Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017 MENGOPTIMALKAN ASPEK LITERASI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA ABAD 21 Sri Rahayu1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] Abstrak Literasi sains, termasuk literasi kimia, sangat perlu untuk diajarkan kepada siswa agar mereka dapat hidup di tengah-tengah masyarakat modern abad 21. Berbagai upaya telah dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia untuk meningkatkan literasi sains dan literasi kimia siswa, misalnya upaya diluncurkannya kurikulum baru 2013. Namun guru kimia sebagai tonggak penentu keberhasilan dari upaya tersebut perlu memahami dengan baik pengertian literasi/kimia, bagaimana cara menilai dan mendesain pembelajaran kimia yang berorientasi peningkatan literasi kimia siswa. Cara menilai literasi kimia dapat menggunakan kerangka literasi sains PISA dan literasi kimia Shwartz. Sedangkan pembelajaran kimia dapat didesain dengan mengoptimalkan aspek-aspek literasi yaitu memilih topik kimia yang memiliki banyak relevansinya bagi kehidupan siswa dan mencakup pengetahuan deklaratif, prosedural serta epistemik; strategi pembelajaran berbasis inkuiri; menentukan konteks yang relevan, kontemporer atau isu-isu sosiosaintifik; menentukan nilai-nilai afektif dan cara belajar siswa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran berorientasi literasi kimia. PENDAHULUAN disebut dengan masyarakat berliterasi Kita telah memasuki abad 21 yang sains (Bond, 1989). Oleh karena itu, ditandai dengan perkembangan dunia tercapainya masyarakat yang berliterasi yang semakin cepat dan kompleks. sains sudah menjadi tuntutan zaman. Berbagai perubahan terjadi dalam bidang Literasi sains merupakan salah satu pengetahuan, teknologi dan informasi keterampilan/kapabilitas yang diperlukan secara mengglobal dan perubahan tersebut di abad 21 diantara 16 keterampilan yang pada dasarnya ditujukan untuk diidentifikasi oleh World Economic meningkatkan kualitas hidup masyarakat Forum (Wefusa, 2015). modern, seperti manfaatnya dalam bidang Mengingat pentingnya literasi sains kedokteran, komunikasi, dan maka mendidik masyarakat agar memiliki nanoteknologi. Namun seiring dengan literasi sains merupakan tujuan utama manfaat yang dirasakan masyarakat, dalam setiap reformasi pendidikan sains dampak negatif juga bermunculan, seperti (DeBoer, 2000). Banyak organisasi terjadinya pemanasan global, krisis energi pendidikan dewasa ini menerima dan atau kerusakan lingkungan. Oleh karena mengeluarkan standar dan pedoman itu, tidak dapat dihindari bahwa (benchmark) terkait dengan isi, pedagogi masyarakat membutuhkan pemahaman dan asesmen terkait dengan literasi sains tentang fakta-fakta ilmiah dan hubungan (AAAS, 1993; Millar and Osborne, 1998; antara sains, teknologi, dan masyarakat. NRC, 1996). Selain itu, beberapa upaya Masyarakat yang memiliki pengetahuan telah dilakukan untuk mendefinisikan tersebut dan mampu menerapkan secara teoritis tentang literasi biologi pengetahuannya untuk memecahkan (biological literacy) (BSCS, 1993) dan masalah-masalah dalam kehidupan nyata literasi kimia (chemical literacy) 1Prof. Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D adalah Guru Besar di Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang 1 Pembicara utama: Sri Rahayu Mengoptimalkan Aspek Literasi ..... (Holman, 2002; Atkins, 2005; Shwartz, juga menunjukkan bahwa literasi sains Ben-Zvi and Hofstein, 2005). semakin diterima dan dinilai oleh para Di Indonesia, sudah diketahui secara pendidik sebagai hasil belajar yang umum bahwa level literasi sains siswa diharapkan (Lederman, 2014). Trend Indonesia yang diukur oleh PISA sampai dalam kebijakan pendidikan sains di abad saat ini menunjukkan kondisi yang 21 ini menekankan pentingnya literasi memprihatinkan. Namun, sudah ada upaya sains dalam pendidikan sains sebagai untuk memperbaiki situasi ini seperti transferable outcome (Fives et al, 2014). upaya mereformasi kurikulum seperti Diskusi tentang tujuan pendidikan sains kurikulum baru 2013. Pertanyaan penting seringkali diawali dengan isu “literasi bagi pendidik adalah bagaimana cara kita sains” dan frasa itu mewakili harapan kita membantu siswa agar mereka mencapai tentang apa yang seharusnya diketahui literasi sains/kimia? Menurut Glynn dan dan mampu dilakukan oleh siswa sebagai Muth (1994), upaya meningkatkan literasi hasil dari pengalaman belajarnya. sains siswa tidaklah cukup hanya dengan Walaupun sebenarnya, pengertian literasi menambah banyak fakta-fakta ilmiah sains itu sendiri jika dikaitkan dengan dalam pembelajaran dan meningkatkan implementasi pembelajarannya di kelas jumlah kegiatan laboratorium saja, namun masih dapat diperdebatkan karena istilah siswa perlu dibekali oleh kegiatan yang literasi sains itu cenderung abstrak menekankan minds-on disamping kegiatan sehingga menimbulkan interpretasi yang hands-on. Karena aspek afektif bermacam-macam berkaitan dengan hasil merupakan faktor penting dalam belajar yang diharapkan. Namun secara berliterasi sains maka perlu menyertakan global telah disepakati bahwa tujuan hearts-on dalam pembelajaran. Agar utama mengembangkan literasi sains upaya pendidik/guru dapat memfasilitasi adalah agar siswa memiliki kemampuan siswa secara optimal dalam mencapai dalam memahami perdebatan sosial tujuan tersebut melalui pembelajaran mengenai permasalahan-permasalahan kimia, maka mereka perlu memahami yang terkait sains dan teknologi dan turut terlebih dahulu apa pengertian literasi berpartisipasi didalam perdebatan itu sains/kimia dan bagaimana cara (Roth & Lee, 2004). Literasi sains mengoptimalkan dalam pembelajaran memfokuskan pada membangun kimia agar siswa memiliki literasi kimia pengetahuan siswa untuk menggunakan yang baik. konsep sains secara bermakna, berfikir secara kritis dan membuat keputusan- PEMBAHASAN keputusan yang seimbang dan memadai Pengertian Literasi Sains dan Literasi terhadap permasalahan-permasalahan Kimia yang memiliki relevansi terhadap Literasi sains (LS) sebenarnya kehidupan siswa. Akan tetapi masih sering bukanlah hal baru dalam dunia dijumpai bahwa praktek pembelajaran pendidikan. Namun, sejak dua dekade sains di berbagai negara mengabaikan terakhir, literasi sains menjadi topik utama dimensi sosial pendidikan sains dan dalam setiap pembicaraan mengenai dorongan untuk mengembangkan tujuan pendidikan sains di sekolah. ketrampilan-ketrampilan siswa yang Literatur dalam bidang pendidikan sains diperlukan untuk berpartisipasi secara 2 Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017 aktif dalam masyarakat (Hofstein, Eilks & Model scientific literacy ini menekankan Bybee, 2011). perlunya keseimbangan antar berbagai Jika ditelusuri lebih rinci sebenarnya kemampuan dan membutuhkan ada dua kelompok besar orang yang ketrampilan dalam pengambilan memiliki pandangan tentang scientific keputusan terhadap isu-isu sosiosaintifik literacy (Holbrook & Rannikmae, 2009). (socioscientific issues) (Holbrook & Kelompok pertama, yaitu kelompok Rannikmae, 2007). “science literacy” memandang bahwa Holbrook & Rannikmae (2009) komponen utama literasi sains adalah mengembangkan definisi baru tentang pemahaman materi sains yaitu konsep- literasi sains yang menjadi target konsep dasar sains. Pemahaman kelompok pendidikan sains. Mereka menyarankan pertama inilah yang banyak dipahami oleh perlunya apresiasi tentang hakekat sains guru-guru sains saat ini baik di Indonesia (NOS) dan relevansinya dengan sains maupun di luar negeri. yang sedang dipelajari, sehingga Kelompok kedua, yaitu scientific mengembangkan literasi sains melalui literacy, memandang bahwa literasi sains pendidikan sains adalah upaya searah dengan pengembangan life skills mengembangkan kemampuan dalam (Rychen & Salganik, 2003). Yaitu menggunakan pengetahuan dan pandangan yang mengakui perlunya ketrampilan ilmiah secara kreatif keterampilan bernalar dalam konteks berlandaskan bukti-bukti yang cukup, sosial dan menekankan bahwa literasi khususnya yang relevan dengan karir dan sains diperuntukan bagi semua orang, kehidupan sehari-hari dalam memecahkan bukan hanya kepada orang yang memilih permasalahan-permasalahan penting, dan karir dalam bidang sains atau spesialis mengajukan argumentasi pribadi didalam dalam bidang sains. Gräber et al (2001) membuat keputusan sosiosaintifik secara menjembatani kedua kelompok ini dengan berpertanggung jawab. Selain itu, dalam model literasi sains seperti Gambar 1, literasi sains diperlukan juga kemampuan yang menunjukkan bahwa literasi sains mengembangkan ketrampilan berinteraksi berbasis kompetensi/ kemampuan dan secara kolektif, pengembangan diri merupakan hasil interseksi antara “what dengan pendekatan komunikatif, dan do people know” (terdiri dari kemampuan perlunya menunjukkan penalaran yang memahami materi sains dan kemampuan dapat dimengerti dan persuasif ketika epistemologis sains (nature of science), mengemukakan argumentasi dalam isu-isu “what do people value” (terdiri dari sosiosaintifik (socioscientific issues). kemampuan beretika atau bermoral), dan “what can people do” (terdiri dari kemampuan belajar, kemampuan bersosialisasi, kemampuan melakukan prosedur, kemampuan berkomunikasi). 3 Pembicara utama: Sri Rahayu Mengoptimalkan Aspek Literasi ..... Pada prinsipnya, walaupun terdapat dan pembelajaran sains difasilitasi dengan berbagai macam pengertian literasi sains, kompetensi tersebut di atas, maka literasi namun terdapat sekurang-kurangnya 3 hal sains siswa akan berkembang (Shswartz umum yang disepakati yaitu: (1) et.al, 2005; Roberts, 2007). pengetahuan tentang konsep dan ide-ide Definisi literasi kimia berasal dari sains; (2) pemahaman tentang proses definisi literasi sains dan dapat inkuiri dan hakekat cara memperoleh didefinisikan dari dua kerangka teoritis pengetahuan (nature of science); dan (3) utama, yaitu definisi Program for kesadaran akan pengaruh kegiatan ilmiah International Student Assessment, PISA terhadap konteks sosial dimana kegiatan (OECD, 2006; OECD, 2015) dan definisi tersebut dilakukan, dan pengaruhnya Shwartz et al (2005, 2006a) yang terhadap kehidupan sehari-hari, pribadi dibangun atas dasar kesepakatan antara maupun keputusan sosial tentang ide-ide ilmuwan, pendidik, dan guru kimia ilmiah dan prakteknya (Ratcliffe and Sebenarnya, kedua definisi ini bersumber Millar, 2009, p 946). Selain itu, hampir dari definisi literasi sains yang setiap deskripsi literasi sains dikemukakan oleh Bybee (1997). memfokuskan pada pentingnya Definisi literasi sains menurut PISA kemampuan berbahasa, membaca dan (OECD, 2016: 1) mengalami menulis dengan baik dalam memahami perkembangan. Pada PISA 2000 dan dan menjelaskan fenomena, mengevaluasi 2003, literasi sains didefinisikan sebagai informasi, mengkomunikasikan ide-ide kemampuan dalam menggunakan kepada orang lain dan menerapkan pengetahuan ilmiah (scientific pengetahuan ilmiah dan keterampilan knowledge), mengidentifikasi pertanyaan bernalar pada situasi kehidupan sehari- dan dalam menarik kesimpulan hari dan proses pengambilan keputusan. berdasarkan bukti dalam rangka Literasi sains memberikan aspirasi pada memahami dan membuat keputusan pengembangan kurikulum, bahan ajar dan tentang alam semesta dan melakukan praktek penilaian, sehingga jika materi berbagai perubahan melalui aktivitas 4 Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017 manusia. PISA 2006 menguraikan konsep Menurut Shwartz et al. (2006a) scientific knowledge menjadi 2 komponen literasi kimia mencakup empat domain, yaitu knowledge of science dan knowledge yaitu: about science. Gagasan ini selanjutnya 1. Pengetahuan materi kimia dan gagasan dikembangkan lagi dalam definisi PISA ilmiah 2015. Perbedaan utama adalah bahwa Seorang yang berliterasi kimia akan gagasan knowledge about science lebih memahami: jelas dan dibagi menjadi 2 komponen 1.a. Gagasan ilmiah umum pengetahuan prosedural dan pengetahuan Kimia adalah disiplin ilmu epistemik. eksperimental. Kimiawan melakukan OECD (2016:3) menjelaskan bahwa inkuiri ilmiah, membuat generalisasi, dalam upaya memahami dan terlibat dan mengajukan teori untuk dalam diskusi kritis tentang isu-isu sains menjelaskan fenomena alam semesta. dan teknologi, ada tiga kompetensi Kimia menyediakan pengetahuan spesifik dalam literasi sains yang yang digunakan untuk menjelaskan dibutuhkan yaitu menjelaskan fenomena fenomena dalam bidang lain, sains secara ilmiah, mengevaluasi dan misalnya ilmu bumi atau ilmu biologi. merancang penyelidikan atau inkuiri, dan 1.b Ide-ide pokok kimia menafsirkan data secara ilmiah. Semua Kimia mencoba menjelaskan kompetensi tersebut membutuhkan fenomena makroskopis dalam bentuk pengetahuan. Menjelaskan fenomena sains struktur molekul materi. dan teknologi secara ilmiah membutuhkan Kimia menyelidiki dinamika proses pengetahuan tentang materi sains yang dan reaksi. disebut pengetahuan konten (content Kimia menyelidiki perubahan energi knowledge), kompetensi kedua dan ketiga yang terjadi dalam reaksi kimia. membutuhkan lebih dari pengetahuan Kimia bertujuan memahami dan yang diketahui, yaitu pemahaman tentang menjelaskan kehidupan dikaitkan bagaimana pengetahuan ilmiah tersebut dengan struktur kimia dan proses dibangun dan diyakini. Pengetahuan ini dalam sistem kehidupan. disebut dengan pengetahuan prosedural Kimia menggunakan bahasa khusus. (procedural knowledge) dan pengetahuan Orang yang berliterasi tidak harus epistemik (epistemic knowledge). menggunakan bahasa ini, tapi Pengetahuan prosedural merupakan sebaiknya mengapresiasi kontribusi standar prosedur yang mendasari metode bahasa tersebut pada perkembangan yang beragam dan praktek yang disiplin kimia. digunakan untuk membangun 2. Kimia dalam konteks pengetahuan ilmiah. Pengetahuan Seseorang yang berliterasi kimia harus epistemik beberapa menyebutnya sebagai dapat: hakekat sains (nature of science) Mengakui pentingnya pengetahuan (Lederman, 2006:831), “ide-ide tentang kimia dalam menjelaskan sains” (Millar & Osborne, 1998), atau fenomena/situasi dalam kehidupan praktek ilmiah (scientific practices) sehari-hari. (NRC, 2012). 5 Pembicara utama: Sri Rahayu Mengoptimalkan Aspek Literasi ..... Menggunakan pemahamannya sains. Sebagai contoh, Shwartz et al. tetang kimia dalam kehidupannya (2006b) mengadopsi kerangka literasi sehari-hari, sebagai konsumen sains yang dikembangkan oleh Bybee produk dan teknologi baru, dalam (1997) untuk mengukur level literasi sains pengambilan keputusan, dan dalam siswa SMA Israel yang belajar kimia keikutsertaannya dalam perdebatan dengan menggunakan kurikulum baru. sosial tentang isu-isu terkait kimia. Berdasarkan kerangka literasi sains yang Memahami hubungan antara inovasi ada dalam literatur, mereka kimia dengan proses sosial. mengembangkan alat penilaian untuk 3. Keterampilan belajar tingkat tinggi mengukur level literasi kimia siswa Israel. Seseorang yang berliterasi kimia mampu: Berikut ini adalah kerangka level literasi Mengidentifikasi isu-isu ilmiah kimia yang digunakan: 1. Scientific illiteracy: Siswa yang tidak Menjelaskan fenomena ilmiah dapat mengaitkan atau merespon Menggunakan bukti-bukti ilmiah pertanyaan-pertanyaan yg masuk akal Mengevaluasi pro/kontra mengenai sains. Mereka tidak perdebatan. memiliki kosa kata, konsep, konteks, 4. Aspek afektif. atau kemampuan kognitif untuk Seseorang yang berliterasi kimia memiliki mengidentifikasi pertanyaan yang pandangan yang adil dan rasional terhadap ilmiah. kimia dan aplikasinya, menunjukkannya 2. Nominal scientific literacy: Siswa minat terhadap masalah-masalah terkait mengenal kosakata atau isu-isu terkait kimia, khususnya di lingkungan non dengan sains tetapi tidak bisa formal seperti media massa. Ratcliffe and menjelaskan secara bermakna. Pada Millar (2009) mengemukakan bahwa tingkat ini, siswa hanya bisa sikap merupakan aspek yang penting menghafal nama konsep dan istilah dalam literasi sains karena tanggapan tapi tidak bisa mendefinisikannya siswa terhadap isu-isu ilmiah secara bermakna. Mereka memiliki menunjukkan ketertarikannya terhadap miskonsepsi (Uno & Bybee, 1994). isu-isu tersebut, seberapa besar dukungan 3. Functional scientific literacy: Siswa mereka terhadap isu-isu tersebut dan rasa dapat mendefinisikan konsep dengan tanggung jawab yang mereka miliki benar yang mereka pahami, namun terhadap situasi tersebut. pemahaman mereka tentang konsep Penilaian untuk Literasi Kimia tersebut masih terbatas. Hal ini mirip Penilaian merupakan komponen dengan level pengetahuan (C2) dalam penting dalam proses pembelajaran, taxonomi Bloom (Koballa, Kemp, & termasuk penilaian terhadap ketercapaian Evans, 1997). literasi sains atau literasi kimia. 4. Conceptual scientific literacy: Siswa Kebanyakan penelitian yang memahami secara konseptual tentang mengidentifikasi literasi kimia didasarkan konsep-konsep ilmiah dan hubungan pada penelitian-penelitian yang berkaitan antar konsep serta kebiasaan berfikir dengan literasi sains, demikian juga upaya ilmiah., kemampuan prosedural dan untuk mengukur literasi sains sangat pemahaman tentang proses inkuiri tergantung pada penelitian tentang literasi ilmiah. Menurut Shwartz, Dori and 6 Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017 Treagust (2013) conceptual scientific antara sains, teknologi dan isu-isu literacy memerlukan kegiatan menantang yang lebih luas yang ada mengintegrasikan dan mengatur dalam masyarakat. Koballa et al. informasi bukan hanya menghafal (1997) menyebutnya sebagai level pengetahuan. “true” scientific literacy. 5. Multi-dimensional scientific literacy: Cara lain untuk menilai literasi kimia memerlukan pemahaman konsep- adalah menggunakan kerangka literasi konsep sains dan teknologi dari sudut sains PISA, misalnya kerangka PISA pandang filosofis dan historis dan terbaru 2015. Aspek Literasi Sains/Kimia menghubungkannya dengan dalam Asesmen PISA 2015 dideskripsikan masyarakat dan kehidupan sehari-hari. dalam Tabel 1 dan dipetakan dengan Mereka membuat hubungan dalam aspek literasi sains menurut Graber (2001) disiplin ilmu itu sendiri dan hubungan Tabel 1. Aspek Literasi Sains/Kimia dalam Asesmen PISA 2015 PISA 2015 Model Literasi Sains Aspek Deskripsi Graber Konteks Isu-isu personal, lokal/nasional, dan global. Isu-isu kontemporer (context) Bisa berupa isu-isu yang terjadi saat ini atau atau isu-isu isu-isu yang sudah terjadi yang membutuhkan sosiosaintifik pemahaman sains dan teknologi. Pengetahuan Pemahaman akan fakta-fakta utama, konsep Model Literasi (knowledge) dan teori penjelasan yang membangun Graber (what do landasan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan people know) berupa pengetahuan tentang alam semesta dan (terdiri dari artefak teknologi (content knowledge), kemampuan pengetahuan bagaimana gagasan-gagasan memahami materi dihasilkan (procedural knowledge), dan sains dan hakekat pemahaman tentang rasional yang melandasi sains (nature of prosedur tersebut dan justifikasi science/NOS) penggunaannya (epistemic knowledge) Kompetensi Kemampuan untuk menjelaskan fenomena Model Literasi (competency) secara ilmiah, mengevaluasi dan mendesain Graber (what can inkuiri ilmiah people do) (terdiri dari kemampuan belajar, kemampuan bersosialisasi, kemampuan melakukan prosedur, kemampuan berkomunikasi). Sikap Seperangkat sikap terhadap sains yang Model Literasi (attitudes) ditunjukkan dengan minat terhadap sains dan Graber (what do teknologi, menilai pendekatan ilmiah terhadap people value) (terdiri suatu inkuiri yang cocok, dan persepsi serta dari kemampuan kesadaran akan isu-isu lingkungan. beretika atau bermoral) 7 Pembicara utama: Sri Rahayu Mengoptimalkan Aspek Literasi ..... Hakekat sains (nature of science) selalu melibatkan inferensi, imajinasi dan merupakan aspek penting dalam literasi kreativitas manusia (terutama dalam sains dan seringkali didefinisikan sebagai menemukan penjelasan), (5) pengetahuan epistemology of science (epistemologi ilmiah terikat dengan aspek sosial budaya sains), sains sebagai a way of knowing (dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya (cara mengetahui), atau values (nilai-nilai) dimana pengetahuan ilmiah tersebut and beliefs (keyakinan) yang melekat diterapkan), (6) perbedaan antara dalam pengembangan dan validasi pengamatan (observation) dan inferensi pengetahuan ilmiah. (Abd-El-Khalick & (inference), dan (7) fungsi dan hubungan Lederman, 2000; Lederman, 1992). antara teori ilmiah dan hukum ilmiah Ditinjau dari tingkat keumumannya, ada (Bell, Lederman, Abd-El-Khalick, 2000: tujuh aspek NOS yang dapat 564; Lederman, 2007: 833; Lederman, diimplementasikan dalam kurikulum dan 2006: 302). Ketujuh aspek tersebut saling pembelajaran sains yaitu: (1) pengetahuan berkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri. ilmiah bersifat tentatif (dapat berubah), (2) Aspek pengetahuan epistemik dalam pengetahuan ilmiah berbasis empiris kerangka PISA 2015 adalah hakekat sains (empirically-based) (berbasis atau (nature of science/NOS). sebagian diperoleh dari hasil pengamatan Kesesuaian antara kerangka terhadap alam semesta), (3) pengetahuan penilaian literasi sain PISA dan Kerangka ilmiah bersifat subyektif (theory-laden) Shwartz et al. (2005, 2006b) dapat dilihat yang menyertakan interpretasi kelompok pada gambar 2 di bawah ini. atau individu, (4) pengetahuan ilmiah Gambar 2. Kerangka Pengembangan Item Penilaian Literasi Kimia 8 Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017 Berikut ini adalah contoh soal-soal kimia yang mengukur literasi kimia yang didesain menggunakan kerangka di atas pada topik Laju Reaksi. 1. Konteks: Sumberdaya alam SABUN BELERANG Belerang adalah salah satu unsur kimia yang tidak termasuk dalam kelompok mineral logam. Belerang dalam tabel periodik disebut dengan sulfur dengan simbol S. Belerang yang masih murni bisa ditemukan pada sumber lingkungan yang dekat dengan gunung berapi atau gunung berapi yang sudah tidak aktif. Hal ini disebabkan karena adanya sumber gas hidrogen sulfida yang dibentuk dari bagian bawah permukaan bumi dan terpengaruh oleh oksigen. Belerang sangat luas penggunaanya dan masih merupakan salah satu bahan terapeutik yang terbaik dan paling luas digunakan dalam berbagai gangguan keratin kulit. Di dalam kosmetik, sulfur koloidal digunakan dalam pengobatan jerawat, ketombe. Pengobatan jerawat menggunakan belerang merupakan cara tradisional yang sudah ada sejak dulu. Melihat fakta manfaat yang cukup baik bagi kulit tersebut banyak ilmuwan yang melakukan observasi dan melakukan penelitian dan mengembangkan produk kosmetik yang mengandung belerang salah satunya adalah sabun belerang. Walaupun memiliki manfaat bagi kulit, akan tetapi penggunaan belerang dalam takaran berlebihan juga sangat tidak disarankan. Seorang ilmuwan berencana memproduksi belerang (S) secara massal dengan cara mereaksikan larutan natrium tiosulfat dan larutan HCl sesuai persamaan reaksi berikut. Na S O (aq) + 2HCl(aq) S(s) + SO (g) + 2NaCl(aq) + H O(l) 2 2 3 2 2 Sesuai prinsip ekonomi, efiseinsi waktu dengan hasil yang besar dalam memproduksi belerang sangat diperhatikan. Sesuai tujuan hal ini, ilmuwan melakukan penelitian pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi. Hasil penelitian disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil investigasi Na S O (aq) vs HCl(aq) terhadap waktu 2 2 3 Percobaan [HCl] Waktu, t [Na S O ] 2 2 3 ke (sekon) 1 0,20 M 2,0 M 30,48 2 0,15 M 2,0 M 37,71 3 0,10 M 2,0 M 60,57 4 0,05 M 2,0 M 110,29 5 0,20 M 2,0 M 24,71 6 0,20 M 1,5 M 25,93 7 0,20 M 1,0 M 25,01 (sumber bacaan dimodifikasi dari berbagai sumber) 9 Pembicara utama: Sri Rahayu Mengoptimalkan Aspek Literasi ..... 2. Pengetahuan konten : Memahami hukum laju reaksi Persamaan laju reaksi yang tepat berdasarkan data tabel 1 adalah…. A. r = k [Na S O ][HCl] 2 2 3 B. r = k [Na S O ]2[HCl] 2 2 3 C. r = k [Na S O ][HCl]2 2 2 3 D. r = k [Na S O ] 2 2 3 E. r = k [HCl] 3. Pengetahuan prosedural: Memahami cara meringkas dan menggambarkan data menggunakan tabel, grafik, Grafik yang dapat menggambarkan hubungan konsentrasi larutan Na S O dengan 2 2 3 waktu adalah... (dimodifikasi dari Monica, 2005) 4. Pengetahuam epistemik : Hakikat penalaran yang digunakan dalam sains meliputi deduktif, induktif, inferensi, untuk menghasilkan penjelasan terbaik (abduktif), analogi, dan penggunaan model. Ahmad mendapatkan tugas dari guru untuk melakukan investigasi pengaruh konsentrasi larutan natrium tiosulfat terhadap laju reaksi. Ahmad memperoleh data hasil investigasi sebagai berikut: (1) Reaksi natrium tiosulfat pada konsentrasi 0,1 M dengan HCl 2,0 M membutuhkan waktu 60,57 sekon. (2) Reaksi natrium tiosulfat pada konsentrasi 0,2 M dengan HCl 2,0 M membutuhkan waktu 30,48 sekon. Ahmad memberikan klaim ilmiah bahwa meningkatnya konsentrasi larutan natrium tiosulfat akan sebanding dengan meningkatnya laju reaksi terbentuknya hasil reaksi. Logika berpikir yang tepat pada pernyataan di atas adalah…. A. Induktif B. Deduktif C. Abduktif D. Observasi E. Investigasi 10
Description: