MODUL V ALIRAN MELALUI AMBANG (TAJAM DAN LEBAR) 5.1. Pendahuluan 5.1.1. Latar Belakang Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan bangunan air untuk pendistribusian air maupun pengaturan sungai. Dalam percobaan ini akan ditinjau aliran pada ambang yang merupakan aliran berubah tiba- tiba. Selain itu, dengan memperhatikan aliran pada ambang dapat dipelajari karakteristik dan sifat aliran secara garis besar. Ambang yang akan digunakan adalah ambang lebar dan ambang tajam. Fungsi penggunaan ambang lebar dan ambang tajam adalah: 1. Ambang tersebut menjadi model untuk diaplikasikan dalam perancangan bangunan pelimpah pada waduk dan sebagainya. 2. Bentuk ambang ini adalah bentuk yang sederhana untuk meninggikan muka air. Sebagai contoh aplikasi, air yang melewati ambang lebar akan memiliki energi potensial yang lebih besar sehingga dapat dialirkan ke tempat yang lebih jauh dan dapat mengairi daerah yang lebih luas. Gambar 5. 1 Aliran pada Ambang Lebar 35 Gambar 5. 2 Aliran pada Ambang Tajam Terdapat perbedaan bentuk fisik antara ambang lebar dan ambang tajam, sehingga mempengaruhi jatuhnya aliran. Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak dari ambang tajam, meskipun tinggi dan lebar ambang sama. Perbedaan bentuk fisik antara ambang lebar dan ambang tajam dapat dilihat pada di bawah ini. Gambar 5. 3 Ambang Tajam Gambar 5. 4 Ambang Lebar 36 Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang dengan tipe karakteristik sebagai berikut: 1. Keadaan loncat Keadaan loncat adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran. 2. Keadaan peralihan Keadaan peralihan adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran. 3. Keadaan tenggelam Keadaan tenggelam adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran. Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa bentuk atau profil aliran melalui analisis model fisik dari sifat aliran yang diamati. Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi area persawahan yang luas. Selain itu, ambang juga dapat digunakan untuk menentukan debit air yang mengalir pada saluran terbuka. 5.1.2. Tujuan Tujuan percobaan ini adalah: 1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar dan ambang tajam. 2. Menentukan pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir terhadap muka air di hulu saluran. 3. Menentukan hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang melimpah di atas ambang. 5.2. Landasan Teori Aliran pada ambang atau pelimpah (spillway) adalah salah satu jenis aliran pada saluran terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentuk tirai luapan (flow nappe) yang akan terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini dianggap mengalami pengudaraan, yaitu keadaan saat permukaan atas dan bawah tirai luapan tersebut memiliki tekanan udara luar sepenuhnya. Namun, pengudaraan di bawah tirai luapan kurang sempurana. Hal ini berarti terjadi pengurangan tekanan di bawah tirai luapan akibat udara yang tergantikan oleh pancaran air. Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal sebagai berikut: 37 - Perbedaan tekanan meningkat di ambang - Perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang digunakan - Peningkatan debit, disertai fluktuasi - Bentuk hidrolik yang tidak stabil. Hal-hal ini menyebabkan timbulnya koefisien pengaliran (C) yang berbeda-beda pada setiap ambang, yang akan dijelaskan lebih lanjut pada poin selanjutnya. 5.2.1. Debit Aliran Debit Berdasarkan Venturimeter Dalam percobaan, digunakan venturimeter untuk mengetahui debit yang sebenarnya mengalir dari pompa. Debit yang melalui ambang dapat dihitung dengan prinsip kekekalan energi, impuls - momentum, dan kontinuitas (kekekalan massa), sehingga dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk menghitung besar debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada saat kontraksi pada venturimeter: Gambar 5. 5 Venturimeter Besar debit dapat diketahui melalui rumus: π = β(ππβππ)(14ππ12)22πββ (5.1) [(π1)4β1]ππ π2 Dengan: d1 = 3,15 cm Οair = 1,00 gr/cm3 pada suhu 0 ΜC d2 = 2,00 cm ΟHg = 13,60 gr/cm3 G = 9,81 m/s2 38 Debit Pelimpah Debit aliran yang melalui ambang dengan tipe WES dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: π=πΆπΏπ»π3/2 (5.2) di mana: C = koefisien pengaliran L = lebar saluran He = tinggi aliran di atas ambang 5.2.2. Koefisien Pengaliran (C) Gambar 5. 6 Profil Aliran Melalui Ambang Tajam Kecepatan aliran yang lewat diatas pelimpah adalah V = ( g.Y )1/2 = ( g.He )1/2 (5.3) He = Y - t (5.4) di mana : g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2 t = tinggi ambang = 12 cm Karena debit aliran yang melalui pelimpah tersebut relatif kecil, maka diperlukan koefisien reduksi bagi debit (Q) maka: Q = c. g1/2 . L . He3/2 (5.5) Dengan mensubstitusi C = c.g1/2 ke persamaan (1.4) maka diperoleh persamaan debit sebagai berikut: Q = C . L . He3/2 (5.6) 39 Apabila debit yang mengalir sudah diketahui nilainya, maka nilai koefisien pengaliran (C) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: C = Q /(L . He3/2) (5.7) di mana : L = lebar saluran = 8 cm 5.3. Alat-alat Percobaan a. Ambang tajam dan lebar b. Alat pengukur kedalaman c. Alat pengukur panjang d. Venturimeter dan pipa manometer e. Sekat pengatur hilir f. Bak penampung air g. Pompa air Gambar 5. 7 Model penampang aliran pada ambang tajam 5.4. Prosedur Kerja 1. Pastikan ambang telah terpasang dalam model saluran terbuka pada posisi yang tepat sesuai gambar pada modul. 2. Jika menggunakan alat pengukur kedalaman selain penggaris (mistar), alat tersebut perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Jika menggunakan penggaris, gunakan penggaris yang sama untuk setiap percobaan. 3. Catat dimensi ambang dengan menggunakan alat ukur yang tersedia. 4. Periksa keadaan awal pipa manometer pada venturimeter. Jika terdapat selisih ketinggian pada kedua pipa, catat selisihnya dan gunakan sebagai kalibrasi dalam setiap perhitungan debit menggunakan venturimeter. 40 5. Nyalakan pompa air dengan debit tertentu sesuai keinginan, tetapi tidak sampai meluap. 6. Aturlah sedemikian rupa sehingga diperoleh keadaan sebagai berikut: - Loncat pertama - Loncat kedua - Peralihan - Tenggelam pertama - Tenggelam kedua Untuk keadaan selain loncat pertama, pasangkanlah sekat di hilir saluran dan aturlah sedemikian rupa sehingga tercipta keadaan-keadaan tersebut. 7. Catatlah 8 (delapan) koordinat titik penting dari setiap keadaan di atas untuk menggambar profil aliran. Titik-titik tersebut umumnya adalah titik awal, titik akhir, setiap titik belok aliran, dan titik-titik saat terdapat fenomena air loncat. Sebaiknya, titik awal dimulai dari sebelum ambang dan titik terakhir yang dicatat adalah titik terjauh dari ambang di mana sudah tidak terdapat perubahan aliran lagi. 8. Catat ketinggian raksa pada pipa manometer dan cari selisihnya untuk menghitung debit aliran. 9. Ulang langkah ke 6 dan 8 untuk empat debit yang berbeda. Namun, yang dicatat hanya permukaan air di hulu (y1) dan kedalaman air di hilir (y2) saja. 10. Setelah selesai langkah ke-9, kosongkan sekat di hilir. 11. Atur debit aliran mulai dari yang terbesar (tetapi air tidak meluap). 12. Catat tinggi muka air sebelum ambang (y1) dan tinggi raksa pada manometer. 13. Ulang langkah 11 dan 12 dengan mengatur debit aliran dengan cara mengecilkannya sampai didapatkan debit minimum saat air masih dapat mengalir sampai didapat lima debit yang berbeda. 14. Masukkan data koordinat profil aliran beserta besar debit pertama pada Formulir Pengamatan Lembar 1 Data untuk Membuat Profil Aliran. Masukkan data yi, y2, dan besar debit pertama beserta data y1, y2, dan besar debit lainnya (4 nilai debit selanjutnya) pada Lembar 2 Data Untuk Membuat Grafik He1 vs He2 dan He1 vs Q. Masukkan data y1 dan besar debit dari lima debit pertama tadi beserta data y1 dan besar debit lainnya (5 nilai debit selanjutnya/ terakhir) pada Lembar 3 Data Untuk Membuat Grafik He1 vs C. 15. Cara-cara di atas diulang kembali dengan menggunakan ambang yang berbeda. Pada dasarnya, prosedur kerja dapat digambarkan melalui diagram alir berikut ini: 41 ! Jika menggunakan mistar, gunakan mistar yang sama untuk setiap percobaan. ! Jika terdapat selisih ketinggian pada kedua pipa, catat selisihnya, dan gunakan sebagai kalibrasi __ P? ! Pastikan orientasi ambang benar ! Pastikan air tidak meluap ! Pastikan aliran telah stabil ! Jumlah pengambilan data masing-masing keadaan aliran: β’ Lompat 2 kali β’ Peralihan 1 kali β’ Tenggelam 2 kali Gambar 5.8 Diagram alir prosedur kerja praktikum aliran melalui ambang [berlanjut] 42 Gambar 5.9 Diagram alir prosedur kerja praktikum aliran melalui ambang 43 5.5. Pengambilan Data Untuk mengambil data, gunakan formulir pengamatan yang terdapat pada bagian akhir modul dan gunakan panduan tabel di bawah ini: Tabel 5. 1 Spesifikasi Data yang Diambil Selama Percobaan Lembar No. Data yang Diambil Simbol Sat. Jumlah Data Total Keterangan Data Debit yang sama Koordinat titik-titik 8 x Jumlah Keadaan digunakan juga 1 Lembar 1 untuk membuat profil (x,y) cm Aliran = 40 titik untuk Lembar 2 dan aliran 3 Debit pertama diambil sama hi cm 5 dengan debit untuk Tinggi kedua pipa Lembar 1, jadihanya manometer untuk mengambil 4 nilai menghitung debit debit yang baru. 2 Lembar 2 h2 cm 5 Tinggi air sebelum 5 x Jumlah Keadaan y1 cm he1 = y1 - t ambang Aliran = 25 Tinggi air sesudah 5 x Jumlah Keadaan y2 cm he2 = t - y2 ambang Aliran = 25 h1 cm 10 Debit pertama Tinggi kedua pipa sampai kelima manometer untuk diambil sama menghitung debit dengan debit untuk Lembar 2, jadi hanya 3 Lembar 3 h2 cm 10 mengambil 5 nilai debit yang baru. Data yang diambil Tinggi air sebelum y1 cm 10 hanya pada keadaan ambang loncat pertama. he1 = y1 - t Catatan: Jumlah keadaan aliran = 5 (loncat 1, loncat 2, peralihan, tenggelam 1, tenggelam 2) 44
Description: