ebook img

PENDAHULUAN Dalam kerangka menjamin terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman ... PDF

16 Pages·2016·0.6 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview PENDAHULUAN Dalam kerangka menjamin terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman ...

NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM PENATAAN RUANG KOTA BERKELANJUTAN Implementasi Filosofi ‘TRIHITAKARANA’ di Bali. Disusun oleh : Ida Bagus Rabindra ABSTRACT The key of success in sustainable development implementation are: involve in community participation, understand and imply local wisdom, arrange synergies between local wisdom and the modern life. All of those keys are include in the process of decision makers policy. The local wisdom as well as community ideology has been proofed that people could live in harmony with the natural environment as their mother nature. Local wisdom and community ideology should synergize with values pattern which accepted by local community. The concept of Trihitakarana means ‘three elements of harmonious causes’ that philosophically based on the Balinese community living. This ideological concept was based on Balinese-Hinduism religion, which believe in ‘harmonious relationship’ human with God, human with human, and human with nature. This article explained: synergize between the Trihitakarana as ideology, environmental system analysis (ESA/ KLHS), and current issues in sustainable green city planning and management. Keywords : implementation, synergize, local wisdom, Trihitakarana, sustainable. PENDAHULUAN Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Dalam kerangka menjamin terwujudnya ruang nusantara yang aman, Beberapa solusi cerdas yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, dipaparkan dalam Konferensi Nasional Smart diterbitkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun Green City Planning yang dilaksanakan di 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-undang Werdhapura Village Center, Bali-November ini mengatur perencanaan tata ruang wilayah 2010, diantaranya mengenai metode kota harus memuat rencana penyediaan dan penyusunan program pemanfaatan/ pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas pengendalian penataan ruang, penyusunan minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah peraturan zonasi, serta penataan ruang yang kota. Demi efektifnya implementasi undang- berwawasan lingkungan dan berprinsip undang diatas, maka Kementerian Pekerjaan pembangunan keberkelanjutan melalui Umum menerbitkan Peraturan Menteri pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Strategis (KLHS). 1 Latar Belakang kearifan lokal adalah adanya kesatuan yang utuh atau kesenyawaan antara warga dan Dalam penataan ruang kota, para pakar lingkungan komunitasnya, serta terbentuknya sering mengingatkan akan arti penting The ikatan sosial (social cohesiveness) yang sangat Hannover Principles 1992, menyangkut ‘Kota kental diantara para warganya. Hijau’ yaitu tentang hak kemanusiaan dan alam agar diakomodasi dalam pembangunan Permasalahan kota supaya bisa sehat, beragam dan Implementasi nilai-nilai kearifan lokal berkelanjutan. Diingatkan juga tentang kedalam proses analisis dan sintesis peme- Gerakan Urbanisme Baru (New Urbanism) cahan masalah perencanaan kota saat ini, tak sebagai konsep dengan lima prinsip penangkal semudah yang bisa kita bayangkan dan kecenderungan urbanisme brutal sebagaimana harapkan. Dibutuhkan suatu pemahaman terjadi pada dekade 1980-an. Tak juga kalah mendalam tentang makna filosofis setiap pentingnya memasukkan nilai-nilai kearifan kearifan lokal yang ada, dan kecermatan lokal (local wisdom) dalam setiap proses sosiologis serta kepekaan ideologis dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang analisis strategis pendekatan metodologis dan pengendalian pemanfaatan ruang. implementasi nilai intrinsiknya; Khususnya Negeri ini sesungguhnya begitu kaya bagaimana mensinergikannya kedalam pola dengan kearifan-kearifan lokal yang sangat dan metoda pendekatan analisis modern, bernilai, namun tak sedikit yang faktanya seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis. diabaikan dan ditinggalkan oleh komunitasnya Metodologi Pemecahan Masalah sendiri, dikarenakan dianggap usang dan tidak mudah diimplementasikan untuk memecahkan Diperlukan upaya sinkronisasi secara masalah kekinian. Salah satu kearifan lokal cerdas dan bijak antara dua pola pendekatan yang dinilai para pakar telah memuat prinsip- yang berbeda asas dan ideologis ini, dengan prinsip menangkal kecenderungan urbanisme memposisikan keduanya tidak dalam satu aras brutal adalah falsafah Trihitakarana, yang kategoris, melainkan komposisi saling mengisi merupakan pandangan sekaligus landasan dan melengkapi; Masing-masing sebagai segenap segi kehidupan masyarakat Bali. kerangka yang mewadahi (container) dengan isi yang diwadahi (content) secara padu dan Sesungguhnya, pelajaran teramat harmoni. Inti upaya ini adalah mengaktualisasi penting yang dapat ditarik dari keteladanan 2 potensi nila-nilai intrinsik kearifan lokal yang ruang wilayah kota harus memuat rencana terpendam, keatas permukaan kompleksitas penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka masalah saat ini bagi manfaat pemenuhan hijau yang luas minimalnya sebesar 30% kebutuhan kekinian, dalam kerangka metoda dari luas wilayah kota. Memperkuat logis yang sedemikian dinamis. amanat isi Undang-undang no. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang tersebut, diterbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan SOLUSI CERDAS PENATAAN RUANG Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang KOTA Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Penataan ruang merupakan suatu Perkotaan. sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian Penyediaan dan pemanfaatan RTH pemanfaatan ruang. Wujud proses dan hasil dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR penataan ruang adalah dalam Kebijakan , Kawasan Strategis Kota /RTR Kawasan Rencana dan Program Tata Ruang (KRP). Perkotaan, dimaksudkan agar menjamin Untuk menghasilkan rencana tata ruang yang tersedianya ruang yang cukup bagi: (a) sekaligus dapat menghambat, mengurangi atau Kawasan konservasi untuk kelestarian bahkan mengatasi dampak-dampak langsung hidrologis, (b) Kawasan pengendalian air ataupun tak langsungnya terhadap lingkungan larian dengan menyediakan kolam retensi; alami, maka diperlukan beberapa peraturan (c) Area pengembangan keanekaragaman atau metoda analisis yang wajib diintegrasikan hayati; (d) Area penciptaan iklim mikro sebagai solusi cerdas kedalam proses penataan dan pereduksi polutan dikawasan ruang, antara lain: perkotaan; (e) Tempat rekreasi dan olahraga masyarakat; (f) Pembatas 1. Menjamin Tersedianya Ruang Terbuka perkembangan kota kearah yang tidak Hijau (RTH) diharapkan; (g) Pengamanan sumberdaya Patut disyukuri, bahwasanya Pemerintah baik alam, buatan maupun historis; (h) melalui Kementerian Pekerjaan Umum Penyediaan RTH yang bersifat privat, cepat menyadari akan arti penting ruang melalui pembatasan kepadatan serta terbuka hijau sebagai prasyarat kota yang criteria pemanfaatannya; (i) Area mitigasi/ berkelanjutan. Bahwa perencanaan tata evakuasi bencana; dan (j) Ruang 3 penempatan pertandaan (signage) sesuai keberlanjutan kota seperti perlindungan dengan peraturan perundangan dan tidak tata air, keseimbangan ekologi dan mengganggu fungsi utama RTH tersebut. konservasi hayati. Tujuan penyelenggaraan RTH adalah Manfaat langsung Ruang Terbuka Menjaga ketersediaan lahan sebagai Hijau (RTH)) membentuk keindahan dan kawasan resapan air, menciptakan aspek kenyamanan serta mendapatkan bahan- planologis perkotaan melalui keseimbang- bahan bernilai ekonomi, disamping an antara lingkungan alam dan lingkungan manfaat tidak langsung seperti pembersih binaan yang berguna untuk kepentingan udara yang sangat efektif, pemeliharaan masyarakat, serta meningkatkan keserasian kelangsungan persediaan air tanah, lingkungan perkotaan sebagai sarana pelestarian fungsi lingkungan (konservasi pengaman lingkungan perkotaan yang hayati atau keanekaragaman hayati). aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. 2. K.L.H.S. sebagai Proses Analisis Fungsi Utama (intrinsic) RTH adalah Lingkungan Sistematis Fungsi Ekologis, yakni memberi jaminan Devinisi KLHS (Kajian Lingkungan pengadaan RTH menjadi bagian dari Hidup Strategis) atau SEA (Strategic system sirkulasi udara (paru-paru kota), Environment Assesment) adalah suatu pengatur iklim mikro agar system sirkulasi proses sistematis dan komprehensif untuk udara dan air secara alami dapat mengevaluasi dampak lingkungan, berlangsung lancer, sebagai peneduh, pertimbangan sosial dan ekonomi, serta produsen oksigen, penyedia habitat satwa, prospek keberlanjutan dari usulan penyerap polutan media udara, air dan kebijakan rencana, dan program tanah, serta penahan angin. pembangunan. KLHS adalah rangkaian Adapun fungsi tambahan (extrinsic) analisis yang sistematis, menyeluruh dan RTH adalah fungsi sosial dan budaya, partisipatif untuk memastikan bahwa fungsi ekonomi sebagai sumber produk prinsip pembangunan berkelanjutan telah yang bisa dijual, fungsi estetika untuk menjadi dasar dan terintegrasi dalam meningkatkan kenyamanan dan keindahan, pembangunan suatu wilayah dan atau fungsi-fungsi ini dapat dikombinasikan kebijakan, rencana dan program (KRP). sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, 4 KLHS dibutuhkan untuk menginte- hidup dan kendala pembangunan di grasikan pertimbangan lingkungan hidup wilayah studi; Menganalisis implikasi dan keberlanjutan melalui penyusunan berbagai opsi perencanaan terhadap Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) lingkungan dan memberi rekomendasi untuk meningkatkan pembangunan; untuk optimasi atau pengembangan memperkuat proses pengambilan keputus- berbagai alternative yang berkelanjutan; an atas KRP, mengurangi kemungkinan Merekomendasikan langkah untuk kekeliruan dalam membuat prakiraan/ meminimalisasi resiko lingkungan dan prediksi pada awal proses perencanaan, sekaligus memaksimalisasi manfaat kebijakan, rencana atau program termasuk rekomendasi desain proyek dan pembangunan. studi AMDAL proyek bersangkutan, penataan kelembagaan, dan inisiatif untuk Tujuan KLHS adalah menghasilkan mengendalikan dampak kumulatif. Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang berwawasan lingkungan hidup. KLHS minimal memuat kajian, antara Pembangunan berkelanjutan yang lain: Kapasitas daya dukung dan daya berwawasan lingkungan hidup adalah tampung lingkungan hidup, perkiraan upaya sadar dan terencana, yang memadu- mengenai dampak dan risiko lingkungan kan lingkungan hidup, termasuk sumber hidup, kinerja layanan jasa ekosistem, daya, kedalam proses pembangunan untuk efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, menjamin kemampuan kesejahteraan dan serta tingkat kerentanan dan kapasitas mutu hidup generasi kini dan generasi adaptasi terhadap perubahan iklim. masa depan. Sedangkan manfaat KLHS Pada prinsipnya KLHS perlu adalah dalam meningkatkan kredibilitas dilaksanakan secara terintegrasi dengan keputusan yang diambil dan mendorong proses perencanaan. Hal itu untuk kajian dampak lingkungan (AMDAL) pada menjamin agar pengaruhnya terhadap tingkat proyek menjadi lebih efektif biaya muatan KRP yang diputuskan memadai. dan waktu. Namun keragaman kondisi yang KLHS memperkuat proses mempengaruhi proses perencanaan KRP perencanaan melalui beberapa hal seperti : menyebabkan pelaksanaan KLHS dapat Identifikasi masalah-masalah lngkungan dilakukan dengan cara : 5 a. KLHS dilaksanakan sebagai bagian dengan elemen-elemen alam dan dari proses penyusunan rancangan kehidupan yang mengitarinya. KRP atau dianggap sebagai peleburan 2. Asas selalu berharap dapat menciptakan kedua proses tersebut. suasana kedamaian dan ketentraman antar b. KLHS dilaksanakan bersamaan dengan sesama mahluk dan juga terhadap alam proses penyusunan rancangan KRP, dimana manusia hidup sebagai salah satu dimana kedua proses tersebut elemen dari alam semesta raya diselenggarakan secara parallel namun Nilai dan asas-asas tersebut kemudian saling berinteraksi satu sama lain. dipersepsikan sebagai landasan filosofis c. KLHS dilaksanakan setelah KRP TRIHITAKARANA, yang artinya menurut ditetapkan; dimana keseluruhan Ketut Kaler (1983) adalah ‘Tiga unsur yang rangkaian proses KLHS berdiri sendiri. merupakan sumber sebab terciptanya kebaikan’; Adapun ketiga unsur tersebut adalah : KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT 1. Unsur Jiwa yang disebut Atman, BALI DALAM LANDASAN FILOSOFI ‘TRIHITAKARANA’ 2. Unsur Tenaga atau Kekuatan yang disebut Prana, Masyarakat Bali, yang kehidupannya dituntun oleh nilai-nilai kebudayaan Bali yang 3. Unsur Badan Wadag atau Ragawi yang bercorak religious Hinduistis, selalu berusaha disebut Sarira. bersikap seimbang terhadap alam sekitarnya. Ketiga unsur Tri Hita Karana ini Sehingga dapat dikatakan, bahwa nilai dasar kemudian dipakai sebagai pola dasar baku oleh dari kehidupan adat di Bali adalah ‘nilai masyarakat Bali dalam membentuk segala keseimbangan’ (Dharmayudha dan Koti sesuatu yang diharapkan dapat menciptakan Cantika, 1994) keharmonisan, termasuk membentuk desa dan Nilai keseimbangan ini diwujudkan dalam komunitasnya. Dalam pembentukan desa asas-asas kehidupan masyarakat Bali, yakni : (adat) yang harmonis, ketiga unsur Tri Hita Karana diwujudkan sebagai : 1. Asas selalu berharap dapat menyesuaikan diri dan berusaha menjalin hubungan 6 1. Parhyangan Desa, yaitu Tri Kahyangan atau Kesejahteraan, dalam filosofi ini atau Tiga Tempat Suci, berupa Pura kesejahteraan hanya dapat dicapai melalui tiga Puseh, Pura Desa dan Pura Dalem jalan yang diharapkan. Ketiga jalan dimaksud, sebagai unsur jiwa atau ‘atman’-nya desa. yakni Satyam atau Kebenaran yang bisa dicapai melalui kedamaian Atman atau Jiwa; 2. Pawongan Desa, adalah segenap Krama Ciwam atau Kebijakan yang bisa dicapai Desa yaitu warga komunitas desa sebagai melalui keharmonisan Prana atau unsur tenaga atau ‘prana’ nya desa. Tenaga/Kekuatan Komunitas; dan Sundaram 3. Palemahan Desa, adalah tanah dan atau Kebahagiaan yang dapat dicapai melalui lingkungan Wilayah Desa termasuk daerah kearifan Sarira atau Badan Wadag/ Fisik pemukimannya yang merupakan unsur Lingkungan. badan wadag atau ‘sarira’-nya desa. Tri Hita Karana mengajarkan pencapaian tujuan hidup yang disebut dengan Jagaditha Gambar 01 SKEMA FILOSOFI TRIHITAKARANA Pola hubungan yang seimbang dan serasi 1. Hubungan harmonis manusia dengan diantara ketiga sumber kesejahteraan dan Tuhan, untuk mencapai Kebenaran, kedamaian ini, diharapkan agar manusia selalu 2. Hubungan harmonis manusia dengan berusaha untuk menjaga keharmonisan manusia, untuk mencapai Kebijakan, hubungannya dengan ketiga unsur itu, yakni : 7 3. Hubungan harmonis manusia dengan dan Hilir-Desa dimana ketiganya menjadi alam, untuk mencapai Kebahagiaan. batas tegas peruntukan dan perkembangan fisik desa. IMPLEMENTASI ‘TRIHITAKARANA’ KEDALAM KONSEP TATA RUANG Pura pada hulu desa disebut Pura Puseh, DESA ADAT DI BALI yakni pura yang berkaitan dengan keyakinan akan proses penciptaan atau kelahiran Penerapan falsafah Trihitakarana dalam manusia, dimana Tuhan dalam penataan ruang, dapat diimplementasikan baik manifestasinya sebagai Sang Hyang Brahma kedalam proses perencanaan tata ruang, atau Sang Pencipta di-stana-kan pemanfaatan ruang dan pengendalian (diposisikan untuk disembah). Dengan pemanfaatan ruang. Pendekatan penerapan diposisikannya pada bagian Kaja-Kangin Trihitakarana kedalam konteks pola tata ruang atau Timur Laut sebagai wilayah paling hulu desa dilakukan melalui wujud implementasi desa dengan tata nilai ruang Utamaning- makna ketiga unsurnya yakni implementasi Utama, maka secara tegas diatur untuk tidak makna Parhyangan sebagai Jiwa Desa, diperkenankan adanya fungsi fisik profane implementasi makna Pawongan sebagai guna lahan lain pada wilayah desa yang lebih Tenaga Desa dan implementasi makna hulu daripada Pura Puseh, sehingga Pura ini Palemahan sebagai Sarira Desa. menjadi batas fisik kelayakan fungsi guna 1. Parhyangan : Pengendali Pemekaran lahan profane (non sacral) wilayah paling Fisik Wilayah dan Tata Guna Lahan Timur (Kangin) dan wilayah paling Utara Desa Adat (Kaja) Desa. Pura pada pusat desa disebut Pura Dalam setiap desa adat di Bali (baik di Desa, yakni pura yang berkaitan dengan wilayah pedesaan maupun perkotaan) keyakinan akan proses pemeliharaan atau terdapat Parhyangan Desa, yang kehidupan manusia, dimana Tuhan dalam merupakan wujud hubungan harmonis manifestasinya sebagai Sang Hyang antara manusia dengan Tuhan dalam Wisnu atau Sang Pemelihara di-stana- pemahaman falsafah Trihitakarana. kan. Posisinya pada pusat desa dengan tata Parhyangan desa terdiri atas 3 (tiga) buah nilai Madya-ning-Madya, menjadikannya Pura (bangunan suci tempat beribadah) sebagai pusat pertumbuhan dan yang berada pada Hulu-Desa, Pusat-Desa, pengendalian perkembangan desa yang tak 8 dapat digeser fungsi lain sebagai pusat 2. Pawongan : Pengendali Jumlah Populasi desa. Pusat Desa berperan mengendalikan Komunitas dan Ikatan Sosial Antar batas terluar desa, hal ini dapat terjadi Warga Komunitas karena batas terluar desa biasanya Pawongan Desa, adalah segenap disyaratkan dengan jangkauan suara kul- Krama Desa yaitu warga komunitas desa kul (kentongan) dari pura dipusat desa ini. sebagai ‘tenaga’ atau ‘prana’ nya desa; Berdasarkan hasil penelitian jarak terluar merupakan kekuatan yang timbul dan batas wilayah dari pusat, suara kulkul terwujud dari bentuk hubungan harmonis masih dapat terdengar pada radius sekitar antara manusia satu dengan manusia 500 meter hingga 800 meter (Rabindra, lainnya sebagai unsur utama pembentuk Pola Komunits Kota Tabanan, Bali, Tesis, sebuah komunitas, dalam pemahaman PWK-ITB, 1995). falsafah Tri Hita Karana. Komunitas inilah Pura pada hilir desa disebut Pura inti kekuatan atau tenaga atau ‘prana’ nya Dalem, yakni pura yang berkaitan dengan desa (adat) sebagai unit-unit dasar keyakinan akan proses peleburan atau pembentuk komunitas wilayah atau kota. kematian manusia, dimana Tuhan dalam Kekuatan komunitas ini bukanlah pada manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa ukuran tenaga dalam artian fisis, atau Sang Pelebur atau Sang Pemralina melainkan kekuatan sosial berupa rasa di-stana-kan. Sesuai dengan fungsinya kebersamaan, solidaritas dan sikap gotong sebagai pura kematian, pada kawasan royong yang sangat kental diantara para sekitar pura ini biasanya juga terdapat warganya. Sebuah kekuatan sosial yang Setra atau pemakaman/kuburan desa. terbentuk dari harmoni hubungan antara Dengan diposisikannya pada bagian Kelod- manusia satu dengan lainnya, yang diikat Kauh atau Barat-Daya sebagai wilayah dengan kedekatan fisik dan intensitas paling hilir desa dengan tata nilai ruang komunikasi dan tingkat kenal yang tinggi Nista-ning-Nista, maka tidak layak adanya diantara satu dengan lainnya (social fungsi fisik profane guna lahan lain yang cohesiveness). lebih nista dari kuburan, sehingga Pura ini Krama desa atau warga komunitas menjadi batas fisik kelayakan fungsi guna desa (adat) terdiri dari jumlah beberapa lahan paling Barat (Kauh) dan Selatan warga komunitas banjar (adat), dimana (Kelod) Desa. 9 warga komunitas banjar adat terdiri dari komunikasi, serta rasa saling kenal dan warga beberapa komunitas tempekan. saling memperhatikan diantara anggota Berdasarkan hasil penelitian, jumlah warga komunitas. Dengan unit dasar besaran ini komunitas tempekan biasanya terdiri dari secara otomatis akan terkendali jumlah 25 hingga 50 kepala keluarga atau sekitar populasi setiap unit komunitas, sehingga 100 jiwa hingga 250 jiwa atau setara sulit timbul terjadinya peledakan jumlah dengan jumlah warga rukun tetangga (RT) populasi yang tak terkendali didalam minimal. Beberapa tempekan biasanya maupun diluar komunitas. Disamping membentuk suatu komunitas banjar (adat), komunitas inti seperti diatas, terdapat juga dengan jumlah warga komunitas banjar sub-sub komunitas yang disebut sekehe (adat) idealnya terdiri atas 150 hingga 250 atau kelompok, seperti : sekehe suka duka kepala keluarga atau sekitar 600 jiwa yakni semacam koperasi suka-duka, hingga 1000 jiwa, atau setara dengan gotong royong, arisan, dsb; sekehe subak jumlah warga rukun warga (RW) ideal. yakni kelompok pengairan dan pertanian; Pada wilayah pusat kota yang padat, sekehe gong yakni kelompok kesenian dan jumlah warga banjar (dinas) bisa mencapai sebagainya; sekehe semal yakni kelompok sekitar 1200 jiwa sampai 2000 jiwa atau pembasmi hama pertanian; juga sekehe sekitar 250 hingga 500 kepala keluarga. teruna-teruni yakni kelompok remaja Luas wilayah banjar minimal diperkotaan semacam kelompok karang taruna. Hampir sekitar 35 Ha hingga 55 Ha atau luas tidak ada masalah yang tidak dapat wilayah dalam radius 350 m sampai diselesaikan dengan baik, apabila rasa dengan 420 m. Sedangkan luas wilayah kebersamaan dalam komunitas terbentuk banjar maksimal adalah sekitar 75 Ha begitu harmonis; demikian halnya dalam hingga 200 Ha atau seluas wilayah dalam konteks dengan penataan ruang wilayah, radius 500 m sampai dengan 800 m tak ada masalah pemanfaatan ruang dan (Rabindra, Tesis, PWK-ITB,1995). pengendalian pemanfaatan ruang yang tak bisa diselesaikan secara mudah dan tanpa Besaran jumlah unit-unit komunitas masalah oleh warga komunitas yang tempekan, banjar dan krama desa terbentuk harmonis. atas dasar derajat ikatan sosial yang dipengaruhi oleh kedekatan fisik lingkungan, intensitas pertemuan dan 10

Description:
Implementasi Filosofi 'TRIHITAKARANA' di Bali. kecenderungan urbanisme brutal sebagaimana prinsip menangkal kecenderungan urbanisme.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.