Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018(147 – 189) KONSEP HIKMAT AL-TASYRÎ’ SEBAGAI ASAS EKONOMI DAN KEUANGAN BISNIS ISLAM MENURUT ALI AHMAD AL-JURJAWI (1866-1961M) DALAM KITAB HIKMAT AL-TASYRÎ’ WA FALSAFATUHU 1SUDIRMAN M. JOHAN, 2NURHADI, 3AKHMAD MUJAHIDIN 4AHMAD ROFIQ, 5MAWARDI MUHAMMAD SALEH 1,3,5UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2STAI Al-Azhar Pekanbaru 4UIN Wali Songo Semarang. [email protected] Abstract Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866-1961) a modernist from the Egyptian city of Jarja. Al-Jurjawi lived in a time of shock, known as the Egyptian revolution from the clutches of France. European colonization of the Islamic world (Egypt), which tends to manage the economy with a conventional (secular) system. These conditions affect the construction of scholarship which is occupied by Al-Jurjawi, plus the difficulty of finding the ideal books, especially regarding Islamic law and wisdom or secrets that exist in Islamic teachings. Starting from such a situation Al-Jurjawi much got the idea of philosophy and thought and determined to write a book that discusses the wisdom of Islamic Shari'ah, which is named Hikmat al-Tasyrî 'wa Falsafatuhu. Then how kosep wisdom al-Tashrî 'became the economic and financial principles of Islamic business according to Al-Jurjawi in the book. The result, the concept of wisdom al-Tasyrî 'Al-Jurjawi is amazing wisdom, astonishing mind and satisfy the heart of the shari'ah of the divine religion aims to know God, inhumanizing, knowing how to worship and Think about it by establishing the law necessary to be done amar ma'ruf nahi mungkar and benefit servants of the world and the hereafter. The reason for wisdom of al-Tashrî 'as the economic and financial principle in Islamic business according to Al-Jurjawi, to realize submission to the Shari'ah of Allah; preserving the Sunnah of the Prophet; keep away from the forbidden; foster moral development; realizing brotherhood and unity. All according to Al-Jurjawi contains benefit the world and the hereafter, in an effort to know God by worshiping and ma'ruf nahi munkar and morally noble character. It is embodied in the concept of hablum minnallâh wa 147 Sudirman M. Johan, Nurhdi, Akhmad Mujahidin, Ahmad Rofiq, Mawardi Muhammad Saleh; Konsep Hikmat Al-Tasyrî’ sebagai Asas Ekonomi dan Keuangan Bisnis Islam Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866-1961M) dalam Kitab Hikmat Al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu minannâs. Benefit as the principle of innovation of economic and financial activities in contemporary Islamic business according to the researchers lies in the wisdom of ihyâu al-Mawât his Al-Jurjawi is to innovate in business for benefit people. Keyword : Concept, Wisdom of Al-Tashrî', Islamic Financial Economics Business Principles, Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmat Al-Tasyrî' Wa Falsafatuhu PENDAHULUAN memberikan solusi bagi Sistem Ekonomi Syarî`ah permasalahan ekonomi keuangan diawali pada masa Muhammad saw. yang muncul baik pada skala mikro Pada masa itu, semua persoalan maupun makro, merancang akad- ekonomi merujuk pada ketentuan akad syarî`ah untuk kebutuhan syariat (nash qur’an dan hadis) produk-produk bisnis di berbagai (Nurhadi: 2018; Idris Ismail, 2017: 1; lembaga keuangan syari’ah, Didiek, 2013: 1; Daud, 2012: 23). mengawal dan menjamin seluruh Setelah Nabi wafat, lalu digantikan produk perbankan dan keuangan oleh Abu Bakar, Umar, Usman dan syarî`ah dijalankan sesuai syarî`ah. Ali, berlanjut ke dinasti-dinasti dalam Perkembangan tegnologi kekhalifahan dalam Islam, yang mengakibatkan berkemabangnya ditutup dengan kekhalifahan Turki transaksi bisnis ekonomi yang Usmani. Runtuhnya kekhalifahan sangat inovasi. Kehadiran inovasi Turki Usmani, tidak disadari menjadi tersebut dalam rangka memenuhi awal keruntuhan ekonomi Islam kebutuhan masyarakat yang (Daud, 2012: 23). Ekonomi Syarî`ah cenderung moderen dan global. baru muncul kembali pada tahun Sesuai khittahnya, syariat Islam 1963, dengan berdirinya bank tanpa mempunyai tujuan untuk bunga di desa Mit Ghamr Mesir oleh kemashlahatan umat dunia akhirat. Abdu al-Hamid An-Nagar (Ahmad Oleh karena itu, maqâshid al- Najjar) (Ahmad, 1972: 19; Syafi’I, syarî’ah versi al-Syathibi dan al- 2011: 19; Abbas, 2013: 109-110; Jurjawi sangat penting sebagai Muhammad, 2014: 19; Anif, 2014: dasar rekontruksi inovasi produk 27). Ini menjadi awal mula dan dasar akad dalam melengkapi ekonomi berdirinya lembaga keuangan dan bisnis syarî`ah dengan tujuan syarî`ah moderen di dunia (Anif, gerakan ekonomi Islam dapat 2014: 24). dijalankan dalam masyarakat sesuai Ekonomi dan bisnis syarî`ah dengan maqâshid al-Syarî’ah yaitu perkembangannya sejalan dengan kemashlahatan sesuai syariat. Maka prinsip-prinsip syarî`ah. Oleh karena menurut peneliti, prinsip utama itu, keterlibatan ulama dalam dalam formulasi ekonomi Islam dan ekonomi syarî`ah menjadi urgen produk keuangan adalah Mashlahah (penting), yaitu untuk berijtihad (Nurhadi: 2018; Ali, 1994 M/ 1414 H: 148 Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018(147 – 189) 5; Faisal, 2006: 7; Sabariyah, 2011: dan hadis), sehingga menghidupkan 12). kembali muamalah ekonomi Islam, Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866- yang menurut al-Jurjawi selama 1961) seorang modernis dari kota beberapa dekade pada masa Jarja’ Mesir. Al-Jurjawi menuangkan kehidupan beliau, perekonomian ide filsafat serta pemikiran dalam ummat didominasi dan kitabnya yang banyak membahas terkontaminasi oleh sistem tentang hikmah-hikmah atau konvensional (bunga riba), misalnya rahasia-rahasia syariat Islam, yang sistem ekonomi kapitalis, sosialis diberi nama Hikmat al-Tasyrî’ wa dan sekuleris. Keinginannya untuk Falsafatuhu. Al-Jurjawi di dalam mengembalikan kembali sistem kitabnya, tidak menggunakan istilah ekonomi Islam yang sudah runtuh maqâshid al-Syarî’ah melainkan diakibatkan sekulerisme didunia mengunakan istilah Hikmat al-Tasyrî’ Islam, beliau tuangkan dalam (Sabariyah, 2011: 2). Menurut ulama kitabnya hikmat al-Tasyri’ Ushûl Fiqih, Hikmat al-Tasyrî’ di wafalsafatuhu pada juz dua sub identifikasikan sebagai maqâshid al- pembahasan muamalah dan Syarî’ah sebagaimana pendapat transasksi ekonomi dan keuangan Ibnu Rusdiy (Muhammad, 1301 H: (muamalah iqtishadiyah). 8), Ibnu Qayyîm al-Jauziyyah (Ibnu Menurut peneliti kitab al- Qayyim, 1996: 37), Ibnu Asyûr (Ibnu Jurjawi yang sangat menarik untuk Asyur, 2001: 3; Irfandi, 2014: 7; dipelajari dan diteliti, uniknya beliau Andriyaldi, 2014: 25), Yûsûf al- dalam menulis kitab tersebut tidak Qardlâwi (Yusuf, 2006: 17), Wahbah menjelaskan secara detail al-Zuhaili (Wahbah, 1986: 1017; menggunakan metode seperti apa Ghofar, 2009: 119) dan Jaser Auda dalam menetapkan Hikmat al-Tasyrî’ (Jasser, 2008: 5; Galuh, 2014: 56). (Maqâshid Syarî’ah), Dalam Menurut peneliti Maqâshid al- penelitian ini setiap kalimat atau Syarî’ah sangat penting sehingga kata-kata Hikmat al-Tasyrî’ atau ulama menjadikannya pokok ilmu Hikmah Syariah dipersamakan yang berdiri sendiri (Muhammad dengan kata atau kalimat Maqâshid Ibnu, 2001: 190-194). Studi tentang Syariah, Illat, Makna, Ma’akhizd, maqâshid al-Syarî’ah banyak Mahâsin, Asrâr, Hakikat, Manfaat, dilakukan para ulama dengan Mashlahah dan Filsafat Hukum berbagai pendekatan (Ibnû Qayyîm, Islam. Sehingga pada satu 1996: 37). Di antara ulama yang pembahasan ditemukan al-Jurjawi membahas hikmat al-Tasyrî’ adalah menggunakan Nash al-Qur’an dan Ali Ahmad al-Jurjawi (Al-Muzakkir, al-Hadits, dilain kajian menggunakan 2017: 6). dalil al-Qur’an saja. Pada bab lain Menurut al-Jurjawi, terkadang hanya menggunakan pengungkapan hikmah-hikmat Hadis saja, bahkan terkadang tidak tersebut menjadi sebuah menggunakan dalil apapun kecuali keniscayaan, agar umat Islam ijtihad pemikiran saja (Filasafat kembali kepada khittah (al-Qur’an Hukum Islam/Logika Filsafat). Model 149 Sudirman M. Johan, Nurhdi, Akhmad Mujahidin, Ahmad Rofiq, Mawardi Muhammad Saleh; Konsep Hikmat Al-Tasyrî’ sebagai Asas Ekonomi dan Keuangan Bisnis Islam Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866-1961M) dalam Kitab Hikmat Al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu inilah yang menjadi penasaran Jadi, kata tersebut dapat diartikan peneliti yang berkeinginan menggali sebagai “tujuan” atau “beberapa metode al-Jurjawi dalam tujuan”. Sedangkan al-Syarî’ah¸ menetapkan hikmah syariah atau merupakan bentuk subyek dari akar hikmat al-Tasyri’ lewat karyanya itu, kata syara’a yang artinya adalah apalagi jika di tinjua dalam bab jalan menuju sumber air sebagai Muâmalah Iqtishâdiyah tentu sumber kehidupan (Ibn Manzur, t.th: tambah menarik untuk diteliti. 175). Syarî’ah secara bahasa juga Berdasarkan latar belakang berarti: inilah, maka penulis akan meneliti ءﺎﻣﻟا ﻰﻟا ردﺣﺗ ﻊﺿاوﻣﻟا kitab al-Jurjawi dalam menetapkan yang berarti jalan menuju sumber hikmat al-tasyrî’ sebagai asas air. Jalan menuju sumber air ini ekonomi dan keuangan atau dapat juga dikatakan sebagai jalan maqâshid bisnis dalam hikmah kearah sumber pokok kehidupan muamalah. Ruang lingkup hikmah (Asafri, 1996: 61). Menurut Al Izz bin syarî`ah ekonomi dan bisnis akan Abdul Salam, maqâshid syariah difokuskan pada bisnis keuangan adalah syariat itu semuanya syarî`ah. Permasalahan utama yang mengandung nilai maslahah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, bertujuan menolak kejahatan atau bagaimana konsep hikmat al-Tasyrî’ menarik kebaikan (Al-Izzuddin, t.th: menurut Ali Ahmad al-Jurjawi dan 9). Menurut Al Khadimi, maqashid mengapa Ali Ahmad al-Jurjawi syariah adalah sebagai prinsip Islam menawarkan konsep hikmat al- yang lima yaitu menjaga agama, Tasyrî’ sebagai asas ekonomi dan jiwa, akal, keturunan dan harta keuangan dalam bisnis Islam seperti (Nuruddin, 1998: 50). Menurut Satria dalam kitab Hikmat al-Tasyri’ wa Effendi M. Zein, maqasid al-syari’ah Falsafatuhu. adalah tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum LANDASAN TEORI Islam. 1. Konsep Maqâsid al- Tujuan itu dapat ditelusuri Syarî’ah dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadis 1.1. Subtansi dan sebagai alasan logis bagi rumusan Perkembangan suatu hukum yang berorientasi Maqâsid al-Syarî’ah kepada kemaslahatan manusia Maqâsid al-Syarî’ah ditinjau (Satria, 2005: 233; La Jamaa, 2011: dari lughâwiy (bahasa), terdiri dari 1255). Kaitan dengan maqâshid dua kata, yakni maqâsid dan al- syarî’ah tersebut, Imam al-Syathibiy Syarî’ah. Maqâsid adalah bentuk mempergunakan kata yang berbeda- jama’ dari maqâsid yang berarti beda yaitu maqâshid syarî’ah, al- kesengajaan atau tujuan (Nurhadi: maqâshid al-Syar’iyyah fi al- 2018; Hans Wehr, 1980: 767). Kata Syarî’ah, dan maqâshid min syar’i maqshud-maqâsid dalam Ilmu al-Hukm. Meskipun dengan kata- Nahwu disebut dengan maf’ûl bih kata yang berbeda, Asafri Jaya Bakri yaitu sesuatu yang menjadi obyek. berpendapat bahwa kata tersebut 150 Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018(147 – 189) mengandung tujuan yang sama, 1.2. Mashlahah dan Penerapan yaitu tujuan hukum yang diturunkan Maqâshid dalam Bisnis oleh Allâh swt. Ungkapan al- Syarî`ah Syâthibîy: “Sesungguhnya syari’at Berdasarkan asumsi bahwa itu bertujuan mewujudkan rumusan ekonomi dan bisnis kemashlahahan manusia di dunia syari’ah adalah mashlahah. Dalam dan di akhirat” dan “Hukum-hukum buku hasil penelitian yang ditulis disyari’atkan untuk kemashlahahan oleh Asafri Jaya Bakri, beliau hamba”, Kemaslahatan yang akan mengemukakan al-mashâlih al- diwujudkan itu menurut al-Syâtibîy mursâlah dan az-zâri’ah sebagai terbagi kepada tiga tingkatan, yaitu metode ijtihad dengan corak kebutuhan dharuriyat, kebutuhan penalaran istihlah yang harus hajiyat, dan kebutuhan tahsiniyat dikembangkan dengan menunjukkan (Abû Ishâq, 1997: 324; Asafri, 1996: urgensi pertimbangan Maqâshid al- 63-64). Memberikan pengertian Syarî’ah di dalam metode tersebut bahwa kandungan Maqâshid al- (Asafri, 1996: 142). Oleh karena itu, Syarî’ah adalah kemashlahahan menurut penulis perlu kiranya umat manusia. Menurut istilah, membahas mashlahah (Asafri, 1996: ulama Ushul Fiqih adalah makna 142) lebih lanjut kaitannya dengan dan tujuan yang dikehendaki syara’ ekonomi dan bisnis syari’ah dalam mensyariatkan suatu hukum (Yusdani, 2017 Jam 20.05 Wib). bagi kemashlahahan umat manusia, Dalam pemikiran ushul fiqih disebut juga dengan asrâr asy- terdapat tiga cara menentukan syari’ah yaitu rahasia-rahasia yang legalitas mashlahah (Asafri, 1996: terdapat di balik hukum yang 144-146), yaitu: ditetapkan oleh syara’, berupa 1) Mashlahah yang legalitasnya kemashlahahan bagi umat manusia, berdasarkan tunjukan dari baik di dunia maupun di akhirat suatu nash, baik al-Qur’an (Abdul Aziz, 1996: 1108). Oleh maupun hadits (mashlahah karena itu, Asafri Jaya Bakri mu’tabârah). Misalnya, dalam memandang bahwa kandungan ayat al-Qur’an yang QS. maqâshid syarî’ah adalah Surat al-Baqarah, ayat 275. kemashlahahan. Kemashlahahan 2) Mashlahah yang ditolak itu, melalui maqâshid syarî’ah tidak legalitasnya oleh al-Syarî’ hanya dilihat dalam arti teknis (mashlahah mulghah). belaka, tetapi dalam upaya dinamika Artinya sesuatu yang dilihat dan pengembangan hukum dilihat manusia sebagai suatu sebagai susuatu yang mengandung kemashlahahan, akan tetapi nilai filosofis dari hukum-hukum yang bertentangan dengan al- di syari’atkan Allâh swt terhadap syari’ seperti yang manusia (Nurhadi: 2018; Asafri, ditunjukkan oleh nash di 1996: 65-66). atas. Maka alasan penerapan kemashlahahan demikian tidak bisa 151 Sudirman M. Johan, Nurhdi, Akhmad Mujahidin, Ahmad Rofiq, Mawardi Muhammad Saleh; Konsep Hikmat Al-Tasyrî’ sebagai Asas Ekonomi dan Keuangan Bisnis Islam Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866-1961M) dalam Kitab Hikmat Al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu dibenarkan. Misalnya, yang bertentangan dengan syara’. pengembangan harta atau Mashlahah yang sangat urgen untuk usaha secara ribawi dalam dijadikan pengembangan kajian ayat al-Qur’an QS. Surat al- Hukum Islam juga berhubungan Nisa’, ayat 161. dengan masalah-masalah ekonomi 3) Mashlahah yang tidak dan bisnis syari’ah (Asafri, 1996: terdapat legalitas nash baik 149). Mashlahah al-Mursalah ini terhadap keberlakuan dapat dijadikan sebagai sumber maupun ketidakberlakuannya hukum dengan mengacu kepada (mashlahah al-mursâlah). pengembangan Maqâshid al- Artinya mashlahah yang tidak Syarî’ah telah dijelaskan diperintahkan di dalam al- sebelumnya, yaitu Maqâshid al- Qur’an dan hadîts, akan Dlarûriyât, Maqâshid al-hajiyat, dan tetapi tidak bertentangan Maqâshid al-Tahsinîyât, sehingga terhadap keduanya. kemashlahahan benar-benar Mislanya, pendirian bank terwujud dalam kehidupan umat syari’ah (Heri, 2008: 43) manusia (Yusdani, 2017 Jam 20.05 sebagai lembaga yang Wib). menghubungkan antara pemilik modal dan pekerja. 2. Penelitian yang Relevan Dalam al-Qur’an dan hadîts Sejauh penelusuran penulis, tidak ada perintah untuk penelitian yang membahas mendirikan Lembaga mengenai hikmah syarî`ah dalam Perbankan Syari’ah, akan ekonomi dan keuangan Islam tetapi keberadaannya tidak di menurut Ali Ahmad al-Jurjawi belum larang oleh al-Qur’an dan ada. Terdapat sebuah buku yang hadîts. Keberadaan penulis temukan yang sangat erat Lembaga Perbankan kaitannya dengan penelitian ini, yaitu mendatangkan manfaat bagi Maqâshid Bisnis dan Keuangan masyarakat dan manfaat Islam (sintesis fiqih dan ekonomi) tersebut tidak bertentangan (Oni dan Adiwarman, 2016). dengan nash seperti prinsip Sedangkan penelitian studi naskah bagi hasil (akad kitab Hikmat al-Tasyrî’ wa mudhârabah) (Yazid, 2009: Falsafatuhu karangan Imam Ali 101) di antara kedua belah Ahmad al-Jurjawi dalam bentuk pihak akan mendapatkan disertasi belum peneliti temukan. manfaat dari hasil kerja sama Meskipun demikian, peneliti tersebut (Nurhadi: 2018; menemukan sebuah Tesis yang Yusdani, 2017 Jam 20.05 ditulis oleh Sabariah Mahasiswi Wib). Pascasarjana Universitas Islam Dari tiga mashlahah di atas, Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dapat dikatakan bahwa tidak semua lulusan tahun 2011 dengan Judul: mashlahah itu dibenarkan oleh “Kerangka Berpikir Ali Ahmad al- syara’, tetapi ada juga mashlahah Jurjawi Menetapkan hikmat al-Tasyrî’ 152 Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018(147 – 189) pada Kitab Hikmat al-Tasyrî’ Wa Rahasia hukum Islam sering juga Falsafatuh. Dalam tesis tersebut disebut dengan asrâr al-Ahkâm penulis mengupas logika berpikir atau hikmah at-tasyri. Rahasia istinbath hikmat al-Tasyrî’/Syarî’ah hukum Islam terdapat dalam Islam dari kajian epistimologi, segala aspek ajaran Islam yang sedangkan disertasi ini membahas digambarkan dalam al-Daruriyat hikmat al-Tasyrî’ dalam lingkup al-khamsah, yaitu menjaga hikmat al-Tasyri’ sebagai asas agama, menjaga jiwa, menjaga ekonomi dan keuangan akal, menjaga keturunan dan Islam/Syarî`ah dan relevansinya menjaga harta (Achmad, 2015). dengan tipologi keuangan Sedangakan penelitian ini kontemporer. Tesis Sabariah diatas mengemukakan hikmat al-Tasyrî’ sangat memberi inspirasi, kontribusi perspektif Ali Ahmad al-Jurjawi di dan pemikiran serta teori yang dapat kaitkan dengan hikmah sebagai menjadi rujukan awal peneliti untuk asas ekonomi dan keuangan membangun kerangka berpikir dalam bisnis Islam. pendukung. Tesis Muzakkir berjudul b. Internasional Jurnal oleh Zulkifly “Hikmat Muâmalah Perspektif Ali bin Muda, Maqâshid al-Syarî’ah Ahmad al-Jurjawi Dalam Kitab dan Kefatwaan: Pengharmonian Hikmat al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu, Fatwa Demi Kepentingan Insan lulusan tahun 2017, membahas dan Alam, Jabatan Mufti Negeri tentang muâmalah al-Ahwâl al- Terengganu. Dalam artikel ini Syakhshiyah, sedangkan muâmalah disimpulkan bahwa ijtihâd amat Iqtishâdiyah belum dibahas. Inilah diperlukan pada masa kini akibat perbedaan penelitian penulis. munculnya berbagai masalah Aghnam Shofi dalam penelitiannya dan persoalan-persoalan baru yang berjudul: “Puasa Menurut yang tidak ada dalam Nash, dan Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi dalam belum ada pada zaman kitab Hikmat al-Tasyrî’ wa Rasûlullâh. Islam membuka Falsafatuhu”, fakultas usuluddin IAIN ruang untuk berijtihad dan umat Walisongo Seamarang tahun 2004. Islam membutuhkan para ulama Penelitian ini hanya membahas untuk membahas masalah hikmah puasa saja, tentu hal ini tersebut (perkara kontemporer). sangat berbeda dengan penelitian ini Umat Islam bertanggungjawab yang lebih dikaitkan dengan mencari dan berijtihad tentang ekonomi dan transaksinya. Berikut masalah-masalah baru, dengan ini, penulis membahas beberapa merujuk pada kaedah Maqâshid penelitian dan artikel jurnal yang al-Syarî’ah, sehingga para dapat dijadikan teori pembanding Mujtahîd Kontemporer dapat atau pendukung, di antaranya menyelesaikan persoalan adalah: muâmalah pada saat ini (Zulkifly, a. Achmad Musyahid, Hikmat At- 2012). Tasyri Dalam Daruriyyah Al- c. Arif Wibowo, Islamic Finance-04 Hamzah, berisikan tentang Maqâshid al-Syarî’ah: The 153 Sudirman M. Johan, Nurhdi, Akhmad Mujahidin, Ahmad Rofiq, Mawardi Muhammad Saleh; Konsep Hikmat Al-Tasyrî’ sebagai Asas Ekonomi dan Keuangan Bisnis Islam Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866-1961M) dalam Kitab Hikmat Al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu Ultimate Objective of Syaria. fikih. Kaidah fikih yang dominan Dalam artikel ini disebutkan digunakan ialah kaidah yang pentingnya peran Maqâshid menyatakan bahwa asal hukum dalam mengembangkan dan urusan muamalat dibolehkan memberikan kepastian hukum selama tidak ada dalil yang syarî`ah tentang keuangan mengharamkannya. Kaidah yang Islam (Arif, t.th: website online). sangat umum ini, seringkali d. M. Atho Mudzhar, Revitalisasi digunakan tanpa disertai dengan Maqâshid al-Syarî’ah dalam kaidah lain yang lebih khusus, Pengembangan Ekonomi sehingga mengesankan fatwa Syarî`ah di Indonesia (Studi DSN-MUI cenderung permisif Kasus atas Fatwa-fatwa DSN- atau liberal, dan kurang dari MUI Tahun 2000-2006), Dosen sudut argumennya (Wijhat al- Fakultas Syarî`ah dan Hukum Nazâr), meskipun mungkin UIN Jakarta. Tulisan ini menguji masih abash (M. Atho, 2006). konsep Maqâshid al-Syarî’ah e. Sudin Haron, Mekanisme yang direvitalisasi sebagai hujjah Kepatuhan Syarî`ah di Berbagai dalam 53 fatwa Dewan Syarî`ah Negara dalam Karya Islamic Nasional (DSN) Majelis Ulama Banking Rules and Regulations, Indonesia (MUI) yang terbitan Pelanduk Publication dikeluarkan selama periode Selangor 1997. Artikel ini 2000-2006. Inti dari Maqâshid al- menjelaskan konsep mekanisme Syarî’ah adalah Mashlahah, oleh pelaksanaan syarî`ah di karena itu metode pengujiannya berbagai negara Timur Tengah dilakukan dengan mencermati dan ringkasan perbandingan penggunaan kaidah-kaidah fikih fatwa di berbagai Dewan yang terkait dengan mashlahah Pengawas Syarî`ah sejumlah dalam fatwa-fatwa DSN-MUI. Bank Islam di Timur Tengah Studi ini menemukan bahwa (Sudin, 1997). dalam 50 dari 53 fatwa DSN-MUI dicantumkan kaidah fikih sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN dasar pertimbangannya, 1. Pemikiran Ali Ahma Al- sebelumnya telah dilengkapi Jurjawi Tentang Hikmat Al- dengan argumen Nash al-Quran Tasyrî’ dan Hadis, serta Ijma’ dan Qiyas. 1.1. Ta’rif (Pengertian) Terdapat 11 jenis kaidah fikih Hikmat Al-Tasyrî’ yang digunakan, minimal Syariat Islam datang untuk tercantum satu kaidah dan kemashlahatan hamba. Dalam maksimal lima kaidah dalam syariat ada hikmah, rahasia hukum sebuah fatwa. Frekuwensi Islam sering juga disebut dengan penggunaan kaidah fikih secara asrâr al-ahkâm (Nurhadi: 2018; keseluruhan sebanyak 134 kali, Supriyadi, 2010: 15; Depag RI, sehingga setiap fatwa rata-rata ,1997: 550) atau asrâr al-Tasyri atau menggunakan 2 s/d 5 kaidah hikmat al-Tasyri. Asrâr jika ditinjau 154 Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 17, No. 1, Januari – Juni, 2018(147 – 189) dari sebab-sebab hukum yang terkandung dalam surah al- disyariatkan dinamakan asrâr al- Baqarah ayat 269. Ketiga: Hikmah Tasyri atau rahasia pembinaan dengan pengertian kenabian atau hukum dan jika ditinjau dari segi Nubuwwah. Hal ini terdapat dalam materi hukum dinamakan asrâr al- surat an-Nisa’ ayat 54. Dari ahkâm atau rahasia hukum Islam beberapa pengertian hikmah di atas, (Achmad Musyahid, 2015: 223). penulis menyimpulkan bahwa kata Asrâr al-Ahkâm disebut juga dengan hikmah merealisasikan rahasia hukum Islam, ada juga yang kemaslahatan dan menolak menamankan dengan hikmat al- kerusakan dan merupakan tujuan Tasyri’ (Asrâr al-Tasyri’) atau hikmat akhir dari pensyari’atan hukum. al-Syar’i (Asrâr al-Syari’ah). Hikmah Sejalan dengan pemahaman hikmah rahasia hukum Islam bagian tidak dalam ayat al-Quran yaitu menggali terpisahkan dari filsafat hukum Islam rahasia yang terdapat dalam syariat itu sendiri dan asrar al-ahkam Islam (Sabariyah: 78; Abdul Karim, merupakan cabang dari falsafah 2001: 201; Abdul Wahab, 2004: 64- hukum Islam (Nurhadi: 2018; M. 70; Ar-Raisuni, 2017 jam 13.10 Wib; Hasbi, 976: 38-39). Forum Kalimsada: 7-12). Hikmah adalah pengetahuan Perbedaan filsafat dengan mengenai hakikat sesuatu dan hikmah, filsafat adalah langkah pengetahuan mengenai sesuatu untuk mengetahui hakikat segala dalam hakikat itu, baik faedah sesuatu sesuai dengan kemampuan maupun manfaat yang terkandung manusia. Maka puncaknya adalah didalamnya. Pengetahuan tersebut berkata dan berbuat sesuai dengan mendorong pengetahuan manusia apa yang diketahui (al-falsafah tentang hakikat untuk melakukan awwaluha mahabbatu al-‘ulum, wa suatu perbuatan. Hikmah yang awsathuha ma‘rifatu haqa’iqi al- mendorong untuk melakukan suatu mawjudat bi-hasabi at-thaqati l- perbuatan atau sebagai Filsafat insaniyyah wa akhiruha al-qawl wa Praktis (Juhaya, 1989: 3). al-‘amal bi-ma yuwafiqu al-‘ilma)’ Al-Qur’an sendiri (Syamsuddin, 2018.Jam22.00.Wib). menggunakan kata hikmah ini Berbeda dengan hikmah, filsafat sebanyak 20 kali dengan tiga tidak terkandung keharusan adanya pengertian yaitu (Juhaya, 2008: 35): pengetahuan tentang ketuhanan, Pertama: Hikmah dalam pengertian tentang manfaat dan faedah sesuatu al-Istibshâr fi al-umûr yaitu penelitian yang direnungkan atas dasar wahyu terhadap segala sesuatu secara dari Allah. Sedangkan hikmah cermat dan mendalam dengan mengharuskan hal itu semua menggunakan akal dan penalaran. (Supriyadi: 17; Juhaya: 4 dan 6). Hikmah dengan pengertian ini Filsafat hukum Islam sendiri dapat terdapat dalam surat al-Imran ayat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 164. Kedua: Hikmah berarti 1. Falsafah asy-syari’ah, yang memahami rahasia-rahasia hukum mengungkapkan masalah dan maksud-maksudnya. Seperti ibadah, muammalah, jinayah 155 Sudirman M. Johan, Nurhdi, Akhmad Mujahidin, Ahmad Rofiq, Mawardi Muhammad Saleh; Konsep Hikmat Al-Tasyrî’ sebagai Asas Ekonomi dan Keuangan Bisnis Islam Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi (1866-1961M) dalam Kitab Hikmat Al-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu dan ‘uqabah dari materi Syarî’ah al-Islâmi min jihât al-Nash hukum Islam. Falsafah (syarî’ah dilihat dari sumbernya) dan syari’ah mencakup asrar al- as-Syarî’ah min jihât al-Tasassu’ wa ahkam, khasha’ilah al- al-Syumûliyyah (tasyri’ dilihat dari ahkam, mahasin al-ahkam keluasaan pembahasan dan dan thawabi’ al-ahkam. kandungannya). Tipe pertama 2. Falsafah Tasyri’, yaitu filsafat terbatas pada syarî’ah yang dibentuk yang memancarkan hukum pada zaman Nabi Muhammad saw islam, menguatkan dan yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. memeliharanya. Falsafah Sedangkan tasyri’ tipe kedua tasyri’ meliputi ushul al- mencakup Ijtihad Sahabat, Tabi’in ahkam, maqasid al-ahkam dan ulama sesudahnya (Umar dan qawa’id al-ahkam. Sulaiman, 1991: 21). Maka syarî’ah 3. Hikmah at-Tasyri wa tidak terbatas pada pembentukan al- Falsafatuh, yaitu kajian Qur’an dan as-Sunnah saja, akan mendalam dan radikal tetapi syarî’ah juga meliputi tentang prilaku mukallaf pemikiran, gagasan, dan Ijtihâd dalam mengamalkan hukum ulama pada waktu tertentu atau Islam sebagai undang- kurun tertentu (Muhammad Kamil, undang dan jalan kehidupan 1989: 65), perbuatan manusia dan yang lurus (Nurhadi: 2018; hasil pemikirannya disebut dengan Tajul , 2008: 55-56). istilah tasyri’ wad’iy (Saebani: 49; Kata kedua dari hikmat al- Juhaya, 1997; 7; Sabariyah: 80). Tasyri adalah al-Tasyri’ atau syariah Kata Hikmat al-Tasyrî’adalah (H. Mohammad, 2010: 53). Kata gabungan dari kata hikmah dan kata Syara’a (syariah) bentuk mashdar Tasyri’. Setelah dibahas pengertian dari syara’a (tanpa tasydid), masing-masing kata, kata Hikmat al- sedangkan tasyri’ bentuk mashdar Tasyrî’ dapat dipahami sebagai dari syarra’a (bertasydid) (Syah Wali, jawaban dari pertanyaan apa yang 2005: 27). Pengetahuan tentang memotivasi suatu hukum syarî’ah adalah pengetahuan disyari’atkan kepada manusia tentang cara, proses, dasar dan (Ibrahim Basyuni, 1942: 237; Ismail tujuan Allah swt menetapkan hukum Muhammad, 1991: 13). Secara bagi tindak tanduk manusia dalam umum al-Tasyri’ meliputi ketiga kehidupan keagamaan dan aspek syariat yaitu Ibadah, kehidupan keduniaan. Sedangkan Muamalah dan Akhlak (Ibrahim pengetahuan tentang syari’at berarti Basyuni, 1942: 237). Maka Hikmat Pengetahuan tentang hakikat dan al-Tasyrî’ berarti menjawab semua rahasia dari hukum-hukum syara’ pertanyaan tentang memotivasi hal- yang telah ditetapkan oleh Allah swt hal yang berhubungan dengan (Nurhadi: 2018; Ismail Muhammad, Ibadah, Muamalah dan Akhlak yang 1991: 13). diperintahkan kepada manusia. Secara umum syarî’ah dapat Sebenarnya kata hikmah dibedakan menjadi dua yaitu as- menunjukan pengertian tersebut. 156
Description: