LAPORAN PENELITIAN MANUSIA MENURUT SEYYED HOSSEIN NASR Oleh : DRA. HJ. RAFI`AH GAZALI, M.Ag NIP. 19530423 198603 2 001 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BANJARMASIN 2013 IDENTIFIKASI PENGESAHAN 1. Judul Penelitian : Manusia Menurut Seyyed Hossein Nasr 2. Penelitian a. Nama : Dra. Hj. Rafi`ah Gazali, M.Ag b. NIP : 19530423 198603 2 001 c. Pangkat/ Gol : Lektor / III/d d. Jabatan Sekarang : Tenaga Pengajar e. Bidang Keahlian : Pendidikan Agama Islam f. Fakultas/Jurusan : FKIP/PGSD g. Universitas : Lambung Mangkurat 3. Pembimbing a. Nama : Dr. H. Sarbaini, M.Pd b. NIP : 19591227 198603 1 003 c. Pangkat/Gol : Lektor Kepala ( IV/c) d. Jabatan Sekarang : Ketua UPT MPK-MBB UNLAM e. Bidang Keahlian : Pendidikan Nilai f. Fakultas/ Jurusan : FKIP / PKn g. Universitas : Lambung Mangkurat 4. Sumber Dana Penelitian : Mandiri 5. Jangka Waktu Penelitian : 3 (Tiga) Bulan Banjarmasin, 10 September 2013 Dekan FKIP Peneliti, Drs. H. Ahmad Sofyan, M.A Dra. Hj. Rafi`ah Gazali, M.Ag NIP. 19511110 197703 1 003 NIP. 19530423 198603 2 00 Mengetahui, Kepala Lembaga Penelitian Dr. Ahmad Alim Bachri, SE.,M.Si NIP. 19671231 199512 1 002 ii KATA PENGANTAR Dengan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya dapatlah peneliti menyelesaikan penelitian dengan berjudul "Manusia Menurut Seyyed Hossein Nasr". Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, serta seluruh keluarga, para sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Peneliti menyadari bahwa di dalam penelitian ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun material. Hal ini tentunya tak lepas dari terbatasnya kemampuan yang peneliti miliki, namun walaupun demikian masih terbersit satu harapan semoga penelitian yang sederhana dan penuh ketidaksempurnaan ini membawa manfaat. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, terutama kepada yang terhormat: 1. Bapak Dekan FKIP Banjarmasin Drs.H. Ahmad Sofyan, MA yang berkenan menyetujui penelitian ini. 2. Bapak Drs. H.Sarbaini,M.Pd. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penelitian ini. 3. Pimpinan Perpustakaan UNLAM Banjarmasin beserta staf yang telah memberikan jasa pelayanan yang baik dalam peminjaman buku-buku yang diperlukan peneliti. Akhirnya, peneliti hanya dapat berdo'a, semoga segala bantuan, bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat ganjaran yang berlipat ganda. Semoga penelitian mandiri ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan umumnya, amien. Banjarmasin, 10 September 2013 Peneliti, Dra.Hj. Rafi`ah Gazali, M.Ag iii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i IDENTIFIKASI PENGESAHAN ................................................................ ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 6 C. Penegasan Judul ..................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian dan Signifikansi Penelitian ....................... 7 E. Metode Penelitian ................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ............................................................. 10 BAB II LATAR BELAKANG HISTORIS SEYYED HOSSEIN NASR A. Riwayat Hidup dan Pendidikan .............................................. 12 B. Aktivitas ................................................................................ 16 C. Karya-Karya .......................................................................... 18 BAB III MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUHAN MENURUT SEYYED HOSSEIN NASR A. Hakikat Manusia ................................................................... 24 B. Hubungan Manusia dengan Tuhan ........................................ 41 C. Tanggung Jawab dan Hak Manusia ...................................... 49 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 56 B. Saran-saran ............................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 58 iv v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang manusia dan karakteristiknya, sedikit banyak tidak dapat terlepas dari sejumlah sistem budaya, tradisi, agama dan filsafat dengan segala perbedaan latar belakang budaya dan pemikiran yang melingkupinya. Filsafat manusia telah dirumuskan sebagai suatu refleksi atas pengalaman manusiawi untuk memperoleh paham tentang kedudukannya yang khas di tengah- tengah makhluk lainnya. Dalam refleksi tersebut, eksistensi ditemukan sebagai suatu pengalaman induk, hingga dinyatakan bahwa dengan keluar dari diri, manusia menjadi diri.1 Kebudayaan merupakan jawaban khas manusia atas segala macam situasi yang dihadapinya. Situasi itu beraneka ragam. Manusia sebagai makhluk biologis berbeda situasi dengan manusia sebagai makhluk sosial, dan lain lagi dengan manusia sebagai makhluk religius. Situasi juga bisa menjadi lain karena perbedaan zaman dan daerah. Zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Kebudayan Timur berbeda dengan kebudayaan Barat.2 Hubungan manusia dengan dunia secara khusus nyata dalam kebudayaan. Lain halnya dengan hewan yang hanya merupakan bagian dari alam belaka. Interaksi hewan bersifat deterministis. Jawabannya atas segala aksi dari luar bersifat pasif belaka. Hewan tidak memiliki tanggung jawab dan tidak 1 Adelbert Snijders, Antropologi Filsafat: Manusia, Paradoks dan Seruan, (Yogyakarta: Kanusius, 2004), h. 58. 2 Ibid. 1 2 membudaya, sehingga fenomena kebudayaan adalah sesuatu yang khas insani. Manusia sekaligus bagian dari alam dan bertransendensi terhadapnya. Dunia alam menjadi dunia budaya berkat manusia dan proses peralihan ini disebut juga dengan proses humanisasi.3 Alquran telah menjelaskan bahwa manusia merupakan khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana firman Allah: ْاوُلاَق ًةفَيِلخَ ضِ رَْأا ِِ لٌ عِ اجَ ِي ِإ ةِكَ ِئَامَلِْل كَ (cid:268)برَ لَاَق ذِْإوَ ِ ِ ِ ِ ِ ِ كَدمْ َِ حُ يبسَ ُن نُ نَْوَ ءامَديلا كُ فسْ َيوَ اهَيف دُ سفُْ ي نمَ اهَيف لُ عََََْأ َ(cid:764)٠ : ةرقبلاُ نَومَُلعْ َت َا امَ مُ َلعَْأ ِي ِإ لَاَق كَ َل سُ ديقَُ نوَ Kemudian dalam ayat: َ(cid:763)٥ : صُ ... ضِ رَْأْا ِِ ًةفَيِلخَ كَاَنلْعَجَ ا(cid:267)نِإ دُووُادَ اَي Kedua ayat ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah yang dalam kajian tematik adalah berarti siapa yang diberi kekuasaan mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Pada ayat di atas yaitu Nabi Adam yang secara potensial diberi tugas mengelola bumi keseluruhannya pada awal masa sejarah kemanusiaan, dan Nabi Daud yang diberi tugas mengelola wilayah Palestina.4 Pertanyaan tentang siapakah manusia, asal-usul dan tugasnya di dunia sebenarnya adalah pertanyaan yang telah ada sejak lama. Sejarah pemikiran Barat modern sejak Descartes ditandai dengan usaha menjawab pertanyaan tersebut. 3 Ibid, h. 62. 4 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h. 158. 3 Dan seiring dengan berkembangnya pemikiran, muncul berbagai aliran filsafat yang masing-masing memiliki corak pemikiran tersendiri. Salah satu aliran yang ada ialah filsafat perennial, yaitu sebuah filsafat yang dipandang bisa menjelaskan segala kejadian yang bersifat hakiki, yang menjadi hakikat seluruh agama dan tradisi spiritual manusia.5 Salah satu tokoh dari aliran filsafat ini adalah Seyyed Hossein Nasr. Salah satu ungkapannya yang terkenal adalah bahwa manusia modern telah membakar tangannya dengan api yang dinyalakannya; karena ia telah lupa siapakah ia sesungguhnya.6 Ungkapan ini disampaikan Nasr dalam mengomentari cara pandang manusia terhadap alam. Dikatakannya bahwa dunia modern tidak lagi memiliki horizon spiritual. Hal itu terjadi bukan karena horizon spiritual itu tak ada, tapi karena manusia modern – dalam istilah filsafat perennial yang sering diintrodisir oleh Nasr – “hidup di pinggir lingkaran eksistensi”. Manusia modern melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang pinggiran eksistensinya itu, tidak pada “pusat spiritualitas dirinya”, sehingga mengakibatkan ia lupa siapa dirinya. Memang dengan apa yang dilakukannya sekarang – memberi perhatian pada dunia dan eksistensi di luar dirinya – ia memperoleh pengetahuan dunia material yang secara kuantitas sangat mengagumkan, tetapi secara kualitatif dan keseluruhan tujuan hidupnya – menyangkut pengertian-pengertian mengenai dirinya sendiri – ternyata dangkal. Dekadensi atau kejatuhan manusia di zaman modern ini terjadi karena manusia kehilangan pengetahuan langsung mengenai dirinya itu, dan menjadi bergantung pada pengetahuan eksternal, yang tak langsung berhubungan dengan dirinya.7 5 Lihat, Budhy Munawar-Rachman, Pengantar Komarudin Hidayat dan Muhammad Wahyudi Nafis, Agama Masa Depan, Perspektif Filsafat Perennial, (Jakarta: Gramedia, 2003), h. 7. 6 Ibid, h. 1. 7 Ibid, h. 2. 4 Dalam pandangan Nasr, manusia terbagi menjadi dua golongan, yaitu manusia modern dan manusia tradisional, yang terakhir ini disebutnya pula sebagai manusia suci, sebagaimana dijelaskannya dalam salah satu karyanya: Konsep tentang manusia suci, pontifex, atau jembatan antara surga dan bumi, yang merupakan pandangan tradisional anthropos, terletak pada antipoda konsep manusia modern yang membayangkan manusia sebagai ciptaan Promethean di bumi, melawan surga dan berusaha menyalahgunakan peranan Tuhan bagi dirinya sendiri. Manusia suci, dalam pengertiannya di sini, tidak lain daripada manusia tradisional, hidup di dalam dunia yang mempunyai Asal maupun Pusat. Dia hidup dalam kesadaran penuh sejak Asal yang mengandung kesempurnaannya sendiri dan berupaya untuk menyamai, memiliki kembali, dan mentransmisikan kesucian awal dan keutuhannya...8 Dari penjelasannya ini, tampak pula bahwa Nasr berusaha menegaskan bahwa manusia dengan segala karakteristiknya tidak dapat terlepas dari dimensi ketuhanan, untuk mendapatkan pengetahuan tentang hakikat diri manusia sebenarnya dapat dilakukan dengan menggali teks-teks keagamaan, tetapi manusia sekarang cenderung mengabaikannya sehingga ia tidak mengetahui arti kearifan spiritual dalam kehidupannya. Menurut Nasr, fungsi kesalehan mausia tidak pernah bisa dipisahkan dari realitas dan dari mana manusia itu sesungguhnya berasal, inilah sebabnya mengapa ajaran-ajaran tradisional selalu menggambarkan kebahagiaan manusia di dalam kesadaran dan kehidupannya menurut alam pontifikalnya, seperti jembatan antara surga dan bumi. Hukum-hukum keagamaan dan ritus-ritusnya mempunyai fungsi-sungsi kosmik untuk menyadarkan bahwa tidak mungkin manusia menghindari tanggung jawab sebagai makhluk yang hidup di bumi yang tidak 8 Seyyed Hossein Nasr, The Knowledge and The Sacred , terj. Suharsono, et. al. dengan judul Inteligensi dan Spiritualitas Agama-Agama, (Depok: Inisiasi Press, 2004), h 185. 5 sekedar berhubungan dengan keduniaan semata, tetapi untuk merefleksikan kekuasaan Tuhan di dunia.9 Situasi manusia sebagai jembatan antara surga dan bumi direfleksikan dalam seluruh keberadaan dan seluruh kemampuannya. Manusia adalah dirinya sendiri, keberadaan alamiah secara supra natural. Ketika dia berjalan-jalan di muka bumi, pada satu sisi dia muncul sebagai makhluk bumi; pada sisi yang lain, dia merupakan keberadaan surgawi yang turun ke keberadaan duniawi. Sebaliknya, memori, pembicaraan dan imajinasinya ikut serta seketika itu juga dari beberapa tatanan realitas. Sebagian besar dari inteligensinya merupakan kemampuan alamiah yang bersifat supra natural...10 Seyyed Hossein Nasr berusaha menjelaskan hakikat diri manusia melalui perspektif filsafat perennial - yang disebut sebagai filsafat tradisional – yang pembahasannya justru berbeda dengan perspektif modern yang didasarkan kepada sains.11 Nasr berkeyakinan bahwa penjelasan tuntas tentang hakikat manusia dapat ditemukan secara jelas dalam teks-teks tradisional dan keagamaan. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh dan mendalam berkenaan dengan pendapat Seyyed Hossein Nasr tentang manusia, hasil penelitian tersebut selanjutnya akan dituangkan dalam dengan judul : “MANUSIA MENURUT SEYYED HOSSEIN NASR”. B. Rumusan Masalah 9 Ibid, h. 193-194. 10 Ibid, h. 194. 11 Lihat, Budhy Munawar-Rachman, Op. Cit., h. 5. Lihat juga, Seyyed Hossein Nasr, Op. Cit., h. 195.
Description: