ebook img

Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau pada Awal Abad XX PDF

12 Pages·2017·0.72 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau pada Awal Abad XX

Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … KAFAAH JOURNAL, 7 (2), 2017, (147-158) (Print ISSN 2356-0894 Online ISSN 2356-0630) Available online at: http://kafaah.org/index.php/kafaah/index Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau pada Awal Abad XX Risa Marta Yanti Sekolah Tinggi Kejuruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] Abstract This article aims to elaborate the influences of the modernization of education that occurred in Minangkabau since the middle of the 19th century to advance of Minangkabau women in the early 20th century. The progress of Minangkabau women is clear in the birth of educated female figures thatwill become to spearhead the emergence of the Minangkabau women's movement. The opening of women’s schools, publication of women's newspapers, the establishment of women's organizations and associations and the active participation in the politics of the national movement are clear proofs of the size of the Minangkabau women's want to appear on the public spaces they never have before. Keywords: The movements of Minangkabau women, modernization, education. Abstrak Politik Etis yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Belanda terhadap masyarakat Sumatera Barat memberi peluang yang besar terhadap kemajuan pendidikan masyarakat Minangkabau. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan pengaruh modernisasi pendidikan yang terjadi di Minangkabau sejak pertengahan abad ke-19 untuk memajukan wanita Minangkabau di awal abad ke-20. Kajian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yakni: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemajuan perempuan Minangkabau sangat jelas dalam kelahiran tokoh perempuan terdidik yang menjadi ujung tombak munculnya gerakan perempuan Minangkabau. Pembukaan sekolah perempuan, publikasi surat kabar wanita, pembentukan organisasi dan asosiasi perempuan dan partisipasi aktif dalam politik gerakan nasional adalah bukti nyata ukuran perempuan Minangkabau yang ingin tampil di ruang publik yang belum pernah mereka miliki sebelumnya. Kata kunci: Pergerakan wanita Minang, modernisasi, dan pendidikan PENDAHULUAN kesengsaraan yang dialami rakyat akibat Sistem Tanam Paksa. Di Minangkabau Memasuki awal abad ke-20 praktik Sistem Tanam Paksa oleh kehidupan politik, ekonomi, sosial dan pemerintah kolonial difokuskan pada budaya di Hindia-Belanda mengalami penanaman paksa kopi dan penyerahan perubahan yang sangat substansial. Hal ini paksa kopi yang dimulai setelah terlihat dalam bidang pendidikan yang ditumpasnya Gerakan Paderi pada 1837. menjadi salah satu pilar dari Politik Etis, Terlepas dari kejamnya praktik sebagai wujud balas budi Pemerintah tanam paksa, kebijakan Politik Etis Kolonial Belanda atas penderitaan dan membawa kemajuan yang luar biasa bagi 147 © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) 148 Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … dunia pendidikan di Sumatra’s Westkust munculnya kaum terpelajar yang gigih (Nama administratif yang diberikan oleh memperjuangkan bangsanya yang tertindas pemerintah Kolonial Belanda) di awal abad oleh penjajahan kolonial. Pembentukan XX, yang ditandai dengan jangkauan akses organisasi Boedi Oetomo pada 1908 yang pendidikan formal Belanda di semua diikuti oleh pendirian Jong Java, Jong lapisan masyarakat Minangkabau. Sumateranenbond, Jong Ambon, Jong Kemajuan pendidikan ini juga terbukti Batak, Jong Islametenbond, dan berbagai dengan semakin beraneka-ragamnya jenis- perkumpulan pemuda serta pelajar lainnya jenis lembaga pendidikan yang dibuka di adalah bukti nyata dari berkobarnya Sumatra’s Westkust. Sekolah-sekolah ini di semangat pergerakan saat itu (Leirissa, antaranya adalah HIS (Hollandsch 1985). Inlansche School) yang dibuka setelah Modernisasi pendidikan juga reorganisasi pendidikan tahun 1914; berhasil melahirkan perempuan-perempuan Vervolg School (Sekolah Sambungan) yang terpelajar Minangkabau yang nantinya ditransformasikan dari Sekolah Kelas II; menjadi ujung tombak dari lahirnya Kweekschool (Sekolah Keguruan), pergerakan perempuan Minangkabau di Volkschool (Sekolah Desa); Normal School awal abad ke-20. Diawali dengan (Sekolah Keguruan); Schakelschool pembukaan sekolah-sekolah khusus (Sekolah Peralihan); Opleiding School voor perempuan oleh golongan perempuan Inlandsche Amtenaaren (OSVIA); Meer terpelajar untuk memberantas buta huruf Uitgebreid Laager Onderwijs (MULO); khususnya di kalangan menengah ke bawah Algemene Middelbare School (AMS); yang tidak tersentuh oleh sekolah formal Sekolah Kejuruan (Sekolah Pertukangan, Belanda, gerakan literasi perempuan Sekolah Pertanian atau Landbouw School), Minangkabau pada tahap selanjutnya dan Vrouwen Normal School (Sekolah membawa pada pintu kemajuan bagi Keguruan khusus perempuan) [Abdullah & perempuan Minangkabau dalam skala yang Budhisantoso (ed.), 1984: 84-85; Martamin, lebih luas. dkk., 1997: 75-82]. Diterbitkannya surat kabar khusus Modenisasi pendidikan di Sumatra’s perempuan dan keterlibatan perempuan Westkust pada awal abad ke-20 semakin Minangkabau dalam politik pergerakan meluas dengan kehadiran lembaga kemerdekaan, semakin menancapkan pendidikan Islam modern yang mengadopsi eksistensi perempuan Minangkabau sebagai sistem pembelajaran dari Eropa dan Mesir. aktor sejarah pergerakan Indonesia yang Sekolah Islam modern yang diprakarsai selama ini sama sekali tidak pernah oleh Kaum Muda Minangkabau ini antara diungkap. Wujud dari berbagai capaian lain: Dinijah School, Adabijah School, pergerakan perempuan Minangkabau di Sumatra Thawalib, Madras School, Dinijah berbagai lini kehidupan masyarakat di School Putri, dan Normal Islam School Sumatra’s Westkust di awal abad XX inilah (Noer, 1991); Junus, 1960: 54-61). Sekolah- yang akan dielaborasi dalam tulisan ini. sekolah Islam modernis tersebut tumbuh subur di berbagai daerah dan sangat METODE PENELITIAN diminati oleh masyarakat Minangkabau sebagai tempat menuntut ilmu bagi anak- Metode yang digunakan dalam anak mereka, di samping kehadiran sekolah penelitian ini adalah metode sejarah yang modern Belanda yang memiliki kurikulum terdiri dari empat tahapan, yakni: heuristik, dan sistem pengajaran yang lebih teratur. kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada akhirnya modenisasi Heuristik adalah tahap pengumpulan pendidikan di atas tidak hanya sukses sumber, informasi dan jejak-jejak masa melahirkan golongan intelektual pribumi di lampau. Sumber-sumber yang digunakan Hindia-Belanda, tetapi juga mendorong dalam tulisan ini antara lain buku, artikel © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … 149 dan surat kabar yang terbit antara abad ke- anak-anak, suami dan mengatur kehidupan 19 hingga abad ke-20. Fakta-fakta yang di dalam rumah tangga, namun juga telah terkumpul dari berbagai sumber bertugas sebagai pemegang kelangsungan tersebut kemudian diuji otentisitas atau garis keturunan. Tugas sebagai pewaris keakuratannya pada tahap kritik (kritik garis keturunan yang dibebankan kepada eksternal dan internal).Tahap selanjutnya perempuan Minangkabau, berimplikasi adalah menginterpretasikan faktar-fakta pada kewajiban mereka untuk menjaga yang telah diperoleh dan mencari hubungan harta pusaka kaum yang diwariskan dari setiap fakta tersebut melalui analisis berdasarkan garis keturunan ibu yang (menguraikan) dan sintesis (menyatukan), disebut dengan harta perempuan atau sehingga keseluruhan fakta menjadi harato padusi (Korn, 1941: 18). Dalam hal harmonis, masuk akal dan kredibel.Tahapan ini, perempuan yang paling dituakan diberi yang terakhir dari penulisan ini adalah gelar kehormatan sebagai amban puruekun tahap penulisan atau disebut dengan citagueh (peti simpanan pusaka berkunci historiografi. Di tahap penulisan ini, art of kukuh). Amban purue ini diberikan writing dari penulis sangat menentukan tanggung jawab untuk menjaga harta hasil dari tulisan yang dihasilkan (Herlina, pusaka kaum persukuan berupa areal 2011: 15-16) persawahan lahan basah dan kering, tanah, rumah gadang, hewan ternak, termasuk KEHIDUPAN PEREMPUAN tenaga kerja yang menjadi bagian dari harta MINANGKABAU SEBELUM ABAD pusaka kaum persukuan (Blackwood, KE-20 2001). Kendali yang dimiliki oleh Gambaran perempuan Minangkabau perempuan Minangkabau dalam sebelum abad ke-20 tidak jauh berbeda pengelolaan harta pusaka kaum membawa dengan perempuan-perempuan lainnya mereka ikut terlibat aktif di sektor ekonomi. yang ada di Hindia-Belanda masa itu. Karakteristik ekonomi pedesaan yang Siklus hidup mereka sepenuhnya terpaku didominasi oleh pertanian yang berlaku pada aktivitas internal di dalam rumah umum di Minangkabau dan juga di Asia sebagai anak perempuan, isteri, ibu dan Tenggara, yang telah ada sebelum abad ke- nenek. Pendidikan yang mereka dapatkan 20 memberi andil kepada perempuan untuk hanya sebatas pendidikan agama dan ikut bekerja di sawah dan ladang bersama pendidikan kerumahtanggaan sebagai bekal dengan kaum laki-laki. Oleh karena itu untuk menjadi seorang isteri dan ibu. Pola perempuan Minangkabau terlibat dalam kehidupan dan tingkah laku perempuan pengolahan tanah, menyemai benih, sangat dikendalikan dan dibatasi oleh adat menanam padi, memanen, bahkan mereka istiadat yang dianut oleh masyarakatnya. juga ikut membawa dan memasarkan hasil Dalam hal ini perempuan sama sekali tidak pertanian di pasar-pasar yang disebut diberi kebebasan dan kemandirian dalam dengan pecan atau pakan. Di samping itu, merepresentasikan dirinya seperti yang perempuan Minangkabau sebelum abad ke- mereka inginkan, namun lebih dominan 20 juga telah bergiat dalam industri kepada “apa yang boleh” dan “tidak kerajinan seperti menenun kain dan tikar, dibolehkan” mereka lakukan dalam menganyam, pemintalan, pembuatan renda, pandangan adat dan kebiasaan. penyaringan emas, pewarnaan kain, Sistem kekerabatan matrilineal yang pembuatan tembikar, dan industri rumah dianut oleh masyarakat Minangkabau tangga lainnya (Loeb, 2013). Hal ini tidak membawa peran ganda yang harus dipukul hanya terjadi di Minangkabau saja, namun oleh kaum perempuannya. Mereka tidak berlaku umum di kawasan Asia Tenggara. hanya menjadi ibu yang wajib merawat (Dobbin, 2008; Reid, 1992) menegaskan © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) 150 Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … bahwa memintal benang, mewarnai kapas, sudut pasarnya ada pedagang perempuan mencelup kain, dan menenun adalah Minangkabau. Banyaknya jumlah pedagang pekerjaan yang hanya dilakukan oleh kaum perempuan tersebut tidak terlepas dari perempuan. sistem matrilineal yang memberikan Tingginya aktivitas ekonomi yang peluang kepada perempuan untuk terlibat dilakukan oleh perempuan Minangkabau aktif dalam kegiatan ekonomi di pasar- tersebut membawa keterlibatan mereka pasar nagari (Yati, 2014: 111). secara langsung untuk ikut berdagang di pasar-pasar nagari yang ada di Aktivitas perempuan Minangkabau di Pasar Minangkabau. Mereka umumnya adalah perempuan-perempuan yang telah menikah dan memiliki anak. Pedagang perempuan Minangkabau ini biasanya memperjual- belikan barang-barang kebutuhan sehari- hari dari hasil pertanian dan perkebunan serta berbagai barang kerajinan tangan yang dibawa dari rumah. Kemunculan perempuan Fort de Kock(1939) Minangkabau di berbagai pasar-pasar Sumber: www.kitlv.nl, diakses, nagari di Minangkabau sebelum abad ke-20 Senin, 9 Juni 2014. tertulis dalam berbagai literatur kolonial. Pistorius dalam (Dobbin, 2008) Di saat perempuan yang telah menyebutkan bahwa pada 1838, pedagang menikah dan mencapai usia paruh baya perempuan Minangkabau banyak yang terlibat aktif dalam aktivitas ekonomi di menjual hasil kerajinan tangan berupa kain luar Rumah Gadang, kondisi yang berbeda katun lokal, sarung biru dan merah dengan terjadi pada anak perempuan yang dianggap kotak-kotak seperti kain Bugis di pasar telah memasuki masa pubertas (di usia dua Lima Kaum yang terletak di Payakumbuh. belas atau tiga belas tahun), dimana mereka Pedagang perempuan Minangkabau ini ada tidak lagi diperbolehkan untuk beraktivitas juga yang menjual beras dalam kantung- dengan bebas di luar rumah pada usia kantung kecil, buah-buahan, dahan pohon tersebut. Seperti yang tertulis dalam kopi, hewan ternak (ayam dan itik) serta schoolscriften (Hadler, Berlian, & berbagai penganan yang mereka buat Abdullah, 2010) bahwa “Djekalau anak sendiri. perempoean itoe soedah naek ramboet Partisipasi perempuan Minangkabau [gadis], maka ia tiada pergi ka soerau lagi, dalam hiruk pikuk aktifitas perdagangan di melainkan, doedoek berkoeroenglah ia; pasar-pasar nagari di Sumatra’s Westkust agak soekar melihatnja”. Dengan juga disinggung oleh (Asnan, 2007) yang pertimbangan untuk melindungi dari hal-hal mengklasifikasikan pedagang perempuan buruk yang ada di luar rumah, khususnya Minangkabau sebagai pedagang kelas dua dari laki-laki. Gadis-gadis yang sudah yang tinggal di daerah sekitar lokasi pasar. memasuki masa pubertas ini akan dijaga Para pedagang perempuan ini umumnya dengan sangat ketat oleh pihak keluarga dan adalah pedagang-pedagang kecil dengan persukuannya (Loeb, 2013). modal sendiri dan juga keuntungan yang Akibat dari pembatasan aktivitas sangat kecil (Dobbin, 2008). tersebut, pergerakan anak-anak perempuan Hingga dekade ke tiga dan keempat Minangkabau tidak diberi akses untuk abad ke-20 eksistensi dari para pedagang sekolah sehingga mereka sama sekali tidak perempuan ini masih terjadi dalam jumlah memiliki keterampilan membaca, menulis, yang besar. Salah satunya tampak di pasar dan berhitung. Kehidupan mereka hanya FortdeKock (Bukittinggi) yang disetiap © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … 151 berputar di dalam rumah gadang tanpa bisa tuan kulareh (golongan bangsawan) yang melepaskan diri dari peran sebagai anak sama sekali tidak berkeinginan untuk perempuan, remaja perempuan, isteri, serta sekolah. Prestise dan kekayaan milik orang ibu bagi anak-anak mereka. Di penghujung tua yang nantinya akan mereka warisi, abad ke-19, ketika daerah “Minangkabau” membuat anak-anak golongan bangsawan muncul sebagai pusat kelahiran kaum ini menganggap sekolah tidak penting. intelektual di luar Pulau Jawa yang paling Tanpa sekolah pun mereka tetap menduduki maju, kaum perempuannya sama sekali status sosial yang dihormati dan mewarisi tidak ada yang bersekolah. Sekolah adalah harta kekayaan yang berlimpah dari orang hal yang sangat tabu dan sangat dilarang tuanya. Karena itulah tidak heran jika anak- bagi perempuan Minangkabau saat itu anak bangsawan Minangkabau ini masuk ke (Hadler et al., 2010). Realitas ini Sekolah Kelas II berbahasa Melayu, bukan menegaskan bahwa pendidikan yang Sekolah Kelas I (bahasa pengantar bahasa dijalani oleh anak perempuan di Belanda) yang diperuntukan bagi kelas Minangkabau sebelum abad ke-20 hanya bangsawan (Graves, 2007: 235). Politik Etis pendidkan agama dan pendidikan yang dicanangkan oleh Pemerintah kerumahtanggaan seperti mengurus rumah, Kolonial Belanda dipermulaan abad XX memasak, dan berbagai keterampilan telah merangsang modernisasi pendidikan seperti menjahit, menganyam menenun, dan yang lebih luas dibandingkan dengan menyulam oleh ibu, nenek, dan kerabat periode sebelumnya. perempuan mereka. Ledakan jumlah elite terpelajar Minangkabau di awal abad ke-20 secara PEREMPUAN MINANGKABAU tidak langsung juga berpengaruh terhadap MENAPAKI ERA KEMAJUAN DI kaum perempuannya. Perempuan SUMATRA’SWESTKUST Minangkabau yang berasal dari keluarga elite terpelajar dan pegawai pemerintah Awal abad XX adalah dimulainya kolonial seperti guru, jaksa, dan pegawai era kemajuan bagi masyarakat gudang kopi adalah generasi pertama yang Minangkabau di Sumatra’s Westkust. menikmati akses pendidikan modern. Iklim Kemajuan ini ditandai dengan kemunculan akademis yang terbentuk di dalam rumah elite baru dan berkembangnya gaya hidup para birokrat dan pegawai kolonial ini yang modern. Elit baru ini adalah lulusan sekolah mulanya hanya memberi kesempatan formal kolonial yang menggunakan bahasa kepada anak laki-laki untuk bersekolah, Belanda sebagai bahasa pengantar. Anak- pada akhirnya ikut berdampak secara Anak petani dan pedagang adalah golongan langsung bagi anak-anak perempuan. Hal yang paling bergairah untuk masuk ke ini terlihat dari kemampuan baca-tulis dan sekolah-sekolah ini. Hal ini dibuktikan berhitung dengan huruf latin serta bahasa dengan hasil penelitian Graves, (2007) Belanda yang didapatkan di sekolah- bahwa murid-murid di sekolah-sekolah sekolah modern kolonial yang mereka formal Belanda di nagari dataran tinggi masuki, maupun yang belajar mandiri di Sumatra’s Westkust didominasi oleh anak- rumah bersama ayah dan saudara laki-laki anak petani dan pedagang. mereka. Tidak ajeknya stratifikasi sosial di Perempuan Minangkabau terpelajar Minangkabau membuat masyarakat generasi pertama di awal abad ke-20 di golongan menengah ke bawah menjadikan antaranya adalah Sjarifah Nawawi, Sitti pendidikan sebagai kendaraan untuk Djanewar Bustami Aman, dan Ainsjah menaikkan status sosial-ekonomi kepada Jahya, puteri dari Demang Jahja Datoek tingkat yang lebih tinggi. Realitas ini Kajo dari Koto Gadang. Sjarifah Nawawi berbeda dengan anak-anak pangulu dan menempuh pendidikan di Europeesche © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) 152 Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … Langere School (ELS) Fortde Kock yang perkembangan lembaga pendidikan Islam di kemudian dilanjutkan ke sekolah Sumatra’s Westkust pada awal abad ke-20. pendidikan guru Kweekschool Fortde Kock Sekolah Adabijah (1909), Dinnijah School pada 1907. Ia adalah murid perempuan (1915), dan Sumatera Thawalib adalah pertama yang mampu bersekolah di lembaga pendidikan Islam modernis Kweekschool Fortde Kock (Hadler et al., pertama yang berhasil mencetak lulusan 2010). Selepas menyelesaikan dan menyebar luaskan pemikiran-pemikiran pendidikannya di Kweekschool Sjarifah baru yang digagas oleh golongan Islam masuk ke Salemba School di Batavia modernis Minangkabau. Haji Abdullah (Suryadi dalam harian Singgalang, 27 Ahmad (pendiri Sekolah Adabijah) dan Februari 2011). Zainuddin Labai (penggagas Dinnijah Perempuan terpelajar Minangkabau School) adalah dua tokoh Islam pembaharu selanjutnya adalah Sitti Djanewar yang yang mempelopori akses pendidikan bagi merupakan puteri dari Chatib Maharadja kaum perempuan Minangkabau di sekolah- Sutan Dilawit, Larashoofd Sumpur Kudus sekolah Islam modernis (Noer, 1991). dan Buo Lintau. Saat berusia enam tahun Kehadiran sekolah Islam modernis Sitti Djanewar berhasil diterima sebagai tersebut tidak hanya berhasil murid Hollandsch Inlansche School (HIS) memperkenalkan proses pembelajaran Solok dan kemudian melanjutkan ke Meijes dengan sistem kelas yang dilengkapi Kweek school Salatiga (MKS) di Jawa dengan meja, kursi dan papan tulis, namun Tengah (Aman, 2006: 5-7). Sementara itu, juga menggabungkan murid laki-laki dan Ainsjah Jahja, puteri Demang Jahja perempuan dalam satu kelas (sistem ko- Daetoek Kajo pada tahun 1918 tercatat edukasi). Sistem ko-edulasi yang meniru sebagai salah satu murid di MULO Katolik sekolah sekuler Belanda ini memberi Padang (Hatta, 2013: 61). peluang yang semakin besar kepada anak- Sjarifah Nawawi, Sitti Djanewar dan anak perempuan untuk mengakses sekolah- Ainsjah Jahya merupakan segelintir dari sekolah kaum modernis. Rahmah el- perempuan-perempuan Minangkabau yang Junussijah dan Rasoena Said yang berhasil mengakses pendidikan formal merupakan tokoh pelopor pergerakan Belanda di awal abad ke-20. Dalam perempuan Minangkabau di awal abad XX laporannya ( Lekkerkerker, C. 1914; adalah lulusan dari sekolah tersebut. Subadio & Ihromi, 1978) menyebutkan bahwa dari 8980 jumlah siswa yang LAHIRNYA PERGERAKAN terdaftar di semua sekolah kelas II yang ada PEREMPUAN DI MINANGKABAU di Sumatra’s Westkust tahun 1913, terdapat ABAD KE-20 926 murid perempuan. Sementara itu di Sekolah Kelas I murid perempuannya ada Pergerakan perempuan pertama kali sebanyak 98 orang dan murid laki-laki 657 muncul pada abad ke-15 yang digagas oleh orang. Meskipun perbedaan jumlah murid Christine de Pizan. Ia berpandangan bahwa perempuan dan laki-laki sangat tinggi, “Apabila gadis-gadis kecil diajari dengan jumlah ini menunjukkan peningkatan luar baik, mereka akan memahami seluk beluk biasa jika diamati dari jangka waktunya semua seni dan ilmu pengetahuan sebaik yang sangat singkat sejak akses pendidikan yang dipahami oleh anak laki-laki” diperbolehkan bagi perempuan (Beauvoir, 2003). Kecaman akan Minangkabau. ketidakadilan bagi perempuan dilanjutkan Munculnya kaum muda yang oleh Mary yang mengkritik tradisi dan berperan sebagai motor penggerak kebiasaan masyarakat di Inggris saat itu kebangkitan Islam modernis di yang menjadi alat pembodohan bagi Minangkabau juga berdampak langsung perempuan. Wollstonecraft menuding kepada kemajuan yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sebagai © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … 153 penyebab utama perempuan menjadi Amai Satia” di Kota Gedang. Roehana makhluk yang tersubordinasi dan diabaikan Koeddoes terpilih sebagai president-nya. kepentingan haknya. Untuk mengatasi hal Perkumpulan Karadjinan Amai Satia (KAS) ini Wollstonecraft menuntut diberikannya Koto Gadang ini bertujuan untuk hak atas akses pendidikan bagi perempuan “Memajukan perempuan di Koto Gadang (Arivia, 2003). dalam berbagai aspek kehidupan dalam Semangat akan pentingnya keadilan rangka mencapai kemuliaan seluruh kaum perempuan di Eropa ikut menyebar bangsa”. Untuk mewujudkan tujuan sampai ke Hindia-Belanda yang ditandai tersebut, Vereeniging Karadjinan Amai dengan tuntutan hak-hak perempuan untuk Satia membuka sekolah yang diberi nama bersekolah dan dilanjutkan dengan Sekolah Karadjinan Amai Satia (Fitriyanti, keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan 2013: 85; 90). politik serta organisasi sosial saat itu. Sekolah Karadjinan Amai Satia Seperti yang ditegaskan oleh Wollstonecraft yang bertempat di Koto Gadang tercatat dalam (Tong, 1998) bahwa pendidikan yang sebagai sekolah perempuan pertama yang setara bagi kaum perempuan akan dibuka di Minangkabau (Hadler et al., mendorong mereka tumbuh menjadi pribadi 2010). Mata pelajaran yang diberikan di yang lebih baik. Sekolah memberikan sekolah ini berupa membaca, menulis huruf mereka kesempatan untuk mengembangkan Arab, Arab Melayu dan huruf Latin tingkat nalar, mendorong dan merancang tujuan dasar. Pelajaran lainnya yakni berhitung, hidupnya sendiri dan bebas menentukan pendidikan rohani dan akhlak menurut nasibnya sendiri, sehingga eksistensi ajaran Islam, adat istiadat, kepandaian mereka tidak hanya sekadar alat bagi mengurus rumah tangga, memasak, tata kebahagiaan dan kesempurnaan orang lain. cara mengasuh anak yang baik, menyulam, Pendidikan terbukti menjadi faktor menganyam, menjahit, menenun dan yang paling fundamental dalam merangsang keterampilan lainnya yang sangat munculnya pergerakan perempuan. Karena dibutuhkan perempuan saat itu (Fitriyanti, itulah gerakan feminis pertama di 2013: 90). Minangkabau abad ke-20 bertujuan untuk Jika sekolah formal kolonial memberikan akses pendidikan yang sama memberi batasan umur kepada murid- dan setara bagi perempuan dan laki-laki. muridnya, Sekolah Karadjinan Amai Satia Perempuan-perempuan terpelajar yang lahir memberi kebebasan kepada perempuan dari sekolah modern menjadi barisan mana saja yang ingin belajar di sekolah ini. terdepan dalam memperjuangkan kemajuan Karena itulah tidak aneh jika murid- bagi kaumnya. Mereka mendirikan sekolah- muridnya ada yang anak-anak dan remaja sekolah khusus perempuan dan sekolah perempuan, serta ibu-ibu dan perempuan keterampilan yang tidak hanya mengajarkan dewasa yang belajar bersama-sama. Setiap mereka bagaimana mengatur rumah tangga murid-murid akan dibebankan membayar yang baik, tetapi juga mengajarkan mereka iuran sebesar 0.5 gulden per bulan. Bagi untuk baca-tulis dan berhitung dalam huruf yang tidak mampu membayar, boleh Latin. Roehana Koeddoes dan Rahmah el- membayar dengan potongan dari hasil Junusiyah adalah pelopor dari gerakan penjualan jahitan dan kerajinan yang kemajuan perempuan Minangkabau melalui dihasilkan (Fitriyanti, 2013: 91). pendidikan. Roehana Koeddoes adalah pelopor Tanggal 11 Februari 1911, Roehana pergerakan perempuan Minangkabau Koeddoes bersama-sama dengan 60 orang dengan cara memperluas akses pendidikan perempuan termasuk isteri para tokoh adat bagi kaum perempuan. Ia juga mendirikan dan agama Koto Gadang menggagas sekolah keterampilan perempuan bernama pembentukan Vereeniging “Karadjinan Roehana School di Bukittinggi pada tahun © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) 154 Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … 1917. Kecintaan Roehana akan pendidikan berhitung di sekolah ini (Noer, 1991). telah mendorongnya untuk mengajarkan Untuk anak-anak dan remaja putri waktu baca-tulis kepada teman-temannya dan juga belajar dilakukan pada pagi hari, sementara anak-anak dan remaja di Simpang Tonang, untuk ibu-ibu rumah tangga kegiatan Talu Pasaman di saat ia masih berumur 8 belajar dilaksanakan pada malam hari tahun (tahun 1892). Adat istiadat yang (Peringatan 55 tahun Diniyah Puteri, 1989: berkembang saat itu di masyarakat 44). menganggap perempuan bersekolah seperti Semangat kemajuan dalam bidang laki-laki sebagai tindakan yang tidak lazim. pendidikan untuk mencerdaskan perempuan Hal inilah yang menyebabkan meskipun Minangkabau di awal abad XX semakin Roehana adalah anak seorang hoofdjaksa, ia meluas dengan berdirinya sekolah-sekolah sama sekali tidak dapat masuk sekolah. khusus perempuan seperti Sekolah Kepandaiannya dalam tulis baca ia Kautamaan Isteri Minangkabau, yang dapatkan dari ayah dan saudara-saudaranya merupakan cabang dari Sakolah Kautamaan di rumah. Secara otodidak Roehana berhasil Isteri Dewi Sartika di Bandung, sekolah mengasah dirinya tidak hanya mampu baca- tenun dan Vrouwen Normal School yang tulis huruf Latin, Arab, Arab-Melayu dan dibuka oleh pemerintah kolonial di Padang berhitung, namun juga mampu berbahasa Panjang tahun 1918 (Yati, 2014: 228; Belanda (Fitriyanti, 2013: 11). Sebuah Martam(Naldi, 2009)in, dkk., 1997: 82). pencapaian luar biasa dari seseorang yang Akses pendidikan modern sama sekali tidak pernah menginjakkan membawa kemunculan sosok perempuan kakinya di sekolah formal. Minangkabau di ranah publik dengan Jika Roehana Koeddoes fokus pada diterbitkannya surat kabar khusus pendidikan baca tulis dan keterampilan perempuan. Soenting Melajoe adalah surat perempuan yang bersifat umum, Rahmah kabar perempuan Minangkabau pertama el-Junusiyah memfokuskan pengembangan yang diterbitkan oleh Roehana Koeddoes pendidikan perempuan berlandaskan pada pada 1912. Surat kabar ini tercatat sebagai agama Islam. Pada tahun 1923 Rahmah el- surat kabar perempuan pertama yang ada di Junusiyah mendirikan Al Madrasatud Hindia-Belanda. Dalam perkembangan Dinijjah Lil Banaat di Padang Panjang yang selanjutnya, suratkabar perempuan Asjraq merupakan cikal bakal dari Dinnijah School diterbitkan oleh Organisasi Sarekat Kaoem Puteri. Dinnijah School Puteri tercatat Iboe Sumatera tahun 1925. Pada tahun yang sebagai sekolah Islam modernis khusus sama Organisasi Soeara Kaoem Iboe perempuan pertama yang didirikan di Soematera (S.K.I.S) di Padang Panjang juga Hindia-Belanda (Vreede-de, Rosa, menerbitkan sebuah surat kabar bernama Ayuningtyas, Istiani, & Fauzi, 2008) Sama Soeara Kaum Iboe Soematera (Naldi, seperti Roehana, Rahmah el-Junusiyah 2009). mendedikasikan hidupnya untuk Surat kabar membawa refleksi dan meningkatkan kualitas perempuan interpretasi berbeda bagi perempuan Minangkabau melalui pendidikan. Untuk Minangkabau akan eksistensi dan peranan itu, Rahmah el-Junusiyah membuka mereka di tengah-tengah masyarakat. Jika Sekolah Menyesal yang tujuannya pada periode sebelumnya pola hidup memberantas buta huruf di kalangan mereka hanya terkungkung di dalam perempuan Minangkabau saat itu. Rumah Gadang dan aktif secara ekonomi, Keberadaan sekolah ini disambut dengan surat kabar yang identik dengan modernitas sangat antusias oleh ibu-ibu dan remaja mendorong perempuan Minangkabau untuk puteri. Jumlah perempuan yang belajar di mengambil bagian dalam pergerakan Sekolah Menyesal mencapai 125 orang. nasional pada tataran nasional dan Mereka dengan sangat bersemangat untuk kosmopolitan. Mereka menyadari bahwa mengikuti pelatihan baca-tulis dan pengaruh mereka di zaman kemajuan jauh © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … 155 melampaui satu generasi dari rumah tangga, 2013: 90). Pada periode selanjutnya kampung dan nagari-nagari yang dulunya dibentuk organisasi Sarekat Kaoem Iboe sama sekali tidak bisa mereka gapai (Hadler Sumatera dan Soeara Kaoem Iboe et al., 2010). Di samping itu, surat kabar Soematera (S.K.I.S) pada 1920 (Blackburn, juga membawa keberanian bagi perempuan 2007). Sementara itu, di kalangan Minangkabau untuk vokal dalam menuntut perempuan modernis Minangkabau, digagas hak-hak mereka yang selama ini dipasung pendirian Aisyiah cabang Minangkabau oleh adat istiadat yang berlaku. Eksistensi yang merupakan sayap dari Soenting Melajoe menurut (Samry & Omar, Muhammadiyah Minangkabau. 2012) layaknya sinar dalam kegelapan, Gairah akan peralihan kehidupan mikrofon yang menyuarakan suara-suara perempuan Minangkabau dari urusan- perempuan yang terkurung di bilik Rumah urusan domestik rumah tangga ke Gadang. Penerbitan surat kabar khusus partisipasi aktif dalam ranah politik sangat perempuan adalah akar dari pergerakan didorong oleh semangat nasionalisme kala yang kemudian mencuat dan semakin itu yang tersebar luas di seluruh Hindia- menggelora saat perempuan Minangkabau Belanda. Kebangkitan nasional yang terjun dalam dunia politik. ditandai dengan aktivitas politik yang lebih Puncak dari lahirnya pergerakan progresif dalam menghadapi kolonisasi perempuan Minangkabau ditandai dengan pemerintah kolonial Belanda ikut membawa keterlibatan mereka secara aktif dalam keberanian perempuan untuk tampil di bidang politik untuk memperjuangkan depan publik guna menyampaikan kemerdekaan bangsa. Aktivitas ini dimulai gagasannya tentang perjuangan dengan keikutsertaan perempuan kemerdekaan bangsa. Abdullah Minangkabau dalam organisasi (200(Anwar, 2004, 2011)9: 209-210) kepemudaan dan pergerakan di Sumatra’s mencatat di tahun 1933 dari 11.000 orang Westkust seperti Jong Sumatranen Bond anggota aktif Partai Permi (Persatuan (JSB) Cabang Padang, Persatuan [Partai] Muslimin Indonesia), PSII atau PNI Baru, Muslimin Indonesia (Permi), Perhimpunan 30% nya adalah perempuan. Kedudukan Murid Dinijjah School (PMDS), dan PNI anggota perempuan Minangkabau ini tidak Baru. Dalam hal ini, (Hadler et al., 2010) hanya sebagai anggota biasa namun juga menegaskan bahwa tuntutan akan ruang aktif menjabat sebagai pengurus cabang dan diskursif bagi perempuan Minangkabau pengurus pusat Partai Permi. dilingkup politik dan publik dimulai setelah Rasoena Said adalah salah satu peristiwa Pemberontakan Pajak 1908. kader perempuan Permi yang paling vokal Upaya memperluas hak politik bagi dan paling berpengaruh. Ia dijuluki sebagai perempuan Minangkabau diteruskan “Singa Minangkabau” atas keberaniannya dengan pembentukan perserikatan- dalam mengkritik kebijakan eksploitasi perserikatan perempuan Minangkabau, pemerintah colonial di berbagai forum yang kemudian dilanjutkan dengan akbar dan pertemuan Permi. Pidato-pidato pendirian organisasi khusus perempuan. yang disampaikan oleh Rasoena Said dalam Organisasi perempuan Minangkabau ini berbagai forum publik sangat tajam dan memiliki hubungan dengan organisasi bahkan lebih bersemangat dibandingkan pergerakan perempuan di daerah lainnya di dengan kaum laki-laki (Anwar, 2011). Hindia-Belanda. (Kahin, 2005) bahkan menyebut Rasoena Vereeniging Karadjinan Amai Satia Said sebagai orator yang berani dan terus adalah perkumpulan perempuan terang menyerukan kemerdekaan Indonesia Minangkabau pertama yang dibentuk pada saat menentang Ordonansi Sekolah Liar di 11 Februari 1911 dengan Roehana sebuah rapat umum Permi. Koeddoes sebagai pelopornya (Fitriyanti, © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA) 156 Risa Marta Yanti, Lahirnya Pergerakan Perempuan Minangkabau … Dalam pidatonya, Rasoena Said memprovokasi rakyat untuk menyusun dengan tegas menyatakan: Pintu kekuatan melawan pemerintah kolonial, kemerdekaan sudah terbuka, dan harap Rangkayo Rasimah Ismail ditangkap dan di apabila anda kembali ke tempat masing- penjara di tempat yang sama dengan masing, saudara-saudara akan membisikkan Rasoena Said di Semarang (Sinar Sumatra, hal ini kepada saudara-saudara seagama dan 11 Februari 1933). sebangsa. Tujuan kita semua satu: membuka jalan untuk meraih hak kita, yaitu Indonesia merdeka yang bebas dari kekuasaan bangsa asing. Akibat pidatonya ini, Pemerintah Kolonial Belanda menangkap dan memenjarakan Rasoena Said pada bulan Desember 1932 (Sinar Sumatra, 9 Desember 1932). Pemerintah kolonial kemudian menjatuhkan hukuman penjara kepada Rasoena Said selama lima belas bulan. Untuk memutuskan kontaknya dengan tokoh-tokoh pergerakan Minangkabau, Pemerintah Kolonial Belanda mengirim Rasoena Said ke penjara Bulu Semarang. Rasoena Said kala itu masih berusia 23 tahun, usia yang masih sangat muda. Saat penangkapan Rasoena Said tercatat sebagai pemimpin Permi pertama yang ditangkap oleh Pemerintah Kolonial Belanda (Kahin, 2005). Hal ini Roehana Koeddoes, Rahmah el- menunjukkan bahwa perempuan juga ikut Junusiyah, dan Rasoena Said andil sebagai ujung tombak dalam Sumber: Fitriyanti, 2013; Peringatan 55 tahun pergerakan kemerdekaan di Minangkabau Diniyah Puteri, 1989; Koetamaan-Isteri, Januari saat itu. Enam tahun kemudian, tepatnya di 1938 tahun 1939 Rasoena Said baru dibebaskan Ainsjah Jahja tidak bisa dilupakan (Anwar, 2011). begitu saja eksistensinya dalam kemajuan Sikap militan yang ditampilkan oleh perempuan Minangkabau di pentas politik Rasoena Said yang membawanya harus Sumatra’s Westkust di awal abad 20. Di mendekam di penjara mendorong saat masih menjadi siswa di MULO Katolik kegairahan yang luar biasa bagi pergerakan Padang, Ainsjah Jahja juga menjabat kaum perempuan Minangkabau saat itu. sebagai komisaris dalam kepengurusan Dalam surat kabar Sinar Sumatra, 11 Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Februari 1933 disebutkan bahwa Padang pada tahun 1918 (Hatta, 2013: 61). penangkapan Rasoena Said “…soedah Posisi komisaris tersebut tentu saja tidak membikin seomangatnja kaoem iboe dengan mudah diduduki oleh Ainsjah Jahja, semakin berkobar-kobar” (Sinar Sumatra, apalagi dengan keanggotaan JBS yang 11 Februari 1933). didominasi oleh laki-laki. Tidak dapat Tokoh pergerakan perempuan Permi dipungkiri bahwa dibukanya kesempatan lainnya yang juga sangat agresif terhadap oleh organisasi pergerakan masa itu agar Pemerintah Kolonial Belanda adalah perempuan dapat ikut sebagai anggota dan Rangkayo Rasimah Ismail, Fatimah Hatta pengurus organisasi, menjadi faktor utama dan Ratna Sari (Noer, 1991). Karena keikutsertaan perempuan dalam pergerakan dianggap terlalu radikal dan dituduh kemerdekaan. Dalam hal ini kehadiran laki- © 2017 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)

Description:
Sekolah Tinggi Kejuruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Lubuklinggau. Email: [email protected]. Abstract. This article aims to elaborate the influences of the .. Seperti yang ditegaskan oleh Wollstonecraft dalam (Tong, 1998) bahwa pendidikan yang setara bagi kaum perempuan akan mendorong
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.