PEMUKIMAN ETNIS CINA DI MEDAN PADA AKHIR ABAD KE-19 SAMPAI AWAL ABAD KE-20 Betsy Edith Christie, S.Hum. dan Dr. Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan,S.S., M.Si. Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] dan [email protected] Abstrak Artikel ini membahas bagaimana persebaran dan hubungan pemukiman etnis Cina di Kawasan Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada pemukiman dilihat bagaimana persamaan dan perbedaan karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina. Tujuan umum penelitian ini adalah merekonstruksi kebudayaan masa lalu etnis Cina di Medan. Selain itu, penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina. Penelitian ini menggunakan metode arkeologi pemukiman tingkat makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran situs- situs pemukiman etnis Cina menunjukkan pola linier di mana berkembang dari utara menuju pusat Kota Medan. Sementara itu, hubungan antarsitus berkaitan dengan faktor migrasi dan ekonomi. Kata Kunci: arkeologi, hubungan antarsitus, kawasan, dan pemukiman etnis Cina CHINESE SETTLEMENT IN MEDAN FROM THE END OF 19TH CENTURY UNTIL EARLY 20TH CENTURY Abstract This article is talk about distribution and relationship chinese settlement in Medan from the end of 19th century until early 20th century. This research is look at the similarities and differences between each site. General purpose is to reconstruction the culture of chinese in the past. Besides, the special purpose is to understand the characteristics of each site. Method that had been used is the archaeology of settlement in macro scale. The result is the distribution of chinese settlement in Medan shows that the pattern is linear. Meanwhile, the relationship between the site relating to migration and economic factors Keywords: archaeology, chinese settlement, region, and sites relationship 1 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 Pendahuluan imigran yang datang kemudian membentuk pemukiman sehingga pada kurun waktu tersebut Pemukiman merupakan salah satu kajian di pemukiman etnis Cina di Medan mulai muncul dan dalam ilmu arkeologi yang disebut arkeologi terus berkembang. permukiman. Menurut Mundardjito (1990: 21), Berdasarkan uraian di atas, masalah yang arkeologi permukiman adalah bagian dari ilmu dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana arkeologi yang mempelajari tata letak dan hubungan persebaran dan hubungan pemukiman etnis Cina di peninggalan arkeologi di dalam satuan ruang. Tujuan Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. dari ilmu ini untuk memahami sistem teknologi, sosial, Pada pemukiman-pemukiman tersebut dilihat dan ideologi masyarakat masa lalu. Dengan mengkaji bagaimana persamaan dan perbedaan karakteristik arkeologi permukiman, maka dapat diketahui setiap pemukiman. Permasalahan penelitian ini pemikiran dan apa yang dilakukan masyarakat di masa menunjukkan bahwa penelitian ini merupakan lalu. penelitian arkeologi pemukiman tingkat makro dimana Kajian arkeologi permukiman dapat dilakukan mengkaji pola persebaran dan hubungan di Kawasan pada berbagai macam pemukiman masyarakat. Medan serta persebaran dan hubungan antara situs- Pemukiman yang menjadi objek penelitian adalah situs dengan kondisi lingkungan dan sumber daya pemukiman etnis Cina. Pemukiman etnis Cina adalah alam. salah satu pemukiman yang terus berkembang dan Penelitian arkeologi mengenai pemukiman etnis terdapat di berbagai tempat. Lip (1997: 11) Cina di Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal mengatakan di dalam menentukan tata letak abad ke-20 memiliki tujuan umum dan khusus. Tujuan pemukiman etnis Cina, masyarakat Cina kerap kali umum penelitian ini untuk merekonstruksi kebudayaan menggunakan ilmu feng shui yang dikaitkan dengan masa lalu etnis Cina di Medan. Sementara itu, tujuan keseimbangan lingkungan. khusus penelitian ini untuk mengetahui karakteristik Pada awalnya, orang Cina datang ke Indonesia masing-masing situs pemukiman etnis Cina. tidak langsung membentuk pemukiman etnis Cina. Penelitian ini juga memiliki manfaat teoretis Onghokham (2008: 1) mengungkapkan semula orang dan praktis. Manfaat teoretis yaitu rekonstruksi sejarah Cina datang ke Indonesia untuk berdagang. Selain pemukiman etnis Cina di Medan pada akhir abad ke-19 melakukan kegiatan perdagangan, adapula orang Cina sampai awal abad ke-20. Selain itu, penelitian ini yang menjadi kuli perkebunan. Reid (2010: 300) nantinya dapat menjadi acuan bagi penelitian mengatakan salah satu wilayah Indonesia di mana pemukiman etnis Cina di wilayah lain. Sementara itu, terdapat orang Cina yang bekerja sebagai kuli manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasil perkebunan adalah Sumatera Utara terutama di Deli, penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi untuk Langkat, dan Serdang. Orang Cina tersebut bekerja di dilakukannya pemugaran terhadap pemukiman etnis perkebunan tembakau yang pertama kali dibuka pada Cina di Medan. tahun 1863 oleh orang berkebangsaan Belanda, Jacob Nienhuys. Menurut Napitupulu (1991: 21), setelah kontrak Tinjauan Teoritis kerja habis, para kuli Cina pindah ke kota dengan modal yang dimiliki. Pada saat di kota, kuli Cina Pemukiman etnis Cina terbentuk dengan bekerja sebagai perajin atau pedagang. Kegiatan menggunakan beberapa konsep dasar. Konsep yang perdagangan membuat orang Cina menetap di dalam dimaksud antara lain berdasarkan pengertian satu kawasan yang sama. Coppel (1994: 29-30) pemukiman secara umum. Kemudian, dilanjutkan mengatakan pusat penduduk Cina berada di sekitar dengan arti pemukiman etnis Cina itu sendiri, pola-pola pusat perdagangan dan sebagian besar dari orang Cina pemukiman etnis Cina pada berbagai wilayah, dan tersebut membuka toko. diberlakukannya peraturan dari pemerintah Hindia Pemukiman etnis Cina di Medan penting untuk Belanda yang menyebabkan pembagian pemukiman dibahas karena merupakan peninggalan kebudayaan berdasarkan etnis salah satunya etnis Cina. etnis Cina yang dapat dilihat hingga sekarang. Selain Selanjutnya, perlu diketahui bahwa di dalam itu, komunitas Cina di Medan merupakan komunitas membentuk pemukiman etnis Cina kerap kali Cina yang besar. Buiskool (2005: 278) mengatakan digunakan ilmu feng shui dan kosmologi Cina. etnis Cina memiliki peran penting pada pembangunan Penggunaan kedua konsep dasar itu dikarenakan Kota Medan. Sementara itu, kondisi pemukiman etnis masyarakat etnis Cina di dalam penentuan peletakan Cina di Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal bangunan-bangunan mempertimbangkan aspek abad ke-20 merupakan periode penting. Hal ini lingkungan. Selain itu, di dalam menentukan didukung pula dengan adanya pendapat Reid (2011: pemukiman etnis Cina khususnya di dalam penelitian 221) bahwa pada tahun 1886-1889 imigrasi Cina ini diamati pula mengenai pengaruh faktor ekonomi di mencapai puncaknya dimana lebih dari 16.000 orang dalam perencanaan dan pengembangan pemukiman masuk setiap tahunnya. Oleh karena itu, banyaknya etnis tersebut. 2 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 Sementara itu, pada penelitian ini pengertian e. curling end atau tipe awan meliuk atau ujung pemukiman yang digunakan adalah tempat tinggal meliuk makhluk hidup di mana jika dikaji tata letak dan Selain itu, diuraikan pula mengenai struktur dan hubungan peninggalan arkeologi di dalamnya maka konstruksi bangunan dengan gaya arsitektur Cina dapat diketahui pemikiran masyarakat di dalam (Supardi, Nunus, dkk., 2000: 28-31). Sistem struktur melakukan perancangan tata ruang, pemilihan tapak, bangunan dengan gaya arsitektur Cina sebagai berikut tata letak permukiman, dan penataan bangunan dan a. Sistem struktur rangka kayu ruang-ruang terbuka. Sistem ini cukup mendominasi sistem konstruksi Selain itu, terdapat pula pendapat mengenai rangka kayu sejak 2.000 tahun lalu. Sistem karakteristik pecinan di Asia Tenggara. Jackson dalam konstruksi kayu memiliki dua aturan. Pada zaman Pratiwo (2010: 78) mengatakan bahwa terdapat tiga Dinasti Sung telah diterbitkan Ying-tsao fa-shih karakteristik pecinan di Asia Tenggara. Hal ini (building standard) tahun 1103. Selanjutnya didasarkan pada penelitian yang dilakukan Jackson di diperbarui dengan Kung-Ch’eng tso-fa tse-li Malaya. Tiga karakteristik tersebut sebagai berikut (structural regulations) tahun 1734 pada zaman a. batas-batas daerah yang jelas yaitu pusat kota Dinasti Ching (A historical Pictorial History of dengan karakter yang berbeda dengan lingkungan Chinese Architecture- Liang Shu-Ch’ng, tahun sekitarnya. Pecinan memiliki kepadatan penduduk 1984). yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya, b. Sistem struktur balok bertingkat b. terdiri atas kelompok etnis Cina yang kompak dan Sistem ini dibentuk oleh kolom-kolom yang berdiri tidak ada etnis lain yang tinggal di dalamnya. di atas pondasi bangunan dengan menempatkan Hampir semua pecinan di Asia Tenggara memiliki balok melintang di atasnya dalam suatu ukuran pola jalan grid yang teratur dan garis bangunan tertentu. Tonggak-tonggak kecil ditempatkan di atas ruko yang menerus, balok tersebut dengan menambahkan beberapa c. merupakan bagian kota yang pola hidup dan balok melintang di atasnya. Rangka kayu disusun bermukim terfokus pada tradisi masyarakat etnis berlapis-lapis sampai mengenai nok atap. Sistem ini Cina sehingga menjadi dunia tersendiri di kota. dihubungkan oleh balok persegi dan bambu yang Selanjutnya, teori yang digunakan mengenai membujur pada akhir dari persilangan balok dan langgam dan gaya bangunan arsitektur Cina yang dapat melintang pada tulang belakang tonggak, sistem ini dijumpai di bagian atap bangunan diutarakan pula oleh dinamakan gording. Sementara itu, kaso diletakkan Supardi, Nunus, dkk. (2000: 28). Bagian ini kerap kali sesuai dengan ukuran tertentu dan letaknya dilengkungkan dengan cara ditonjolkan agar besar pada melintang pada gording. Dua rangka kayu yang bagian ujung atap. Hal ini disebabkan oleh struktur bergabung bersama-sama ditunjang oleh empat kayu dan teknik pada pembentukan atap sopi-sopi. buah kolom, sistem ini dinamakan trafe dan Sementara itu, terdapat tambahan lain pada bentukan merupakan sistem paling dasar dari struktur dan atap yaitu ukiran dan lukisan binatang atau bunga pada konstruksi Cina. Struktur balok bertingkat biasa bubungannya. Di sisi lain, Kohl (1984: 26) digunakan dalam bangunan seperti istana, kuil-kuil, mengemukakan bahwa terdapat pula lima tipe atap dan rumah-rumah Cina bagian utara. bangunan terdiri atas c. Sistem struktur ikatan balok a. pitched roof (wu tien) atau atap jurai, Pada sistem ini, kolom-kolom ditempatkan pada b. gable roof supported by wooden truss at the ends jarak-jarak tertentu. Gording ditempatkan langsung (Hsuan Shan) atau atap pelana dengan tiang-tiang di atas kolom tersebut. Rangka ini direncanakan kayu, menggunakan beberapa garis dari ikatan balok yang c. gable roof with solid walls and the ends (Ngang menembus kolom sekaligus menghubungkan kolom Shan) atau atap pelana dengan dinding tembok atau yang satu dengan lainnya. Sistem ini banyak solid digunakan pada rumah di bagian selatan Cina dan d. half-pitched and half-gabled roof (Hsuan Shan) bangunan peribadatan atau kuil-kuil. atau gabungan atap jurai dengan atap pelana, dan d. Sistem struktur dinding batang tersusun e. pyramidal pitched roofs (Tsuan Tsien) atau atap Sistem ini menggunakan kayu yang belum diolah piramid dan disusun di atas satu sama lain sehingga Bangunan arsitektur Cina juga dapat terlihat berbentuk struktur bangunan. Struktur ini memiliki dengan melakukan pengamatan pada bagian bubungan. kelebihan yaitu tahan terhadap gempa karena Kohl (1984: 25) mengungkapkan bahwa terdapat lima bagian kayu digabungkan oleh pasak sehingga tipe bubungan atap sebagai berikut semua sambungan bersifat tidak kaku. a. end of straw atau tipe ujung lancip, Di sisi lain, terdapat pula fitur lain yang menjadi b. geometric atau tipe geometri, ciri pada situs pemukiman etnis Cina yaitu makam. c. rolling wave atau tipe awan bergulung, Pratiwo (2010: 75) mengungkapkan bahwa orang etnis d. curling wave atau tipe awan berombak, dan Cina percaya bahwa arwah seseorang terdiri atas dua elemen yakni animus dan anima. Animus merupakan 3 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 energi laki-laki dari alam supranatural dan nafas berbicara terkait dengan bidang ilmu-ilmu dasar “surga”. Sementara itu, anima merupakan energi mengenai geobiofisik (sumber daya fisik alam), wanita dari alam supranatural dan nafas bumi. Setelah geografi, sosiologi, dan ekonomi, serta ilmu terapannya orang meninggal maka animus pergi ke surga dan regional science (ilmu wilayah). Pada penelitian ini anima tinggal di bumi tepatnya di kuburan. Kuburan secara khusus dibahas terkait dengan pengaruh faktor tradisional etnis Cina disebut bong. Kuburan ini ekonomi di dalam perencanaan dan pengembangan berbentuk omega dengan altar sembahyang di wilayah yaitu pemukiman etnis Cina di Kawasan depannya. Di samping kanan altar terdapat altar untuk Medan Dewa Bumi. Selain itu, kuburan dapat diisi satu jenazah ataupun dua jenazah yang biasanya suami istri. Makam bagi masyarakat etnis Cina memiliki Metode Penelitian peran penting karena berkaitan pula dengan rejeki bagi keturunan yang ditinggalkan. Hal tersebut didukung Tahap-tahap penelitian arkeologi dijelaskan pula oleh pernyataan Pratiwo (2010: 76) bahwa arwah oleh Deetz (1967: 9-10) sebagai berikut tahap para leluhur merupakan elemen alam yang hidup dan observasi, tahap deskripsi, dan tahap eksplanasi. Oleh berpengaruh pada keberuntungan keturunannya. Oleh karena peneliti tidak menggunakan teori yang karena itu, lokasi dan orientasi kuburan menjadi sangat membutuhkan tahap eksplanasi maka tahapan setelah penting. Jika kuburan diletakkan di tempat yang baik deskripsi adalah penyimpulan. Pada tahap observasi maka arwah leluhur dapat menurunkan berkatnya dari dilakukan pengumpulan data berupa data pustaka dan alam baka kepada keturunannya. Etnis Cina percaya lapangan. Pada tahap pengumpulan data pustaka bahwa kuburan adalah unsur yin dan permukiman serta dimulai dengan melakukan studi kepustakaan segala sesuatu yang hidup merupakan unsur yang. mengenai pemukiman, migrasi Cina ke Asia Tenggara Keduanya merupakan satu kesatuan yang harmonis. hingga ke Medan, feng shui, kosmologi Cina, Selain itu, terdapat pula pendapat mengenai perancangan kota dan pengaruh ekonomi di dalam ilmu feng shui yang dikemukakan pula oleh Pratiwo. perencanaan serta pengembangan wilayah juga Akan tetapi, istilah yang digunakan di dalam dilakukan. Sementara itu, pengumpulan data pustaka penyampaian pendapat tersebut adalah kosmologi berupa foto dan peta juga dilakukan. Foto dan peta Cina. Menurut Pratiwo (2010: 20) bahwa kosmologi tersebut diperlukan untuk melihat bukti perkembangan Cina berkaitan dengan dunia yang merupakan bujur kawasan penelitian di sepanjang akhir abad ke-19 sangkar dan dibagi atas empat bagian dimana putra sampai awal abad ke-20. surga yaitu kaisar berada di tengah. Empat bagian Kemudian, dilakukan pengumpulan data dunia ini diasosiasikan dengan simbol binatang, warna, lapangan. Pengumpulan data ini dimulai dengan zat, dan musim. Pusat di mana putra surga berada melakukan pengambilan data baik berupa foto dengan diasosiasikan dengan tanah. Bagian selatan menggunakan skala batang, mengetahui koordinat diasosiasikan dengan musim panas, api, dan burung bangunan-bangunan yang berada di kawasan penelitian merak merah. Selatan juga menjadi arah orientasi dengan menggunakan Global Positioning System kaisar ketika duduk di singgasana. Berdasarkan (GPS), pencatatan ciri-ciri arsitektur cina yang tampak konstelasi geografi Cina, selatan adalah Laut Cina pada bangunan-bangunan di kawasan penelitian, dan Selatan di mana memberi kehangatan dan melalui laut wawancara dengan sejumlah masyarakat yang tinggal ini dilakukan pelayaran ke Asia Tenggara dan bagian di kawasan penelitian ataupun dengan tokoh-tokoh lain dari dunia. penting yang berkaitan erat dengan keberadaan Sementara itu, bagian timur diasosiasikan pemukiman etnis Cina di Medan. dengan musim semi, kayu, dan naga serta merupakan Setelah kegiatan pengumpulan data kemudian arah datang kehidupan. Sebelah timur terdapat Lautan dilakukan kegiatan deskripsi. Pada tahap ini digunakan Pasifik dan beberapa pulau seperti Jepang. Bagian metode penelitian permukiman. Menurut Clarke dalam utara diasosiasikan dengan musim salju, air, dan kura- Mundardjito (1990: 22) di dalam perkembangan studi kura hitam. Sebelah utara terdapat Gurun Gobi yang permukiman para ahli arkeologi melakukan analisis tidak bersahabat dengan manusia. Bagian barat pola persebaran dan hubungan di dalam tiga tingkat diasosiasikan dengan musim gugur, metal, dan macan yaitu tingkat mikro, semi mikro, dan makro. Pada putih. Bagian barat adalah Pegunungan Himalaya yang penelitian ini yang digunakan adalah metode penelitian tidak bersahabat dengan manusia. Musim dingin dan tingkat makro. Faktor-faktor yang diperhatikan pada gugur dihubungkan dengan kematian karena itu penelitian ini sebagai berikut perdagangan, migrasi, kuburan Cina diarahkan ke utara atau barat sedangkan dan perubahan populasi. Penelitian ini tidak rumah diarahkan ke selatan (Pratiwo, 2010: 20-21). menggunakan semua faktor di dalam analisis karena Di sisi lain, pada perencanaan dan disesuaikan dengan ruang lingkup penelitian. pembangunan wilayah terdapat dimensi pemahaman Kemudian, pada tahap deskripsi digunakan pula dimana menggunakan teori-teori dasar, teknik-teknik analisis khusus terhadap bangunan dan analisis analisis, dan model-model sistem. Dimensi pemahaman kontekstual antarbangunan. 4 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 Kemudian, pada tahap penyimpulan dijelaskan Tjong A Fie di Kelurahan Pulo Brayan Kota, hubungan data yang ada di lapangan dengan aspek Kecamatan Medan Barat (7) Situs Pusat Pasar di spasial, temporal, dan formal (Deetz, 1967: 9). Aspek Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota. spasial di dalam penelitian ini adalah di dalam konteks Peninggalan berupa artefak dan fitur tersebar di ketujuh keruangan yaitu pemukiman etnis Cina di Kawasan situs tersebut. Peninggalan etnis Cina yang dimaksud Medan dan ketujuh situs yang ada pada kawasan antara lain rumah tinggal, ruko, pasar, vihara, sekolah, tersebut. Sementara itu, aspek temporal berkaitan makam, dan jembatan. Setiap situs di kawasan dengan kurun waktu penelitian ini yaitu akhir abad ke- pemukiman etnis Cina Medan tersebut memiliki 19 sampai awal abad ke-20. Di sisi lain aspek formal komponen peninggalan yang berbeda. Hal ini menjadi pada penelitian ini berkaitan terhadap bentuk dari karakteristik yang menjadi pembeda antarsitus. pemukiman etnis Cina di Medan sesuai dengan analisis distribusi yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Selain itu, pada tahap ini diperhatikan pula mengenai dua aspek penting dari data yaitu kontekstual dan fungsi. Pemukiman Etnis Cina di Medan Pemukiman etnis Cina di Medan terbentuk melalui proses yang cukup panjang. Pembentukan pemukiman etnis ini diawali dengan perkembangan Kota Medan dimana beberapa kali mengalami perubahan status kota. Kemudian, pemerintah Hindia Belanda membuat peraturan yang menghasilkan pembagian pemukiman-pemukiman berdasarkan etnis tertentu. Akhirnya, peraturan tersebut menjadikan Kota Medan terbagi atas pemukiman Bangsa Eropa di sisi utara, pemukiman etnis Cina di pusat kota, dan pemukiman Bumiputera di sisi selatan. Tabel 1. Populasi di Medan pada Tahun 1905, 1912, dan 1930 1905 1912 1930 Eropa 954 1.408 4.292 Cina 6.397 10.997 27.180 Selain orang Timur, 3.708 1.318 3.408 Arab, dan India Pribumi 2.191 13.257 40.096 Peta 1. Tata Ruang Pemukiman Etnis Cina di Total 13.250 26.980 74.976 Medan Tahun 1945 sumber: Verslag Hendelsvereeniging Medan dan Volkstelling dalam Buiskool (2005: 278) Persebaran situs seperti tampak pada Peta 1. Tata Ruang Pemukiman Etnis Cina di Medan Tahun Kawasan pemukiman etnis Cina di Medan 1945 menunjukkan bahwa pemukiman etnis Cina di merupakan salah satu peninggalan masyarakat etnis Medan memiliki pola linier yaitu mengarah dari utara Cina yang masih ada hingga sekarang. Kawasan menuju pusat Kota Medan. Selanjutnya, diuraikan Medan terdiri atas tujuh situs pemukiman etnis Cina mengenai komponen setiap situs pemukiman etnis Cina yaitu (1) Situs Pekan Labuhan di Kelurahan Pekan secara kronologis dari yang tertua sampai termuda. Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan (2) Situs Unsur-unsur yang dideskripsikan pada setiap situs Kesawan di Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan antara lain lokasi, luas kawasan, kepadatan penduduk, Barat (3) Situs Gang Buntu di Kelurahan Gang Buntu, kegiatan ekonomi, dan komponen-komponen Kecamatan Medan Timur (4) Situs Pasar Baru di pembentuk pemukiman etnis Cina di Medan. Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Medan Kota (5) Pertama, Situs Pekan Labuhan terletak di utara Situs Taman Tjong Yong Hian di Kelurahan Petisah Kota Medan. Situs ini berada di Kelurahan Pekan Tengah, Kecamatan Medan Petisah (6) Situs Makam Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan. Pada sebelah 5 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 utara Kecamatan Medan Labuhan berbatasan dengan Situs Pekan Labuhan merupakan pemukiman Kecamatan Medan Belawan. Sebelah timur berbatasan etnis Cina yang memiliki komponen-komponen dengan Kabupaten Deli Serdang. Sementara itu, pembentuk antara lain ruko dan vihara. Deretan ruko sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan menghadap ke Jalan Syahbuddin Yatim di mana Jalan Deli. Selain itu, sebelah barat berbatasan dengan Syahbuddin Yatim merupakan jalan sekunder. Kecamatan Medan Marelan. Situs Pekan Labuhan Keletakan ruko yang demikian sesuai dengan salah satu memiliki luas 39.959 m2. Berdasarkan Laporan Badan karakteristik pemukiman etnis Cina di Asia Tenggara Pusat Statistik yang berjudul Kecamatan Medan yang diutarakan oleh Jackson dalam Pratiwo (2010: 78) Labuhan dalam Angka 2012 dikatakan bahwa jumlah bahwa pola pemukiman etnis Cina di Asia Tenggara penduduk Kelurahan Pekan Labuhan pada tahun 2011 memiliki pola jalan grid yang teratur dan garis yaitu 19.377 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terdiri bangunan ruko yang menerus. Luas keseluruhan ruko atas 9.389 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 7.068 yang membentuk pola linier tersebut adalah 20.520 m2. jiwa berjenis kelamin perempuan. Sementara itu, jumlah warga negara Indonesia keturunan etnis Cina di kelurahan ini pada tahun 2011 yaitu 952 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 587 jiwa berjenis kelamin perempuan sehingga total warga negara Indonesia keturunan etnis Cina yaitu 1.539 jiwa. Kelurahan Pekan Labuhan merupakan kelurahan terpadat dengan 5.328 jiwa per km2. Pada tahun 2011 Kelurahan Pekan Labuhan memiliki industri besar, sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Industri besar atau sedang berjumlah dua, industri kecil berjumlah 16, dan kerajinan rumah Foto 1. Kondisi Situs Pekan Labuhan Tahun 2013 tangga berjumlah 31. Sementara itu, terkait dengan (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013) perkembangan ekonomi dibuktikan dengan adanya berbagai macam jenis usaha yang ada di Kelurahan Pekan Labuhan. Usaha-usaha tersebut dalam bentuk Sementara itu, Vihar a Liat Sim Kong berada di adanya sebuah pasar, dua pertokoan, dan dua swalayan. dalam gang di mana jalan utamanya tetap menuju Jalan Pasar tersebut tidak memiliki pengelola. Syahbuddin Yatim dan memiliki orientasi ke arah Di Situs Pekan Labuhan dahulu terdapat pusat selatan. Vihara ini terletak pada 98o40’28” BT 3o44’6” pemerintahan Kerajaan Deli yang sekarang lebih LU. Vihara Liat Sim Kong memiliki luas sebesar 197 dikenal oleh masyarakat sebagai dermaga yang m2. Kemudian, Vihara Siu San Keng menghadap ke letaknya berada tepat di belakang atau sebelah barat Jalan KL. Yos Sudarso Km.18 dan memiliki orientasi kantor Kelurahan Pekan Labuhan. Di daerah sekitar ke arah barat. Vihara ini terletak pada 98o40’31” BT bekas dermaga ini, secara alami membentuk sebuah 3o43’59” LU. Vihara Siu San Keng memiliki luas pasar atau pekan (Jufrida dan Ery Soedewo, 2004: 32- sebesar 910 m2. Keletakan kedua vihara tersebut 33). Pada pasar tersebut terdapat para pedagang yang memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya datang dari luar Deli menawarkan berbagai macam adalah keduanya berada di dalam pemukiman etnis komoditi yang tidak dihasilkan oleh negeri ini. Selain Cina. Sementara itu, perbedaannya adalah orientasi itu, para pedagang tersebut juga mencari komoditas Vihara Siu San Keng menghadap ke jalan primer atau khas dari wilayah Kerajaan Deli untuk dijual kembali utama Jalan Yos Sudarso Km. 18 sedangkan Vihara di luar negeri. Hal ini yang menyebabkan terbentuk Liat Sim Kong menghadap ke jalan yang berada di komunitas pedagang di daerah Labuhan. Oleh karena dalam gang atau dapat dikatakan menghadap ke jalan itu, Situs Pekan Labuhan dikenal sebagai tempat sekunder. Selain itu, terdapat pula perbedaan lainnya terjadinya transaksi dagang tersebut. Bukti adanya yaitu terkait dengan keletakan terhadap Sungai Deli aktivitas perdagangan yang cukup besar di Situs Pekan yang dapat dikaitkan pula dengan feng shui. Sungai Labuhan adalah dengan adanya deretan rumah toko Deli berada di sebelah barat Vihara Siu San Keng dan bergaya Cina-Eropa yang masih ada sampai sekarang sebelah utara Vihara Liat Sim Kong. di sepanjang Jalan Syahbuddin Yatim (Jufrida dan Ery Jika mengacu kepada pendapat yang dikemukan Soedewo, 2004: 36). Dahulu Jalan Syahbuddin Yatim Skinner (1982:22) bahwa pemukiman ideal menurut bernama Jalan Bukit Barisan. Berdasarkan hasil feng shui adalah dilatarbelakangi oleh pegunungan atau wawancara dengan Bapak Suhaemi diketahui bahwa perbukitan dan menghadap ke sungai atau laut maka Jalan Bukit Barisan, Jalan Baginda Siregar, dan Jalan pemukiman etnis Cina Situs Pekan Labuhan tidak Pasar Lama sejak tahun 2010 berganti nama menjadi dapat dikatakan ideal karena pemukiman etnis Cina Jalan Syahbuddin Yatim. yang terdiri atas ruko dan vihara tidak menghadap ke sungai atau laut. Akan tetapi, menghadap ke jalan utama ataupun sekunder. Dengan demikian dapat 6 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 dikatakan bahwa di dalam membangun pemukiman Kedua, Situs Kesawan berorientasi di barat Kota etnis Cina di Situs Pekan Labuhan bukan didasarkan Medan. Situs Kesawan termasuk Kelurahan Kesawan, atas feng shui tetapi lebih mengarah kepada adanya Kecamatan Medan Barat. Kecamatan Medan Barat faktor ekonomi. Hal ini dibuktikan bahwa dahulu berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli di sebelah terdapat dermaga di Labuhan Deli. utara. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Aktivitas perdagangan yang terus meningkat Medan Timur. Sebelah selatan berbatasan dengan membuat semakin besarnya komunitas etnis Cina di Kecamatan Medan Petisah. Sementara itu, sebelah Situs Pekan Labuhan sehingga komunitas tersebut barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia. membentuk pemukiman di mana berdekatan dengan Luas Situs Kesawan yaitu 244.994 m2. Dalam Laporan kegiatan perdagangan yang dilakukan. Besarnya Badan Pusat Statistik yang berjudul Kecamatan Medan komunitas menjadikan masyarakat etnis Cina Barat dalam Angka 2012 diungkapkan bahwa jumlah membentuk rumah yang difungsikan pula sebagai penduduk yang ada di Kelurahan Kesawan pada tahun tempat berdagang atau disebut ruko. Ruko yang ada di 2011 adalah 3.716 jiwa dengan kepadatan penduduk Situs Pekan Labuhan merupakan ruko dua lantai di per km2 sebesar 3.506 jiwa. Sementara itu, pada tahun mana lantai pertama digunakan sebagai toko dan lantai 2011 jumlah penduduk keturunan etnis Cina di kedua digunakan sebagai tempat tinggal. Pembangunan kelurahan ini adalah laki-laki dengan jumlah 3.826 ruko dua lantai dapat dikatakan untuk pemanfaatan jiwa dan perempuan dengan jumlah 4.184 jiwa. Oleh wilayah yang ada di mana bangunan dibangun tinggi karena itu, jumlah warga negara Indonesia keturunan ke atas bukan memanjang ke samping Cina di Kelurahan Kesawan adalah 8.010 jiwa. Kelurahan Kesawan juga memiliki perusahaan industri besar, sedang, kecil, dan kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2011 di kelurahan ini terdapat 46 industri kecil dan empat industri kerajinan rumah tangga. Selain itu, pada kelurahan ini terdapat pula pasar dan pertokoan yang ketika tahun 2011 terdapat sebuah pasar dan dua pertokoan. Menurut Loderichs, dkk (1997: 100), Jalan Kesawan berubah nama menjadi Jalan Ahmad Yani. Nama jalan di Medan yang pada zaman Belanda di tahun 1947 berganti menjadi nama jalan sesuai dengan Foto 2. Tampak Depan Vihara Liat Sim Kong ketentuan negara Indonesia pada tahun 1997. Jalan di Situs Pek an Labuhan Kesawan berganti nama menjadi Jalan Ahmad Yani (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013) tepatnya pada tanggal 1 Maret 1966 (Gining, 2009: 55). Selain itu, Buiskool (2005:291) mengatakan Kesawan merupakan jalan tertua dan pusat dari tempat tinggal masyarakat Cina. Kuli Cina yang semula bekerja di Pekan Labuhan ketika kontrak kerja sudah habis dan modal sudah terkumpul kemudian pindah ke kota dan mulai berdagang. Masyarakat etnis Cina kemudian melakukan kegiatan perdagangan di Kesawan yang pada saat itu merupakan kawasan perdagangan yang sangat berkembang. Pada bagian utara Kesawan berbatasan dengan Jalan Pulau Pinang dan Jalan Jenderal Ahmad Yani Foto 3. Tampak Depan Vihara Siu San Keng Tahun 2013 VII. Bagian timur Kesawan berbatasan dengan Jalan (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013) Kumango dan Jalan Perniagaan. Bagian selatan Kesawan berbatasan dengan Jalan Palang Merah. Sementara itu, di bagian barat berbatasan dengan Jalan Sementara itu, semakin besarnya komunitas Mesjid. Kesawan terletak di antara Jalan Palang Merah, etnis Cina menjadikan komunitas tersebut sadar bahwa Jalan Kereta Api, Jalan Pulau Pinang di mana nama dibutuhkan tempat untuk beribadah yang besar pula jalan-jalan tersebut merupakan jalan utama di Kota dan tidak hanya berupa altar sembahyang di rumah Medan. Selain itu, Ong juga mengatakan bahwa untuk masing-masing. Oleh karena itu, pada tahun 1872 menuju Kesawan dapat melalui Jalan Pemuda, Jalan dibangun Vihara Liat Sim Kong untuk marga Wii dan Palang Merah, Jalan Perniagaan, Jalan Kumango, dan selanjutnya karena marga lain juga ingin melakukan Jalan Mesjid (Ong, 2004: 66). sembahyang maka pada tahun 1890 dibangun Vihara Tahun 1590-1837 terdapat sawah, banyak Siu San Keng. rumah dan kedai yang berderet di sepanjang Jalan Kesawan, serta didirikan Masjid Bengkok yang 7 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 sekarang berada di Jalan Mesjid. Selanjutnya, pada menghadap jalan primer atau utama yaitu Jalan Ahmad 1838-1887 jalan setapak telah diperkeras dengan batu Yani dan memiliki orientasi ke arah barat. Rumah dan rumah kedai semakin lebih baik akan tetapi masih Tjong A Fie berada pada 98o40’49”BT 3o35’7” LU. menggunakan bahan papan serta berdiri rumah tinggal Rumah ini memiliki luas sebesar 3.300 m2. Sementara di Jalan Pemuda (Ong, 2004: 70-72). Kemudian, itu, ruko-ruko berada di jalan sekunder atau gang yaitu Buiskool (2005: 291) mengungkapkan bahwa Kesawan Hindoestraat (sekarang Jalan Hindu), Oudemarkt pada awalnya merupakan Kampung Melayu tetapi pada (sekarang Jalan Perdana), Moskeestraat (sekarang Jalan tahun 1880 orang Cina dari Malaka dan langsung dari Mesjid), Controleurer (sekarang Ahmad Yani 1), Negeri Cina membuat kawasan ini menjadi pemukiman Rensstraat (sekarang Jalan Tumenggung), Markstraat etnis Cina. (sekarang Jalan Perdagangan), Tepekcongstraat Buiskool (2005: 291) menambahkan pula bahwa (sekarang Jalan Gwangju), Pachstraat (sekarang Jalan pada tahun 1889, terjadi kebakaran besar yang Kumango), dan Nieuwe Markt (sekarang Jalan menghancurkan 67 rumah dan toko dari bahan kayu. Perniagaan). Luas ruko-ruko sebesar 94.783 m2. Letak Kemudian, setelah terjadinya kebakaran dilakukan ruko-ruko ini sesuai dengan karakteristik pemukiman pembangunan dalam tempo cepat untuk menggantikan etnis Cina di Asia Tenggara yang diutarakan oleh bangunan-bangunan yang telah terbakar dengan Jackson dalam Pratiwo (2010: 78) bahwa pemukiman menggunakan bahan berupa bata. Pada 1913-1937 etnis Cina di Asia Tenggara memiliki pola jalan grid dikatakan pula oleh Ong (2004: 73-79) bahwa yang teratur dan garis bangunan ruko yang menerus. Kesawan semakin berkembang pesat. Perkembangan Sementara itu, pasar-pasar terletak di jalan primer dan ini ditandai dengan munculnya bangunan rumah sekunder. Oude Markt terletak di jalan sekunder yaitu tinggal dan toko, pemerintahan, perdagangan, dan Jalan Oude Markt (sekarang Jalan Mayjen Sutoyo). pusat hiburan. Sementara itu, Pasar Ikan Lama terletak di jalan primer Tahun 1938-1962, Kesawan mulai dipenuhi yaitu Spoorstraat (sekarang Jalan Kereta Api). Pasar dengan bangunan-bangunan lebih modern. Bangunan Ikan Lama berada pada 98o40’51” BT 3o35’15” LU. mulai mengalami perubahan secara signifikan karena Pasar ini memiliki luas sebesar 12.733 m2. Selain itu, adanya perkembangan ekonomi, teknologi, dan lain- Nieuwe Markt terletak di jalan sekunder yaitu Jalan lain. Pada 1963-1995, Kesawan semakin berkembang Nieuwe Markt (sekarang Jalan Perniagaan). dan didirikan berbagai macam kantor pemerintahan atau swasta dan pusat-pusat hiburan. Periode 1996- 2004, di Kesawan mulai dibentuk ruko hingga lima lantai yang tidak mengikuti struktur lama dan merusak citra lama. Ruko ini berfungsi pula sebagai sarang walet. Kesawan di malam hari difungsikan sebagai pusat makanan. Perubahan fungsi ini terjadi pada tahun 2002. Aktivitas baru ini ditandai dengan dibangunnya pintu gerbang Kesawan. Pintu gerbang tersebut dibangun ulang menjadi dua gerbang raksasa. Pintu gerbang berfungsi pula sebagai penanda batas F oto 4. Kondisi Situs Kesawan Tahun 2013 Kesawan. Pada tanggal 15 Januari 2003 secara resmi (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013) Kesawan disebut sebagai Kesawan Square yang terdiri atas pusat-pusat jajanan. Kesawan menjadi pusat jajanan dimulai pukul 18.00 WIB-05.00 WIB. Selain itu, keletakan komponen-komponen Selanjutnya, pada tanggal 16 November 2007, tersebut tidak menunjukkan pemukiman ideal dengan Kesawan square ditutup dan tidak difungsikan lagi adanya pengaruh feng shui. Hal ini karena komponen- sebagai pusat jajanan. Pada tahun 2013 ini Kesawan komponen tersebut tidak sesuai dengan pendapat yang sekarang disebut Jalan Ahmad Yani berfungsi Skinner (1982:22) dilatarbelakangi oleh pegunungan sebagai pusat perdagangan di mana terdapat deretan atau perbukitan dan menghadap ke sungai atau laut. ruko dua lantai atau lebih yang mengikuti pola linear Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perkembangan jalan. Ruko tersebut menjual alat-alat musik, alat-alat pemukiman etnis Cina di Situs Kesawan disebabkan olahraga, cinderamata, perabotan rumah tangga, dan karena faktor ekonomi. Pendapat ini didukung pula bahan berupa kain. Sementara itu, adapula ruko yang dengan pernyataan Buiskool (2005: 291) bahwa pada dijadikan sebagai bank, tempat penukaran mata uang tahun 1880, etnis Cina datang langsung dari Negeri asing, restoran, dan swalayan (Ong, 2004: 76-77) Cina dan menjadikan Situs Kesawan yang merupakan Situs Kesawan merupakan pemukiman etnis jalan tertua dan semula adalah Kampung Melayu Cina yang terdiri atas komponen-komponen pembentuk berganti menjadi pemukiman etnis Cina. antara lain rumah tinggal, ruko-ruko, dan pasar-pasar. Setelah terdapat pemukiman etnis Cina di Rumah tinggal yaitu Rumah Tjong A Fie terletak sepanjang Jalan Kesawan (sekarang Jalan Ahmad 8 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 Yani) kemudian didirikan pasar-pasar di sekitar Kota. Sementara itu, sebelah barat berbatasan dengan pemukiman tersebut. Pendirian pasar-pasar juga Kecamatan Medan Barat. Di sisi lain, sebelah utara didukung dengan keberadaan Jalan Kesawan sebagai berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli. jalan tertua yang pada masa itu merupakan pusat Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka perekonomian yang terus berkembang. Pasar-pasar diketahui Situs Gang Buntu memiliki luas 214.218 m2. yang dimaksud adalah Oude Markt didirikan pada Penduduk yang ada di Kelurahan Gang Buntu hingga tahun 1886, Pasar Ikan Lama didirikan pada tahun tahun 2011 sebanyak 3.471 jiwa terdiri atas laki-laki 1888, dan Nieuwe Markt didirikan tahun 1906. sebesar 1. 632 jiwa dan perempuan sebesar 1.839 jiwa. Pembangunan di Situs Kesawan tidak hanya fokus Sementara itu, warga Indonesia turunan etnis Cina terhadap bangunan komersil seperti ruko tetapi hingga tahun 2011 yaitu 4.790 jiwa dan terdiri atas bangunan hunian yaitu rumah tinggal. Pada tahun 1895 laki-laki 2.364 jiwa dan perempuan 2.426 jiwa. Pada hingga tahun 1900 dibangun Rumah Tjong A Fie, tahun 2011 terdapat satu industri besar atau sedang, Mayor Cina yang terkenal pada masa itu. Hal ini satu pasar, dan 181 pertokoan di Kelurahan Gang menunjukkan bahwa pembangunan yang berada di Buntu. Pasar tersebut dikelola oleh pemerintah. pemukiman etnis Cina di Kesawan dimulai dengan Situs Gang Buntu terdiri atas komponen adanya faktor ekonomi. pembentuk yaitu ruko-ruko Jalan Irian Barat, Vihara Selain itu, penelitian di lapangan juga Setia Budi, dan Jembatan Gantung. Ruko-ruko menunjukkan bahwa adanya bangunan-bangunan letaknya mengikuti pola linear jalan di mana berada di pengaruh kolonial memperkuat pernyataan faktor jalan utama yaitu Kwanteebiostraat (sekarang Jalan ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan Irian Barat). Ruko tersebut terletak pada koordinat pemukiman etnis Cina di Situs Kesawan. Pengaruh 98o40’56” BT 3o35’15” LU. Luas ruko-ruko di Jalan kolonial tersebut ditunjukkan dengan adanya pengaruh Irian Barat sebesar 50.238 m2. Pola ruko yang gaya Eropa pada Rumah Tjong A Fie dan keberadaan demikian sesuai dengan pendapat Jackson dalam bangunan kolonial di Jalan Kesawan (sekarang Jalan Pratiwo (2010:78) dikatakan bahwa pemukiman etnis Ahmad Yani) antara lain N. Escompto M’j (sekarang Cina di Asia Tenggara memiliki pola jalan grid yang Bank Mandiri), Sumatra Post Printing Works teratur dan garis bangunan ruko yang menerus. (Varekamp) di mana sekarang menjadi Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Restoran Tip Top, dan Harison and Crosfield (sekarang Gedung PT. PP London Sumatra). Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 bahkan hingga kini, Situs Kesawan memiliki peluang besar dalam hal pertumbuhan ekonomi sehingga banyak bangunan-bangunan untuk kepentingan komersil atau perbankan yang dibangun di jalan utama ini. Foto 6. Kondisi Jalan Irian Barat di Situs Gang Buntu Tahun 2013 (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013) Kemudian, masyarakat etnis Cina yang tinggal dan berdagang di ruko-ruko tersebut merasa memerlukan tempat ibadah yang lebih besar tidak sekedar altar sembahyang di rumah. Oleh karena itu, didirikan vihara yang berukuran cukup besar di mana Foto 5. Tampak Depan Rumah Tjong A Fie Tahun 2013 masyarakat tersebut dapat bersembahyang. Vihara (Sumber: Dokumen Pribadi, 2013) Setia Budi didirikan sebagai tempat ibadah masyarakat etnis Cina di Situs Gang Buntu. Vihara Setia Budi berada di jalan primer atau utama yaitu Ketiga, Situs Gang Buntu berorientasi ke arah Kwanteebiostraat. Vihara Setia Budi berada pada timur Kota Medan. Situs ini berada di Kelurahan Gang 98o40’53” BT 3o35’19” LU. Vihara ini memiliki luas Buntu, Kecamatan Medan Timur. Berdasarkan Laporan sebesar 1.742 m2. Pintu masuk vihara sekarang Badan Pusat Statistik dalam Kecamatan Medan Timur menghadap selatan. Akan tetapi, sebelum tahun 1965 dalam Angka 2012 dikatakan bahwa pada sebelah utara dimana pada tahun tersebut terjadi penghancuran dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. bangunan secara keseluruhan kemudian vihara Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan dibangun kembali, pintu masuk vihara adalah dari 9 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013 segala arah. Pintu masuk yang demikian pada tahun yang sama dibangun Vihara Setia Budi. mengakibatkan tidak dapat ditetapkan arah hadap pintu Pembangunan jembatan dapat dikatakan merupakan masuk sebelum tahun 1965. Berdasarkan arah hadap akses bagi masyarakat yang tinggal di luar Situs Gang pintu masuk tersebut maka dapat dikatakan sesuai Buntu khususnya Situs Kesawan untuk beribadah ke dengan feng shui. Hal ini dikarenakan pada arah selatan Vihara Setia Budi. Sementara itu, terkait dengan ruko- menurut Pratiwo (2010: 20-21) adalah Laut Cina ruko yang ada di Jalan Irian Barat dapat dikatakan Selatan dan diasosiasikan dengan musim panas, api, menunjukkan bahwa faktor ekonomi merupakan dasar dan burung merak merah. Orang Cina percaya jika terbentuknya pemukiman etnis Cina di situs ini. mengarahkan bangunan ke arah sungai atau laut maka Keberadaan ruko-ruko yang menjadi tempat masyakat akan mendatangkan keberuntungan. Oleh karena itu, etnis Cina mencari sumber kehidupan sehari-hari dapat dikatakan pendirian Vihara Setia Budi dapat kemudian diikuti kebutuhan untuk beribadah maka dikatakan mengikuti kaidah feng shui. didirikan Vihara Setia Budi. Kemudian, didirikan Jembatan Gantung sebagai penghubung pemukiman etnis Cina di Situs Gang Buntu dengan Situs Kesawan ataupun daerah lainnya. Keempat, Situs Pasar Baru berada di pusat Kota Medan. Situs ini terletak di Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Medan Kota. Dalam Laporan Badan Pusat Statistik berjudul Kecamatan Medan Kota dalam Angka 2012 diungkapkan bahwa pada sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan. Sementara, pada sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Area. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas. Sebelah barat Foto 7. Vihara Setia Budi Tahun 2013 ( Sumber: Koleksi Vihara Setia Budi, 2013) berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun. Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa Situs Pasar Baru memiliki luas yaitu 188.489 m2. Selain itu, komponen lain pembentuk Jumlah penduduk di Kelurahan Pasar Baru hingga pemukiman etnis Cina ini adalah Jembatan Gantung. tahun 2011 adalah 2.883 jiwa. Sementara itu, jumlah Jembatan ini berada pada 98o40’49” BT 3o35’23” LU. warga negara turunan etnis Cina di kelurahan ini Luas jembatan ini adalah 853 m2. Keberadaan hingga tahun 2011 terdiri atas laki-laki 2.407 jiwa dan Jembatan Gantung menunjukkan bahwa masyarakat perempuan 2.586 jiwa sehingga total keduanya adalah etnis Cina tidak hanya dari Situs Gang Buntu saja yang 4.993 jiwa. Pada kelurahan ini hingga tahun 2011 tidak beribadah ke Vihara Setia Budi. Akan tetapi, terdapat industri besar atau sedang, kecil, dan kerajinan masyarakat yang berasal dari Situs Kesawan. rumah tangga. Akan tetapi, di kelurahan ini terdapat 34 Pernyataan ini didukung dengan keberadaan jembatan pertokoan dan dua swalayan. yang berada di antara Jalan Pulau Pinang dan Jalan Pemukiman etnis Cina di Situs Pasar Baru Irian Barat. terdiri atas Ruko-ruko Pasar Baru dan Pasar Hongkong. Kedua komponen tersebut letaknya mengikuti pola linear jalan. Hal ini sesuai dengan karakteristik pemukiman ideal yang diutarakan Jackson dalam Pratiwo (2010:78) bahwa ruko-ruko tersebut terletak di pola jalan grid yang teratur dan garis bangunan ruko yang menerus. Ruko-ruko Pasar Baru terletak di jalan primer dan sekunder. Jalan primer antara lain Hongkongstraat (sekarang Jalan Cirebon), Hakkastraat (Jalan MT. Haryono), Pekingstraat (sekarang Jalan Palangkaraya), Shanghaistraat (sekarang Jalan Semarang), dan Swatowstraat (sekarang Jalan Surakarta). Sementara itu, jalan sekunder adalah Foto 8. Jembatan Gantung di Amoystraat (sekarang Jalan Natal). Berdasarkan hasil Situs Gang Buntu Tahun 2013 (Sumber: www.kitlv.nl, 2013) penelitian ini maka diketahui bahwa luas ruko-ruko sebesar 126.502 m2.Keberadaan pasar dan ruko jika didasarkan atas kronologis waktu yaitu diawali dengan pendirian pasar yaitu Pasar Hongkong pada tahun Secara kronologis, pembangunan ketiga 1905. Pasar ini berada pada 98o41’0” BT 3o34’58” LU. komponen tersebut dapat dikatakan bersamaan. Pasar Hongkong memiliki luas sebesar 4.976 m2. Berdasarkan prasasti di Jembatan Gantung diketahui Kemudian, dilanjutkan dengan didirikannya ruko-ruko bahwa jembatan ini dibangun pada tahun 1885 dan 10 Universitas Indonesia Pemukiman Etnis ..., Betsy Edith Christie, FIB UI, 2013
Description: