ebook img

Metode Penelitian Kuantitatif PDF

88 Pages·2017·0.75 MB·English
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Metode Penelitian Kuantitatif

BAHAN AJAR Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial UNP Jurusan : Sosiologi Program Studi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi Nama MK/ Kode MK : Metode Penelitian Kuantitatif / SOA 128 Dosen/ Sandi Dosen : Drs. Zafri, M.Pd./ 4431 Ike Sylvia, S.IP., M.Si./ 4446 Pertemuan ke : 1 A. Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) : Mahasiswa mampu mengetahui konsep mengenai Manusia, Ilmu, dan Kebenaran B. Materi : Manusia, Ilmu, dan Kebenaran 1. Manusia Mencari Kebenaran 2. Hasrat Ingin Tahu 3. Manusia dan Keterbatasannya 4. Manusia dan Masalahnya 5. Definisi Ilmu 6. Dua Pendekatan dalam Mencari Kebenaran a. Pendekatan Non Ilmiah b. Pendekatan Ilmiah 7. Cara Berpikir Deduktif 8. Cara Berpikir Induktif 9. Cara Berpikir Keilmuan C. Uraian Materi MANUSIA, ILMU DAN KEBENARAN Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan; makhluk hidup yang selalu berpikir, merasa, mencipta dan berkarya. Dalam kesehariannya, manusia tumbuh dan berkembang serta mengembangkan diri sesuai dengan harkat, martabat dan keberadaannya. Mereka berbuat, bertindak, hidup dan menghidupkan diri sesuai dengan keakuannya serta lingkungannya dimana ia tumbuh dan mengembangkan diri. Keadaan lingkungan yang bervariasi, menuntut manusia agar berbuat lebih 1 arif, lebih bijaksana, selektif, dan kreatif dalam menyikapinya. Manusia mempunyai kelebihan dari makhluk lain. Manusia adalah makhluk berpikir, makhluk rasional, dan makhluk inteligen, yang selalu berupaya memanfaatkan segala sesuatu yang terdapat di sekitarnya. Kompleksitas masalah yang dihadapi masing-masing individu dalam lingkungannya, akan diwarnai pula oleh kemampuan manusia itu sendiri, tingkat perkembangan masyarakat, dan kemajuan teknologi. Dalam masyarakat modern dan masyarakat global, penguasaan ilmu dan teknologi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam memenangkan kompetisi dalam percaturan global. Di samping itu masalah yang dihadapi manusia bertambah kompleks pula. Sebaliknya dalam masyarakat agraris, masalah kehidupan dan perjuangan hidup jauh lebih sederhana dari dalam masyarakat modern. Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah yang muncul dan terdapat pada dirinya sangat dipengaruhi pula oleh tingkatan kemampuan, ilmu pengetahuan dan keterampilan maupun kecakapan yang dimilikinya dalam mempersepsi dan memaknai masalah, memformulasikan masalah, merumuskan alternatif tindakan yang akan diambil, serta memilih dan menetapkan alternatif tindakan yang tepat. Penalaran manusia yang tinggi dan pemanfaatan pendekatan keilmuan dalam mencari kebenaran (truth), akan mendorong setiap individu mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kemampuan dan ilmu manusia, baru mendapat arti kalau mereka mampu meneliti sesuatu sehingga mengerti dan mampu mendeskripsikan sesuatu dalam konteks yang sebenarnya dan bertindak atas dasar penalaran yang kuat untuk mencari dan menemukan kebenaran (keilmuan) serta memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi. 1. Manusia Mencari Kebenaran Tiada yang langgeng dalam kehidupan, termasuk di dalamnya kebenaran (truth) sebagai hasil usaha manusia dalam memecahkan masalah atau dalam menemukan sesuatu yang baru. Kebenaran keilmuan bukanlah sesuatu yang selesai untuk selama-lamanya. Fisher (1975:48) menyatakan bahwa; kebenaran 2 adalah : ”the body of real things, events and facts, arguments with facts and a judgement, preposition or idea that is true or acceptance as true”. Oleh karena itu, kebenaran ilmu bersifat relatif. Kebenaran dapat berupa sesuatu, kejadian, dan fakta-fakta, argumentasi fakta-fakta, pertimbangan, preposisi atau ide yang benar atau yang diterima sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran dalam ilmu, dibatasi fakta-fakta alam yang dapat diobservasi baik dengan menggunakan pancaindera atau dengan memanfaatkan alat bantu teknologi serta kemampuan manusia/ pengamat itu sendiri. Di luar batas jangkauan itu, adalah wilayah Sang Maha Pencipta dengan kebesaranNya. Manusia adalah pribadi yang terbatas di hadapan Sang Khaliknya. Pribadi itu adalah substansial individual dari sebuah kodrat yang berakal. Di samping itu, dipengaruhi pula oleh waktu dan tempat, hubungan manusia dengan yang diamati, serta kondisi internal dan eksternal lainnya dalam mendeskripsikan, menyajikan serta mencari hubungan di antara fakta-fakta tersebut. Sesuatu dikatakan benar secara keilmuan apabila hasil pencaritahuan itu (1) konsisten dengan apa atau sesuatu yang dianggap benar pada waktu itu atau pada masa lampau atau (2) berkoresponden dengan kenyataan di dalam masyarakat Manusia dalam kesehariannya selalu ingin tahu. Hal itu, ditopang oleh kondisi psikologis yang dimiliki seseorang; matra kognitif dan afektif yang mendorongnya untuk selalu berupaya dan berprilaku. Ia mungkin tahu tentang sesuatu, ia sadar akan keberadaannya; namun realita dalam masyarakat tidak selamanya sesuai dengan yang dipikirkannya. Ia menghayati, ada sesuatu keganjilan, sesuatu jurang (gap) antara yang ada dan yang seharusnya; sesuatu ketimpangan telah terjadi. Ia ingin tahu lagi apa yang sebenarnya. Ia ingin menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah itu atau mencari kebenaran keilmuan (truth) tentang sesuatu itu. Kebenaran keilmuan (selanjutnya disebut dengan kebenaran) bukanlah sesuatu yang kekal sepanjang masa . Kebenarannya bersifat relatif, dapat diuji dan diuji lagi di laboratorium, di dalam masyarakat atau di dalam realitas kehidupan dengan menggunakan pendekatan keilmuan (scientific method ). Mengapa demikian ? 3 Alam dan lingkungan selalu berubah. Cepat atau lambat. Manusia sebagai bagian dari alam tidaklah dapat memisahkan diri dari segala gejala yang terjadi dalam masyarakat. Manusia tidak mungkin mengisolasi diri, karena manusia mempunyai akal yang merupakan kelebihannya dari makhluk lain. Manusia dapat menantang, menyesuaikan diri atau menguasai lingkungan selagi dalam batas kemampuannya. Untuk itu, manusia harus proaktif; berpikir kreatif, logis, kritis dan analitis; serta melakukan interaksi positif dengan lingkungannya dan menyelidiki bagaimana kejadian fenomena alam tersebut. Secara umum, fenomena alam dapat didekati melalui tiga cara: (1) pengalaman (experience), (2) penalaran (reasoning) dan (3) penelitian (research) Pengalaman dapat dijadikan sumber informasi dalam merumuskan penemuan yang lebih baik sehingga apa yang dihasilkan manusia itu dalam mencari kebenaran makin mendekati hasil yang diharapkan. Penalaran melalui logika induktif maupun deduktif sangat membantu dalam mendekati bermacam-macam fenomena alam. Kebenaran yang disimpulkan melalui logika deduktif, dimulai dari teori dan hukum yang sudah ada, sebaliknya penelusuran kebenaran dengan menggunakan logika induktif, dimulai dengan memperhatikan fenomena khusus dan spesifik. Berdasarkan penomena khusus tersebut, ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Oleh karena itu kebenaran bersifat relatif karena dalam batas jangkauan indra manusia, atau karena keterbatasan daya jangkau pikiran manusia dalam mengamati sesuatu yang ada di alam lingkungannya serta dalam mengolah dan mencari pola pembenarannya (justification). Kebenaran itu akan tetap langgeng dan bertahan sampai ada temuan baru berikutnya atau sampai ada temuan lain yang menyalahkan temuan itu (falsification). Dengan melakukan penelitian (research), kelemahan-kelemahan dari kedua cara beripkir tersebut dalam mencari kebenaran dapat diminimalkan karena penelitian berawal dari adanya tuntutan dan kebutuhan, serta munculnya masalah dan adanya keresahan. Semuanya itu berangkat dari adanya kesenjangan antara teori yang ada dan kenyataan dalam masyarakat secara empiris. Teori, hukum, konsep , atau konstruk akan melahirkan asumsi dan atau prediksi. Diuji di 4 lapangan dan dibuktikan kebenarannya. Temuan-temuan penelitian dapat berupa memperkuat kebenaran yang sudah ada dan dapat pula menciptakan teori yang mungkin bertentangan dengan teori yang sudah ada. Namun perlu digaris bawahi bahwa untuk menemukan teori baru atau menyalahkan teori yang sudah mempunyai kekuatan, tidak mungkin dilakukan sekali jadi. Hal itu dapat dilakukan melalui masa uji coba dan penelitian yang cukup lama dan mendalam. 2. Hasrat Ingin Tahu Sejarah telah menunjukkan bahwa manusia di muka bumi ini dengan keterbatasannya selalu berusaha mencari dan menemukan sesuatu yang baru. Mereka berusaha mencari, menemukan, menggali, menyelidiki dan menganalisis sesuatu dengan tekun dan teliti. Lambat laun mereka berhasil menemukan dan mengungkapkan sesuatu yang samar-samar, sesuatu yang masih gelap, dan sesuatu yang terselubung menjadi tranparan, bermakna serta berguna bagi manusia lain dan lingkungannya. Hal itu dimungkinkan karena manusia itu adalah makhluk rasional; yang dalam interaksi dengan dan bersama lingkungnanya akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya menjadi makhluk individual, makhluk sosial dan makhluk susila serta makhluk beragama. Sebagai makhluk rasional, manusia itu dilengkapi pula dengan berbagai dimensi psikologis yang lain, antara lain, bakat, sifat, kemauan, minat, perasaan, motivasi, rasa aman, rasa ingin tahu, rasa cemas, semangat bersaing, dan kreativitas. Dimensi-dimensi psikologis tersebut merupakan tenaga penggerak atau dapat digerakkan sehingga mendorong seseorang mau dan mampu melakukan sesuatu. Di awali dengan rasa rasa ingin tahu dan ingin mengerti sesuatu, manusia mulai menjelajah alam raya dirinya, dan ingin mengetahui apa yang ada dan terjadi di lingkungannya. Ia mulai bertanya: Bagaimanakah sesuatu terjadi, bergerak dan kemudian hilang? Mengapa air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah ?. Tidakkah mungkin air dialirkan ke tempat yang lebih tinggi ? 5 Apakah petani penggarap tanah tadah hujan akan selalu menderita dan menunggu hujan turun ? Tidakkah mungkin disediakan berbagai alternatif lain untuk mereka ? Dengan menggunakan hukum-hukum alam yang bersumber dari kebesaran Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta,manusia dengan kemampuan rasionalnya atau dengan menggunakan penalaran yang dimilikinya dapat melakukan penelitian, atau penyelidikan dan pengkajian-pengkajian khusus untuk menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Upaya- upaya yang dilakukan manusia itu, tidak selamanya berjalan dengan baik dan benar karena keterbatasan manusia dan lingkungannya. 3. Manusia dan Keterbatasannya Meskipun rasa ingin tahu dan menyelidiki secara implisit berada dalam diri manusia, namun sebagai makhluk rasional manusia mempunyai keterbatasan- keterbatasan dalam kadar potensi yang mereka miliki, sesuai dengan anugerah yang Mahakuasa. Manusia berpikir, merasa dan mengindera. Di luar itu, bukan lagi dalam jangkauan pancaindera manusia dan manusia tidak kuasa lagi memikirkannya. Manusia dapat membuat pesawat terbang lebih cepat dari suara tetapi pesawat terbang tersebut dapat dirusak oleh angin yang datang secara mendadak dan tidak kuasa manusia meniadakannya. Hal itu karena berada di luar jangkauan pikiran manusia. Manusia pada prinsipnya tidak dapat menciptakan dari yang “tidak ada” menjadi “ada”, tetapi dapat menciptakan kreasi baru berdasarkan yang diciptakanNya. Keterbatasan manusia itu bersumber dari keterbatasannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sejak saat diciptakan oleh Maha Pencipta. Di samping itu, keterbatasan dalam pengembangan potensi diri yang telah mereka miliki serta keterbatasan dalam pemanfaatan apa yang telah mereka miliki dalam berpikir dan menalar akan membawa akibat pada kekurangsempurnaan diri masing-masing. Manusia dengan proses kerja yang sistematis, kreatif dan logis akan dapat mengungkapkan, memcahkan dan menemukan sesuatu sesuai dengan keterbatasan yang diberikan kepadanya. 6 Rasa ingin tahu dan mau menyelidiki sesuatu telah ada sejak dini. Tumbuh dan berkembang menurut irama dan pola per-tumbuhan masing-masing sesuai dengan tugas-tugas perkembangan (developmental tasks) manusia. Perhatikanlah kehidupan setiap insan manusia. Mereka tidak suka berdiam diri. Mereka kurang puas dengan yang ada, mereka ingin berbuat dan mencari sesuatu yang baru. Perwujudan rasa ingin tahu dan mengerti pada manusia dengan segala manifestasinya adalah usaha untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah yang dihadapi manusia secara individual maupun oleh masyarakat lingkungannya dengan benar. Keinginan itu akan terwujud kalau manusia itu memiliki pengetahuan, kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang benar, serta mampu menggunakan pendekatan yang tepat berlandaskan metode dan prinsip ilmiah (scientific method). Manusia sebagai makhluk rasional, dapat tumbuh dan berkembang sehingga mempunyai wawasan, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, nilai dan sikap yang berbeda antara satu dengan yang lain. Mereka meneliti secara empiris kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam alam, sesuai batas kemampuan pancainderanya. Mereka mencoba menalar, berpikir logis-analitis, sistematis dan sistemik tentang apa yang terjadi dan mungkin akan terjadi. Mereka mencoba mengendalikan dan atau melihat sesuatu dalam konteksnya. Suatu hal yang tidak dapat pula di abaikan, bahwa manusia tidak pernah puas tentang apa yang pernah dbutirukannya, namun manusia sadar pula akan batas kemampuan dan kewenangannya. Mereka berusaha mencari yang baru, menganalisis, dan memprediksi yang akan datang. Keterbatasan bukan suatu hambatan dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Selagi dalam jangkauan pikiran, kemampuan dan pengetahuan manusia; selagi dalam batas kuasa jangkauan pengamatan pancaindera; segala sesuatu wajar untuk diselidiki dan diteliti, serta dibuktikan kebenarannya. 4. Manusia dan Masalahnya Sebagaimana telah diungkapkan pada uraian sebelum ini, manusia adalah makhluk hidup dan menghidupkan diri, yang mampu berpikir dan menalar. Sebagai makhluk hidup ia mampu hidup dan memperbaiki serta meningkatkan 7 kehidupannya sesuai dengan tuntutan, perubahan dan kemajuan zaman. Melanjutkan kehidupan bukan berarti hidup sebagaimana adanya, alami dan tidak berkembang, melainkan ia harus mampu memberi warna dan arti serta nuansa tersendiri pada kehidupannya. Mereka harus bertindak cepat dan tepat serta hidup lebih baik dari yang sebelumnya. Untuk itu diperlukan wawasan dan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang cukup andal serta sikap terbuka dan positif terhadap perkembangan, perubahan dan pembaharuan. Tantangan dan tuntutan masyarakat yang bertambah kompleks di lingkungannya membuat manusia tidak terbebas dari berbagai masalah. Sering terjadi jurang (gap) antara apa yang diharapkan dengan realita dalam masyarakat, atau antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam masyarakat. Masalah-masalah itu berbeda-beda pada setiap manusia dalam kehidupannya dan sangat tergantung pada kekuatan, kelemahan, ambisi serta kompleksitas hidup yang dilalui seseorang. Bagi individu tertentu, naiknya harga minyak, bukanlah masalah karena mereka masih mampu mengatasinya. Mereka masih dapat hidup layak dengan pendapatan yang diterimanya, namun bagi individu lain dengan penghasilan terbatas, kondisi tersebut telah menimbulkan masalah dan gangguan dalam kehidupannya. Tingkat pendidikan yang rendah, dibarengi dengan kemiskinan, lebih memicu dan mendorong munculnya berbagai masalah pada seseorang dibandingkan dengan individu lain yang berpendidikan lebih tinggi dan berpendapatan cukup. Timbulnya masalah itu berkaitan erat dengan kekuranganmampuan menyesuaikan diri, mengatasi atau menguasai lingkungan sekitarnya karena kekurangan atau keterbatasan informasi atau fakta yang ada dan cara mengatasinya. Mungkin informasi ada tetapi karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan bagaimana cara mengatasi masalah serta kekurangsiapan mengambil keputusan dan resiko , akhirnya menjadi menumpuk dan tidak terselesaikan. Sedangkan individu yang mau dan mampu memecahkan masalah, berpengetahuan luas, mampu menalar, berpikir logis dan analitis serta siap mengambil keputusan dan menanggung resiko, akan selalu membaca nuansa zaman dan lingkungannya dan tidak akan membiarkan masalah 8 menumpuk dan tidak terselesaikan. 5. Apakah Ilmu itu ? Dalam masyarakat sederhana, sejak pagi seorang petani telah berangkat ke sawah dan ke ladangnya; seorang pendulang emas, pergi melakukan pekerjaannya dengan tidak kenal lelah. Demikian juga, penyadap karet, pencuci pakaian, atau buruh kasar lainnya.Mereka itu adalah contoh kelompok individu yang mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu yang dilakukannya melalui pengalaman langsung. Sebelum mereka turun ke sawah atau ke ladang, kesungai atau ke pelabuhan, ke kebun atau ke tempat kerja lainnya, mereka tidak pernah dipersiapkan terlebih dahulu bagaimana mengolah sawah yang baik, menyadap karet, atau mendulang emas yang seharusnya. Mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan formal sebelumnya, tentang apa yang akan dilakukannya di tempat kerja. Tetapi ada pula yang mendapatkan pengetahuan melalui semadi atau mengasingkan diri atau diturunkan dari keluarganya yang terdahulu. Di samping itu, ada pula yang berpengetahuan atau mendapatkan pengetahuan dengan pendidikan formal dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Keadaan yang demikian adalah kenyataan yang tidak dapat dibantah, namun setiap orang dengan caranya sendiri akan mengatasi kekurangannya, masalahnya dan ingin memenuhi rasa ingin tahu serta melanjutkan serta meningkatkan kehidupannya. Mereka mengembangkan dan meluaskan pengetahuannya. Dari contoh-contoh yang dikemukakan di atas, tampak bahwa tidak satupun individu normal yang mau menyerah sebelum berusaha dan menggunakan apa yang ada padanya seoptimal mungkin. “Saya tahu mendulang emas, saya berpengetahuan mendulang emas dan saya berpengalaman mendulang emas”. (Saya mempunyai pengetahuan tentang mendulang emas) “Saya merasakan masalah narkoba sudah sangat membahayakan (felt need), saya rumuskan masalahnya, saya susun hipotesis yang akan dibuktikan, saya susun instrumen dan kumpulkan data dan akhirnya saya buktikan hipotesis yang disusun sebelumnya” 9 (saya berpengetahuan tentang jaringan narkoba) Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang suatu objek, termasuk di dalamnya ilmu, tetapi tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya tentang ilmu, namun belum terdapat perumusan yang baku dan seragam, karena mereka meninjau dari sisi yang berbeda. Ilmu (science) berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “to know”, atau mengetahui. Apabila arti secara etimologi ini diterima maka ilmu adalah sama dengan pengetahuan (knowledge). Ada ahli yang menyatakan bahwa ilmu berasal dari kata : wissenschcaft dalam bahasa Jerman yang berarti pengetahuan tersusun dan menurut sistem tertentu (Fisher, 1975:5). Sedangkan Campbell menyatakan bahwa ilmu itu dapat digambarkan dalam dua bentuk: (a) ilmu adalah “body” dari pengetahuan yang berguna dan dapat dipraktekkan dan ada metode untuk menemukan pengetahuan tersebut, (b)ilmu adalah suatu aktivitas intelektual murni. Kemany menyatakan ilmu adalah semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode keilmuan (scientific method). Selanjutnya Conant berpendapat bahwa ilmu itu merupakan serangkaian konsep (concepts) dan bagan konseptual (conceptual schemes) yang saling berhubungan yang berkembang sebagai hasil dari eksperimen dan observasi lebih lanjut (Kerlinger, 1973). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu itu mempunyai ciri khas dibandingkan dengan pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan cara khusus yaitu metode keilmuan. Ilmu mempunyai keterbatasan dalam objeknya yaitu dalam batas kemampuan pancaindra manusia, sehingga berada dalam jangkauan pandangan dan pengalaman manusia. Disamping itu ilmu ditujukan untuk kebaikan atau kebajikan manusia dan dunia di sekitar individu. Oleh karena itu aktivitas yang dilakukan dapat berupa: mendeskripsikan sesuatu fenomena, merumuskan dan menemukan aturan dan atau/konsep (rules or concepts) dan menformulasikan teori atau hukum. Menurut Toulmin ( 1953) fungsi ilmu adalah membangun sistem ide-ide tentang semesta sebagai suatu realitas, dan sistem tersebut menyajikan teknik-teknik yang handal dalam memproses data, sedangkan Karl Popper (1935) berpendapat bahwa ilmuwan (scientist) berfungsi untuk 10

Description:
Sosiologi. Program Studi. : Pendidikan Sosiologi-Antropologi. Nama MK/ Kode wishes to priorities for further research; gathering information about.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.