HAK-HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU PEDOMAN UNTUK KONVENSI ILO 169 A GUIDE TO ILO CONVENTION No. 169 Hak Cipta © Organisasi Perburuhan Internasional 2010 Edisi Bahasa Indonesia, cetakan pertama, 2010 Publikasi-publikasi International Labour Offi ce memperoleh hak cipta yang dilindung oleh Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Universal. Meskipun demikian, kutipan-kutipan singkat dari publikasi tersebut dapat diproduksi ulang tanpa izin, selama terdapat keterangan mengenai sumbernya. Permohonan mengenai hak reproduksi atau penerjemahan dapat diajukan ke ILO Publications (Rights and Permissions), International Labour Offi ce, CH-1211 Geneva 22, Switzerland, or by email: [email protected]. International Labour Offi ce menyambut baik permohonan-permohonan seperti itu. Perpustakaan, lembaga dan pengguna lain yang terdaftar di Inggris Raya dengan Copyright Licensing Agency, 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP [Fax: (+44) (0)20 7631 5500; email: [email protected]], di Amerika Serikat dengan Copyright Clearance Center, 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923 [Fax: (+1) (978) 750 4470; email: [email protected]] arau di negara-negara lain dengan Reproduction Rights Organizations terkait, dapat membuat fotokopi sejalan dengan lisensi yang diberikan kepada mereka untuk tujuan ini. Organisasi Perburuhan Internasional Hak-hak Masyarakat Adat yang Berlaku; Pedoman untuk Konvensi ILO 169/Kantor Perburuhan Internasional, Jakarta, 2010 ISBN 978-92-2-822378-1 (print); 979-92-2-822379-8 (web pdf) Juga tersedia dalam bahasa Inggris: “Indingenous & Tribal Peoples’ Rights in Practice” [ISBN: 979-92-2-123422-7 (print); 978-92-2- 123423-4 (web pdf)]; dalam bahasa Perancis: Les droits des peuples autochtones et tribaux dans la pratique, un guide sur la convention n° 169 de l’OIT (ISBN 978-92-2-222378-7), Jenewa, 2009, dalam bahasa Spanyol: Los derechos de los pueblos indígenas y tribales en la práctica, una guía sobre el convenio núm. 169 de la OIT (ISBN 978-92-2-322378-6), Jenewa, 2009 dan dalam bahasa Rusia: Права коренных народов и народов, ведущих племенной образ жизни, на практике. Руководство к Конвенции МОТ № 169 (ISBN 978-92-2-422378-5), Jenewa, 2009./International Labour Offi ce, Jakarta, 2010 Katalog Data Publikasi ILO Penggambaran-penggambaran yang terdapat dalam publikasi-publikasi ILO, yang sesuai dengan praktik-praktik Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan presentasi materi yang ada di dalamnya tidak mewakili pengekspresian opini apapun dari sisi International Labour Offi ce mengenai status hukum negara, wilayah atau teritori manapun atau otoritasnya, atau mengenai batas-batas negara tersebut. Tanggungjawab aas opini-opini yang diekspresikan dalam artikel, studi, dan kontribusi lain yang ditandatangani merupakan tanggunjawab penulis, dan publikasi tidak mengandung suatu dukungan dari International Labour Offi ce atas opini-opini yang terdapat di dalamnya. Rujukan ke nama perusahaan dan produk komersil dan proses tidak menunjukkan dukungan dari International Labour Offi ce, dan kegagalan untuk menyebutkan suatu perusahaan, produk komersil atau proses tertentu bukan merupakan tanda ketidaksetujuan. Publikasi ILO dapat diperoleh melalui penjual buku besar atau kantor lokal ILO di berbagai negara, atau secara langsung dari ILO Publications, International Labour Offi ce, CH-1211 Geneva 22, Switzerland; atau Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250, Indonesia. Katalog atau daftar publikasi tersedia secara cuma-cuma dari alamat di atas, atau melalui email: [email protected] Kunjungi halaman web kami: www.ilo.org/publns; www.ilo.org/jakarta Dicetak di Indonesia KATA PENGANTAR Dengan 1,072 kelompok etnik, termasuk 11 kelompok etnik dengan jumlah melebihi satu juta orang, Indonesia termasuk salah satu bangsa yang memiliki budaya yang paling beragam. Penduduk dengan beragam etnik ini merupakan bagian dari estimasi 370 juta penduduk masyarakat adat dan persukuan di dunia yang hidup hampir di 70 negara. Kendatipun, Undang-Undang Dasar Indonesia 1945 telah memiliki dasar dan visi yang solid atas pengakuan keberadaan dan hak-hak masyarakat adat, sampai saat ini, belum ada undang-undang nasional yang mengatur secara khusus perlindungan hak-hak masyarakat adat. ILO telah memiliki perhatian terhadap proteksi masyarakat adat sejak permulaan pendirian organisasinya di tahun 1920-an, dengan mempromosikan standar perburuhan internasional melalui upaya-upaya meningkatkan kondisi kerja dan hidup masyarakat adat dan persukuan. Konvensi ILO 169 tahun 1989 mempromosikan hak-hak masyarakat adat atas tanah, lapangan kerja, pelatihan, jaminan sosial, pendidikan dan kerjasama lintas batas di antara masyarakat adat. Dalam perkembangan terkini di Indonesia, berbagai upaya yang dirintis oleh beberapa lembaga masyarakat masyarakat termasuk aliansi masyarakat adat dan Dewan Perwakilan Daerah yang menaruh perhatian terhadap hak-hak masyarakat adat untuk memperjuangkan pemenuhan hak-hak masyarakat adat baik melalui usulan perundang-undangan nasional, maupun ratifi kasi Konvensi ILO 169 tahun 1989 tentang Hak-Hak Masyarakat Adat dan Persukuan. Versi Bahasa Indonesia panduan implementasi Konvensi ILO 169 ini, merupakan revisi dokumen tentang petunjuk pelakasanaan Konvensi 169, yang menjelaskan langkah demi langkah untuk mengimplementasikan Konvensi ILO 169, termasuk di dalamnya ilustrasi tentang pengalaman dan praktek terbaik yang relevan dengan permasalahan masyarakat adat. Panduan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat lebih lanjut kesadaran dan kepedulian atas perlindungan masyarakat adat dan persukuan di Indonesia. Jakarta, 30 Mei 2010 Peter van Rooij OIC ILO Jakarta Catatan terjemahan dan adatasi: Pedoman Untuk Konvensi ILO 169 tentang Hak-Hak Masyarakat Adat yang Berlaku ini merupakan terjemahan versi bahasa Inggris terbitan tahun 2009 panduan implementasi konvensi berjudul ”Indigenous & Tribal Peoples’ Rights in Practice: A Guide to ILO Convention No. 169” yang diterbitkan oleh PRO 169 (Programme to Promote ILO Convention No. 169), Departemen Standar Perburuhan Internasional. ”Indigenous and Tribal Peoples” dalam pedoman ini diterjemahkan sebagai ”masyarakat adat”, kata terjemahan yang dipilih sebagai jalan tengah, untuk mewakili beberapa istilah dalam bahasa Indonesia untuk ”Indigenous Peoples” yang belum disepakati secara umum di tingkat nasional. Beberapa ilustrasi foto dalam edisi bahasa Indonesia telah diganti dan disesuaikan dengan ilustrasi foto yang lebih relevan dan merefl eksikan kondisi masyarakat adat di Indonesia. Tauvik Muhamad Programme Offi cer Focal Point for Indigenous Peoples’ Activities ILO Jakarta 4 HAK-HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU - PEDOMAN UNTUK KONVENSI ILO No. 169 DAFTAR ISI Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih Bagaimana Menggunakan Pedoman Ini I. Identifi kasi Masyarakat Adat 1.1. Cakupan Konvensi ILO 169 1.2. Identifi kasi masyarakat adat dalam statistik 1.3. Tanggapan Badan Pengawas ILO: Cakupan 1.4. Penerapan dalam praktik: Pernyataan cakupan II. Konsep Masyarakat Adat dalam Konteks Hak III. Tanjung Jawab Pemerintah 3.1. Tindakan terkoordinasi dan sistematis 3.2. Hak-hak mendasar 3.3. Langkah-langkah khusus 3.4. Ketentuan pelaksanaan utama 3.5. Keterangan Badan Pengawas ILO: Tindakan terkoordinasi dan sistematis 3.6. Penerapan praktis: Tanggung jawab pemerintah 3.6.1. Tindakan terkoordinasi dan sistematis 3.6.2. Memerangi diskriminasi dan menghilangkan ketimpangan sosio-ekonomi V. Lembaga Masyarakat Adat 4.1. Memelihara dan mengembangkan adat-istiadat, tradisi dan lembaga masyarakat adat 4.2. Penerapan praktis: Penghormatan atas lembga-lembaga masyarakat adat V. Partisipasi, Konsultasi dan Persetujuan 5.1. Konsultasi dan partisipasi: Unsur penting konvensi 5.2. Tanggapan dari badan-badan pengawas ILO: Konsultasi dan partisipasi 5.3. Penerapan praktis: Konsultasi dan partisipasi 5.3.1. Prosedur-prosedur konsultasi 5.3.2. Pembentukan badan-badan konsultasi 5.3.3. Partisipasi badan-badan eksekutif 5.3.4. Partisipasi dalam pemerintahan daerah PENDAHULUAN 5 VI. Hukum Adat, Sistem Penegakkan Hukum dan Akses ke Keadilan 6.1. Adat istiadat dan hukum adat 6.2. Pelanggaran dan sistem hukum 6.3. Akses keadilan 6.4. Penerapan praktis VII. Tanah dan Wilayah 7.1. Konsep tanah 7.2. Melindungi hak kepemilikan dan penguasaan 7.3. Pemindahan 7.4. Tanggapan Badan Pengawas ILO: Hak atas tanah dan wilayah 7.5. Penerapan praktis: Tanah dan wilayah VIII. Sumber Daya Alam 8.1. Hak-hak atas sumber daya alam, konsultasi, manfaat dan ganti rugi 8.2. Tanggapan dari badan-badan pengawas ILO: Sumber daya alam 8.3. Penerapan praktis: Sumber daya alam IX. Pengembangan 9.1. Hak untuk berkembang 9.2. Penerapan praktis: Pengembangan X. Pendidikan 10.1. Aspek individu dan kolektif hak pendidikan 10.2. Mutu pendidikan masyarakat adat 10.3. Mengurangi diskriminasi dan prasangka melalui pendidikan 10.4. Penerapan praktis: Hak atas pendidikan XI. Kesehatan dan Jaminan Sosial 11.1. Kesetaraan dan memadainya layanan 11.2. Penerapan praktis: Kesehatan dan jaminan sosial XII. Pekerjaan Tradisional, Hak-hak Pekerja dan Latihan Keterampilan 12.1. Penghargaan atas pekerjaan tradisional masyarakat adat 12.2. Penghargaan atas hak-hak pekerja 12.3. Akses ke pendidikan keterampilan 12.4. Penerapan praktis: Pekerjaan dan hak-hak pekerja XIII. Kontak dan Kerja sama di Daerah Perbatasan 13.1. Penduduk dan masyarakat adat yang dipisahkan oleh perbatasan 13.2. Penerapan praktis: hubungan dan kerja sama lintas batas XIV. Konvensi No. 169: Ratifi kasi, Pelaksanaan, Pengawasan Dan Bantuan Teknis 14.1. Sejarah keterlibatan ILO dengan masyarakat adat 14.2. Struktur tripartit ILO 14.3. Ratifi kasi 6 HAK-HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU - PEDOMAN UNTUK KONVENSI ILO No. 169 14.4. Pelaksanaan dengan itikad baik 14.5. Pelaksanaan yang menyertai: Proses pengawasan teratur 14.6. Berbagai masalah tentang ketidaktaatan pada Konvensi No. 169 14.7. Konvensi di pengadilan nasional 14.8. Mulai berlakunya dan berlaku surut 14.9. Keluwesan dalam pelaksanaan 14.10. Kemungkinan mencari penjelasan tentang ketentuan-ketentuan konvensi ILO 14.11. Kerja sama teknik dan layanan kepenasihatan 14.12. Sumber informasi ILO Lampiran-lampiran: Lampiran A: Konvensi No. 169 Lampiran B: Deklarasi PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat Lampiran C: Pembacaan selanjutnya Lampiran D: Indeks kasus-kasus negara dan acuannya PENDAHULUAN 7 UCAPAN TERIMA KASIH Stefania Errico, Morse Flores, Brenda Gonzales Panduan ini merupakan hasil kerja sama ILO, Mena, Lelia Jimenez, Graciela Jolidon, Coen organisasi masyarakat adat, tenaga ahli dan Kompier, Mukta Lama, Chanel Loubaky, peneliti. Chonchuirinmayo Luithui, Hindou Oumarou, Sebelum difi nalisasi, rancangan panduan Venant Messe, Ramiro Molinas Barrios, didistribusikan ke berbagai pihak untuk Henriette Rasmussen, Sanna Saarto, Tove memperoleh tanggapan dan selanjutnya Søvndal Pedersen, Sek Sophorn, Francesca dibahas serta disempurnakan dalam berbagai Thornberry, Kanako Uzawa, Sarah Webster, lokakarya regional yang dihadiri oleh wakil-wakil Timothy Whyte, Alexandra Xanthaki, Valeri pemerintah dan masyarakat adat dari Asia, Kendo Yonou;Alianza Verde, Asia Indigenous Afrika dan Amerika Latin. Peoples Pact (AIPP), Centro de Estudios Jurídicos e Investigación Social (CEJIS), Penulis dan editor utama buku panduan Centro de Políticas públicas para el Socialismo ini adalah Brigitte Feiring, dari Program (CEPPAS), Grupo de Apoyo Jurídico por el Pengupayaan Pemberlakuan Konvensi ILO 169, Acceso a la Tierra (GAJAT), Lonko Puran, dengan penasihat ahli Shauna Olney (ILO), Tamaynut. Martin Oelz (ILO), Devasish Roy, John Henriksen, Naomi Kipuri dan Myrna Cunningham. Secara khusus kami juga menyampaikan terima kasih kepada International Work Group for Kami menyampaikan terima kasih kepada Indigenous Affairs (WGIA) dan para pewarta mereka serta berbagai lembaga yang telah foto, yang memungkinkan ILO menggunakan menyumbangkan pengalaman berharga dan hasil karya mereka dalam publikasi ini. keahliannya, baik dalam bentuk pengalaman khusus, kasus-kasus maupun saran-saran umum. Penyelesaian panduan ini dimungkinkan Mereka antara lain: juga atas kontribusi dana dari European Instrument for Democracy and Human Rights Hassan Id Balkassm, Patrice Bigombe, Belkacem (EIDHR), sebuah badan dari Komisi Eropa dan Boukherouf, Serge Bouopda, Joan Carling, Departemen Luar Negeri Denmark (Danida). 8 HAK-HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU - PEDOMAN UNTUK KONVENSI ILO No. 169 PENDAHULUAN Konvensi No. 169 dan Deklarasi PBB adalah dua instrumen yang selaras dan saling Pada 1989, Organisasi Perburuhan Internasional menguatkan (lihat bagian 2), walaupun (ILO) mengadopsi Konvensi ILO 169 tentang dinegosiasikan pada waktu yang berbeda oleh Masyarakat Adat (Konvensi ILO 169). Sejak itu, badan yang berbeda-beda sehingga menjadi Konvensi ini telah diratifi kasi oleh 20 negara. Di beragam dalam beberapa hal. Namun demikan, 20 negara itu, badan-badan pengawas ILO telah proses pelaksanaan dari kedua instrumen ini memantau dan membina proses pelaksanaan sebagian besar sama, dan dengan demikian melalui pemeriksaan teratur atas berbagai pengalaman yang diperoleh dalam konteks laporan dan dokumen kepada pemerintah Konvensi No. 169 sampai batas tertentu yang berkepentingan. Dalam konteks ini, dapat mengilhami upaya selanjutnya untuk berbagai organisasi pekerja juga telah melaksanakan amanat Deklarasi. membantu organisasi-organisasi masyarakat Tujuan utama panduan ini adalah untuk adat1 untuk menyampaikan berbagai masalah memberi cara praktis atas pemenuhan hak- yang perlu diperhatikan oleh badan-badan hak masyarakat adat berdasarkan pengalaman, pengawas ILO. Selain itu, Konvensi ini pun telah cara dan pelajaran terbaik selama ini kepada mengilhami peran pemerintah dan masyarakat pemerintah, masyarakat adat serta organisasi adat, termasuk di negara-negara yang belum pekerja dan organisasi pengusaha. meratifi kasinya. Tujuannya tentu saja untuk Panduan ini tidak dimaksudkan sebagai semakin meningkatkan perlindungan hak-hak cetak biru pelaksanaan. Berbagai keadaan masyarakat adat. Dalam masa 20 tahun sejak yang dihadapi oleh masyarakat adat tidak adopsi Konvensi ini, telah ditempuh berbagai memungkinkan melakukan pengalihan secara upaya, serta dialog dan pencapaian untuk sederhana atau mereplikasi berbagai model menanamkan pengertian dan pelaksanaan hak- dari satu negara ke negara yang lain. Panduan hak masyarakat adat. ini lebih merupakan katalog buah pikiran Pada 2007, Sidang Umum Perserikatan yang diharapkan akan dinilai, dibahas dan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Deklarasi selanjutnya mengilhami penyesuaian cara PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat (A/ terbaik di berbagai negeri. RES/61/295). Adopsi ini menjadi titik kulminasi Panduan ini dikembangkan melalui upaya dari pembahasan dan negosiasi selama bersama, sehingga mencerminkan sifat bertahun-tahun antara para pemerintah dan multipihak dan kolektivitas dari proses masyarakat adat. Boleh dibilang ini merupakan pelaksanaannya. Sumber-sumber utama pencapaian berarti, karena memberi kepada informasi dan masukan untuk panduan ini masyarakat internasional suatu kerangka yang antara lain: sama untuk memenuhi hak-hak masyarakat adat. (cid:138) Analisis dan tanggapan yang diberikan Setelah adopsi Deklarasi PBB itu, kini telah oleh badan-badan ILO untuk menjadikan dicapai kesepakatan umum tentang perlunya pelaksanaan Konvensi No. 169 sebagai pemenuhan hak-hak masyarakat adat di tingkat pedoman oleh negara-negara yang negara untuk menjamin bahwa perangkat meratifi kasinya. internasional akan membawa perubahan yang diperlukan bagi masyarakat adat di seluruh (cid:138) Serangkaian studi kasus, yang dilaksanakan dunia—yang masih hidup termarjinalisasi dan oleh organisasi-organisasi masyarakat adat kurang beruntung. yang mendokumentasikan pengalaman positif, pencapaian dan dampak dari 1 Konvensi ILO 169 menggunakan penduduk pribumi dan pemenuhan hak-hak masyarakat adat. masyarakat adat (lihat bagian 1 untuk pembahasan lebih rinci tentang istilah tersebut). Konvensi tidak membedakan hak (cid:138) Serangkaian contoh ringkas dari sejumlah dari kedua kelompok ini. Kendati begitu, untuk praktisnya, pengalaman utama, yang dapat dipelajari panduan ini menggunakan istilah masyarakat adat yang juga pembaca dengan mengikuti berbagai mata menjadi istilah yang paling umum digunakan serta menjadi istilah yang digunakan oleh perangkat internasional seperti rantai dan acuan yang disertakan dalam Deklarasi PBB tentang Hak-hak Msyarakat Adat. panduan ini. PENDAHULUAN 9 BAGAIMANA MENGGUNAKAN PANDUAN INI Panduan juga mencakup berbagai bidang tentang hak-hak masyarakat adat, seperti: Pedoman ini tidak harus dibaca dari awal hingga 1. Identifi kasi masyarakat adat. Bagian akhir, namun lebih bersifat katalog. Dengan ini menjelaskan cakupan Konvensi demikian, pembaca dapat memilihnya sesuai serta kriteria yang digunakan untuk pokok bahasan dan mengikuti acuan silang mengidentifi kasi masyarakat adat di untuk memahami seluruh hak masyarakat adat berbagai wilayah, termasuk hak untuk yang saling berkaitan. mengidentifi kasi diri. Panduan ini terdiri dari bagian-bagian yang 2. Konsep hak masyarakat adat. Bagian ini mencakup berbagai aspek utama dari hak-hak menjabarkan implikasi penggunaan istilah masyarakat adat. Masing-masing bagian terdiri “masyarakat”, termasuk konotasinya, dari sebagai berikut: sehubungan dengan hak untuk (cid:138) Pendahuluan. Menjelaskan pasal-pasal dari menentukan nasib sendiri sebagaimana diakui dalam Deklarasi PBB tentang Hak- Konvensi No. 169 dan implikasinya. Bagian hak Masyarakat Adat. ini juga menunjukkan acuan pada ketentuan yang sama dari Deklarasi PBB tentang Hak- 3. Tanggung jawab pemerintah. Bagian ini hak Masyarakat Adat. menjelaskan tanggung jawab negara untuk (cid:138) Rangkuman tentang tanggapan badan- melakukan langkah-langkah koordinatif dan badan pengawas ILO. Dimaksudkan sistematis guna mengakhiri diskriminasi terhadap masyarakat adat. Caranya, menjadi petunjuk dan panduan bagi dengan menghargai hak-hak dasar mereka berbagai negara tentang pelaksanaan serta mengembangkan langkah-langkah Konvensi No. 169. Memang tidak semua khusus untuk mencapainya. bidang yang berada dalam ruang lingkup Konvensi diberi tanggapan, melainkan 4. Lembaga-lembaga masyarakat adat. hanya beberapa bagian yang terkait yang Bagian ini menjelaskan hak untuk membina diberi ulasan. dan mengembangkan lembaga-lembaga masyarakat adat sebagai hak dasar Berbagai contoh penerapan praktis dari yang mampu untuk menentukan dan ketentuan-ketentuan yang terkait Konvensi mempertahankan identitas dan otonomi No. 169, diambil dari berbagai belahan dunia. masyarakat adat. Lampiran D menunjukkan indeks berbagai kasus yang disajikan dalam panduan ini. 5. Partisipasi, konsultasi dan persetujuan. Bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip Konvensi No. 169 adalah instrumen holistik dasar partisipasi dan konsultasi untuk yang berupaya membahas semua aspek utama mencapai kesepakatan dan persetujuan, hak-hak masyarakat adat. Berbagai hak yang seperti yang diamanatkan Konvensi No. terdapat dalam instrumen ini saling berkaitan 169. dan berbagai masalah seperti hak atas konsultasi dan keterlibatan menjadi saling beririsan dan 6. Hukum adat, sistem perundang- membawa korelasi dampak. Misalnya, hak-hak undangan dan akses terhadap keadilan. yang tercantum dalam sektor kesehatan dan Bagian ini menjelaskan hak untuk pendidikan. mempertahankan hukum adat, termasuk sistem perundang-undangan, sepanjang Hal ini, misalnya, tercermin dalam pedoman tidak bertentangan dengan hak-hak asasi yang diawali dengan fokus pada prinsip-prinsip internasional, serta mampu meningkatkan utama dari kebijakan umum Konvensi No. 169 akses masyarakat adat terhadap keadilan. (terutama pasal 1-12) baru kemudian menyentuh masalah-masalah substansif yang lebih khusus 7. Tanah dan wilayah. Bagian ini menjelaskan (terutama pasal-pasal 12-32). konsep-konsep budaya dari tanah dan wilayah masyarakat adat serta semua hak, 10 HAK-HAK MASYARAKAT ADAT YANG BERLAKU - PEDOMAN UNTUK KONVENSI ILO No. 169
Description: