ebook img

KH Abdullah Syafi'ie PDF

28 Pages·2016·0.93 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview KH Abdullah Syafi'ie

Zubair Ahmad : K.H. Abdullah Syafi’ie … 315 K.H. Abdullah Syafi’ie: Ulama Produk Lokal Asli Betawi dengan Kiprah Nasional dan Internasional*) Oleh: Zubair**) Abstrak Tulisan ini bermaksud mengungkap kiprah K.H. Abdullah Syafi’ie dalam gerakan dakwah dan pendidikan Islam di Jakarta pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Dalam mengumpulkan data, penulis memanfaatkan dokumen kepustakaan di samping juga menggunakan metode wawancara dan pengamatan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah sosial. Hasil riset menunjukkan bahwa K.H. Abdullah Syafi’ie adalah ulama Betawi yang terdidik di dalam negeri tetapi mampu memberikan kontribusi dakwah dan pendidikan yang bersifat modern. Dalam bidang dakwah, ia memanfaatkan radio siaran untuk menyampaikan ceramahnya sehingga dapat disimak oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Melalui siaran radio, ia juga melibatkan diri dalam propaganda anti Komunis di masa Orde Lama dan anti kebijakan pemerintah DKI Jakarta yang merugikan umat Islam pada masa Orde Baru. Dalam bidang pendidikan, ia mendirikan sekolah modern dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi dengan sistem klasikal. Kata kunci: Dakwah, pendidikan, pesantren, ulama, Betawi. Abstract This paper intends to reveal gait K.H. Abdullah Syafi'ie in missionary movement and Islamic education in Jakarta during the Old Order and New Order. In collecting the data, the authors utilize the document library while also using interviews and observations. The approach used is the approach of social history. The results showed that K.H. Betawi cleric Abdullah Syafi'ie was educated in the country but is able to contribute propaganda and education that is modern. In the field of propaganda, he used radio broadcasts to convey his lecture so that it can be listened to by people in Jakarta and surrounding areas. Through radio broadcasts, he is also involved in anti-Communist propaganda in the Old Order and anti Jakarta government policies that harm the Muslims in the New Order. In education, he founded the modern school from primary school level to college with a classical system. Keywords: Preaching, education, schools, teachers, Betawi. *)Artikel ini pernah disampaikan pada “Seminar Hasil Penelitian Biografi Ulama Nusantara (Betawi dan Banten)” yang diselenggarakan oleh Pusat Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI di Hotel Lord Inn Sirkuit Sentul Bogor, 8-9 Desember 2011. **) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 316 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 A. Pendahuluan juga dipandang memiliki pengaruh Menurut Azyumardi Azra, yang signifikan terhadap pembentukan jaringan ulama Nusantara dan Dunia karakter bangsa, perjuangan Islam tidak hanya di wilayah yang kemerdekaan, perkembangan politik sekarang dikenal dengan Timur lokal, dan pengembangan wacana Tengah, tetapi juga mencakup Afrika, keagamaan di masyarakat. Sedemikian Asia Selatan, dan Asia Tengah. Oleh tingginya peran pengaruh agama bagi karena itu, Azra berargumentasi bahwa masyarakat sekitar, sampai-sampai Islam Indonesia sangat kosmopolitan; kehidupannya memiliki pengaruh terkait dengan dinamika dan terhadap sosial-budaya, sosial- perkembangan Islam di wilayah- ekonomi, sosial-politik, dan wilayah lain Dunia Muslim, sehingga sebagainya. Islam di Indonesia tidak berkembang Tentang pentingnya peran secara terpisah. Sayangnya, biografi ulama dalam pembentukan corak ulama Nusantara secara lengkap masih keagamaan, transmisi keilmuan Islam, sangat langka. Salah seorang pioner perkembangan pendidikan keagamaan penulis buku biografi ulama Nusantra dan lembaga sosial dan dakwah, adalah Sirajuddin Abbas yang menulis tampak dari berbagai buku biografi Ṭabaqāt al-Syāfi’iyyahdan mulai ulama dan tokoh agama yang ditulis muncul semacam ‘kamus biografi dalam beberapa dekade terakhir ini. ulama’ mulai abad ke-17.Genre Untuk sekadar menyebut beberapa di literatur tarajim (biografi) para ulama antaranya adalah: Biografi K.H. Nusantara sangat dibutuhkan. Zarkasyi (pendiri pesantren Kebutuhan itu bukan hanya untuk Darussalam, Gontor), K.H. E. Muttaqin mengetahui biografi ulama tersebut, (Ketua MUI Jawa Barat), K.H. Ahmad tetapi juga untuk merekonstruksi Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), sejarah sosial intelektual Islam.1 Prof. Dr. Hamka (ulama, mufassir, Belakangan ini, kajian tentang budayawan, sejarahwan), Prof. Dr. ulama dan tokoh di Indonesia telah Harun Nasution (pembaharu Islam, diakukan oleh berbagai kalangan Rektor IAIN [UIN] Jakarta), K.H. akademisi dengan pendekatan dan Saifuddin Zuhri (mantan menteri disiplin keilmuan yang beragam. Agama, tokoh NU), dan sederet ulama Secara umum, berbagai kajian dan dan tokoh agama lainnya. Dalam penelitian itu telah membuktikan konteks penulisan biografi ulama dan tingginya peran dan posisi ulama dan tokoh agama Jakarta, antara lain dapat tokoh agama dalam perkembangan disebut buku yang ditulis oleh budaya, dakwah keagamaan, transmisi Rakhmad Zailani Kiki dkk. Genealogi keilmuan-pendidikan keagamaan, Intelektual Ulama Betawi: Melacak perubahan sosial, dan pertumbuhan Jaringan Ulama Betawi dari Abad ke- lembaga-lembaga keagamaan, dan 19 sampai Abad ke-21, (Februari, pembentukan corak pemikiran 2011) dan tulisan Ahmad Fadli HS keagamaan masyarakat sekitar. yang menyusun buku Ulama Betawi: Bahkan, para ulama dan tokoh agama Studi tentang Jaringan Ulama Betawi dan Kontribusinya terhadap 1Azyumardi Azra, “Pengantar” dalam Perkembangan Islam Abad ke-19 dan Rakhmad Zailani Kiki dkk. Genealogi 20 (Mei, 2011). Intelektual Ulama Betawi, (Jakarta: Jakarta Islamic Centre, 2011), h. xiv-xvi. Zubair Ahmad : K.H. Abdullah Syafi’ie … 317 Fenomena penulisan dan ulama Nusantara di jamannya. Selain penerbitan biografi ulama dan tokoh itu, beliau dapat disebut sebagai ulama agama secara nasional ini jelas patut yang berpaham Ahlussunnah disambut gembira. Dengan demikian, Waljama’ah (Nahdlatul Ulama) dalam sisi kehidupan sang tokoh, pemikiran paham keagamaan tetapi berpikiran keagamaan, karya intelektual, dan Muhammadiyah dari segi pelbagai aspek kehidupannya dapat pengembangan dakwah dan pendidikan dikenali dan memiliki jejak yang jelas dalam merespons modernisasi. bagi perjalanan sejarah pemikiran dan Mengungkap kiprahnya dalam keagamaan di Indonesia. Sayangnya, pengembangan dakwah dan pendidikan tidak semua tokoh agama dan ulama Islam menjadi penting. dapat dikenali jejak pemikiran dan pengaruhnya. Celakanya, tidak sedikit B. Sejarah Hidup ulama dengan pengaruh yang besar 1. Setting Sosio-Historis dan bagi pembentukan corak keagamaan Keagamaan masyarakat dan pendidikan Islam – Terdapat beberapa versi karena tidak tersedia tulisan mengenai awal masuknya Islam di tentangnya—yang tidak lagi dikenali Betawi. Pendapat yang umum dan sejarah dan perannya bagi populer adalah apa yang dikutip perkembangan keagamaan. Dalam oleh Abdul Aziz bahwa Islam konteks inilah, perlu disusun biografi masuk di Betawi pada saat ulama dan tokoh agama lokal yang Fatahillah (Fadhillah Khan) dipadang memiliki pengaruh besar bagi menyerbu Sunda Kelapa untuk pembentukan corak pemikiran mengusir pendudukan bangsa keagamaan, memiliki jasa yang tidak Portugis pada tanggal 22 Juni 1527.2 kecil terhadap perkembangan lembaga Menurut catatan Portugis, panglima keagamaan dan institusi pendidikan, tentara Demak yang berhasil memiliki karya intelektual yang patut mengusir mereka dari Kota Bandar dibanggakan dalam bidang keislaman, Kalapa bernama Faletehan pada serta menjadi tokoh panutan bagi tanggal 22 Juni 1527. Ketika itu, pembentukan watak keulamaan di Portugis di bawah pimpinan tingkat lokal dan nasional. Fransisco de Sa. Dalam Carita Salah satu ulama yang lokal Purwaka Caruban Nagari karya yang memiliki peran yang signifikan Pangeran Arya Cirebon (1720M), bagi pengembangan dakwah dan nama pemimpin tentara tersebut pendidikan di Indonesia adalah K.H. adalah Fadhillah atau Fadhillah Abdullah Syafi’ie. Ulama ini Khan. Setelah berhasil direbut, mengalami masa-masa penjajahan Sunda Kelapa diganti namanya Belanda dan Jepang dan tinggal di menjadi Jayakarta.3 Nama Fadhillah pusat pergolakan dan perjuangan ini, menurut Uka Tjandrasasmita, kemerdekaan di Jakarta. Beliau tidak lebih dekat dengan nama Fatahillah, pernah sekolah di Timur Tengah, sehingga yang dimaksud Faletehan bahkan dapat dikatakan tidak pernah dalam berita Portugis adalah keluar dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, 2Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi, , dan Bekasi) untuk belajar, namun h. 41. keulamaannya setara dengan ulama- 3Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: KPG, 2009), h. 152 318 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 Fadhillah Khan. Hal ini sekaligus Condet, dan Dato Biru Rawa mengoreksi pendapat Hoesein Bangke. Djajadiningrat dalam karyanya b. Fase penyebaran Islam lanjutan Critische Bershouwing van den (1522-1650). Pada masa ini Sejarah Banten (Diss. 1913) sampai terdapat tokoh ulama Fatahillah karya “Hari Lahirnya Jayakarta” (Fadhillah Khan), Dato Wan, (1956) yang masih berpendapat Dato Makhtum, Pangeran bahwa Faletehan (berita Portugis) Sugiri Kampung Padri, dan sama dengan Sunan Gunung Jati Kong Ja’mirin Kampung atau Syarif Hidayatullah.4 Marunda. Ridwan Saidi, seorang c. Fase penyebaran Islam lanjutan budayawan Betawi, mengemukakan kedua (1650-1750). Pada fase versi lain, yaitu bahwa Islam datang ini terdapat nama Abdul Mihid ke Betawi berawal dari kedatangan bin Tumenggung Tjakra Jaya Syekh Hasanuddin yang kemudian dan keturunannya yang berbasis dikenal dengan nama Syekh Quro. di Masjid Al-Manshur Syekh Quro adalah seorang ulama Jembatan Lima, keturunan dari yang datang pada tahun 1409 dari Pangeran Kadilangu, Demak, Kamboja. Berawal dari tahun yang berbasis di Masjid al- tersebut, Ridwan Saidi membuat Makmur, Tanah Abang. fase perkembangan Islam dan d. Fase perkembangan Islam sejarah keulamaan Betawi. pertama (1750 sampai awal Sayangnya, Ridwan Saidi tidak abad ke-19). Pada fase ini menyebut nama Fatahillah, Dato muncul nama Habib Husein Wan, dan Dato Makhtom pada fase Alaidrus Luar Batang, dan perkembangan Islam Betawi tahun Syekh Junaid al-Batawi, 1522-1650. Ridwan Saidi juga Pekojan. mengatakan bahwa pada fase e. Fase perkembangan Islam lanjutan antara tahun 1650-1750 kedua (dari abad ke-19 hingga tidak ada rekam jejak ulama Betawi sekarang).6 yang tertulis maupun lisan.5 Adapun Pada fase perkembangan fase-fase tersebut adalah sebagai Islam terakhir ini, Abdullah Syafi’ie berikut: (1910-1985) mengambil peranan. a. Fase awal penyebaran Islam di Abdullah Syafi’ie telah mengalami Betawi dan sekitarnya (1418- pengalaman hidup dan banyak 1527). Ulama yang masuk peristiwa sejarah yang dilaluinya. Ia dalam fase ini adalah Syekh berada di Jakarta ketika masa Quro, Kean Santang, Pangeran penjajahan Belanda (VOC), Jepang, Syarif Lubang Buaya, Pengeran lalu Belanda kembali lagi, masa Papak, Dato Tanjung Kait, kemerdekaan, orde lama, dan orde Kumpi Dato Depok, Dato baru. Ini juga berarti bahwa ia Tonggara, Dato Ibrahim sangat memahami betapa menderitanya hidup di bawah bayang-bayang para penjajah. 4Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, h. 141-142. 5Rakhmad Zailani Kiki dkk. Genealogi 6Rakhmad Zailani Kiki dkk. Genealogi Intelektual Ulama Betawi…”, h. 11-12. Intelektual Ulama Betawi…., h. 12-13. Zubair Ahmad : K.H. Abdullah Syafi’ie … 319 Masyarakat pribumi dalam hal ini mereka dengan menghidupkan orang Betawi, selalu mendapatkan kembali Majelis Islam Indonesia perlakuan diksriminatif dari para pada tanggal 13 Juli 1942 kemudian penjajah. Pada masa VOC saja, majelis ini berubah nama menjadi dapat dilihat bentuk pelapisan dan Majelis Syuro Muslimin Indonesia perbedaan sosial antara orang Eropa (Masyumi) yang kemudian yang mendapatkankehidupan yang senjutnya menjadi partai politik mewah di Jakarta, sementara orang pada tanggal 7 November 1945. pribumi pada umumnya hanya Pada awal kemerdekaan, mendiami rumah bambu dan beratap perjuangan fisik tidak terlalu banyak jerami. Mereka pun hanya bekerja dilakukan lagi, tetapi yang paling sebagai petani, nelayan, serdadu, pokok dan krusial adalah bahkan menjadi babu. menetapkan dasar dan simbol Sebagai bagian dari negara Republik Indonesia yang masyarakat Betawi, Abdullah baru merdeka. Perdebatan mengenai Syafi’ie hidup dalam suasana dasar negara ini menjadi hangat. pengembangan Islam dalam bentuk Masyumi sebagai wadah bagi pengajian pada para guru mengaji ummat Islam dalam menyuarakan atau ulama yang berasalah dari aspirasinya menginginkan Islam keturunan Arab Yaman atau sebagai dasar, sementara kelompok Hadramaut. Tradisi keagamaan ini lainnya yang diwakili oleh PNI diteruskan dan diwariskan dari masa tidak menginginkan Pancasila. ke masa kepada masyarakat Betawi. Karena perdebatan itu, Soekarno Masyarakat Betawi memandang dengan terpaksa membubarkan bahwa para penjajah itu adalah kafir Masyumi dan menganggapnya sehingga segala yang berbau sebagai partai terlarang. penjajah harus dijauhi, termasuk Selanjutnya, Soekarno membentuk bersekolah pada lembaga Demokrasi Terpimpin dengan pendidikan yang didirikan oleh jargon NASAKOM (Nasional, Belanda. Orang Betawi ketika itu Agamis, dan Komunis). Yang pada lebih senang belajar dari satu akhirnya Partai Komunis Indonesia Muallim kepada Muallim yang lain, melakukan percobaan kudeta dari satu guru kepada guru yang melalui Gerakan 30September 1965 lain. dan berhasil menumbangkan rezim Jepang datang memasuki Soekarno yang selanjutnya Batavia tanggal 5 Maret 1942. digantikan oleh Soeharto. Jepang menerapkan ajaran Di masa Orde Baru, “Seikeirei”, yaitu kegiatan masyarakat Islam yang dipimpin membungkukkan badan sebagai oleh para alim ulama bersama-sama penghormatan terhadap matahari. pemerintah bahu membahu Hal ini sangat ditentang oleh ummat memberantas komunisme sampai ke Islam, termasuk Islam di Batavia. akar-akarnya. Setelah berhasil Hal ini yang menyebabkan menumpas komunisme, ummat ditangkapnya Kiai Zainal Musrafa Islam mencoba menyampaikan dan dibunuh. Ummat Islam Baravia aspirasinya kepada pemerintah sangat marah sehingga Jepang Soeharto mengenai kesatuan ummat terpaksa berusaha meraih simpati Islam dalam wadah Masyumi serta 320 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 memberlakukan Piagama Jakarta yang pernah belajar di madrasah ini sebagai dasar negara, tetapi ternyata adalah Dr. Nahrawi Abdussalam al- tidak mendapat respons yang baik. Indunisi. Selanjutnya berdiri pula Yang ada waktu itu adalah Madrasah Unwanul Falah yang marginalisasi politik Islam dengan didirikan oleh Habib Ali al-Habsyi menjadikan satu (fusi) partai-partai (Habib Ali Kwitang) pada tahun Islam menjadi Partai Persatuan 1911. Murid-murid yang dididik di Pembangunan (PPP), partai-partai madrasah ini yang kemudian nasionalis disatukan dalam wadah menjadi ulama terkemuka di Betawi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), adalah K.H. Abdullah Syafii, K.H. dan partai pemerintah dalam Thohir Rahili, K.H. Jayadi Golongan Karya (Golkar). Muhadjir, K.H. Haji Ismailo Selanjutnya, Golkarlah merupakan Pendurenan, K.H. Muhammad motor pembangunan nasional. Naim Cipete, K.H. Fathullah Harun Dari segi sosial budaya, di dan Mu’allim K.H. M. Syafi’i, masyarakat Betawi telah Cepete, K.H. Muhammad Naim, berkembang tiga jenis institusi K.H. Syafi’I Hadzami. Lalu berdiri pendidikan yang dijadikan tempat pula Madrasah al-Ihsaniyah, di untuk mendidik anak-anak mereka, Salemba Tagelan, yang salah satu yaitu pondok pesantren, madrasah, muridnya adalah K.H. Fathullah dan majelis taklim. Harun. Pondok pesantren Majelis Taklim merupakan merupakan institusi pendidikan lembaga pendidikan informal yang tertudi Betawi dibandingkan dengan dikelola oleh masyarakat yang dua institusi yang lain. Pesantren berbasis masjid dan mushala. pertama yang berdiri adalah Pondok Menurut Ridwan Saidi dan Alwi Pesantren Syekh Quro. Sebelum Sahab, majelis taklim binaan Habib kemerdekaan, model pondok Ali Kwitang (Habib Ali al-Habsyi) pesantren di Betawi bersifat salafi. merupakan yang pertama di Betawi Pesantren yang terkenal ketika itu dan mulai melakukan kegiatan pada adalah yang didirikan dandipimpin tanggal 20 April 1870.7 Setelah oleh K.H. Marzuki, Cipinan Muara. Habib Ali Kwitang wafat, Mayoritan warga Betawi majelisnya diteruskan oleh menyekolahkan putra-putrinya di putranya, Habib Muhammad al- pesantren Guru Marzuki, Cipinan Habsyi dan cucunya Habib Muara tersebut.Pada saat ini, model Abdurrahman al-Habsyi. Dari pesantren salafi di Betawi sudah majelis taklim ini, muncul ulama- tidak ada lagi. Yang mampu ulama besar Betawi, seperti K.H. bertahan adalah pesantren salafi non Abdullah Syafi’ie (pendiri pondok, seperti Pesantren al-Ihsan, perguruan Asy-Syafi’iyah) dan K.H. Cakung Barat yang dipimpin oleh Thohir Rohili (pendiri perguruan K.H. Hifdzillah. Islam Ath-Thahiriyah). Madrasah yang pertama kali Majelis taklim ini berperan berdiri di Betawi adalah Madrasah penting dalam melahirkan ulama Jam’iyatul Khair yang didirik oleh Ali dan Idrus yang berasal dari 7Disampaikan oleh Ridwan Saidi dan Alwi keluarga Shahab. Ulama Betawi Sahab pada Seminar Genealogi Intelektual Ulama Betawi, 27 Maret 2007 di JIC. Zubair Ahmad : K.H. Abdullah Syafi’ie … 321 Betawi yang mumpuni di secara tuntas. Kitab-kitab yang bidangnya. Salah seorang ulama diajarkan di majelis taklim yang masuk kategori ini adalah mencakup kajian tasawuf, fikih, Mu’allim K.H. Syafi’i Hadzami hadis, tafsir, ilmu al-Qur’an dan yang sangat ahli di bidang fikih sejarah. Kitab kategori tasawuf mazhab Syafi’i dan memiliki antara lain adalah Syarḥ Hidāyat al- pengaruh yang sangat luas hingga Atqiyā’, Syarḥ al-Ḥikam, Kifāyat al- hari ini. Beliau benar-benar Atqiyā’, Anwār al-Masālik, dan merupakan produk dari majelis Tanbīh al-Mughtarrīn. Kitab taklim yang tidak kurang dari 11 kategori fikih antara lain Sab`ah majelis taklim yang didatanginya Kutub Mufīdah, Fatḥ al-Mu`īn, dalam rangka menuntut ilmu di Bidāyat al-Mujtahid, Mughni al- berbagai bidang ilmu agama. Muhtāj, Minhāj al-Ṭālibīn, al- Setelah menjadi ulama, beliau pun Maḥallī, Fatḥ al-Qarīb, Kifāyat al- mengajar pada tidak kurang dari 30 Akhyār, Fatḥ al-Wahhāb, dan majelis taklim dan telah mencetak Tuḥfat al-Ṭullāb. Kitab kategori beberapa ulama Betawi terkemuka, tafsir antara lain Tafsīr Ibn Kaṡīr, antara lain K.H. Saifuddin Amsir, Tafsīr al-Nasafī, dan Tafsīr K.H. Maulana Kamal, dan K.H. Jalālain. Kategori kitab hadis antara Abdurrahman Nawi. Mereka pun lain Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,Ṣaḥīḥ Muslim, meneruskan kegiatan pendidikan di dan Nail al-Auṭār. Kategori kitab berbagai majelis taklim.8 ulum al-Qur’an adalah al-Itqān fī Menurut K.H. Saifuddin `Ulūm al-Qur’ān. Kategori kitab Amsir, keberhasilan majelis taklim sejarah adalah Tārīkh Muḥammad.10 mencetak ulama Betawi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pendidikan 2. Lahir dan Dibesarkan informal ini tidak dibatasi oleh Putri K. H. Abdullah waktu seperti sistem sks di Syafi'ie,Tutty Alawiyah AS, perguruan tinggi saat ini; kedua, menulis tentang figur ayahnya yang anak didik memiliki kebebasan lahir dari H. Syafi’ie bin H. Sairan waktu dan kesempatan untuk dan Nona binti Sa’ari,seorang menanyakan dan menyelesaikan pengusaha kelahiran Betawi. pelajaran yang tidak dipahaminya Pengusaha grosiran mangga itu kepada guru; dan ketiga, anak didik tinggal di Kampung Balimatraman, langsung dihadapkan kepada kasus- Tebet, Jakarta Selatan. Setiap kasus yang terjadi di masyarakat.9 harinya, H. Syafi’ie bin H. Sairan Sistim pendidikan majelis sang pengusaha mangga itu taklim di Betawi memang berpangkalan di Pasar Manggarai memungkinkan mencetak ulama. dan mendapatkan mangga dari Hal itu dapat dipahami karena setiap Indramayu dan disalurkan grosiran pengajian melakukan kajian ke berbagai pasar di sekitar Jakarta, terhadap kitab-kitab utama yang sementara istrinya, Nona binti jarang dikaji di perguruan tinggi Sa’ari,membuat kecap untuk diperdagangkan (home industri). 8Rakhmad Zailani Kik dkk. Genealogi Intelektual Ulama Betawi…., h. 25. 9Rakhmad Zailani Kiki dkk. Genealogi 10Rakhmad Zailani Kiki dkk. Genealogi Intelektual Ulama Betawi…., h. 26. Intelektual Ulama Betawi…., h. 27-28. 322 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 H. Syafi’ie bersama istrinya dagang ayahnya. Ketika menuntut Nona binti Sa’ari mempunyai tiga ilmu di berbagai tempat, dia telah orang anak. Pada tanggal 10 berdagang barang-barang keperluan Agustus 1910, Abdullah dilahirkan masyarakat berupa kain dan sebagai anak pertama. Abdullah songkok. Bahkan, setelah aktif di memiliki dua saudara, yaitu masyarakat, dia dikenal sebagai Rogayah dan Aminah.Nona binti ulama yang energik. Berbagai Sa’ari meninggal pada usia yang kegiatan yang dilakukan, mulai dari relatif masih muda, sehingga memberikan pengajian di beberapa suaminya H. Syafi’ie menikahi Siti majlis taklim, mendirikan dan Chodijah dari Kampung Celilitan. mengelola pendidikan agama yang Sayangnya, dari pernikahannya kemudian berkembang secara luas, yang kedua itu, H. Syafi’ie tidak namun profesi dagangnya beliau dikaruniai seorang anak hingga lakukan, baik di daerah Jakarta dipanggil menghadap Allah Swt. maupun di luar Jakarta. Tampaknya, berdagang menjadi sumber ekonomi 3. Kehidupan Keluarga keluarga dan penopang dakwahnya. Pada tahun 1928, Abdullah Dari hasil laba perdagangan itulah Syafi’ie menikahi seorang gadis dijadikan modal untuk mendirikan yang bernama Rogayyah binti K.H. dan mengembangkan institusi Ahmad Muchtar. Siti Rogayyah pendidikannya. Namun, yang sangat adalah seorang gadis terpelajar dan perlu mendapat apresisasi generasi pernah berkesempatan menjadi muda Islam, bahwa betapa pun pembaca al-Qur’an di Istana Negara besar bakat dagangnya Abdullah di depan Presiden Soekarno pada Syafi’i tidak lupa terus menuntut tahun 1949. Dari pernikahannya, ilmu pengetahuan agama.11 Abdullah Syafi’ie bersama istrinya memperoleh karunia 5 orang putra, 4. Pengalaman Pendidikan yaitu Muhibbah, Tutty Alawiyah, Abdullah Syafi’ie di waktu Abdul Rasyid, Abdul Hakim, dan kecil sekolah di Sekolah Rakyat Ida Farida. Pada tahun 1951, (SR) di Laan Meni Jatinegara Rogayah meninggal dunia dan selama 2 tahun, namun tidak sampai padatahun 1958, putra pertamanya, tamat. Selebihnya, ayahnya Muhibbah, juga meninggal. Setelah membawanya ke rumah guru-guru beberapa tahun ditinggal Rogayah yang alim, para habib, dan ulama istrinya, beliau menikah dengan terkemuka di Jakarta ketika itu.Di Salamah atas ijin dari keluarga dan antara guru-gurunya adalah putra-putrinya. Dari pernikahan Mu’allim al-Musannif bidang ilmu dengan Salamah, beliau dikarunia nahwu, ustadz Abdul Madjid dan 10 orang anak, yaitu: Mohammad KH. Ahmad Marzuki bidang ilmu Surur, Syarif Abdullah, Mohammad fiqh, dengan KH. Ahmad Marzuki Zaki, Elok Khumaira, Ainul Yaqin, mendalami ilmu tasawuf dan tafsir, Syafi’ie Abdullah, Nufzatul juga belajar berpidato ke Habib Tsaniyah, Muhammad, Thuhfah, dan Laila Sakinah. 11Hasbi Indra, Pesantren dan Transformasi Dulloh, sapaan akrab untuk Sosial: Studi Atas Pemikiran KH. Abdullah Abdullah Syafie, mewarisi bakat Syafi’ie dalam Bidang Pendidikan islam, (Jakarta: Pena Madani, 2003), h. 109. Zubair Ahmad : K.H. Abdullah Syafi’ie … 323 Alwi al-Hadad yang tinggal di kota Bogor. Kemudian, pada tahun 50-an kepada Habib Salim bin Jindan di Jatinegara menekuni bidang hadis. Abdullah kecil diberikan sepeda mahal dan pakaian yang sangat necis dan parlente. Ayahnya membayar guru-gurunya bisa lima sampai sepuluh kali lipat dari pembayaran orang lain. 12Ketika usianya 17 tahun, Abdullah Syafi’ie memperoleh pemberitahuan untuk belajar di langgar partikelir dan setahun sesudahnya (usia 18 tahun) berhasil membujuk ayahnya agar menjual sapi-sapinya karena kandangnya hendak dijadikan sebagai tempat belajar agama bersama dengan teman-temannya. Tempat itulah yang kemudian dijadikan lokasi untuk mendirikan madrasah pertama yang berdiri pada tahun 1928. Pada usia 21 tahun, Abdullah Syafi’ie telah memiliki sertifikat pendidik atau beslit dari rachen scahf sebagai pertanda kelayakan menjadi guru. Di madrasah yang telah didirikan, beliau bersama istrinya Rogayah mengajarkan ilmu- ilmu agama, seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlak, dan ilmu- ilmu lainnya. 12Tutty Alawiyah, “Mengenal Figur KH. Abdullah Syafi’ie Sebuah Catatan Lintas Sejarah” dalam Tutty Alawiyah, Satu Abad KH. Abdullah Syafi’ie (1910-2010): Kepemimpinan dan Keteladanan KH. Abdullah Syafi’ie, (Jakarta: Universitas Islam As-Syafi’iyah, 2010), h. 2. 324 Al-Turāṡ Vol. XXI, No. 2, Juli 2015 Isnad Ulama Betawi pada abad-17 Kepada Ulama Betawi Abad ke-19 Ahmad Al-Qusyasyi Abdul Aziz al-Zamzami (lahir 1661) (lahir 1662) Sulaiman al-Babili Ali al-Habsyi* (lahir 1666) Abdullah Al-Syarkawi Ahmad Zaini* (lahir 1812) Abubakar Syatha al-Dimyati* Abdul Ghani Bima* Umar Bajunaid* Mukhtar Atharid* Umar Sumbawa* Ulama Betawi Abad ke-19 KH.Ahmad Khalid KH. Abdul Mughni KH.Ahmad Marzuki (w. 1946) (lahir 1860) (lahir 1876) KH.Abdul Majid KH.Moh. Mansur KH.Mahmud Romli (lah ir 1887) (lahir 1878) (w. 1959) KH. Thohir R* Guru Yakub* KH. Firdaus* KH. Rahman* Guru Malik* KH. Muhammad* KH. M as’ud* Guru Rahab* KH.A Hamid* Guru Naim* KH.Nur ali* KH. Syafri* KH. T abrani* Guru Najib* KH.Rojiun* KH.Hamim* KH.Zayadi* KH. Syafe’i Hadzami KH. Marsun* KH.Maksum* KH.Muhajirin* KH.Mughni* KH. Abdullah Syafi’ie (lahir 1917) KH. A. Wahab* Guru Ilyas Cikini* Dll. Guru Mael* (lahir 1910) Dll. KH. MS.u Zmenb* er: Abdul ADzll.i z, Islam dan MasyarakatG Bureut Ialywasi K,2a0re0t*2 . K.H. Mursidi* *DTll. ahun lahir atau tahun wafat tidak dapat dilacakD. ll. Dll. Silsilah yang berdasarkan tahun lahir dan atau wafat yang lebih lengkap dapat dilihat pada skema yang dibuat oleh Ahmad Fadli HS. berikut:

Description:
Ridwan Saidi juga mengatakan bahwa pada fase lanjutan antara tahun 1650-1750 tidak ada rekam jejak ulama Betawi yang tertulis maupun lisan. 5.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.