MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN BUDDHA MAITREYA (Studi kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh Yoyoh Masruroh NIM:102032126604 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H./2008 M. MAKNA DAN TATA CARA BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN BUDDHA MAITREYA (Studi kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) Oleh Yoyoh Masruroh NIM:102032126604 Pembimbing Hj. Siti Nadroh, M.Ag NIP: 150282310 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H./2008 M. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Al-hamdulillah segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tidak ada kekuatan apapun dalam diri ini selain karena kekuatan-Nya. Karena anugrah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TATACARA BAKTIPUJA DALAM AJARAN BUDDHA MAITREYA (studi kasus di Vihara Maitreyawira Angke Jelambar Jakarta Barat).” Shalawat dan salam semoga Allah SWT selalu curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Dalam penulisan skripsi, Penulis menyadari tidak sedikit tentunya kendala, hambatan dan kesulitan yang Penulis hadapi baik yang menyangkut pengaturan waktu pengumpulan bahan-bahan ataupun kondisi objektif di lapangan dan sebagainya. Namun dengan pertolongan Allah SWT serta berkat kesungguhan hati dan kerja keras penulis dapat melewati kesulitan yang dihadapi dan semua ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak yang selalu menyertai penulis. Untuk ini penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bpk. DR. M. Amin Nurdin, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. 2. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA dan Bpk. Maulana, MA, selaku ketua dan sekretaris Jurusan Perbandingan Agama yang telah memberikan banyak pengarahan. 3. Ibu Hj. Siti Nadroh, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis. 4. Segenap bapak dan ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Filasafat, khususnya pengajar Jurusan Perbandingan Agama yang dengan ikhlas mentranfor ilmu pengetahuan yang tiada ternilai harganya. 5. Pimpinan dan staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan perpustakaan PUSDIKLAT Maitreyawira Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. 6. Ayahanda H. Mahdi Saykhan dan Ibunda Hj. Siti Qomariyah atas pengorbanan dan cinta kasihnya baik berupa moril maupun materil serta doa yang tak pernah putus untuk keberhasilan studiku. 7. Pdt. Citra Surya, Pdt. Nirwan, Pdt. Halim dengan toleransi keterbukaan yang sangat tinggi memberikan informasi dan data yang diperlukan dan juga mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan wawancara guna menyelesaikan skripsi ini. 8. Bpk. We Han dan Bpk. Kim Boen, Bpk. Aji yang telah meluangkan waktunya memberikan informasi hingga penulis dapat bertemu dengan pandita yang ingin diwawancara. 9. Keluarga besar, adik-adikku tercinta; Aa ajul, Dede Dadal, Dede Cacah dan Dede Babad yang selalu memberikan doa dan motivasinya kepada kakak pertama. 10. Semua teman-temanku di Jurusan Perbandingan Agama “Angkatan 2002” Dadan terima kasih atas masukannya untuk menyusun skripsi ini, juga Uni Pe’i, Neng Desi, Mhia, Tati, Nunu, Dini, Oland, Ajat, Syamsuddin, Abew, Mba Eni, Uqoh, Endah, Eha, Acun, Hamdan, Sahal. 11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuannya kepada Penulis, hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga berkenan menerima segala kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya balasan atas amal baik mereka. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan kita. Jakarta, 03 Maret 2008 Yoyoh Masruroh DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ v BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah...................................... 5 C. Tujuan Penulisan..................................................................... 6 D. Tekhnik dan Metode Penulisan............................................... 7 E. Sistematika Pembahasan.......................................................... 9 BAB II : VIHARA MAITREYAWIRA ANGKE JELAMBAR A. Pengertian Vihara, Fungsi dan Maknanya .............................. 11 B. Sejarah Kelahiran Buddha Maitreya dan Ajaran-Nya............. 14 C. Letak dan Sejarah Singkat Vihara Maitreyawira Jakarta........ 29 D. Kegiatan-kegiatan di Vihara Maitreyawira ............................ 31 BAB III : SEJARAH BHAKTI-PUJA DALAM AJARAN BUDDHA MAITREYA A. Pengertian dan Sejarah Bhakti-puja........................................ 34 B. Tujuan Dilaksanakannya Bhakti-puja..................................... 37 C. Tatacara Bhakti-puja................................................................ 39 BAB IV : TATA CARA BHAKTI - PUJA DI VIHARA MAITREYAWIRA A. Pelaksanaan Bhakti-puja.......................................................... 51 B. Makna Waktu Pelaksanaan Bhakti-puja.................................. 52 C. Makna Simbol-simbol di Ruang Pelaksanaan Bhakti-puja..... 55 D. Makna Dari Prosesi Bhakti-puja.............................................. 59 E. Analisis.................................................................................... 66 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 75 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasrkan penelitian sosio kultural, masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius. Hal ini tergambar dalam kehidupan masyarakatnya yang tidak dapat dilepaskan dari kehadiran dan perkembangan agama-agama besar, termasuk munculnya aliran-aliran agama tersebut. Majlis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI) merupakan sebuah organisasi besar Agama Buddha yang terhimpun dalam wadah WALUBI, yang lebih terkenal dengan sebutan aliran Buddha Maitreya. Dikatakan aliran Maitreya; karena dalam altar pemujaan di setiap vihara, selain menghormati Hyang Buddha Sakyamuni selaku guru pendiri Agama Buddha, Buddha Maitreya sangat dijunjung tinggi bahkan menjadi sentral sraddha (keyakinan), sila (disiplin diri) dan samadhi (meditasi) dalam segenap perjuangan pembinaan diri para pengikutnya.1 Aliran Buddha Maitreya Indonesia dipelopori oleh Maha Sesepuh Maitreyawira (Alm), seiring dengan didirikannya Vihara Buddha Maiterya perdana di kota Malang (Jawa Timur) tahun 1950. Saat itu vihara yang dirintis hanya sebuah kamar kecil dan hanya memiliki enam alas sujud saja, tetapi tahun demi tahun didirikan cabang vihara di Pasuruan, Semarang, Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Kini MAPANBUMI dipimpin oleh M.S.Gautama Hardjono.2 Setelah kurang lebih 50 tahun berkiprah, MAPANBUMI mengalami perkembangan dan pertumbuhan jumlah vihara sebanyak 300-an unit dan hampir 1 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” Cahaya Maitri, no. 26 (Jakarta: September, 2001): h. 10 2 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 10 mencapai sejuta umat. Kemajuan tersebut tentu menggembirakan semua pihak; baik pemerintah, masyarakat dan tentunya umat Buddha Maitreya sendiri, sehingga pembinaan spiritual akan langgeng. Sebagai organisasi keagamaan Buddha, MAPANBUMI memiliki peran dan tanggung jawab yang amat besar terhadap bangsa dan negara di dalam mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Maka itu MAPANBUMI mengemban kewajiban untuk membina umatnya agar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Buddha dan Bodhisatva serta memiliki budi pekerti yang luhur. Selain mengamalkan dharma agama, umat MAPANBUMI juga senantiasa diarahkan untuk mengamalkan dharma negara dengan memberikan dedikasi dan pengabdian yang setulus-tulusnya kepada bangsa dan negara tanpa membedakan agama, ras, dan suku. Di atas bumi kita ini akan dibangun sebuah tatanan baru yang damai sentosa, rukun, tentram bahagia, makmur sejahtera; serba cukup, tiada duka, tiada gelisah dan sebagainya. Figur yang diharapkan merealisasikan cita-cita agung ini adalah Maitreya. Di China, Maitreya dikenal sebagai Buddha Tertawa. Dalam sutra Buddhis tercatat bahwa Maitreya adalah Manushi-Budddha berikutnya yang akan datang ke dunia kita setelah 5.670.000.000 tahun parinibbananya Buddha Gautama. Kini Maitreya sedang mengamalkan Bodhisatva Dharma di Tusita. Beliau adalah seorang Bodhisatva yang menolak memasuki Nirwana (keadaan transendental bebas dari semua penderitaan).3 Pemujaan Maitreya sebenarnya sudah mulai berkembang sejak abad ke- 2 dan pratima Maitreya yang terlihat dewasa inipun ada berbagai versi; ada yang duduk bersila (sedang membabarkan Dharma di Tusita), ada yang berkontemplasi (sedang merenungi keadaan umat manusia), ada yang versi Tathagata (mencapai penerangan 3 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 30 sempurna di bawah pohon puspa naga). Pratima-pratima yang dibuat dalam berbagai macam gaya menunjukkan pemujaan yang luas terhadap Maitreya. Rupa Maitreya yang dikenal secara populer adalah yang berperut gendut dan tertawa lebar.4 Sedangkan Maitreya itu sendiri berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti cinta kasih, welas asih. Ia juga dimuliakan dengan sebutan Pengasih Agung. Dengan kasih dan kebahagiaan Ia datang menyelamatkan umat manusia, terutama mereka yang belum mencapai keberhasilan dan pembinaan masa lalu. Guru spiritual agung ini datang untuk seluruh umat manusia, Maitreya akan datang di saat dunia mencapai puncak perkembangan material dan spiritual.5 Ia adalah figur yang akan meneruskan kebenaran universal6 serta mendatangkan aspirasi bagi semua makhluk untuk mencapai pencerahan. Maitreya memiliki sumpah yaitu mengubah dunia yang lama ini menjadi dunia baru, menata dunia menjadi surga. Tempat hidup kita selama ini dipenuhi kejahatan, pertikaian, kebencian, ketidakadilan dan seterusnya. Dalam kebesaran kasih-Nya kepada umat manusia Buddha Maitreya senantiasa hidup di antara umat manusia. Kekuatan janji dan ikrar agung-Nya selalu bekerja di dalam hati manusia yang berbhakti-puja kepada-Nya. Hal ini terbukti dari kedatangan-Nya berkali-kali ke dunia ini. Kedatangan Beliau dan wafatnya Sang Buddha atas permohonan Yang Arya Asanga. Demikianlah perjuangan suci Buddha Maitreya menuju kesempurnaan. Dalam Sutra Ikrar Sang Buddha bersabda pada Yang Arya Ananda bahwa Bodhisatva Maitreya telah membina diri dengan metode yang praktis, mudah dan membahagiakan. Beliau berjuang 4 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 31 5 Korda IV MAPANBUMI, “Keluhuran Sebuah Vihara,” h. 33 6 Kebenaran universal adalah bahwa Maitreya menerima semua manusia, karena semua manusia pasti akan datang kepada Maitreya dan kedatangan Maitreya juga untuk menyatukan semua umat manusia tanpa membedakan suku, bangsa dan agama, (Wawancara pribadi dengan Pandita Nirwan, Jakarta, 20 Januari 2008)
Description: