KUASA PATRIARKI DALAM DRAMA MANGIR KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Oleh: IBNUL FADLI 11210144019 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i ii THE POWER OF PATRIARCHY IN THE DRAMA MANGIR BY PRAMOEDYA ANANTA TOER By: Ibnul Fadli 11210144019 [email protected] ABSTRACT This research aimed at describing the form and supporting factors the power of patriarchy in the drama Mangir by Pramoedya Ananta Toer. In addition, this research also exposed the existence of women's resistance against the power of the patriarchal system. The data source of this research is the drama Mangir by Pramoedya Ananta Toer. This research focused on the gender injustice about a woman is examined using a study of feminist literary criticism. The data collection was done by using read and note, while data analysis done with qualitative descriptive technique with the steps in the form of categorized, tabulate and the interpretation of the script. The validity of the data gained by semantic validity and interpreter reliability. The results of the research were. First, a form of patriarchal power in the drama Mangir be women subordination, women marginalization, women stereotypes, the burden more experienced by the women and violence against women. Second, factors that support the power of patriarchy in the drama Mangir by Pramoedya Ananta Toer is composed of gender factor and class factors. Third, form women resistance in drama Mangir consists of expressing their opinion that contained the resistance, take refuge under male’s name, challenging men and express their feelings. Keywords: power, patriarchy, feminist, Mangir. iii KUASA PATRIARKI DALAM DRAMA MANGIR KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Oleh: Ibnul Fadli 11210144019 [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan wujud dan faktor pendukung kuasa patriarki dalam drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Selain itu, penelitian ini juga memaparkan wujud perlawanan perempuan terhadap kuasa sistem patriarki. Sumber data penelitian ini adalah drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini difokuskan pada ketidakadilan gender yang menimpa tokoh perempuan yang dikaji menggunakan kajian kritik sastra feminis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat, sedang analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah berupa kategorisasi, tabulasi, dan interpretasi naskah. Keabsahan data diperoleh lewat validitas semantis serta reliabilitas intrarater. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama, wujud kuasa patriarki dalam drama Mangir berupa subordinasi terhadap perempuan, marginalisasi kaum perempuan, stereotipe pada perempuan, beban lebih yang dialami oleh perempuan, serta kekerasan terhadap perempuan. Kedua, faktor yang mendukung kuasa patriarki dalam drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer ini terdiri atas faktor gender dan faktor kelas. Ketiga, wujud perlawanan perempuan dalam drama Mangir terdiri atas mengungkapkan pendapat yang berisikan perlawanan, berlindung di bawah nama laki-laki, menantang laki-laki, serta mengungkapkan perasaan. Kata kunci: kuasa, patriarki, feminis, mangir. iv A. PENDAHULUAN untuk perempuan secara biologis Kehidupan sosial masyarakat yaitu melahirkan. Ungkapan ini patriarki menempatkan laki-laki menggambarkan tidak hanya secara sebagai pemegang kekuasaan dalam biologis perempuan bisa melahirkan setiap aspek kehidupan. Adapun anak, tetapi juga dituntut untuk dapat perempuan berada pada posisi kedua. mengurus anak-anaknya. Sebagai jenis kelamin kedua, Masyarakat patriarki perempuan sangat bergantung pada beranggapan bahwa keluarga yang laki-laki baik secara sosial, ekonomi, lengkap adalah keluarga yang telah politik, maupun psikologi. memiliki seorang anak laki-laki, Muncul sebuah ungkapan bahkan seorang ibu akan merasa dalam masyarakat Jawa yang bangga jika melahirkan anak laki- berkembang secara lisan dari laki. Kedepannya anak laki-laki generasi ke generasi yang diharapkan mampu menjadi seorang mengatakan bahwa perempuan itu pemimpin yang mempunyai jiwa masak, macak, dan manak dalam kesatria dan bisa melindungi bahasa Indonesia berarti memasak, perempuan. berhias, dan melahirkan. Masak yang Norma yang mengatur berarti memasak mewakili pekerjaan tentang kehidupan sosial masyarakat perempuan untuk mengurusi rumah patriarki bisa ditemukan dimana saja yaitu membuat makanan, mencuci dalam kehidupan sehari-hari, mulai pakaian, dan segala hal yang dari lingkungan keluarga, lingkungan berurusan dengan rumah. Macak sosial masyarakat, buku-buku teks, berarti berhias yang merupakan bahkan sampai pada media. sebuah gambaran bahwa perempuan Konstruksi gender yang berkembang harus tampil cantik, menarik di dalam masyarakat patriarki tidak depan suaminya. Hal ini hanya membuat perempuan yang menunjukkan bahwa perempuan merasa dirugikan, tetapi juga laki- dituntut untuk selalu bisa mengurus laki. Laki-laki dituntut untuk menjadi dan melayani suami. Kemudian “selayaknya laki-laki” yang harus manak, merupakan sebuah ungkapan menjalani pendidikan keras. 1 Kuasa patriarki yang terhadap posisi perempuan yang berkembang dalam masyarakat menjadi korban adanya kekuasaan tercermin dalam karya sastra. Karya budaya patriarki. sastra sebagai gambaran kebudayaan Drama Mangir karya masyarakat memberikan informasi Pramoedya ini mengangkat kembali melalui tulisan kepada pembaca cerita rakyat Ki Ageng Mangir terkait gejala-gejala sosial Wanabaya dengan beberapa masyarakat. perubahan terhadap cerita yang Sastra merupakan sebuah berkembang dalam masyarakat. gambaran kehidupan yang Perbedaannya sangat terlihat dituangkan melalui media tulisan. terutama pada posisi dan peranan Terdapat hubungan yang erat antara tokoh perempuan di dalamnya. sastra dan kehidupan, karena fungsi Adapun perubahan tersebut sosial sastra adalah bagaimana ia dipengaruhi oleh ideologi melibatkan dirinya ditengah-tengah pengarangnya. Arivia (2006:123) kehidupan masyarakat (Semi, menyebutkan bahwa Pramoedya 1989:56). adalah seorang pengarang feminis Secara tidak langsung melalui sejati. Hal itu menjelaskan bahwa karya sastra seseorang dapat bukan lagi menjadi hal yang aneh mengetahui kondisi sosial budaya jika karya-karya Pramoedya suatu masyarakat. Begitu pula terkandung unsur-unsur feminis. dengan drama Mangir karya Sudah menjadi hal yang wajar jika Pramoedya Ananta Toer. Melalui persoalan perempuan menjadikan karyanya tersebut Pram memberikan salah satu aspek yang ditonjolkan. gambaran kepada pembaca tentang Begitu pula dengan drama Mangir kokohnya budaya patriarki dalam yang menjadi objek kajian dalam masyarakat Jawa khususnya Keraton penelitian ini. Mataram. Karya yang merupakan Sebagian besar orang sebuah transformasi dari cerita beranggapan bahwa drama Mangir rakyat KI Ageng Mangir Wanabaya merupakan sebuah drama politik ini memberikan pandangan baru yang terjadi antara Keraton Mataram 2 dengan Perdikan Mangir. Adapun drama Mangir ini sebagian besar jika dilihat lebih dalam lagi drama diwakili oleh Pambayun. Melalui Mangir ini terindikasi adanya kuasa tokoh Pambayun peneliti mencoba sistem patriarki, serta perlawanan mengungkap kuasa patriarki di tokoh perempuan terhadap sistem dalam drama tersebut. tersebut. B. METODE PENELITIAN Posisi dan peranan tokoh Penelitian dengan objek Pambayun memberikan warna drama Mangir karya Pramoedya berbeda dalam drama tersebut. Ananta Toer ini meneliti tentang Pambayun merupakan seorang putri kuasa patriarki dalam drama tersebut. permaisuri Raja Mataram. Dalam Data dalam penelitian ini diambil kisahnya, Pambayun dijadikan dari unsur-unsur intrinsik drama “senjata” oleh Panembahan Senopati Mangir. Dari data tersebut kemudian (Raja Mataram) untuk memperluas dilakukan pemilihan data yang kekuasaannya sampai pada daerah terindikasi adanya kuasa patriarki Perdikan Mangir dengan cara dalam drama tersebut. Data yang mengalahkan Ki Ageng Wanabaya. telah dipilih kemudian Nafsu kekuasaan membuat diklasifikasikan ke dalam tiga Panembahan Senopati melakukan kategori. Kategori tersebut adalah segala cara untuk mengalahkan wujud kuasa patriarki, faktor Mangir. Meskipun harus pendukung kuasa patriarki, serta mengorbankan anaknya sendiri. wujud perlawanan terhadap kuasa Panembahan Senopati merupakan patriarki dalam drama Mangir. seorang ayah dari Pambayun yang Teknik analisis yang berkuasa terhadap Keraton Mataram. digunakan dalam penelitian ini Kekuasaannya di Mataram berujung adalah teknik diskriptif kualitatif pada diutusnya Pambayun untuk interpretatif. Hal tersebut dilakukan menaklukan Ki Ageng Wanabaya karena sastra merupakan karya dengan menyamar sebagai imajinatif yang bersifat kualitatif, waranggana untuk memikat hati Ki sehingga sangat memungkinkan Ageng Wanabaya. Perempuan dalam untuk dilakukannya teknik tersebut. 3 Validitas yang digunakan karya Pramoedya Ananta Toer, (2) dalam penelitian ini adalah validitas Mendiskripsikan faktor yang semantik, yaitu data ditafsirkan mempengaruhi kuasa patriarki dalam secara verbal dan dimaknai sesuai drama Mangir karya Pramoedya dengan konteksnya. Adapun Ananta Toer, serta (3) reliabilitas dalam penelitian ini Mendiskripsikan wujud perlawanan dilakukan dengan melakukan terhadap kuasa patriarki dalam pengamatan dan pembacaan secara drama Mangir karya Pramoedya berulang-ulang agar diperoleh hasil Ananta Toer. yang konstan yang sering disebut 2. Pembahasan dengan reabilitas intrarater. a. Wujud Kuasa Patriarki dalam C. HASIL PENELITIAN DAN Drama Mangir Karya PEMBAHASAN Pramoedya Ananta Tour Setelah dilakukan pengkajian Kuasa Patriarki dalam drama terhadap drama Mangir karya Mangir karya Pramoedya Ananta Pramoedya Ananta Toer dari segi Toer muncul sebagai bentuk feminis dengan melihat kuasa ketidakadilan gender. Adapun patriarki dalam karya tersebut, ketidakadilan gender menurut didapatkan data-data yang akan Mansour Fakih (2008:12-13) dibahas dalam hasil penelitian dan terdapat lima bentuk, yakni pembahasan. Hasil penelitian dan marginalisasi perempuan, pembahasan dari pengkajian drama subordinasi terhadap perempuan, Mangir tersebut adalah sebagai stereotipe pada perempuan, berikut. kekerasan, serta beban lebih yang 1. Hasil Penelitian dialami perempuan. Hasil yang diperoleh dalam Adapun dalam drama Mangir penelitian ini dikelompokkan sesuai karya Pramoedya ini subordinasi dengan tujuan dari penelitian ini terhadap perempuan mendominasi yaitu untuk mendiskripsikan hal-hal ketidakadilan gender sebagai wujud berikut. (1) Mendiskripsikan wujud kuasa patriarki. Dengan pemunculan kuasa patriarki dalam drama Mangir sebesar 35,30% membuktikan bahwa 4 dalam drama Mangir ini perempuan Perempuan selain harus sering diperlakukan tidak adil. menerima beban berat juga harus Perempuan selalu ditindas dan menerima kekerasan. Beban berat dianggap tidak penting dibanding dialami oleh tokoh Putri Pambayun dengan urusan yang lain terutama yang harus menyelesaikan konflik dibandingkan dengan urusan politik. antara Mataram dengan Mangir. Ketidakadilan gender dalam Adapun dalam penyelesaian masalah kategori marginalisasi perempuan tersebut, Putri Pambayun juga muncul sebanyak 33,33%. Hal menerima ketidakadilan gender tersebut terjadi karena perempuan dalam hal kekerasan. dalam drama Mangir ini posisi b. Faktor Pendukung Kuasa perempuan termarginalkan oleh adanya kontrol laki-laki atas Patriarki dalam Drama Mangir perempuan. Selain itu pelabelan Karya Pamoedya Ananta Toer negatif terhadap perempuan dalam Adanya wujud kuasa patriarki drama Mangir ini muncul sebesar dalam drama Mangir tidak pernah 17,65%. Hal tersebut terjadi karena lepas dari faktor pendukungnya. dalam drama Mangir ini perempuan Faktor pendukung kuasa patriarki dianggap rendah, sehingga pelabelan terkategorisasikan dalam empat negatif terhadap perempuan juga faktor, yaitu gender, agama, ras, dan sering muncul. kelas. Ketidakadilan gender sebagai Dalam drama Mangir, faktor wujud kuasa patriarki dalam drama yang mendukung kuasa patriarki Mangir ini selalu merugikan adalah faktor gender dan kelas. perempuan. Selain adanya Faktor gender merupakan faktor subordinasi, marginalisasi, dan yang paling mendominasi. Faktor pelabelan pada perempuan, gender muncul sebesar 60,78%. Hal ketidakadilan gender juga muncul tersebut dikarenakan adanya ideologi dalam bentuk beban kerja lebih dan phallosentris yang tumbuh dalam kekerasan terhadap perempuan. masyarakat. 5 Phallus selain sebagai sebuah Pambayun. Sebagai perempuan yang penanda alat kelamin laki-laki, juga berjuang sendiri dalam menghadapi sebagai simbol kekuasaan. Hal ketidakadilan gender ia berani tersebut berdampak pada terjadinya mengemukakan pendapat sebagai penindasan terhadap perempuan. salah satu bentuk perlawanan. Adapun faktor kelas muncul Dengan pemunculan sebesar 65% sebesar 39,22%. Hal ini terjadi menunjukkan bahwa, hal tersebut karena latar belakang drama Mangir merupakan hal yang paling bisa ini terjadi di wilayah Jawa yang dilakukan karena posisinya yang kental dengan feodalisme. Lebih berada pada posisi subordinat. tepatnya tingkatan kelas dalam Adapun selain mengemukakan drama Mangir ini terjadi dalam pendapat Putri Pambayun berlindung lingkup keraton Mataram yang di bawah nama laki-laki dengan menjunjung tinggi norma dan etika maksud untuk melindungi diri dari kehidupan kelas sosial. perlakuan laki-laki juga sebagai c. Wujud Perlawanan Terhadap bentuk perlawanan terhadap kuasa Kuasa Patriarki dalam Drama patriarki. Hal tersebut dikarenakan di Mangir Karya Pramoedya balik berlindungnya tokoh Ananta Toer Sebagai seorang perempuan perempuan di bawah nama laki-laki seharusnya memiliki hak yang sama terdapat unsur perlawanan sebagai dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan upaya menuntut keadilan gender. perempuan dan laki-laki adalah sama Berlindung di bawah nama laki-laki sebagai manusia. Keduanya sama- muncul sebesar 15%. sama diciptakan Tuhan dengan tugas Wujud perlawanan terhadap yang sama. Hal ini mendasari tokoh kuasa patriarki dalam drama Mangir perempuan dalam drama Mangir ini selanjutnya adalah menantang laki- berani melawan ketidakadilan gender laki yang muncul sebesar 12,50%. yang dialaminya. Perempuan pada posisi tertentu Perlawanan perempuan ketika sudah tidak bisa lagi untuk dalam drama Mangir ini hanya melawan dengan cara lain adalah dilakukan oleh tokoh Putri dengan menantangnya. Menantang 6
Description: