PEMIKIRAN KALAM ABŪ ḤANĪFAH Skripsi Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Theology Islam (S.Th.I) Oleh: Muhamad Bindaniji NIM: 1110033100011 PROGRAM STUDI AQIDAH FALSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2014 M. PEMIKIRAN KALAM ABŪ ḤANĪFAH Skripsi Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Theology Islam (S.Th.I) Oleh: Muhamad Bindaniji NIM: 1110033100011 Dosen Pembimbing: Dr. Syamsuri, MA NIP: 19590405 198903 1 003 PROGRAM STUDI AQIDAH FALSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2014 M. i Lembar Pengesahan Panitia Ujian Skripsi yang berjudul Pemikiran Kalam Abū Ḥanīfah telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nilai A (Sangat Baik) pada tanggal 6 November 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program starta satu (S1) pada program studi Aqidah Falsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 28 November 2014 Sidang Munaqasyah; Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota Dr. Edwin Syarif, MA Dra. Tien Rahmatin, MA NIP: 19670918 199703 1 001 NIP: 19680803 199403 2 002 Anggota; Penguji 1, Penguji 2, Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F, MA Drs. Hanafi Arsyad, MA NIP: 19500804 198603 1 002 NIP: 19691216 199603 1 002 Pembimbing; Dr. Syamsuri, MA NIP: 19590405 198903 1 003 ii LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Theology Islam (S.Th.I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Skripsi ini sudah diajukan dalam Munaqasyah dan telah direvisi sebagaimana tercantum dalam keterangan. 4. Jika dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku. Ciputat, 28 November 2014 Muhamad Bindaniji Poin-Poin Revisi: 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah 3. Transliterasi 4. Improvisasi data seputar melihat Allāh (ru’yat Allāh) iii Pedoman Transliterasi Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris ا a a ط ṭ ṭ ب b b ظ ẓ ẓ ت t t ع ‘ ‘ ث ts th غ gh gh ج j j ف f f ح ḥ ḥ ق q q خ kh kh ك k k د d d ل l l ذ dz dh م m m ر r r ن n n ز z z و w w س s s ه h h ش sy sh ء , , ص ṣ ṣ ي y y ض ḍ ḍ ة h h Vokal Panjang Arab Indonesia Inggris أ ā ā ىإ ī ī و أ ū ū iv ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran kalam salah satu pemi- kir (mutakallim) awal dalam Islam yaitu Abū Ḥanīfah (80-150 H) terutama dalam dua aspek, (1) mendeskripsikan pemikiran kalamnya yang berkaitan dengan dzāt dan sifat Tuhan, dan (2) mendeskripsikan pemikiran kalamnya yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yang akan mendeskripsikan secara terperinci terkait dengan masalah yang hendak diteliti kemudian menganalisis setiap masalah untuk memperoleh pemahaman secara komprehensif. Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti- an ini adalah library research dengan menggunakan sumber primer karya Abū Ḥanīfah sendiri beserta penjelasan (syarḥ)nya, selain itu akan dikomparasikan dengan referensi yang menunjang lainnya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam memandang dzāt dan sifat Tuhan pertama, Abū Ḥanīfah berpendapat bahwa Allāh adalah Dzāt Yang Esa lagi ‘unik’ dan mempunyai sifat yang kekal (qadīm) baik itu sifat dzāt dan sifat fi‘l (perbuatan). Kedua, adapun tentang ayat tasybīh dan tajsīm yang ada di dalam naṣ sebaiknya tidak diinterpretasikan supaya tidak terkesan ada penegasian sifat (nafy al-ṣifat). Ketiga, kalam Tuhan diartikan sebagai sesuatu yang berdiri pada dzāt-Nya yang qadīm, sehingga menurutnya al-Qur’ān yang merupakan kalam Tuhan adalah qadīm juga. keempat, Allāh dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat dengan tanpa cara (bilā kayf). Sementara dalam memandang perbuatan-perbuatan manusia pertama, ia ber- pendapat bahwa manusia dengan akalnya wajib beriman kepada Allāh dan berte- rima kasih kepada-Nya. Kedua, iman tidak bertambah dan berkurang sehingga tidak ada perbedaan iman di antara semua manusia. Ketiga, pelaku dosa besar masih dianggap mukmin bukan kafir karena masih ada secercah keimanan di dalam hati- nya. Keempat, manusia mempunyai daya untuk mewujudkan segala perbuatannya sehingga pahala dan siksaan didasarkan atas perbuatan yang dilakukan ketika hidup di dunia. Penelitian ini mempunyai kesimpulan bahwa Abū Ḥanīfah adalah pemikir (mutakallim) pertama dalam Islam yang secara komprehensif membahas isu-isu kalam, khususnya dalam mengcounter pendapat-pendapat kelompok Khawārij, Murji’ah, Mu‘tazilah, Syī‘ah dan lainnya. Selain itu, manhaj yang digunakan oleh Abū Ḥanīfah dalam masalah kalam banyak diikuti oleh para pemikir setelahnya seperti al-Ṭaḥāwī (w.321 H), al-Asy‘arī (w.324 H), dan al-Māturīdī (w.333 H). Bahkan pemikiran kalam yang mereka usung tidak lebih dari kutipan dan penjelasan dari pendapat Abū Ḥanīfah. Kata kunci: kalam, kehendak mutlak Tuhan, tasybīh dan tajsīm, kasb, akal, pelaku dosa besar. v ABSTRACT This study primarily aims at understanding of islamic theology of the first theolog (mutakalim) in Islam i.e Abū Ḥanīfah (80-150 H) especially within two aspects, (1) to describe his islamic theology related to the essence and attribute of God, and (2) to classify his islamic theology dealing with human’s action. The method of research uses analysis descriptive method, which goes to describe researched problem specifically, then to analyze each problem to capture comprehensive understanding. While the technique of collecting data for this research is library research in which it takes the work of Abū Ḥanīfah himself along with its explanation (sharḥ), in addition it will be compared to other supported reference. The result of the research concludes that in construing the essence and attribute of God, first, Abū Ḥanīfah argues that Allāh is the only essence even more unique and having the everlasting essence (qadīm) both essence (ṣifat dhāt) and action (ṣifat fi‘l). Second, dealing with tashbīh and tajsīm verse found within naṣ, it’s better to not to be interpreted in order to negate the essence (nafy al-ṣifat). Third, God’s saying construed as something that stands upon His everlasting essense, thus in accordance with him al-Qur’ān that constitutes God’s saying is everlasting, too. Fourth, Allāh can be seen with the eyes in the beyond without meaning. Meanwhile, in looking at the human’s action, first, he has a notion that human with him reason obliges to believe in Allāh and gives thank to Him. Second, faith is neither increased nor diminished so that there is no different faith among human being. Third, big-sin actors still regarded as the believer not the unbeliever because there are a slight faith inside their hearts. Fourth, human has a power to create her act thus reward and punishment is based upon what they have done in the whole life. The conslusion of this study is that Abū Ḥanīfah is the first theolog (mutakallim) in Islam who comprehensively discusses the issues in theology, particularly in encountering arguments from Khawārij, Murji’ah, Mu‘tazila, Syī‘a, and others. In addition, manhaj which is applied by Abū Ḥanīfah in the realm of theology mostly was followed by his further theolog, like al-Ṭaḥāwī (d.321 H), al- Ash‘arī (d.324 H), and al-Māturīdī (d.333 H). Moreover, their construing Islamic theology are not even more than the quotation and explanation from Abū Ḥanīfah’s argument. Keywords: theology, God’s absolute willingness, tashbīh and tajsīm, kasb, reason and big-sin actor. vi KATA PENGANTAR ت ت ت لله دددلله ردطفمللهلله دكللهو دهم هلله دع الله ه هدئللهن ددهللهو دهممكللهىلله د ها اللهبدّللله يالله لله دملحا ت ت ت ت ت ت ت لله دديكر اهللهرددق ّاللهن فددلالله ددكره اللهردد لله ن هددحللهو ددهي ر هلله ددهي لا للهىلله الللهلرددقولله هللهو ددهللهينا كرا ت ت ت ت ت لله ددملهللهو دد ق لله ددي للهّ لله ردد ه الله ه ددئهلله لمللهىهلله ددمآلله ن يددحللهىللهّادد ّاهللهلاددلّاهللهو ،لهللهأللهفييدد اه لله : ا Puji Syukur kepada Allāh yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam. Atas limpahan karunia dan rahmat-Nya penulisan skripsi yang berjudul PEMIKIRAN KALAM ABŪ ḤANĪFAH dapat diselesaikan tanpa ada kendala yang berarti. Salawat dan Salam atas nabi Muḥammad Saw, keluarga dan para sahabatnya. Keinginan untuk menulis pemikiran kalam salah satu tokoh bermula dari kegemaran penulis membaca dan menelaah berbagai macam buku akidah (uṣūl al- dīn) yang bertebaran di perpustakaan untuk kemudian ditulis dalam bentuk makalah dan dipresentasikan di depan para kolega. Dalam proses ‘pembacaan sebuah teks’ sempat terbesit di dalam hati untuk menyusun genealogi atau silsilah pemikiran kalam ahl al-sunnah wa al-jamā‘ah yang menurut para santri berasal dari pemikiran Abū Ḥasan al-Asy‘arī (w.324 H) dan Abū Manṣūr al-Māturīdī (w.333 H). Hal ini berdasarkan statemen dari al-Zabīdī di dalam ittiḥāf al-sādāt bahwa yang dimaksud dengan ahl al-sunnah wa al-jamā‘ah adalah pengikut kedua pemikir di atas. Lantas apakah mereka berdua (al-Asy‘arī dan al-Māturīdī) mengembangkan pemikiran tersebut sendiri secara otodidak atau melalui proses al-ta’tsīr wa al-ta’atstsur. Pertanyaan tersebut dapat dijawab ketika penulis membaca statemen al-Baghdādī di dalam kitabnya Uṣūl al-Dīn bahwa pemikiran ahl al-sunnah wa al-jamā‘ah sudah vii ada pada zaman para sahabat yang diteruskan pada zaman setelahnya (tābi‘īn dan tābi‘ al-tābi‘īn). Kemudian penulis dapati pemikiran kalam yang komprehensif dikemukakan oleh Abū Ḥanīfah (80-150 H) bahkan jauh sebelum al-Asy‘arī dan al- Māturīdī dilahirkan di dunia. Adapun mengenai asal pokok pemikiran al-Māturīdī, al-Bayāḍī dalam Isyārāt al-Marām pernah mengatakan bahwa pemikiran tokoh tersebut berasal dari pemikiran Abū Ḥanīfah, bahkan ia hanya sebagai perinci (mufaṣṣil) pemikiran imam pendiri madzhab Ḥanafī tersebut. Selain al-Māturīdī, tokoh ahl al-sunnah lainnya yang secara terang-terangan mengikuti jalan pemikiran Abū Ḥanīfah adalah al-Ṭaḥāwī (w.321 H) yang ia kemukakan di dalam muqaddimah ‘Aqīdah al- Ṭaḥāwiyyah. Ada juga al-Asy‘arī, yang walaupun tidak pernah menyinggung keterpengaruhan pemikiran orang lain dalam membangun sistem kalamnya yang ia dakwa berasal dari sabda nabi Saw. namun sangat memungkinkan ada keterpenga- ruhan dari pihak lain di luar dirinya sendiri, terlebih pemikiran kalam Abū Ḥanīfah sudah menyebar luas sampai ke Baṣrah (tempat domisili al-Asy‘arī). Selain itu Al- Asy‘arī juga pernah beberapa kali mengutip pendapat atau riwayat dari Abū Ḥanīfah di dalam ibānah walaupun dalam beberapa kasus kutipannya tersebut tidak benar. Atas dasar pertimbangan tersebut, penulis meyakini bahwa ada pemikir di luar dirinya—selain dari kalangan Mu‘tazilah—yang mempengaruhi corak pemikiran kalam yang akan dibentuknya pada kemudian hari. Salah satu pemikir tersebut tidak lain adalah Abū Ḥanīfah. Ketertarikan penulis untuk membahas sisi pemikiran teologis Abū Ḥanīfah disebabkan oleh tiga hal. Pertama, ia dilahirkan pada periode ṣighār al-ṣaḥābah dan termasuk tābi‘īn yang digolongkan sebagai generasi terbaik umat Islam. Selain viii itu, ia juga dikenal sebagai muḥaddits dan faqīh sehingga pemikirannya dalam bidang kalam didasarkan atas naṣ al-Qur’ān dan ḥadīts dan penggunaan rasio yang tidak keluar dari koridor yang benar. Kedua, ia adalah pemikir Islam pertama yang menuliskan pemikiran dalam bentuk tulisan yang tercetak rapih dan menyusunnya dalam bentuk bab per bab. Tercatat bidang ilmu yang ditulisnya yang ada hingga saat sekarang adalah ḥadīts, fiqh, dan kalam. Khusus dalam masalah kalam, ia telah menulis lima buku yang secara komprehensif menggambarkan keadaan dan situasi yang terjadi pada masa itu khususnya dalam membantah kelompok yang menurut- nya salah. Ketiga, pemikiran kalam yang dicetuskan oleh Abū Ḥanīfah merupakan akar pondasi yang kuat dalam membentuk manhaj kalam ahl al-sunnah wa al- jamā‘ah di mana sebelumnya tidak ada pemikir yang merumuskan paham tersebut dengan terstruktur dan sistematis. Pada akhirnya penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya berbagai macam pihak yang turut membantu baik secara moril ataupun meteriil yang turut andil dalam terselesainya penelitian ini. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang juga merangkap sebagai dosen Pembimbing Akademik (PA), yang telah memberikan arahan dan nasihatnya selama penulis menjalani studi S1. Kepada Dr. Edwin Syarif, MA dan Dra. Tien Rahmatin, MA, yang selalu enak diajak ngobrol santai sehingga penulis tidak merasa canggung untuk berkonsultasi. Terima kasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada Dr. Syamsuri, MA, selaku pembimbing penulisan skripsi ini, atas berbagai masukan yang diberikan ikut memperkuat argumentasi di dalam penelitian ini. ix
Description: