ebook img

NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi? Tanggapan 21 Pakar Terhadap Gagasan Denny J A PDF

193 Pages·2019·2.015 MB·Indonesia
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi? Tanggapan 21 Pakar Terhadap Gagasan Denny J A

NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi? Tanggapan 21 Pakar Terhadap Gagasan Denny JA Para pakar itu di antaranya: Yusril Ihza Mahendra, Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Nusyahbani Katjasungkana, Asvi Warman Adam, Airlangga Pribadi Kusman, Budhy Munawar-Rachman, Al Chaidar, Rumadi Ahmad, AE Priyono, dll. Editor: Dr. Satrio Arismunandar 2019 HAK PENERBITAN Denny JA rights@cerahbudayaindonesia EDITOR Dr. Satrio Arismunandar DESIGN GRAFIS Reza Kemal Cetakan Maret 2019 ISBN 978-602-5896-39-2 PENERBIT Cerah Budaya Indonesia Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang karena kehendak- Nya buku ini bisa diterbitkan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari 21 pakar, yang mewakili berbagai bidang keilmuan dan minat. Mereka menanggapi tulisan karya Denny JA, yang beredar luas di media sosial, yang berjudul “NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi?” Denny JA lebih dikenal di Indonesia sebagai konsultan politik. Ia adalah konsultan politik pertama di dunia, yang berhasil membantu memenangkan presiden tiga kali berturut-turut. Namun, Denny JA adalah juga seorang intelektual dan pemikir visioner, yang memiliki keprihatinan terhadap masalah sosial, v NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi? politik dan budaya. Khususnya, masalah-masalah krusial yang terkait dengan demokrasi dan masa depan Indonesia. Tulisan Denny JA ini tidak hadir begitu saja. Tulisan Denny sebenarnya berangkat dari keprihatinan, menyusul hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, yang melakukan survei analisis pro-Pancasila. Ternyata menurut survei, dalam 13 tahun terakhir, persentase publik pro-Pancasila terus menurun sebanyak 10 persen. Pada 2005, publik yang pro-Pancasila angkanya mencapai 85,2%. Lima tahun kemudian, tahun 2010, angkanya menjadi 81,7%. Tahun 2015 angkanya menjadi 79,4% dan tahun 2018 menjadi 75,3%. Jadi dalam waktu 13 tahun, jumlah publik yang pro-Pancasila menurun 10%. Hal itu diungkapkan peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, saat pemaparan hasil survei di Jakarta (detik.com, 17 Juli 2018). Survei ini dilaksanakan di 34 provinsi pada 28 Juni-5 Juli 2018. Jumlah sampel sebanyak 1.200 orang dengan metode multistage random sampling dan toleransi kesalahan (margin of error) survei diperkirakan ±2,9%. Responden terpilih diwawancarai menggunakan kuesioner. LSI Denny JA pun melengkapi survei dengan penelitian kualitatif menggunakan analisis media, focus group discussion, dan wawancara mendalam. Survei dibiayai secara mandiri oleh LSI Denny JA. Hasil survei menunjukkan, ketika publik pro-Pancasila menurun, di sisi lain publik yang pro-NKRI Bersyariah justru mengalami kenaikan sebesar 9% selama 13 tahun. Pada 2005, angkanya mencapai 4,6%, tahun 2010 mencapai 7,3%, dan tahun 2015 mencapai 9,8%. Terakhir, pada 2018 angkanya menjadi 13,2%. Dalam waktu kurun 13 tahun, ada kenaikan persetujuan publik terhadap NKRI Bersyariah sebesar 9%. Menurut hasil survei, ada tiga alasan faktor penyebab publik yang pro-Pancasila menurun, yaitu ekonomi, paham alternatif, dan sosialisasi. Pertama, kesenjangan ekonomi semakin tinggi dalam masyarakat. Kedua, paham alternatif semakin digaungkan di luar Pancasila. Intensifnya paham alternatif di luar Pancasila vi Kata Pengantar mampu menarik, terutama warga Muslim. Ketiga, Pancasila tidak tersosialisasi dari masyarakat kepada masyarakat. Menurunnya publik pro-Pancasila juga terasa di berbagai segmen, seperti warga penghasilan rendah. Publik yang berpenghasilan di bawah Rp 1 juta yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 91,8%, pada 2010 mencapai 85,7%, pada 2015 mencapai 79,1%, dan pada 2018 mencapai 69,1%. Sedangkan publik yang berpenghasilan di atas Rp 3 juta pada 2005 mencapai 77,8%, pada 2010 sebesar 76,8%, pada 2015 mencapai 76,6%, dan pada 2018 mencapai 76,4%. Untuk warga Muslim yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 85,6%, pada 2010 mencapai 81,8%, pada 2015 mencapai 79,1%, dan pada 2018 sebesar 74,%. Sedangkan agama lainnya, Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha, yang pro-Pancasila, stabil dengan angka 82,8% pada 2018. Dikatakan cukup stabil, karena angkanya tidak beranjak jauh dari 81,7% pada 2005. Menurunnya angka warga pro-Pancasila merata di berbagai level pendidikan. Warga pro-Pancasila di kalangan lulusan atau di bawah SD pada 2005 mencapai 86,5%, pada 2010 mencapai 83,1%, pada 2015 mencapai 80,1%, dan pada 2018 mencapai 76,3%. Sedangkan lulusan SLTP yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 84,7%, pada 2010 sebesar 81,3%, pada 2015 mencapai 80,0%, dan pada 2018 sebesar 76,5%. Untuk lulusan SMA, yang pro-Pancasila pada 2005 mencapai 83,3%, pada 2010 mencapai 80,1%, pada 2015 mencapai 78,4%, dan pada 2018 sebesar 74,0%. Untuk yang pernah kuliah atau di atasnya yang pro-Pancasila, pada 2005 mencapai 82,2%, dan angka persentase ini terus menurun. Pada tahun 2018, persentasenya mencapai 72,8%. Dengan latar belakang seperti itulah, Denny mengunggah tulisannya di media sosial, untuk memancing reaksi dan tanggapan dari kalangan yang memiliki keprihatinan yang sama. Kami juga mengajukan permintaan khusus, untuk menulis artikel tanggapan terhadap tulisan Denny JA, kepada 21 pakar. vii NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi? Para pakar ini dianggap mampu memberi masukan, saran, kritik, dan pencerahan terkait topik yang diajukan, yakni soal pilihan krusial antara NKRI Bersyariah dan Ruang Publik yang Manusiawi. Untunglah, permintaan kami mendapat sambutan yang sangat baik, padahal pengumpulan naskah tulisan ini mulai dilakukan menjelang liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, saat-saat ketika banyak orang mau berlibur panjang dengan keluarga. Diharapkan, berbagai tulisan dan sumbangan pemikiran dari para pakar itu akan bisa membantu memperkaya pemikiran kita. Yakni, untuk memperoleh pencerahan dan kejelasan arah gerak bangsa ke depan, serta langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk “membangkitkan kembali” dasar negara Pancasila. Depok, Februari 2019 Dr. Satrio Arismunandar (Editor) viii DAFTAR ISI Kata Pengantar v Daftar isi ix NKRI Bersyariah atau Ruang Publik y ang Manusiawi? Oleh: Denny JA ......................................................................... 1 NKRI Bersyariah dan Ruang Publik Inklusif dalam Pusaran Kekuasaan Indonesia Pasca- Otoritarianisme Oleh: Airlangga Pribadi Kusman ....................................... 6 Ruang Publik yang Manusiawi bersama Pancasila Oleh: E. Fernando M. Manullang ........................................ 17 ix NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi? Islam Mementingkan Sasaran, Bukan Sarana Oleh: Nurul H. Maarif ........................................................................................ 23 Islam Simbolik dan Islam Substantif: Problema Nilai Islamisitas dalam Politik Indonesia Oleh: Al Chaidar ................................................................................................. 30 Visi Ketuhanan dan Ruang Publik yang Manusiawi Oleh: Trisno S. Sutanto ..................................................................................... 35 Apakah Indonesia Kurang Syar’i? Oleh: Rumadi Ahmad ....................................................................................... 43 NKRI Adil dan Beradab! Catatan untuk Denny JA Oleh: Adian Husaini .......................................................................................... 50 Apalagi yang Mau Dituntut Umat Islam? Oleh: Asvi Warman Adam ............................................................................... 57 NKRI Bersyariah atau Eksploitasi Simbol Agama? Oleh: Kastorius Sinaga ..................................................................................... 64 Mengarahkan Gerakan NKRI Bersyariah Oleh: Abdul Moqsith Ghazali ........................................................................ 72 Genealogi Indonesia Oleh: Komaruddin Hidayat ............................................................................ 79 NKRI Bersyariah, Piagam Jakarta dalam Praksis Wahabis Oleh: AE Priyono ................................................................................................ 89 Menguji Konsep NKRI Bersyariah dalam Politik Global Oleh: Dina Y. Sulaeman .................................................................................... 96 x

See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.