Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Model Industri Genteng Rumahan (Studi Kasus Desa Wringin Anom, Kec. Sambit, Kab. Ponorogo) Hepy Kusuma Astuti Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo [email protected] A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari tujuan dari Pancasila adalah untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, dengan seadil-adinya. Dalam hal ini, kita perlu memaknai bahwa seluruh rakyat harus diartikan seluruh komponen masyarakat dari kota metropolitan sampai dengan wilayah desa terpencil sekalipun (Mahi, 2016). Karena dengan kesejahteraan rakyat yang merata maka tujuan negara untuk melaksanakan pembangunan perekonomian akan segara tercapai. Menurut Ita et al (2013) wilayah pedesaan perlu dikembangkan juga, yang mana peningkatan tersebut untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui pemberdayaan. Pemberdayaan itu pula sebagai cara untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan agar lebih baik. Sehingga pentingnya pemberdayaan masyarakat desa juga untuk meningkatkan pola pikir masyarakat untuk menghadapi kemajuan, serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat bersaing di era milenial. Pembangunan di pedesaan sangatlah diperlukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat pedesaan. Pembangunan untuk memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari berbagai aspek, mulai dari sarana, prasarana, mobilisasi, dll (Rumlus et al, 2017). Menurut Almasri dan Deswimar (2014) upaya pemercepat pemberdayaan pedesaan adalah dengan cara mempercepat pembangunan sarana dan prasarana, sehingga akses dan jangkauan untuk ke desa lebih mudah, serta memudahkan mobilisasi pula. Salah satu dari model pemberdayaan masyarakat adalah melalui model peningkatan industri kecil. Prantiasih (2011) berpendapat bahwa industri kecil yang ada di pedesaan akan menyerapbanyak tenaga kerja dari masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi jumlah penduduk miskin yang ada di desa. Selain itu 1 industry di pedesaaan juga dapat memanfaatkan sumber daya alam sebagai sarana dan sumber bahan industry (Prantiasih, 2016). Ada hal yang menarik berkenaan dengan hal diatas. Kita dapat menemukan di Kota Ponorogo, tepatnya di desa Wringin Anom, kecamatan Sambit. Disana kita akan menemukan tumpukan genteng yang berjajar di pinggir jalan di hampir setiap rumah. Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa komoditi utama di desa tersebut adalah industri genteng rumahan. Mereka memanfaatkan sumber daya alam mereka, yaitu tanah liat untuk dijadikan bahan utama mereka dalam pembuatan genteng. Mereka juga sebagian mengambil tetangga-tetangga mereka sebagai pekerja untuk pembuatan genteng tersebut. Hal ini tentu adalah hal yang menarik untuk penelitian tentang pemberdayaan masyarakat dengan Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Model Industri Genteng Rumahan. B. Rumusan Masalah a) Apakah model industri genteng rumahan berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat? b) Bagaimanakah pengaruh industri genteng rumahan terhadap pemberdayaan masyarakat? C. Tujuan Masalah a) Mengetahui apakah model industri genteng rumahan berpengaruh terhadap pemberdayaan masyarakat Wringin Anom. b) Mengetahui bagaimanakah pengaruh industri genteng rumahan terhadap pemberdayaan masyarakat Wringin Anom. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya untuk mengetahui pengaruh model pemberdayaan masyarakat melalui model industri. Penelitian ini juga bermanaat pula bagi masyarakat untuk menamabah wawasan dan sebagai literatur pndukung bagi para penelitian selanjutnya. Dan bagi desa Wringin Anom, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk 2 pemberdayaan masyarakat di desa tersebut dan sebagai masukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. E. Pembahasan a) Pemberdayaan Masyarakat Salah satu dari tujuan utama pemerintah dalam pembangunan negara adalah menjadikan masyarakat menjadi terberdaya. Menjadikan masyarakat memiliki kemampuan dalam berbagai aspek kehidupan, ekonomi, kinerja, intelektual dan aspek-aspek lain yang berkaitan. Sehingga masyarakat dapat terbentuk masyarakat yang mandiri dalam berpikir, bertindak, dan mandiri dalam perilaku ekonomi. Menurut Sudarti (2011) strategi pembangunan sebagai strategi dalam pemberdayaan masyarakat sudah berkembang dan sudah banyak dipakai. Meskipun strategi ini masih belum maksimal, tetapi model parsitipatif dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemecahan masalah ekonomi. Menurut Widayanti (2012), pemberdayaan masyarakat dipilih sebagai alternatif dalam pembangunan, disebabkan oleh pembangunan tidak membuat suatu kemajuan, tetapi meningkatkan keterbelakangan (the development of underdevelopment). Kemudian untuk Menjadikan suatu ketergantungan (dependency) negara sedang berkembang terhadap negara maju. Untuk Menjadikan suatu ketergantungan phepipery terhadap center. Membuat ketergantungan masyrakat terhadap negara/pemerintah.serta menjadikan masyrakat kecil tergantung terhadap pemilik modal. Sehingga program pembangunan masyarakat oleh pemerintah adalah dengan melalui pendekatan alternatif melalui proyek pengembangan industri kecil, peningkatan pendapatan, pelayanan kesehatan, program keluarga berencana dan pengendalian produk, teknologi tepat guna dan proyek pembangunan lain (Widiyanti, 2012). Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat melalui peningkatan perekonomian rakyat yaitu perekoomian yang di-selenggarakan oleh rakyat yang berlandaskan pada potensi dan kekuatan masyarakt untuk 3 menjalankan roda perekonomian (Sarkawi et al., 2020; Salmiah et al., 2020). Sehingga, pemberdayaan ekonomi rakyat sebagai usaha untuk menjadikan ekonomi menjadi lebih kuat, dan memiliki daya saing dalam sistem pasar yang benar (Sedyastuti, 2018; Harahap, 2012). Dampaknya, perekonomian rakyat dapat berubah secara struktural. Sehingga, langkah- langkah yang dapat diambil untuk antisipasi adalah melalui, pengalokasian dan pemberdayaan sumber daya (Kila, 2017), penguatan kelembagaan pemerintah desa (Harsanto, 2017; Nugroho, H. S. 2018), peningkatan penguasaan teknologi (Susanti, 2017), dan pemberdayaan SDM (Endah, 2020). Sehingga Kebijakan dalam pemberdayaan ekonomi dapat memberikan peluang besar dalam akses modal, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan ekonomi, meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan terhadap terhadap masyarakat, memperkuat industri kecil, mendorong munculnya wirausaha baru, dan pemerataan spasial (Sumarti, 2017; Hadyantari, 2018). Oleh karena itu, Pemberdayaan perekonomian tidak cukup hanya melalui peningkatan produktivitas, pemberian kesempatan berusaha, dan pemberian modal, tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan kemitraan erat yang lebih maju dan berkembang (Yusup, 2018; Tulung, 2020). Lebih lanjut, cakupan kegiatan masyarakat dalam pemberdayaan dapat meliputi: Peningkatan akses bantuan modal. Peningkatan akses pengembangan SDM. Peningkatan akses sarana dan prasarana yang mendukung sosial ekonomi masyarakat lokal (Sulaiman, 2021; Beni, 2021). b) Pemberdayaan Masyarakat Melalui Model Industri Dalam stategi pembangunan pemerintah melalui teknik pemberdayaan ekonomi masyarakat, maka hal ini dapat menggunakan berbagai macam alternatif pemberdayaan ekonomi, mulai dari permodalan, pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta salah satunya adalah memperkuat pembangunan dengan pemberdayaan ekonomi melalui industri kecil (Aliffiana & Widowati, 2018; Diaz et al., 2019). 4 Model pemberdayaan ekonomi melalui industri memiliki tujuan untuk mengembangkan dan memberdayakan ekonomi melalui kemampuan berwirausaha dan pengembangan teknologi agar menjadikan masyarakat menjadi mandiri dalam aspek perilaku ekonomi. Pemberdayaan melalui bidang industri ini menuntut masyarakat untuk bekerja kreatif dan inovatif dalam pemanfaatan sumberdaya dan bekerja mandiri agar tericpta suatu usaha industri yang baru. Lebih lanjut, dalam Islam pemberdayaan masyarakat memiliki 5 prinsip utama yaitu, pertama, prinsip keadilan yang berarti berdaya dan tidak ditindas serta berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, ras, agama, warna kulit dan sebagainya. Kedua, prinsip persamaan yaitu berdiri diatas akidah yang sama sebagai buah dari prinsip keadilan. Sehingga, tidak ada kelebihan seseorang atas sebagaian yang lain dari segi asal penciptaan, perbedaan individu hanya berdasarkan pada kemampuan, bakat, amal, dan usaha. Ketiga, prinsip partisipasi yaitu keterlibatan secara langsung sebagai kontribusi sukarela untuk meningkatkan harkat dan martabat dengan proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis. Keempat, prinsip penghargaan etos kerja yaitu menghargai etos kerja seseorang dimana dalam islam etos kerja berarti karakteristik, sikap, kebiasaan serta kepercayaan yang terkait tujuan hidupnya. Kelima, prinsip tolong-menolong (ta‘awun) yaitu saling membantu antar masyarakat agar tidak ada individu yang mementingkan diri sendiri (Susilo, 2016). Model pemberdayaan masyarakat desa, dapat dilakukan dengan berbagai strategi seperti, melalui industri pertanaian dengan sistem bagi hasil (Suyoto & Susilo, 2019), dapat pula melalui lembaga pendidikan seperti pesantren. Gontor sebagai salah satu pesantren berbasis wakaf terbesar di Indonesia telah memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat dan mensejahterakan masyarakat melalui kelembagaan wakafnya (Susilo, 2016). Strategi lainnya adalah dengan memberdayakan kelompok tani yang sudah ada baik dengan skema pendampingan untuk pengolahan lahan pertanian maupun limbah hasil pertanian sehingga 5 masyarakat mampu berdaya dan mandiri (Masrifah et al., 2021). Dapat pula dengan pengelolaan limbah atau waste management memanfaatkan limbah untuk pembuatan pupuk seperti limbah kulit durian (Setyaningrum et al., 2021), onggok aren (Arifin et al., 2020), limbah kotoran hewan ternak (Sukamta et al., 2017) dan lainnya yang dapat diolah menjadi pupuk sehingga dapat menjadi zero waste. c) Pemberdayaan mayarakat melalui industri genteng di Wringin Anom Desa Wringin Anom adalah salah satu desa Industri yang berada di Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Desa ini terkenal dengan industri genteng yang terbuat dari tanah liat. Jika diperhatikan, sepanjang jalan yang dilewati di desa ini terlihat tumpukan-tumpukan genteng yang berjajar hampir disetiap rumah. Hal ini pun meunjukkan bahwa komoditas utama dari desa ini adalah genteng dari tanah liat. Kebanyakan dari pengerajin genteng disini memulai usahanya sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan ada yang meneruskan usahanya dari orang tua. Komoditas genteng ini sangat tinggi dikarenakan kontur tanah yang pas untuk membuat genteng. Sehingga dari sumberdaya tersebut masyarakat desa dapat memanfaatkannya sebagai sarana unutk membuat genteng disaping itu pula ada juga yang membuat batu-bata. Peran masyarakat desa dalam pertumbuhan industri genteng ini patut diberi penghargaan. Karena pengelolaan industri ini terlepas dari bantuan pemerintah. Mereka membuat suatu persatuan kelompok para pengerajin genteng yang bernama kelompok lestari. Kelompok ini terdiri dari 19 orang sebagai kepala industri genteng didaerah tersebut. Kelompok ini bertugas untuk mengorganisir para pelaku usaha dan memberi pelatihan unutk SDM. Kelompok ini juga bertugas sebagai perwakilan desa, jika ada pelatihan-pelatihan usaha secara nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah, terlepas dari bantuan pemerintah dalam pendanaan dan lain- lain. Juga para pelaku usaha ini memiliki komitmen untuk menjadikan desa mereka sebagai desa industri sekaligus desa wisata. Dimana penginjung dapat belajar cara berindustri genteng model rumahan sebagai 6 sarana pemberdayaan masyarakat dan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia. Sungguh disayangkan jika pemerintah belum ikut andil dan ikut serta dalam program pemberdayaan masyarakat desa ini. Beberapa pihak pun mengaku bahwa pemerintah pernah memberi bantuan terhadap desa hanya sekali ditahun 1990-an berupa alat penggililng tanah liat. Setelah itu sampai sekarang pemerintah belum memberikan bantuan untuk pemberdayaan industri genteng di desa ini. Dari hal ini semua, untuk program pembangunan masyarakat desa melalui program pemberdayaan masyarakat, maka hendaknya pemerintah lebih turun dan lebih peduli terhadap pemberian bantuan, khususnya bantuan modal pada para pelaku usaha, agar roda ekonomi dapat tetap berjalan dengan lancar. Daftar Pustaka Aliffiana, Definta., & Widowati, Nina. (2018). Upaya Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Sentra Industri Konveksi dan Bordir di Desa Padurenan, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Journal of Public Policy and Management Review, 7(2), 197-211. Almasri., Deswimar, Devi. (2014). Peran Program Pemberdayaan Masyarakat desa dalam pembangunan pedesaan. Jurnal El-Riyasah, 5(1), 41-52. Arifin, Z., Triyono, T., Harsito, C., Prasetyo, S. D., & Yuniastuti, E. (2020). Pengolahan limbah kotoran sapi dan onggok pati aren menjadi pupuk organik. Prosiding SENADIMAS, January, 191-196. Beni, Sabinus. (2021). Kesejahteraan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi di Perbatasan Jagoi Babang Kalimantan Barat Melalui Pemberdayaan. Inovasi Pembangunan: Jurnal Kelitbangan, 9(02), 125- 125. Diaz, Hilya Usrotun Putri., Canaldhy, Rendy Sueztra., & Kencana, Novia. (2019). Peran Pemerintah Desa terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah 7 (UKM) dalam Pertumbuhan Ekonomi Lokal pada Industri Batu Bata (Studi Kasus Desa Ujanmas Baru Kec. Ujanmas Kabupaten Muara Enim). Jurnal Pemerintahan dan Politik, 4(2). Endah, Kiki. (2020). Pemberdayaan masyarakat: Menggali potensi lokal desa. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6(1), 135-143. Hadyantari, Faizatu Almas. (2018). Pemberdayaan Wakaf Produktif: Upaya Strategis untuk Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat. Jurnal Middle East and Islamic Studies, 5(1), 1-22. Harahap, Erni Febrina (2012). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mewujudkan Ekonomi Nasional Yang Tangguh Dan Mandiri. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 3(2), 78-96. Harsanto, Bambang Tri., Rosyadi, Slamet., Wahyuningrat, Wahyuningrat., & Simin, Simin. (2017). Penguatan Kelembagaan Kelurahan Pasca Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 30(2), 188-196. Kila, Kristina Korniti (2017). Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Miau Baru Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur. Volume, 5, 5188-5200. Mahi, Ali Kabul. (2016). Pengembangan Wilayah: Terori & Aplikasi. Kencana. Masrifah, Atika R., Setyaningrum, Haris., Susilo, Adib., & Haryadi, Imam. (2021). Perancangan Sistem Pengelolaan Limbah Durian Layak Kompos Di Agrowisata Kampung Durian Ponorogo. Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 268-282. Nugroho, Hanantyo Sri. (2018). Menimbang Pentingnya Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Desa. Journal of Governance, 3(1). Prantiasih, Arbaiyah. (2016). Model Pemberdayaan Industri Kecil di Pedesaan untuk Mengurangi Kemiskinan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 24(2). Rumlus, Reinaldo., Lumolos, Johny., & Mantiri, Michael. (2017). PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Suatu Studi Pada Kelompok Nelayan di Desa Trikora Kecamatan 8 Kaimana Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat). JURNAL EKSEKUTIF, 1(1). Salmiah, Neneng., Nanda, Satria Tri., & Adino, Intan. (2020). Peranan BUMDes Dalam Meningkatkan PADes: Survey Pada Bumdes Amanah Sejatera Desa Sungai Buluh Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Akuntansi Kompetif, 3(3), 90-97. Sarkawi, Sarkawi., Khair, Abdul., Kafrawi, Kafrawi., Zunnuraeni, Zunnuraeni., & Saleh, Moh. (2020). Pemanfaatan Potensi Badan Usaha Milik Desa Sebagai Daya Ungkit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa. Jurnal Kompilasi Hukum, 5(1), 56-73. Sedyastuti, Kristina. (2018). Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Daya Saing Dalam Kancah Pasar Global. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia, 2(1), 117-127. Seputro, Adji. (2019). Manajemen Strategi Dalam Pemberdayaan Ekonomi Bagi Masyarakat Menengah Kebawah Dalam Rangka Menangkal Paham Radikalisme Dan Terorisme Di Era Revolusi Industri 4.0. JURNAL EKBIS, 20(2), 1261-1272. Setyaningrum, H., Masrifah, A. R., Susilo, A., & Haryadi, I. (2021). Durian Rind Micro Composter Model: A Case of Kampung Durian, Ngrogung, Ponorogo, Indonesia. In E3S Web of Conferences (Vol. 226, p. 00021). EDP Sciences. Sudarti, S. (2011). Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin Berbasis Industri Kecil/kerajinan (Ikk). Jurnal Humanity, 7(1), 11331. Sukamta, S., Shomad, M. A., & Wisnujati, A. (2017). Pengelolaan limbah ternak sapi menjadi pupuk organik komersial di Dusun Kalipucang, Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta. Berdikari: Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks, 5(1), 1-10. Sulaiman, Endang Sutisna. (2021). Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan: Teori dan Implementasi. UGM PRESS. Sumarti, Titik., Rokhani, Rokhani., & Falatehan, Sriwulan Ferindian. (2017). Strategi pemberdayaan petani muda kopi wirausaha di Kabupaten Simalungun. Jurnal Penyuluhan, 13(1), 31-39. 9 Susanti, Martien Herna. (2017). Peran Pendamping Desa dalam Mendorong Prakarsa dan Partisipasi Masyarakat Menuju Desa Mandiri di Desa Gonoharjo Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Integralistik, 28(1), 29-39. Susilo, Adib. (2016). Kontribusi Waqf Gontor Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Gontor. Islamic Economics Journal, 2(1), 17-35. Susilo, Adib. (2016). Model Pemberdayaan Masyarakat Perspektif Islam. Falah: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(2), 193-209. Suyoto, Arief., & Susilo, Adib. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Model Bagi Hasil Pada Sektor Pertanian di Wilayah Karesidenan Madiun. Falah: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(2), 202-213. Tulung, Brian Devid., Laloma, Alden., & Kolondam, Helly F. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Petani Gula Aren di Desa Tambelang Kecamatan Touluaan Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Administrasi Publik, 5(81). Ulumiyah, Ita., Gani, Abdul Juli Andi., Mindarti, Lely Indah. (2013). Peran pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa (studi pada Desa Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik, 1(5), 890-899. Widayanti, Sri. (2012). Pemberdayaan masyarakat: pendekatan teoritis. Welfare Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 1(1). Yusup, Deni Kamaludin., Rusyana, Ayi Yunus., & Fitrianingsih, Irna. (2018). Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Manajemen Pemasaran Produk Gula Semut Berbasis Kemitraan Di Desa Binangun Kecamatan Pataruman Kota Banjar. Al-Khidmat. Al-Khidmat, 1(1), 35-44. 10