam perumusan baru ini doktrin agama diidentifikasi lebih jelas sebagai satu- Berintegrasi dengan budaya lokal satunya standar dasar prilaku. Dalam Data sejarah telah menginformasi- kehidupan sehari-hari, peraturan adat kan, bahwa corak Islam yang ber- harus merupakan manifestasi peren- kembang subur di Sumatera Barat adalah canaan agama. Kemudian Hamka me- Islam sufi. Pendekatan demikian di- miliki pandangan bahwa agama yang anggap memiliki keunggulan dalam berdimensi tarekat dalam kontek ini penyebaran Islam di Nusantara pada toleran terhadap adat. (Hamka, 1982: umumnya, sehingga muncul keheranan 76). dari Marshal G.S. Hodgson seorang Corak pergaulan masyarakat di pengkaji Islam terkenal, kenapa Islam Sumatera Barat telah memiliki falsafah Zainal, Pendidikan Islam dalam Gerakan Intelektual… 101 hidup yang teratur sejak dahulunya atas sebagai suatu norma yang mengikat, pengaruh Islam. Berhubungan dengan dapat pula naik menjadi adat yang itu, ada empat jenis keharmonisan yang sebenarnya adat. Umpamanya kata pe- mesti diperhatikan yaitu, harmonis de- patah: “Yang tua dimuliakan, yang kecil ngan diri sendiri, harmonis dengan dikasihi”, sudah menjadi suatu yang sesama manusia, harmonis dengan alam bersifat universal; begitu pula adat yang nyata dan harmonis dengan yang gotong royong yang berlaku pada orang ghaib. Pelaksanaan empat unsur tersebut Timur. banyak dipengaruhi oleh perimbangan Keempat tingkat adat itu dalam manusia yaitu: pikiran, rasa, dan ke- penggunaan sehari-hari dikelompokkan yakinan yang telah diwarnai spirit Islam. menjadi dua kelompok yaitu: adat, yang Dalam hubungan kekarabatan, tersimpul di dalamnya adat yang sebenar mereka saling kunjung mengunjungi adat, dan adat yang diadatkan. Kedua: baik acara pesta maupun acara ke- istiadat, tersimpul di dalamnya adat yang malangan. Hal ini terdapat dalam pe- teradat dan adat istiadat dalam arti yang patah Minangkabau “kaba baiek ba- sempit. Keseluruhannya menyimpulkan himbauan, kaba buruak bahambauan” kata “adat istiadat minangkabau”. Dalam (kabar baik diberitakan, kabar buruk hubungannya dengan pengertian adat sama dimaklumi). Begitu pula hubungan dan hukum adat, walaupun keduanya perkawinan selain terikat hubungan sangat tipis perbedaannya, dua kelompok suami dan istri antara seorang laki-laki pertama yang disebut adat, mempunyai dengan perempuan juga terjalin hu- daya mengikat dan dijalankan oleh bungan kekerabatan antara keluarga badan yang mempunyai kekuasaan kedua belah pihak seperti “mamak dalam masyarakat, dapat disebut hukum rumah, rang sumado, ipar bisan” dan adat; sedangkan kelompok kedua yang sebagainya. Hubungan kekerabatan se- banyak bersifat tuntunan tingkah laku perti ini di Sumatera Barat masih di- baik, tidak dapat disebut hokum junjung tinggi sampai sekarang. (Syarifuddin, 1984: 143-146). Menurut sifat dasar dari adat budaya yang dipakai oleh orang Minang- PROSPEK INTELEKTUAL TARE- kabau terdapat empat tingkatan adat KAT NAQSABANDIYAH DI ERA yaitu: adat yang sebenar adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat dan adat KONTEMPORER istiadat. Kontinuitas Gerakan Intelektual Keempat macam adat yang di- sebutkan di atas berbeda dalam ke- Naqsabandiyah kuatannya, karena berbeda kekuatan Di tengah melihat keberlang- sumber dan luas pemakaiannya. Yang sungan gerakan intelektual tarekat paling rendah adalah adat istiadat. Adat Naqsabandiyah, tentu saja tidak dapat istiadat ini dapat naik ke tingkat adat diabaikan pengaruh ideology yang me- yang teradat bila mana telah dibiasakan resap dalam pemahaman keagamaan secara luas serta tidak menyalahi kaidah mereka. Gerakan intelektual tarekat pokok yang disepakati. Begitu pula adat Naqsabandiyah di Sumatera Barat pada yang teradat dapat menjadi adat yang umumnya berpusat di surau, dan di diadatkan, bila kebiasaan itu sudah Madrasah Tarbiyah Islamiyah, cukup merata di seluruh negeri dan telah dipengaruhi oleh ideologi keagamaan disepakati kebaikannya oleh orang Ahlussunah Wal Jama’ah. Pada awal banyak. Bila telah diyakini kebenaranya Islam Minangkabau hingga akhir abad dan telah diterima oleh masyarakat ke-20 pusat intelektual Islam seperti 102 Ta’dib, Volume 15, No. 1 (Juni 2012) surau telah menampilkan peran ter- diyah, terdapat beberapa faktor peng- besarnya dalam melahirkan kader-kader hambat gerakan dan perkembangan intelektual yang mampu berbicara mulai intelektualnya, di antaranya adalah se- nasional hingga internasional, tetapi bagai berikut: Pertama, faktor yang ketika arus perubahan sosial datang dianggap sebagai penghambatan dalam mencengkramkan kuku di Nusantara, perkembangan pemikiran dan keilmuan semuanya berpengaruh secara dratis di kalangan tarekat Naqsabandiyah se- terhadap pandangan hidup serta para- cara internal adalah oreantasi pemikiran digma keagamaan. Kemudian mening- keilmuan yang mereka usung dominan katnya ketertarikan orang Minangkabau bersifat normatif, teoritis dan banyak pada pendidikan sekuler bertepatan membicarakan hal-hal yang menyangkut dengan kemajuan ilmu pengetahuan di das sollen (apa yang seharusnya terjadi), bidang sain dan teknologi, secara tidak kurang diimbangi dengan kajian ter- langsung dapat mengalihkan minat hadap persoalan-persoalan emperik atau masyarakat pada yang mutakhir (Azra, isu-isu aktual yang berkembang di 2003: 120). Namun demikian, dengan masyarakat lokal, nasional, global (das segala daya dan energy yang tersisa sein), sehingga tarekat Naqsabandiyah tarekat Naqsabandiyah bersama dengan terkesan kurang menjawab kebutuhan gerbong tradisionalnya tetap saja kon- riil masyarakat. Upaya menjembatani sisten mengusung formulasi intelektual tuntutan masyarakat dengan penekanan yang telah mereka terapkan. Dapat masalah yang difokuskan kurang sejalan, diprediksi bentuk keberlangsungan ge- dapat dipastikan ada kesan agama tidak rakan intelektual yang diusung. Surau menyelesaikan persolan umat. Tentu saja yang semula menjadi handalan mulai hal ini tidak muncul dengan sendirinya kehilangan momentum, sehingga me- tanpa dipengaruhi oleh prinsip ke- munculkan sikap miris dari seorang A.A agamaan tarekat Naqsabandiyah. Seperti Navis dalam sebuah sastranya dengan diketahui, tarekat Naqsabandiyah, ter- judul “telah Robohnya surau kami”. masuk kelompok yang mempertahankan Abdurrahman Wahid juga menyatakan tradisi taqlid dan menganggap persoalan komentar, “Minangkabau dengan surau- masyarakat telah selasai, masyarakat nya telah berhasil memproduksi ulama hanya dipasung dengan konsep ke- yang intelektual, tetapi sekarang sudah agamaan yang telah ada. tidak kedengaran lagi”. Kedua, masalah yang menimpa Tetapi belakangan ini, berdasarkan tarekat Naqsabandiyah ini adalah per- beberapa penelitian seperti Oman selisihan dalam hal pilihan sikap dalam Fathurrahman dalam karyanya Tarekat berpolitik, semenjak pengikut tarekat Shatariyah di Sumatera Barat, dan Naqsabandiyah bergabung mendukung Ahamd Taufik Hidayat dalam karyanya Perti sebagai partai politik melahirkan Perkembangan Tradisi Sosial Intelektual beberapa pertentangan kepentingan da- Islam Tradisional Abad XX telaah lam mengaktualisasikan serta memper- Manuskripsi bersasis Surau Sahikh juangkan ide. Di tengah kelompok elit Paseban, menunjukkan keberlangsungan tarekat Naqsabandiyah sibuk dengan produktifitas intelektual kalangan Islam partai politik Perti, secara bersamaan tradisional seperti tarekat Shatariyah, terabaikan lembaga yang membesarkan begitu juga dengan tarekat Naqsa- mereka seperti Madrasah Tarbiyah bandiyah masih eksis dengan segala Islamiyah, hingga akhirnya gerakan kekayaan manuskrip yang mereka miliki. intelektual tarekat Naqsabandiyah tidak Hanya saja tingkat peminatnya yang menghasilkan dentuman yang kuat ter- mengalami penurunan dari masa hadap perkembangan ilmu pengetahuan. produktifitasnya. Dengan perselisihan berkepanjangan Memperhatikan perjalanan panjang akhirnya memunculkan sikap antipasti gerakan intelektual tarekat Naqsaban-
Description: