ebook img

Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama PDF

30 Pages·2013·0.42 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama

Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama KhalifMuammar InstitutAlamdanTamadunMelayu(ATMA),Universiti KebangsaanMalaysia Abstract: This article is a comparative study on the thinking of Muslim intellectuals on religious pluralism. The concept of religious pluralism is from the West, which affects and gets a responsefromsomeMuslimthinkersintheMalayworld.Some Muslim intellectuals have some differences in addressing religiouspluralism.BasicallyMuslimintellectualsacknowledge differencesinreligiousdiversityandtolerance,andrejectedthe unificationofreligions.Conflictbetweenreligiouscommunities is not solely because of the theological, but mostly because of economic factors, social and political. Keywords: Pluralisme agama, filsafat perenial. I. Pendahuluan PluralismeagamamunculdiBaratpadaabadke-20untukmenghada- pi sikap yang tidak toleran masyarakat beragama (religious intole- rance),baiksesamapenganutKristian—Katholik,Protestan,Mormon dll.—maupun antara penganut Kristian dengan penganut Yahudi (antisemitisni). Wacana pluralisme agama dikemukakan oleh Rene Guenon (1886-1951) dan Ananda Coomaraswamy (1877-1947), seorang professor di Harvard memperkenalkan Perennial Philosophy dan mengemukakan doktrin agama abadi, eternal religion (Sanatana Dharma) yang diambil dari Hindu Vedantis. Falsafah ini kemudian Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 133 Khalif Muammar dikembangkan oleh Frithjof Schuon (1907-1998) melalui bukunya Transcendent Unity of Religions yang pertama kali terbit di Perancis padatahun1948denganjudulDeL’uniteTanscendanteDesReligions. Di samping itu, John Hick (1922- ) juga mengemukakan faham pluralisme agama, dengan buku God Has Many Names (1980) dan Disputed Questions in Theology and the Philosophy of Religion (1993) yang mengemukakan pemikiran yang sama ditulis oleh Wilfred CantwellSmith(1916-2000)dalamQuestionsofReligiousTruth(1967) dan Towards A World Theology (1981). Berbeda dengan Guenon dan Schuon, Smith dan Hick menggunakan pendekatan sekular dan liberal. Pada sisi lain, sarjana Muslim yang yang mendukung pluralisme agama, Seyyed Hossein Nasr (1933-) memperkenalkan pendekatan tradisionalis dan falsafah perennial.1 Gagasan Nasr tersebut mendapat apresiasi dan dikembangkan oleh Nurcholish Madjid (1939-2005) dan kelompok Islam Liberal di Indonesia. Apa yangmenarikdiperhatikanadalahwalaupunterdapatduaarusyang bertentangan dalam wacana ini, yaitu arus sekular dan arus tradi- sionalis, namun kedua-duanya dapat berkerjasama dan berganding bahu untuk menyebarkan paham ini. Perlu juga difahami bahwa pluralisme agama adalah bagian daripada projek modernisasi dan liberalisasi. Masyarakat Barat dilihatperlukeluardaripada kerangkaekslusivismeyangdiajarkan olehagama-agamakepadainklusivismeyangdiajarkanolehliberal- isme. Merekasadarbahwa sikapekslusifmenyebabkan masyarakat menjaditertutup,tidaktolerandantidakterbukakepadaduniadan masyarakat luar. Jika wacana pluralisme agama berkembang di Barat, di dunia Islammenimbulkankontroversiyanghebat.SebagianilmuwanIslam tidak menerima faham ini karena dinilai bertentangan dengan akidah Islam dan kerancuan epistemologi. Persoalan yang sering dikemukakan adalah apakah benar sikap ekslusif dapat menimbul- 1 Adnan Aslan, Religious Pluralismin Christian and Islamic Philosophy: TheThoughtofJohnHickandSeyyedHosseinNasr(Richmond,Surrey:Curzon Press, 1998). 134 Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama kan permusuhan antara komunitas beragama? Apakah pluralisme agama dapat menjamin peaceful coexistence, kehidupan antara komunitas beragama yang aman dan damai? Persoalan inilah yang gagal diperjelaskan. Pernyataan di atas selalu dinyatakan secara a priori sebagai sesuatu yang semestinya benar sedangkan ia tidak semestinya demikian. Makalah ini akan menjelaskan bahwa plural- isme agama sebenarnya bukan jawaban kepada permusuhan dan konflik antara komunitas beragama. Teologi bukanlah satu-satunya faktor yang menimbulkan konflik antara agama, tetapi sebenarnya ada faktor-faktor yang lain yang terlibat. II. Definisi Pluralisme Agama Belakangan ini terdapat kecenderungan untuk mensinonimkan pluralisme agama dengan keterbukaan terhadapkeragaman agama (religious diversity) dan sikap toleransi beragama (religious tolerance). Kalanganyangmenolakpluralismeagamadianggapgolonganyang konservatif, jumud dan tidak mengikuti arus kemajuan. Ini karena mereka dianggap telah menolak keragaman agama dan toleransi beragama. Artikel ini akan menanggapi dan menganalisis faham pluralisme agama yang diserukan oleh beberapa Muslim pluralis kontemporerdikawasanMelayu,sepertiNurcholishMadjid,Osman Bakar, dan Azyumardi Azra. Agar kajian ini lebih objektif maka pluralisme agama harus dilihatdarikacamataparapendukungpluralismeagamaitusendiri. Persoalan pertama ialah apakah sebenarnya yang dimaksudkan denganpluralismeagamadiBarat?IstilahpluralismeagamadiBarat sebenarnya adalah istilah yang kabur. Ia memberi makna yang berbeda kepadaorangyangberbeda. Kekaburankonsepinimenye- babkankekacauanpemikirandikalangansarjanaBaratsendiri.Yang jelas sesuatuistilah atauterma yangmemberimakna yangpelbagai akanhilangsignifikansinyadanistilahyangmempunyaimaknayang berbagaitidakmemberiapa-apamaknalangsung.2Iniditambahlagi 2Istilahuniversiticontohnyajikatidakmemilikimaknayangkhusus, Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 135 Khalif Muammar dengankecenderunganhariinipenggunaannyadilakukansewenang- wenangtanpaadarujukanyangpasti.Dalamhaliniapapundefinisi yangdimaksudkanolehpengarangdianggapsahdantidakadayang dapat menentukan definisi mana yang tepat atau lebih tepat dan definisimanayangtersasardansalah.Dibawahiniadalahbeberapa definisi yang digunapakai oleh penulis-penulis Barat dan diikuti oleh penulis pluralis Muslim. Pluralisme Agama Sinonim dengan Religious Diversity ProjekPluralismeyangdilaksanakandiUniversitasHarvardmembe- ripengertianbahwapluralismeagamaadalahsinonimdengankera- gaman agama.3 Pengertian yang sama juga dapat dilihat dalam definisiyangdiberikanolehgolonganpluralis-inklusifdiIndonesia: Pluralisme agama adalah pandangan bahwa realitas kemajemukan agama seharusnya membawa kepada keharmonisan hidup bersama secara berdampingan dan seyogyanya menunjuk kepada watak mental yang positif dalam suasana perdamaian berhadapan dengan beragamnya agama dalam masyarakat.4 Definisi ini paling jauh menyimpang dari maksud sebenar pluralismeagamakarenatidaklangsungmembahashakikatsebenar doktrin pluralisme agama. Apa yang dinyatakan di atas adalah konsepreligiousdiversityyangsecaraaprioridianggapsinonimdengan pluralismeagama.Setiapistilahdanperkataanmemilikibatas-batas danruanglingkupyangtersendiri.Olehitulangkahsepertiinisama dengan memakaikan baju dengan ukuran dan bentuk yang salah. sebagai institusi pengajian tinggi yang merentas pelbagai bidang, maka akan hilang signifikansinya dan hambar. Istilah pondok pesantren contohnya berbeza dengan universiti. Begitu juga tempat membeli belah contohnya walaupun terdapat pelbagai produk di sana dan disatukan di bawah satu bumbung, tidak boleh dikatakan universiti. Oleh itu jika pluralisme agama tidak memiliki makna khusus maka ia tidak memberi apa-apa makna. 3LihatlamanwebThePluralismProject,HarvardUniversity,di:http:/ /www.piuralism.org/ 4 Lihat Budhi Munawwar Rachman, Islam dan Pluralisme Nurcholish Madjid, (Jakarta: Paramadina, 2007). 136 Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama Dan ketidaktepatan ini tidak mustahil sesuatu yang disengajakan seperti yang akan dibahas nanti. Pluralisme Agama Sinonim dengan Inter-religious Dialogue Diana Eck, ketua projek pluralisme di Universitas Oxford menga- takan: pluralism is not the sheer fact of this plurality alone, but is active engagement with plurality. Pluralism and plurality are sometimes usedasiftheyweresynonymous.Butpluralityisjustdiversity,plain and simple—splendid, colorful, may be even threatening. Such diversitydoesnot,however,havetoaffectme.Icanobservediversity. I can even celebrate diversity, as the cliche goes. But I have to participateinpluralism....Pluralismrequiresthecultivationofpublic space where we all encounter one another. Pluralism... holds to one’s own faith, and at the same time, engages other faiths in learning about their path and how they want to be understood.... Pluralism and dialogue are the means for building bridges and relationships that create harmony and peace on our planet home.5 Pluralisme Agama sebagai Paham yang Menerima Keabsahan Agama Lain ...all spiritual paths are finally leading to the same sacred ground.” Susan Laemmle, Rabbi and Dean of Religious Live at USC.6 Religious Pluralism is the view that all religionsare equally valid as ways to God. Pluralists often refer to the fact that, just as there are manypathsupMt.Fuji,sotherearemanypathstoGod.Differences among the religions are superficial; they all lead to the same goal This is the epitome of tolerance and relativism.7 Melihatdefinisi-definisidiataskitadapatibahwafahamplural- 5 Diana L. Eck., “The Challenge of Pluralism,” The Pluralism Project, Harvard University, di: http://www.pluralism.org. 6Diana Eck, “Education as Transformation:Fromreligiousdiversity to religious pluralism,” di: http://www.welleslev.edu/ 7 Rick Rood, “Is Jesus the only Savior?,” Mind Games, at: http:// www.northave.org Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 137 Khalif Muammar isme berkembang melaluibeberapa tahap. Setiapsatunyaberkaitan dengan yang lain dan berkesinambungan. la mungkin bermula dengan memperkenalkan konsep diversity kemudian toleransi dan seterusnyakepadapluralismeyanghakiki.BahkanmenurutHutchi- son,penulisReligiousPluralisminAmerica,tahappertamapluralisme yangperludilaluiadalah toleransi, di mana semua perludiberihak untuk wujud. Kemudian tahap inklusi, iaitu menerima yang lain sebagaibenardanmemasukkansemuaagamadalamsatukerangka. Dantahapselanjutnyadalahtahappartisipasi,dimanasetiapgolong- an berkongsi agenda dan matlamat bersama-sama sebagai satu masyarakat.8 Daripada kepelbagaian pengertian terhadap pluralisme agama kita dapat melihat bahwa kekaburan makna pluralisme agama ini adalah sesuatu yang disengajakan. Hal ini diakui oleh Naquib al- AttasketikamembahasfahamKesatuanTransendenAgama-agama beliaumengatakanbahwaia“mengelirukan,danmungkindisengaja- kan begitu menuturi tujuan yang menyimpang dari kebenaran”.9 Dengan kaburnya maksud sebenar istilah pluralisme agama maka terdapat ruang untukteori dan idea ini disebarluaskan di kalangan umat Islam tanpa perlu berterus terang dengan maksud sebenar penyebaranitudandenganitukurangmendapattentangandaripada umatIslam.Padamasainiramaiyangmenerimakonseppluralisme agama dengan andaian ia adalah sinonim dengan kepelbagaian agama atau toleransi beragama yang sememangnya wujud dalam tradisi Islam dengan konsep dan latar yang berbeza. Makadariitusebenarnyadisinitampakpemalsuandanpemu- tarbelitan fakta dengan tujuan mengelirukan masyarakat umum. Pluralisme agama yang pada hakikatnya adalah membenarkan semua agama dikatakan sebagai satu pendekatan toleransi beraga- 8 William R. Hutchison, Religious Pluralism in America, (New Haven: Yale University Press, 2003). 9LihatSyedMuhammadNaquibal-Attas, TinjauanRingkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam (Pulau Pinang: Penerbit Universiti Sains Malaysia, 2007), 32. 138 Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama ma.10 Apabila ditelusuri sebenarnya baik dikalangan sarjana Islam mahupun Barat yang mendukung pluralisme agama, yang mereka maksudkandenganpluralismeagamabukanlahkepelbagaianagama atau toleransi beragama, tetapi kebenaran semua agama, karena semua agama pada hakikatnya dikatakan berasal dari Tuhan yang sama.MenurutAdnanAsianhalinijelasdinyatakanolehNasryang menerima teori Schuon: Nasr claims that the diversity as well as the exclusive language of religions are intended and willed by God. God initiated various differentreligionsinordertorevealthedifferentaspectoftheDivine Names and Qualities; each religion or tradition placed emphasis on one aspect of the Divinity.11 Hal yang serupa dinyatakan oleh Hick, bahwa semua agama datangdarisumberyangsama.Bahkanbaginyakepelbagaiansetiap masyarakat beragama dalam mengenal Tuhan adalah satu nikmat: I am not set in judgement overtheothergreat -worldfaiths, but can explore,ofternwithgreatfascinationandprofit,other-waysinwhich other human beings know the one ultimate divine Reality. Because our tradition represent different limited ways of conceiving, experiencingandrespondingtothatReality,Isometimescometosee through others’ eyes what are to me exiting new glimpses of the Transcendent as reflected in the meaning and possibilities, of our human existence. ... looking out towardsmy friendsof other faiths I recognize, with Jalaluddin Rumi that ‘The lamps are different, but the light is the same: it comesfrom Beyond’.12 BagiNasrperbezaanantaraagamaadalahsamadenganperbe- zaan yang berlaku dengan bahasa manusia: The different religions are like so many languages speaking of that uniqueTruthasitmenifestsitselfindifferentworldsaccordingtoits 10 Langkah seperti ini boleh dikatakan satu usaha talbis al-haq hi al- batil,menyarungkanyangyanghakdenganyangbatil.Satufangkahyang dikecam dalam al-Qur’an: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui” (al Baqarah:42). 11 Adnan Asian, 164. 12 John Hick, Disputed Questions in Theology and the Philosophy of Religion (New Haven: Yale University Press, 1993), 144-145. Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 139 Khalif Muammar inner archetypal possibilities, but the syntax of these languages is not the same.13 Daripada paparan di atas jelaslah bahwa faham kesatuan transendenagama-agamapadadasarnyasamadenganfahamplural- isme agama yang diangkat oleh pemikir-pemikir Barat. Walaupun memiliki teori yang berbeda, kedua-duanya pada akhirnya sepakat bahwa perbezaan antara agama hanyalah perbedaan luaran dan bukan perbezaan hakiki. III. Wacana Pluralisme Agama di Indonesia dan Malaysia Pluralismeagamatelahmulamenjadisatuwacanayangsuburdengan munculnyatulisanyangdimulakanolehMadjidsejaktahun1980an. Dalam menjelaskan pluralisme agama, Madjid cuba menyetir ayat- ayat al-Qur’an, khususnya yang menyinggung tentang syir’ah dan minhaj, agar bersesuaian dengan faham pluralisme agama. Beliau melihatagama-agamalainsebagaijalan yangsama-samasahuntuk mencapaiKebenaranyangSama.Agama-agamalainberbicarasecara berbeda tetapi merupakan kebenaran-kebenaran yang sama sah, setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah Kebenaran. Dialog antara agama berbasis keyakinan kepada seluruh para nabi dan rasul, yang memiliki syir’ah dan minhaj yang berbeda-beda. Perbezaan antara agama ini mesti difahami dalam konteks berlum- ba-lumba dalam kebajikan. Dalam bukunya Pintu-Pintu Menuju Tuhan beliau cuba mengelirukan kedudukan nabi Muhammad dengan nabi-nabi lainnya: Jadi suatu agama, seperti agama yang dibawa oleh Nabi Muham- mad—yangmemangsecarasadardarisemuladisebut(Islam)agama sikap pasrah sempurna kepada Allah—... adalah tidak unik (dalam arti, tidak berdiri sendiri dan terpisah). Dia berada dalam garis kelanjutan dengan dogma-dogma lain. Hanya saja, seperti halnya dengan semua yang hidup dan tumbuh, agama itu pun, dalam perjalanan sejarahnya, juga berkembang dan tumbuh, sehingga akhirnya mencapai kesempurnaan dalam agama Nabi Muhammad, 13 Seyyed Hossein Nasr, Knowledge and the Sacred (Albany: State University of New York Press, 1989), 293. 140 Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 Kritik terhadap Pluralisme dan Kesatuan Agama Rasul Allah yang penghabisan, yang tiada lag! rasul sesudah beliau .... Dan perkembangannya yang terakhir agama-agama itu, ialah agama Muhammad. Namun tetap, alam kesadaran akan kesatuan asal agama- agama,kitadiwajibkanberimankepadasemuanabi,tanpamembeda- bedakan antara mereka, dan pasrah kepada Allah...14 DisiniMadjidmenganggapbahwaAllahmenurunkanbanyak agama.Masing-masingnabimenyerukepadaagamayangberlainan. Padahal al-Qur’an menegaskan bahwa mereka semua menyeru kepada agama yang sama: Dan Kami tidak mengutus sebelummu (wahai Muhammad) seseorang Rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melain- kan Aku, oleh itu beribadatlah kamu kepada-Ku (Surah al-Anbiya’: 25).15 Dalam sebuah buku Madjid mengatakan: Sebagai sebuah pandangan keagamaan, pada dasarnya Islam bersifatinklusifdanmerentangkantafsirannyakearahyangsemakin pluralis. Sebagai contoh, filsafat paranial yang belakangan banyak dibicarakan dalam dialog antara agama di Indonesia merentangkan pandangan pluralis dengan mengatakan bahwa setiap agama sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan daripada berbagai-bagai agama. Filsafat paranial juga membahagi agama pada level eksotrik (batin) dan eksotrik (lahir). Satu agama berbeza dengan agama lain dalam level eksotrik, tetapi relatifsamadalamleveleksotriknya.Olehkarenaituadaistilah“Satu Tuhan Banyak Jalan”.16 Madjid juga menulis: “Jadi Pluralisme sesungguhnya adalah sebuahAturanTuhan(SunnatAllah,“Sunnatullah”)yangtidakakan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari.”17 Di sini sudah tentu beliau telah mengelirukan pluralisme dengan 14 Lihat, Nurcholish Madjid, “Islam, Agama Manusia Sepanjang Masa,” dalam Pintu-pintu Menuju Tuhan (Jakarta: Paramadina, 1994), 3. 15 Lihat surah al-Maidah: 72,117; al-A’raf. 59, 65, 73, 85; Hud:6\, 84, 50; al-Nahl, 36; al-Mu’minun: 23; al-Naml: 45; al-Ankabut: 16, 36; Nuh : 3. 16 Grose dan Hubbard, Tiga Agama Satu Tuhan, (Bandung: Mizan, 1999), hal. xix. 17 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1995), hal. ixxvii. Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012 141 Khalif Muammar kepelbagaian (diversity). Paham pluralisme agama telah menyebar luas di kalangan cendekiawanMuslimdiIndonesia,dantugasmemasyarakatkannya diletakkan di bahu kelompok Islam Liberal. Azra juga tidak terke- cualidalammendukungfahampluralismeagamaini.Dalamsebuah artikelyangbertajuk“AnIslamicPerspectiveofReligiousPluralism in Indonesia” Azra berpendapat bahwa al-Qur’an adalah sumber legitimasi bagi pluralisme agama.18 Beliau juga sepakat dengan Madjid bahwa akar pluralisme agama di Indonesia terletak pada Pancasilayangmengakuikepelbagaianagama.BahkanAzradengan lebih berani mengatakan bahwa Pancasila adalah sejajar dengan “kalimah sawa”, yang dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai kesatuan platformbagisemua penganutagama“commonplatformamong diffe- rent religious followers”.19Apakah pentafsiran seperti ini mempunyai justifikasi yang kuat? Ataukah ia dilakukan secara sewenang- wenang? Kita akan lihat kemudian. IV. Apakah Wujud Pluralisme Islam? Pluralisme agama dalam dunia Islam cuba dibawa masuk oleh cendekiawan Islam Liberal dengan menggunakan hujah-hujah daripadateks-teksagama.Selainwujudnyaparapendukungpaham ini di Indonesia, terdapat juga beberapa cendekiawan Muslim di Malaysia yang mendukung paham ini. Dalam tulisannya kebela- kangan ini Bakar mengatakan bahwa satu versi pluralisme perlu diperkenalkan mengikut cara pandang orang Islam.20 Pluralisme 18 Azyumardi Azra, “An Islamic Perspective of Religious Pluralism in Indonesia: The Impact of Democracy on Conflict Resolution” dalam K.S.Nathan(ed)ReligiousPluralisminDemocraticSocieties(Singapore,Kuala Lumpur: Konrad Adenauer Foundation dan Malaysian Association for American Studies, 2007), 225-240. 19 Ibid.,231. 20OsmanBakar,TheQur’anonInterfaithandInter-CivilizationDialogue: Interpreting a Divine Message for Twenty-first Century Humanity (Kuala Lumpur International Institute of Islamic Thought Malaysia (IITM) and Institute for Study of the Ummah and Global Understanding (ISUGU), 2006), 17. 142 Innovatio, Vol. XI, No. 1, Januari-Juni 2012

Description:
akidah Islam dan kerancuan epistemologi. Persoalan yang sering dikemukakan adalah apakah benar sikap ekslusif dapat menimbul-. 1 Adnan . masyarakat beragama dalam mengenal Tuhan adalah satu nikmat: I am not set . inculcation of virtues and moral excellence”.23 Hal ini jelas bertentangan.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.