ebook img

kopi di priangan abad xviii-xix PDF

16 Pages·2017·0.43 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview kopi di priangan abad xviii-xix

Kopi Di Priangan Abad XVIII-XIX (Lasmiyati) 217 KOPI DI PRIANGAN ABAD XVIII-XIX PRIANGANS COFFEE IN XVIII-XIX CENTURY Lasmiyati Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Jln. Cinambo No.136 Ujungberung - Bandung [email protected] Naskah Diterima: 25 Februari 2015 Naskah Direvisi:27 Maret 2015 Naskah Disetujui:29 April 2015 Abstrak Sejak 20 Juli 1818 Keresidenan Priangan terdiri atas Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan, dan Sukapura. Daerah tersebut sebagai penghasil kopi. Kopi pada saat itu merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropa, sehingga memicu VOC untuk memasok kopi dari pegunungan Priangan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa biji kopi yang ditanam di Priangan dapat tumbuh subur, bahkan sewaktu Cianjur dijabat oleh Wiratanu III dapat menyerahkan hasil tanaman kopi melebihi kabupaten lainnya. Selama kopi dalam pengawasan VOC, harga di pasaran terus naik, namun di tingkat petani harga kopi sangat rendah, akibatnya para petani banyak yang meninggalkan perkebunan. Ketika kekuasaan VOC digantikan oleh pemerintah Hindia Belanda, Daendels merangkul para bupati untuk bekerja sama dalam hal penanaman kopi. Bupati dan bawahannya mendapatkan persentasi dari penanaman kopi tersebut, namun sayang penduduknya dipekerjakan untuk membangun infrastruktur tanpa imbalan, rakyat pun banyak yang mati kelaparan. Masa pemerintahan Van der Cappelen, penanaman kopi di Priangan mengalami penurunan seiring dengan wabah penyakit yang melanda Keresidenan Priangan. Pada masa kepemimpinan Van den Bosch, penanaman kopi dipadukan dengan tanaman lainnya, seperti kapas,sutera, dan lain-lain. Meskipun kopi di pasaran dunia terus naik, namun penanaman kopi tidak membuahkan hasil yang maksimal. Kata kunci: Priangan, kopi abad 18-19. Abstract In the 20th century, Priangan territory; Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan (Garut), Sukapura (Tasiklamalaya), and Ciamis was known as the region producer of coffee. Coffee at that time was a commodity that needed by the Europeans, thus triggering the VOC to come to Priangan mountains. This study uses a heuristic method to the stage of history, criticism, interpretation, and historiography. It was obtained an information from the result of this research that the coffee beans which is grown in Priangan can flourish easily. When Cianjur was held by Wiratanu III, Cianjur be able to deliver the coffee plant exceedeed other districts. During the coffee was in VOC controled, market prices continued to rise, but at the farm level the price was very low, as the result many farmers left plantations. When the power of VOC was replaced by the Dutch, Daendels approached the regents to work together on coffee growing. The Regent and his subordinates would get benefit of the coffee growing, but unfortunately the population was employed to build infrastructure without reward hence too many people were dying of hunger. In the reign of Van der Cappelen, the coffee cultivation in Priangan decreased since the disease outbreaks that hit Priangan Residen. During the reign of Van den Bosch, the coffee plantation was combined with other crops, such as cotton, silk, and others. Although coffee in the world market continued to rise, but the cultivation of coffee does not produce maximum results. Keywords: Priangan, Coffe, Planting Forced. 218 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 217 - 232 A. PENDAHULUAN dijadikannya Cianjur sebagai pusat Pada abad ke-18 kopi sangat kekuasaan Kolonial, otomatis Cianjur pun dibutuhkan oleh bangsa-bangsa di Eropa, menjadi ibukota Keresidenan Priangan. permintaan kopi melonjak dengan harga Dengan demikian kedudukan Cianjur lebih yang terus naik membuat komoditas kopi tinggi dibandingkan dengan kabupaten menjanjikan. VOC (Veerenigde Oost lainnya. Residen Priangan yang Indische Compagnie) sebuah kantor mengawasi pelaksanaan Preangerstelsel dagang milik Belanda memanfaatkan khususnya penanaman kopi bertempat peluang tersebut. VOC berkeinginan tinggal di Bandung. Sejak tahun 1864 ibu menjadi pemasok utama di pasaran Eropa. kota Keresidenan Priangan dipindahkan Peluang dagang yang laku di pasaran dari Cianjur ke Bandung. Dengan Eropa di antaranya teh, tebu, dan kopi, berpindahnya ibu kota keresidenan dari kesemuanya tumbuh subur di pegunungan Cianjur ke Bandung maka ‘arti penting’ Priangan1. Cianjur menurun di mata pemerintah Priangan menurut Ekadjati adalah Kolonial. Tulisan Reiza Dienaputra wilayah di bagian selatan Jawa Barat yang lainnya mengenai Cianjur berjudul terbentang antara Cianjur di sebelah barat Cianjur dalam buku “Sejarah Kota-kota sampai dengan Ciamis di sebelah timur. Lama di Jawa Barat”. Buku tersebut Pada abad ke-18 kopi berhasil ditanam di mengulas mengenai penduduk Cianjur wilayah Priangan. Permintaan kopi yang mengalami kemajuan. Hal itu didorong terus meningkat, membuat penanaman dengan keberhasilannya Cianjur sebagai kopi di Priangan juga meningkat. Artikel penghasil kopi. ini akan membahas mengenai “Kopi di Dari beberapa artikel yang terdahulu, Priangan Abad ke-18 – 19. ada sisi yang kosong yaitu dampak dari Permasalahannya adalah sejak kapan dan adanya penanaman kopi di Priangan. yang apa dampaknya sejak diberlakukannya dalam artikel ini perlu dilakukan Tanam Paksa di Priangan serta bagaimana penulisan. Tujuan artikel ini untuk kehidupan masyarakat Praingan pada abad menjawab pertanyaan yaitu sejak kapan ke-18 - 19. penanaman kopi diberlakukan di Priangan; Ada beberapa artikel atau tulisan dampak adanya Tanam Paksa; dan terdahulu baik berupa laporan penelitian bagaimana kehidupan masyarakat Priangan atau pun buku. Tulisan terdahulu tersebut abad ke-18 – 19. adalah Laporan Penelitian yang ditulis oleh Tulisan ini dibatasi pada ruang dan Reiza Dienaputera “Perubahan Sosial waktu. Ruang penelitian mengambil Politik di Cianjur (1816-1942). Dari lokasi di Kabupaten Priangan, alasannya laporan penelitian dikupas bahwa dengan adalah pada abad ke-17 bupati Cianjur Wiratanu III berhasil meningkatkan pendapatan dari penanaman kopi. Atas 1 Kata Priangan muncul pada masa Kesultanan keberhasilannya, Wiratanu III mendapat Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung. Sultan hadiah dari VOC berupa wilayah di Agung pernah mengklaim bahwa seluruh wilayah Jawa Barat kecuali Banten dan Cirebon berada di sekitarnya untuk bergabung dengan bawah kekuasaannya. Klaim Sultan Agung tersebut wilayah Wiratanu. Masa kekuasaan membuat Raden Suriadiwangsa ketakutan. Atas Wiratanu III, Cianjur mengalami perluasan kemauannya sendiri Raden Suriadiwangsa datang wilayah. Pada abad ke-19 pemerintah ke Mataram menyatakan pengakuannya bahwa Sumedang berada di bawah kekuasaan Mataram. Kolonial menerapkan wajib tanam kopi di Karena ketulusan hati Raden Suriadiwangsa Priangan khususnya di Cianjur. mengakui kekuasaan Mataram, maka wilayah yang Pendapatan pemerintah Kolonial pun dikuasai Raden Suriadiwangsa dinamakan semakin bertambah namun kehidupan Prayangan yang artinya tulus ikhlas. Nama rakyat semakin hari semakin menderita. Prayangan kemudian berubah menjadi Priangan (Muhsin, 2008: 11). Kopi Di Priangan Abad XVIII-XIX (Lasmiyati) 219 Dalam artikel ini penulis seandainya didukung oleh jaringan menggunakan pendekatan sejarah dan navigasi dan transportasi. ekonomi. Sartono Kartodirdjo Kuntowijoyo berpendapat bahwa berpendapat bahwa sejarah ekonomi Sejarah Ekonomi mempelajari manusia mencakup dalam pelbagai aspeknya yang sebagai pencari dan pembelanja. Daniel semakin menonjol, lebih-lebih setelah Thorner yang ditulis oleh Kuntowijoyo proses modernisasi. Di mana-mana berpendapat bahwa ekonomi petani semakin memfokuskan perhatian pada merupakan sebuah kategori dalam sejarah pembangunan ekonomi, dari sistem ekonomi, yaitu dalam bidang produksi, produksi agraris ke sistem produksi masyarakat terlibat dalam produksi industrial. Dengan terbentuknya jaringan agrarian; penduduknya harus lebih dari navigasi atau transportasi perdagangan di separuhnya terlibat dalam pertanian; ada satu pihak dan di pihak lain jaringan antara kekuasaan negara dan lapisan daerah industri dan daerah bahan-bahan kekuasaannya; ada pemisahan antara desa mentah, muncullah satu sistem global dengan kota, jadi ada kota-kota dengan ekonomi. Sistem ini mempunyai implikasi latar belakang desa-desa; dan satuan luas dan mendalam tidak hanya di bidang produksinya ialah keluarga rumah tangga ekonomi tetapi erat hubungannya dengan petani (Kuntowiijoyo, 2003: 95). bidang politik. Dari pertumbuhan sistem ekonomi global yang kompleks dapat B. METODE PENELITIAN diekstrapolasikan beberapa tema penting Metode yang digunakan adalah seperti: 1) proses perkembangan ekonomi metode sejarah yang meliputi tahap dari sistem agraris ke sistem industrial, heuristik, yaitu tahap mencari dan termasuk organisasi pertanian, pola menemukan sumber, baik sumber primer perdagangan, lembaga-lembaga, maupun sekunder. Pada tahap ini pencarian keuangan, kebijakan komersial, dan sumber antara lain dilakukan di pemikiran (ide) ekonomi; 2) pertumbuhan Perpustakaan Nasional Jakarta, akumulasi modal mencakup peranan Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, dan pertanian, pertumbuhan penduduk, peranan Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas perdagangan internasional; 3) proses Padjadjaran Bandung. Langkah berikutnya industrialisasi beserta soal-soal perubahan adalah melakukan kritik sumber, untuk sosialnya; 4) sejarah ekonomi yang mengetahui apakah dari sumber satu dan bertalian erat dengan permasalahan sumber lainnya valid dan dapat dipercaya. ekonomi, seperti kenaikan harga, Setelah sumber-sumber dikritik baik konjungktur produksi agraria, ekspansi ekstern maupun intern. Langkah perdagangan, dan sebagainya; dan 5) berikutnya adalah interpretasi dan sejarah ekonomi kuantitatif yang dianalisis, baru kemudian dilakukan mencakup antara lain Gross National penulisan atau historiografi, yaitu Product (GNP) per capita income merangkaikan fakta hingga menjadi tulisan (Kartodirdjo, 1992: 136-137). Tulisan ini sejarah. akan mengambil pendekatan dalam satu aspek sejarah ekonomi yang bertalian erat C. HASIL DAN BAHASAN dengan permasalahan ekonomi, seperti 1. Kopi di Priangan kenaikan harga, konjungktur produksi Kopi pertama kali ditemukan pada agraria, ekspansi perdagangan, dan t a hun 850 oleh seorang gembala Arab di sebagainya. Dari pendekatan tersebut Mocha yaitu sebuah pelabuhan di daerah dapat dianalogikan bahwa pembangunan Yaman bernama Kaldi. Dari Arab ekonomi, dari sistem produksi agraris ke kemudian menyebar ke belahan dunia sistem produksi industrial, kekuatan (Yogaswara, 1991:1). Di negeri Belanda, ekonomi akan menjadi pemusatan pasar minuman kopi (“kahwa” menurut bahasa 220 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 217 - 232 setempat) mula-mula di perkenalkan oleh diujicobakan kemudian dibagikan kepada Pieter van den Broecke pada 1616. Tidak para bupati untuk dibudidayakan di lama kemudian minuman ini menjadi daerahnya masing-masing. Para bupati di populer di negeri Belanda. Pada akhir abad Priangan memperoleh biji kopi hasil ke-17, permintaan kopi di pasar ujicoba di Batavia, sedangkan bupati perdagangan di Eropa terhadap kopi Bandung dan bupati lainnya dari Priangan semakin meningkat. Untuk memenuhi Barat dan Priangan Timur memperoleh biji permintaan pasar, VOC membeli kopi di kopi hasil uji coba dari Kesultanan pelabuhan Mocha dan menjualnya dengan Cirebon. Dengan demikian di daerah harga tinggi, namun keuntungannya tidak Tatar Sunda sistem pembudidayaan kopi signifikan dikarenakan terjadi persaingan dilaksanakan secara resmi. dengan Turki. Untuk menghadapi persaingan, VOC mencoba untuk a. Bandung menghasilkan kopi sendiri. VOC kemudian Pada 1712 Abrahan van Riebek mencoba menanam kopi di daerah Gunung mendarat di Pelabuhan Ratu sambil Sahari Batavia (Jalan Ancol sekarang). membawa benih kopi. Tanaman ini dicoba Pada 1696, Gubernur Jenderal van Hoorn ditanam di lahan yang subur dan berhasil dan Zwaardecroon menerima biji kopi dari tumbuh dengan baik. Sejak abad ke-18, mertuanya yang bertugas di Malabar India. pemerintah Hindia Belanda mendirikan Saat ditanam di kebun milik Horn di perkebunan kopi di Keresidenan Priangan. sekitar Batavia dan Cirebon ternyata kopi Pieter Engelhard membuka perkebunan yang dihasilkan sangat baik, sehingga kopi di daerah selatan lereng Gunung mereka menyimpulkan di Tatar Sunda kopi Tangubanperahu. Panen kopi pertama pada dapat tumbuh baik. Ketika van Hoorn dan 1807 hasilnya sangat memuaskan, Zwaardecroon mengirimkan kopi Jawa ke sehingga pemerintah Hindia Belanda Batavia sebagai bahan promosi untuk memperluas areal penanaman kopi di pasaran perdagangan ke Eropa, mereka lereng Gunung Patuha, Mandalawangi, berkeyakinan bahwa kopi Jawa akan Galunggung, dan Malabar. Pembuatan mendapatkan hasil yang menjanjikan. lahan perkebunan kopi di pegunungan Turunlah instruksi dari De Heren XVII tersebut dilakukan dengan cara swidden kepada VOC untuk membudidayakan kopi atau tebang bakar. Selain itu, penduduk di Pulau Jawa (Badan Pengembangan pun diwajibkan untuk menanam kopi di informasi daerah Kabupaten Bandung, semua pemilik tanah pertanian; semua 2003: 28). pemilik pekarangan; kebun; kebun buah- Pada 1705, VOC menguasai seluruh buahan; dan yang memiliki kolam ikan wilayah Priangan, meskipun demikian seluas ¼ bahu (± 500 tumbak atau 7.130 VOC belum menempatkan Priangan m². Pada 1865, wajib kerja bagi pemilik sebagai daerah yang dapat diawasi tanah/tegalan adalah sebau sampai dua langsung. Jabatan pengawas dipercayakan bahu atau 52 hari per tahun. Bagi yang kepada pangeran Aria Cirebon sebagai memiliki setengah bau sawah/tegalan opziener para bupati di daerah Priangan. adalah 26 hari, dan memiliki seperempat Pada 1707, VOC menetapkan daerah bahu sawah/tegalan adalah 13 hari Tatar Sunda (Batavia, Priangan, dan (Yogaswara, 1991:2-3). Cirebon) untuk melaksanakan penanaman wajib kopi. Wilayah Priangan meliputi b. Cianjur Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan, Aria Wiratanu III merupakan dan Sukapura (Ekadjati, 1991: 2). Daerah bupati Cianjur I. Empat tahun setelah Priangan akan dijadikan daerah diberlakukannya penanaman kopi di Tatar percontohan pembudidayaan kopi untuk Sunda (tahun 1711), ia berhasil menyetor Pulau Jawa. Bibit kopi yang telah Kopi Di Priangan Abad XVIII-XIX (Lasmiyati) 221 tanaman kopi2 hampir 100 pon kepada Banten. Aria Wiratanu III juga mendapat VOC. Harga yang ia peroleh 50 gulden per sebutan sebagai penjual besar kopi yang pikul (1 pikul sama dengan 125 pon). Pada terkenal (Dienaputra, 2000: 136). Dengan 1726, pembudidayaan kopi meluas ke bertambahnya wilayah Cianjur maka dataran tinggi Priangan. Pada 1726, VOC Cianjur pada masa pemerintahan Aria berhasil menjadi penyalur kopi. Setengah Wiratanu III mengalami perluasan hingga tiga perempat dari perdagangan wilayah. Dengan demikian penanaman kopi dunia berasal dari VOC yang kopi pun meluas. Untuk itu Wiratanu III setengahnya dihasilkan dari Priangan dapat menghasilkan uang bagi pemerintah bagian barat yaitu Cianjur (Breman, 2014, Belanda dan dapat pula meningkatkan 61). Aria Wiratanu III juga mendapat taraf hidup rakyat Cianjur pada waktu itu. sebutan sebagai penguasa pribumi pertama (Suryaningrat, 1982: 48-49). yang berhasil menyerahkan kopi kepada Aria Wiratanu III dapat mengurus kopi VOC. Aria Waratanu III mendapat hadiah dari tanah miliknya dan tanah rakyatnya. dari Gubernur Jenderal Van Swoll berupa Dari pengurusan kopi tersebut, Aria Distrik Jampang yang terletak di bagian Wiratanu III dapat menyetorkan kopi ke timur Cianjur Selatan. Pada 1713-1718 VOC paling banyak dibandingkan dengan Aria Wiratanu III juga mendapat hadiah setoran dari kabupaten lain (Suriadiningrat, dari Gubernur Jenderal Zwaarde Kroon 1982: 116). Budi daya kopi semasa berupa daerah Segarakidul yang terletak di Wiratanu III berkuasa sangat bagian barat Cianjur Selatan atau sebelah menguntungkan VOC, sehingga VOC barat distrik Jampang hingga perbatasan memberikan sejumlah uang untuk meningkatkan penghasilan bupati. 2 Sejak abad ke-17, VOC terlibat perdagangan kopi c. Sukapura di Laut Merah dan Teluk Persia. Pada akhir tahun Ngabehi Wirawangsa diangkat oleh 1707, Gubernur Jenderal J. van Hoorn ia memberitahukan kepada atasannya telah Sultan Agung sebagai bupati Sukapura atas membagikan tanaman kopi kepada pelbagai kepala jasanya dalam menumpas pemberontakan pribumi dari Batavia sampai Cirebon, namun di Dipati Ukur. Ia bergelar Raden dataran rendah tanaman kopi tidak berkembang. Ia Tumenggung Wiradadaha. Oleh Sultan pun mengalihkan tanaman kopinya ke Karawang Agung Wiradadaha diberi kekuasaan untuk dan pegunungan yang daerahnya lebih tinggi, ternyata hasilnya lebih memuaskan (Breman, 2014: memimpin wilayah terluas dibandingkan 61). dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Tanaman kopi ini biasanya tumbuh di atas tanah Kabupaten Parakanmuncang (Falah, 2010: yang subur dengan ketinggian antara 5.000-6.000 m 28). di atas permukan laut. Biji kopi yang ditanam awal mulanya diperkenalkan oleh seorang warga Negara Raden Tumenggung Wiradadaha Belanda bernama Abraham van Riebek (1712). Ia memerintah dari tahun 1674 hingga 1727 mendarat di Pelabuhan Ratu sambil membawa biji dan mendapat sebutan Dalem Sawidak. kopi dan langsung ditanam dan dapat menghasilkan Dalam mengelola administrasi kopi yang bagus. Sejak abad ke-18, pemerintah pemerintahannya, ia membagi ke dalam Hindia Belanda mendirikan perkebunan kopi di Keresidenan Priangan. empat urusan kewenangan yang Keberhasilan menanam kopi di perkebunan dipercayakan kepada empat patih. Bukti- Priangan kemudian dilanjutkan di daerah selatan bukti mengenai prestasi pemerintahan Gunung Tangkuban Perahu. Pada panen pertama Dalem Sawidak pada rakyatnya yaitu di 1807 hasilnya sangat memuaskan sehingga pemerintah Hindia Belanda menambah areal bidang pesawahan dan saluran irigasi. penanaman kopi di lereng Gunung Patuha, Seiring dengan diserahkan wilayah Mandalawangi, Galunggung, dan Malabar. Priangan dari Mataram kepada VOC Penduduk juga diwajibkan menanam kopi di semua secara tidak langsung Sukapura masuk ke lahan tanah pertanian, semua milik tanah dalam kekuasaan bangsa asing. pekarangan, kebun buah-buahan, kolam ikan yang luasnya ¼ bahu atau 7.130 m² (Yogaswara, 1991:2). 222 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 217 - 232 Pada 9 Februari 1705, Kumpeni d. Sumedang mengangkat Pangeran Aria Cirebon Pada 1791, Raden Aria Surianagara sebagai bupati Priangan, dengan demikian dikukuhkan menjadi bupati Sumedang dan Sukapura masuk ke dalam wilayah mendapat gelar tumenggung. Bertepatan Keresidenan Priangan. Penerapan sistem dengan diangkatnya Gubernur Jenderal monopoli di Priangan menjadi target yang Daendels sebagai gubernur Jenderal dicapai kumpeni atas kekuasaan Sukapura. Hindia Belanda terjadilah peristiwa Cadas Target yang menjadi monopoli di Priangan Pangeran. Peristiwa tersebut berkaitan adalah kayu, kopi, tarum/nila, kapas, lada, dengan pembuatan Jalan Raya Pos (Grote kapulaga, dan produk lainnya. Penerapan Postweg). Alasan pembangunan Jalan sistem monopoli tersebut dilakukan dengan Raya Pos untuk kelancaran pengangkutan sistem nengah dalam tradisi budidaya padi kopi. Pada masa pemerintahan (Salim, 2014: 113). Dimana pihak Tumenggung Surianagara, kabupaten kumpeni (kreditur) memberikan utang Sumedang mengalami kemajuan di benih kepada pribumi, kemudian meminta berbagai bidang. Hal itu bisa dilihat dari penjualan setengah dari hasil panen peningkatan produksi kopi, yang semula pribumi dengan harga rendah. Pada 2.500 pikul bisa ditingkatkan menjadi periode awal penerapan sistem monopoli 8000 pikul bahkan pernah mencapai 12000 kumpeni, Sukapura adalah kabupatian pikul. Waktu tempuh pengangkutan juga paling penting dengan kontribusi hasil dapat diperpendek dari 22-66 hari menjadi bumi terbesar. Produk unggulan hasil 2-6 hari. Hal itu disebabkan ada perubahan bumi kabupaten Sukapura adalah kapas, rute yang tadinya dari Cikao menjadi indigo, dan lada. Produk tersebut tidak langsung ke Karangsembung. lepas dari wilayah Kabupaten Sukapura Tumenggung Adipati Surianagara juga yang begitu luas dengan kekayaan alam tidak segan-segan pergi ke desa guna yang begitu melimpah. Sampai tahun mengontrol keadaan kebun kopi rakyat. Ia 1830, 65 % wilayah Sukapura berupa memberikan pelajaran bagaimana cara hutan, dari luas wilayah tersebut tanaman menanam, mengurus, dan memilih tanah kopi tidak begitu populer (Salim, 2014: yang baik untuk kebun kopi, sehingga 117). tanah Sumedang yang sebenarnya tidak Sepeninggal Dalem Sawidak, ia cocok untuk ditanami kopi mampu digantikan oleh putranya yaitu R. memberikan hasil tanaman kopi yang Subamanggala bergelar Raden sangat baik (Lubis, 2008: 162-163). Tumenggung Wiradadaha V. Semenjak Wiradadaha V berkuasa, tidak banyak e. Limbangan prestasi yang dicatat oleh Kumpeni. Dari Limbangan merupakan sebuah catatan Kumpeni bahwa dari tahun 1820- kabupaten yang secara de facto dibawah 1832 Kabupaten Sukapura sama sekali kekuasaan Sumedang. Dilihat dari luas tidak menyerahkan hasil budi daya kopi. wilayahnya, Limbangan lebih sempit dan Padahal kabupaten lainnya sedang jumlah penduduknya pun lebih sedikit bergairah menanam kopi guna menyokong apabila dibandingkan dengan Kabupaten agenda monopoli kumpeni. Akibatnya Bandung, Cianjur, dan Sukapura. Ketika pada 1811, kolonial memutus Sultan Agung melakukan reorganisasi kepemimpinan Wiradadaha sekaligus wilayah di Priangan Timur, Limbangan menghapus Kabupaten Sukapura dari peta termasuk dalam pecahan wilayah, sebab kolonial dan menggabungkan ke dalam menurut Rangga Gempol, Limbangan Kabupaten Limbangan. Sejak tahun 1913, hanya merupakan sebuah kampung, secara resmi Kabupaten Sukapura berubah disebabkan hanya mempunyai 200 umpi. nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya. Pada 1705, Limbangan dilepaskan dari Kopi Di Priangan Abad XVIII-XIX (Lasmiyati) 223 Kabupaten Sumedang dan menjadi dilakukan di lahan di sekitar kampung. kabupaten tersendiri (Warjita, 2009: 5). Menanam kopi juga dilakukan di kebun- Selama Daendels berkuasa, ia kebun liar dengan cara membabat habis melakukan hervorming, yaitu pengaturan tanaman liar untuk dibuka lahan tanaman kembali bidang pemerintahan, pertanian kopi, dan menanam kopi yang masih dan perkebunan kopi. Ia menghapus muda. Untuk mendapatkan manfaat Kabupaten Limbangan, batas wilayahnya ekonomis, di antara pohon kopi ditanami dimasukkan ke Kabupaten Bandung, padi. Setelah memakan waktu empat Cianjur, dan Sumedang. Alasannya batas tahun, tanaman kopi di kebun liar sudah wilayah Kabupaten Limbangan terdiri dari dapat dipetik. Penyetorannya dilakukan pecahan-pecahan kecil yang terletak di dengan cara yang sama dengan penyetoran wilayah kabupaten lain dan tidak kopi yang dilakukan oleh petani, yaitu menghasilkan kopi. Rakyatnya yang diserahkan kepada kepala setempat atau berada di pecahan-pecahan kafling tersebut kepada pedukuhan pusat. tidak mau dipekerjakan di kebun kopi yang Untuk menampung hasil panen kopi, berdekatan dengan kabupaten lain. Untuk pada pertengahan abad ke-18, VOC memungkinkan rakyat tersebut membangun gudang-gudang kopi yang dipekerjakan di kabupaten terdekat, satu- terletak di tepi Sungai Citarum dan Cikao. satunya jalan memasukkan kafling yang Dari gudang, kopi diangkut dengan bersangkutan ke kabupaten yang perahu hingga ke pantai. Sesampai di halte berbatasan. Tanah Limbangan yang kurang terakhir, perahu tidak dapat melaju cocok untuk tanaman kopi, dari tahun ke dengan dua arus, pengangkutan pun tahun hasilnya menurun, hingga akhirnya diangkut melalui jalan darat dengan tidak ada tanaman kopi (Surianingrat, hewan beban yang memakan waktu dua 1985: 186). bulan (Breman, 2014: 65). Pada 1744, penduduk wajib menanam dan menyetor 2. Pasang Surut Kopi di Priangan kopi ke tempat pengumpulan yang Pangeran Aria Cirebon meninggal ditunjuk, wajib membangun gudang, dan tahun 1723. Dengan meninggalnya wajib jalan, dan pekerjaan lainnya yang Pangeran Aria Cirebon, VOC tidak diperintah oleh VOC. mengangkat penggantinya, melainkan Sebelum diangkut dengan hewan mengubah kebijakan penyerahan wajib beban, kopi terlebih dahulu ditimbang menjadi penanaman wajib kopi dan untuk membagi jumlah kopi yang akan seluruh hasilnya diserahkan kepada VOC. diangkut. Hewan beban akan mengangkut Para bupati sebagai tangan kanan kumpeni seperempat pikul gunung (55,5 pon). dalam urusan kopi mendapat tambahan Dalam satu hari seekor kerbau dapat penghasilan, sebaliknya rakyat yang mengangkut dua kali. Pada abad ke-18, membudidaya kopi mendapat penderitaan Cianjur berkembang menjadi gudang kopi (Badan Pengembangan Informasi Daerah terpenting bagi VOC. Pada abad itu jalan Kabupaten Bandung, 2003: 30). yang dilewati masih merupakan jalan Memasuki pertengahan abad ke-18, setapak. Dengan meningkatnya jumlah harga kopi di pasaran Eropa terus naik. kopi yang akan dikirim, perbaikan jalan Hal itu mendorong kebutuhan kopi di mulai dilakukan. Alat angkut yang tadinya pegunungan Priangan ikut naik. Tanaman menggunakan pikulan, kemudian berubah kopi yang dibudidayakan di pekarangan menjadi angkutan yang ditarik dengan rumah petani mulai tidak mencukupi kerbau atau kuda. kebutuhan. Untuk memenuhinya, Kebutuhan akan kopi di pasaran Eropa pemerintah VOC menganjurkan agar yang semakin meningkat pada 1763, penanaman kopi bukan hanya di lahan saudagar Cina ikut berperan dalam pekarangan milik petani melainkan dapat penjualan kopi. Kemunculan saudagar 224 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 217 - 232 Cina tersebut seolah membuka peluang Pada akhir abad ke-18, setoran kopi usaha mereka di kala VOC menurunkan terus meningkat hal itu didorong oleh harga kopi dan membelinya dengan harga kebutuhan di Negeri Belanda yang terus rendah. Pemilik kopi yang terus merugi meningkat. Pada saat itu kopi mulai tidak mau lagi menjual kopinya kepada dinikmati oleh masyarakat dari kalangan VOC, justru mereka mulai menjual hasil bawah (Breman, 2014: 69). Namun di panenannya ke pasar di Batavia. Di sinilah balik melonjaknya permintaan kopi di saudagar Cina mulai membuka peranan. Negeri Belanda penduduk banyak yang VOC yang merasa ada persaingan dalam berpindah tempat tinggal. Mereka mencari penerimaan hasil panen kopi. VOC pun beban kerja yang lebih ringan. Pilihan melarang kegiatan saudagar Cina untuk tempat tinggal yang mereka tuju adalah ke membeli hasil panen kopi dan Banten dan Jawa Tengah, padahal tempat menganggapnya sebagai monopoli. tersebut lebih gersang dibandingkan Meskipun mendapat larangan dari VOC, dengan pegunungan Priangan yang saudagar Cina tetap melakukan perbedaan tanahnya subur. Alasan penduduk harga baik yang ditetapkan oleh VOC atau berpindah tempat tinggal, karena merasa pun harga yang dipatok oleh (pedagang berat dengan adanya setoran wajib yang gelap) saudagar Cina. VOC yang tidak ditetapkan oleh VOC. mau membayar harga kopi lebih tinggi, Dengan adanya perpindahan menyebabkan petani untuk tidak penduduk tersebut, VOC tidak bisa menyetorkan hasil panennya kepada VOC. menerima, VOC menyebutkan bahwa Untuk menghindari supaya tidak petani yang meninggalkan daerahnya menyetorkan ke gudang VOC, petani lebih adalah pembelot, mereka perlu diberi memilih membuang hasil panennya atau hukuman karena telah merugikan menimbunnya agar jangan sampai perkebunan. membawanya ke gudang. Bahkan ada pula petani yang menyerahkannya ke tengkulak a. Daendels dengan harga yang lebih tinggi daripada Pada 1799 VOC bubar, kekuasaan kepada VOC. Adanya penurunan harga atas Pulau Jawa diambil alih oleh kopi secara drastis, telah memicu petani Pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah untuk melaksanakan transaksi ilegal. Hindia Belanda tetap melanjutkan upaya- Para kepala pribumi seharusnya upaya Kumpeni dalam urusan penanaman mengawasi pengumpulan kopi dari para kopi, di antaranya mengeluarkan Instruksi petani sampai masuk gudang VOC. Namun No. 5 tahun 1800, mengenai penanaman kenyataannya dalam pengangkutan kopi kopi supaya dilakukan pada bulan-bulan ke gudang VOC, isi pikulan seringkali November, Desember, dan Januari, agar berpindah tangan. Seiring semakin hasilnya baik. Setiap keluarga juga mendekati pantai harga yang ditawarkan diharuskan menanam 250 pohon. Selain oleh tengkulak harganya semakin tinggi. itu juga keluar Instruksi No. 9 yang isinya Hal itu memicu maraknya penjualan kopi bupati dan opsiner betul-betul ke pihak tengkulak. Seorang bupati yang membayarkan uang kopi kepada rakyatnya lalai menyetorkan kopinya tidak sesuai dengan lancar. Pemerintah Hindia Belanda dengan jumlah yang telah ditetapkan, akan juga mengatur soal harga, upah, ongkos mendapatkan tuduhan bahwa ia dan angkut, dan kuota penanaman. Selain itu bawahannya telah melakukan transaksi Pemerintah Kolonial juga mengeluarkan kepada pihak swasta. Dengan adanya peraturan yang isinya agar petani wajib kejanggalan-kejanggalan dalam hal menanam pohon kopi tambahan, namun penjualan kopi tersebut, VOC menerapkan para petani kopi mengeluh tidak pelarangan bagi pihak swasta untuk tinggal mempunyai waktu untuk merawat pohon di wilayah Priangan. kopi secara teratur dan saksama. Kopi Di Priangan Abad XVIII-XIX (Lasmiyati) 225 Pada 1802, Pemerintah Hindia 2,5 gulden dari setiap rijkdaalder (ringgit, Belanda kembali mengeluarkan peraturan 2,5, yang diperoleh bupati dari setiap pikul yang berisi mengenai penurunan jumlah kopi), dan 12 suiter diperuntukkan bagi pohon menjadi 500, usulan tersebut juga kepala bawahannya. Itulah imbalan yang ditolak. Pada 1808 Lawick, seorang diterima bangsawan pribumi atas pengusaha perkebunan kopi mengusulkan keterlibatan mereka dalam tananam kopi. agar petani menanam pohon kopi Dengan peran serta bupati, pada sebanyak-banyaknya bila perlu diadakan 1808, wajib tanam kopi meningkat tajam. perluasan lahan di seluruh kabupaten. Jumlah pohon di Jawa bertambah lebih Usulan Lawick juga tidak dihiraukan, dari 45 juta batang dari 26.956.467 tiga yang ada justru para petani yang tahun kemudian mencapai 72.669.467. meninggalkan tanah perkebunan semakin Selain bekerja sama dengan bupati, bertambah. Daendels mengangkat inspektur jenderal Pada 1808, Daendels tiba di Pulau urusan kopi yang dijabat oleh C.von Jawa dan diangkat menjadi Gubernur Winckelman dengan tugas urusan Jenderal untuk Pulau Jawa. Untuk pemenuhan kewajiban pribumi dan hanya meningkatkan hasil panen kopi, Daendels terbatas di Kabupaten Priangan. Pada melakukan reformasi birokrasi. Salah satu tahun itu, Daendels juga mengharuskan perfectur yang dibentuk oleh Daendels anak-anak pada usia 14 tahun dapat adalah Prefectur Preanger yang dipekerjakan, mereka harus bekerja dikelompokkan berdasarkan kemampuan sebagai tenaga pembantu orang tuanya. kabupaten tersebut dalam menghasilkan Pada 1809, Daendels menaikkan kopi. Dengan demikian Kabupaten setoran petani kepada bupati menjadi Cianjur, Bandung, Sumedang, dan seperlima dari hasil panen. Jumlah setoran Parakanmuncang digabungkan dengan yang ditetapkan Daendels terus naik Batavia dengan nama Jacatrasche en dibandingkan dengan setoran yang Preanger-Regentschappen. Sementara ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian daerah Sukapura, Limbangan, dan Galuh kenaikan setoran kepada bupati tersebut yang merupakan daerah minus kopi dibebankan kepada rakyat, dan tanpa digabungkan dengan Cirebon dengan nama mengurangi beban kas kolonial. Pada Kesultanan en Cheribonsche Preanger- 1809, Daendels melakukan penataan Regenchappen (Ekadjati, 1993: 253). pemukiman bagi penduduk. Daendels Selain melakukan reformasi birokrasi, menghindarkan pola pemukiman yang Daendels lebih memilih untuk bekerja menyebar. Penduduk diperintahkan untuk sama dengan para bupati. Bupati tinggal di desa yang minimal jumlah diposisikan sebagai bawahan dari pejabat penduduknya ditentukan. Pemukiman Belanda. Daendels beranggapan bahwa dengan penduduk kurang dari 6 kepala untuk meningkatkan kas pemerintah keluarga (KK) tidak diperbolehkan dan Kolonial, tanpa kerja sama dengan bupati mereka harus bergabung dengan lokasi keinginan untuk meraih laba terancam yang lebih besar. Di Cianjur untuk gagal. Dengan demikian setiap habis mengurusi kependudukan dipercayakan panen, petani harus menyetorkannya kepada pemuka agama. Pemuka agama kepada bupati. Berkaitan dengan kopi di diberi kepercayaan selain yang berkaitan Cianjur (Priangan), Daendels berhasil dengan keagamaan seperti memimpin meniadakan masalah bagi hasil kepada ibadah, membacakan Al-Qur’an, para bangsawan. Namun dari hasil menghadiri selamatan juga diberi tugas penjualan kopi, Daendels memberikan tambahan yaitu sebagai pencatat kelahiran, persentasi kepada bupati dan bawahannya. kematian, dan perkawinan di sekitar yang Petani yang menyerahkan hasil panen kopi mereka tempati. Dengan tugas-tugas kepada bupati, bupati akan mendapatkan tersebut pemuka agama di Cianjur diakui 226 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 217 - 232 sebagai tokoh pemerintahan pribumi. yaitu sekitar 19.675 pikul. Dalam wajib Namun sayangnya pada 1810 ada tanam kopi tersebut ada yang wajib tanam pelarangan bagi para pemuka agama di di tanah milik rakyat dan ada yang ditanam Cianjur untuk menunaikan ibadah haji di di tanah milik swasta. Namun hasil Mekah. tanaman kopi yang ditanam di tanah milik Untuk mencegah menurunnya hasil swasta hasilnya kurang memuaskan tanaman kopi, pada 1810 Daendels apabila dibandingkan dengan hasil memerintahkan bagi setiap keluarga tanaman kopi yang ditanam di tanah diwajibkan untuk menanam 200 bibit rakyat. Keterlibatan rakyat dalam setiap tahun, karena pohon yang sudah tua menanam kopi disebabkan harga kopi akan mati, dan pohon bisa berbuah hanya waktu itu termasuk tinggi maka dapat bertahan lima tahun. Pengadaan pohon mendorong tingginya upah. Dengan pengganti harus dijaga seperlima dari mahalnya harga kopi, pemerintah kolonial jumlah pohon yang ada setiap tahun. pun harus mengeluarkan uang banyak Penyetoran hasil panen kopi, dilakukan antara lain guna melakukan pembelian pengawasan dengan melibatkan kopi-kopi dari rakyat, mendirikan gudang- pemerintah. Pajak dicatat dalam register. gudang kopi, dan biaya ongkos angkut dari Buku kopi harus dibuat dan diperlihatkan perkebunan ke gudang-gudang. Untuk oleh atasan kerja mereka. Untuk pengangkutan kopi dari perkebunan yang menghindarkan agar penduduk tidak jauh lokasinya digunakan alat angkut meninggalkan tempat tinggal akibat beban pedati yang ditarik kerbau yang biasa kerja yang terlalu berat, mereka dicarikan digunakan untuk membajak sawah. Untuk jalan keluar yaitu diizinkan menanam kopi pengangkutan menggunakan pedati bisa di lahan yang kurang cocok, dengan mencapai 7 sampai dengan 10 pikul demikian penduduk yang akan melarikan dengan jarak tempuh kira-kira 7 sampai 9 diri dapat ditekan. Pada 1810, panen kopi km. Adapun jarak tempuh di atas sepuluh mengalami peningkatan hingga 120.000 kilometer menggunakan pedati memakan pikul (Bremn, 2014: 111). waktu antara satu sampai dua minggu. Hal Untuk memerangi kecurangan dan tersebut dapat memungkinkan adanya kesemrawutan, Daendels menyeragamkan penghadangan pencurian di tengah berat pikulan setoran kopi. Untuk perjalanan. meringankan beban pengangkutan, Namun tidak semua petani dibangun gudang-gudang kopi, melarang memanfaatkan pedati untuk mengangkut memungut ongkos terhadap petani, dan hasil panen kopi ke gudang. Apalagi memerintahkan pembayaran uang kopi seandainya binatang yang ia miliki hanya langsung pada saat penyetoran kepada terbatas untuk membajak sawah. Mereka petani. Untuk mensejahterakan para lebih memilih menyetorkan sendiri dengan bupati, bupati menerima komisi tersendiri cara dipikul meskipun mereka akan yaitu satu rijksdaalder per pikul seberat mendapat hasil lebih sedikit. 128 pon. Jauh lebih ringan daripada petani Kondisi jalan di Priangan tidak yaitu 225 pon per pikul. Dari komisi yang seluruhnya mulus, bahkan banyak diterima bupati, seperempatnya diserahkan ditemukan jalan-jalan terjal, sehingga kepada kepala bawahannya, dan utang- pengangkutan barang dirasakan sangat utang bupati kepada pemerintah Kolonial menyulitkan. Pengangkutan barang dihapuskan. menggunakan gerobak ongkosnya pun Dilihat dari hasil panen kopi dalam sangat mahal, sehingga akan berpengaruh kurun waktu antara 1808-1821, pada upah tenaga kerja. Bagi yang penghasilan kopi yang paling tinggi terjadi bepergian tidak jauh dengan jalan pos pada tahun 1810 yaitu sebanyak 93.057 dapat menggunakan kereta pos, dan yang pikul dan paling sedikit pada tahun 1811 bepergian dekat cukup menggunakan

Description:
kopi yang ditanam di Priangan dapat tumbuh subur, bahkan sewaktu Priangan. Pada masa kepemimpinan Van den Bosch, penanaman kopi
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.