ebook img

kh. abd. rahman pakkanna PDF

12 Pages·2016·0.24 MB·English
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview kh. abd. rahman pakkanna

KH. ABD. RAHMAN PAKKANNA: ULAMA PEMIKIR PRAKTIS DAN PEKERJA PROFESIONAL KH. ABD.RAHMAN PAKKANNA: THE PRACTICAL THINKERS ULAMA AND PROFESSIONAL WORKERS Muhammad As’ad Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar Email: [email protected] Naskah diterima tanggal 3 September 2016. Naskah direvisi tanggal 28 Oktober 2016. Naskah disetujui tanggal 9 November 2016. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap berbagai hal berkaitan dengan kehidupan KH. Abd. Rahman Pakkanna, seorang ulama yang besar jasanya dalam pembinaan masyarakat di Kabupaten Soppeng, terutama masyarakat Ganra. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sejarah. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara, studi dokumen dan pustaka serta observasi. Hasil penelitian ini mengungkap kehidupan dan aktivitas KH. Abd. Rahman Pakkanna sebagai sorang ulama pemikir praktis dan pekerja profesional. Ia seorang anak petani desa dari Soppeng yang berhasil membina pendidikan anak-anaknya sehingga menjadi sarjana, bahkan dua orang S3. Jenjang pendidikan yang diikutinya ialah pesantren dan madrasah pada berbagai tempat yang mengantarnya menjadi ulama. Kegiatannya sebagai guru agama dimulainya sejak menjadi santri pada MAI Sengkang dan berlangsung sampai tua. Statusnya sebagai PNS hanya sebagai penunjang aktivitasnya di bidang pendidikan. Selain sebagai guru ia juga sebagai tukang jahit yang terampil dan sebagai petani profesional. Jasanya sangat besar dalam pembinaan dan pendidikan masyarakat Ganra melalui Perguruan Islam Ganra dan masjid Ganra, sebagai tulang punggung pembangunan pisiknya dan sebagai pengajar pada keduanya. Berbagai sifat terpuji menjadi bahagian hidupnya, antara lain: sangat hormat kepada gurunya, toleran dalam masalah khilafiyah, pekerja keras dan profesional, percaya diri dan berusaha tidak bergantung pada orang lain. Ia termasuk ulama Fiqhi yang dalam pengetahuan agamanya, menjadi rujukan masyarakatnya, bukan hanya dalam masalah keagamaan, sebagai tempat bertanya dan panutan, tetapi juga dalam masalah sosial dan ekonomi masyarakat. Keikhlasannya diakui oleh masyarakat sehingga sangat percaya padanya. Modal sosial berupa keikhlasan, amanah, dan keterampilan yang dimilikinya sangat membantu pembangunan pisik, baik pada Perguruan Islam Ganra maupun pada Masjid Taqwa Ganra yang dipercayakan padanya dalam waktu yang lama. Kata Kunci: ulama, biografi, KH. Abd. Rahman Pakkanna, Ganra. Abstrack This study aims to reveal various matters relating to the life of KH. Abd. Rahman Pakkanna, a cleric of great merit in the development of society in Soppeng, especially the Ganra. This research is a qualitative descriptive approach to history. Data collection techniques used were interviews, documents and literature study and observation. The results of this study reveal the life and activity of KH. Abd. Rahman Pakkanna as a practical thinker clerical and professional workers. He was a farm boy from the village of Soppeng successfully foster their children’s education so as to graduate, even two doctorates. Qualification which is attended Islamic school on the places that drove him into clerics. Activities as religious teachers to be students at commencement since MAI Sengkang and lasts until old age.Civil service status only as a support activity in the field of education. Aside from being a teacher he is also a skilled seamstress and as a professional farmer. Services is very large in coaching and education community through the Islamic education of Ganra and mosques Ganra, as the backbone of the physical development and as an instructor at both. Various good character being part of his life, among others: very respectful to his teacher, tolerant in matters khilafiyah, hardworking and professional, confident and trying not to depend on others. He included clerics Fiqhi deep religious knowledge, became the reference society, not only in religious matters, as a place to ask and role models, but also in the social and economic problems. Sincerity is recognized by the public so strongly trust KH. Abd. Rahman Pakkanna: Ulama Pemikir Praktis dan Pekerja Profesional - Muhammad As’ad | 281 him. The social capital of sincerity, trust, and the skills they have very helpful in building physical, either on the Islamic education of Ganra and at Masjid Taqwa Ganra entrusted to him in a long time. Keywords: ulemas, biography,KH. Abd Rahman Pakkanna, Ganra PENDAHULUAN Alquran Raghib Al-Ashfahani mendefenisikannya sebagai sebuah pengetahuan yang memiliki Ulama sebagai pemimpin umat Islam suatu hakikat (tth: 127). Terminologi Ulama itu telah banyak mendapat perhatian oleh sendiri berasal dari akar kata   ملعي ,ملع yang dapat para pakar dan peneliti dalam kajian- diinterpretasikan sebagai seorang yang mengetahui, kajiannya berkaitan dengan kepemimpinan Islam. sementara dari segi etimologi, ulama adalah bentuk Mereka mengakui pentingnya peran dan posisi jamak dari kata alim ملاع. Alim adalah isim fail dari yang dimainkan oleh para ulamadalam kehidupan kata dasar  ملع (ilmu). Jadi ملاع alim adalah orang masyarakatnya sebagai tokoh yang berpengaruh. yang berilmu. Sementara itu, ءاملعulama dapat Ulama memainkan peran sebagai tokoh sentral dipahami sebagai orang yang berilmu (Al-Husain, dalam masyarakatnya, yang diharapkan menjadi t.th: 88). Kata alim juga bermakna sebagai pengaruh rujukan masyarakat dalam pelbagai persoalan dan atau kemuliaan yang dimiliki orang tertentu ummat, sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh yang tidak dimiliki oleh orang lain kebanyakan, ulama harus selalu sejalan dengan perbuatannya. sehingga hal tersebut dapat dipahami dengan Dengan demikian, tidaklah berlebihan kiranya mengasosiasikannya sebagai seseorang yang dapat ketika Cliffort Geertz memposisikan ulama sebagai memadukan pengetahuan dan pengalamannya di agen budaya (cultural brokers). Ulama adalah saat bersamaan (Ibn Manzur al-Afriqi, t.th: 416). penghubung yang paling objektif antara lokalitas Pengakuan masyarakat terhadap ketokohan masyarakat dengan dunia luar, dengan berperan untuk ulama sebagai panutan karena sistem pendidikan memberikan pemahaman melalui pembacaannya yang diberikan kepada masyarakat menyentuh yang menyeluruh terhadap segala persoalan kepada hal yang sangat esensial dalam hidup manusia, masyarakat agar tidak tersesat (Turmudi. 2004: 2 yaitu manusia sebagai hamba Allah dan sebagai dan Ahmad, 2009: 1-2), hal ini dipertegas kembali khalifahnya di bumi. Kedua fungsi ini dapat berjalan oleh Horikoshi yang menilai bahwa seorang ulama dengan baik jika iman sebagai fondasi tertanam haruslah mampu menggerakkan masyarakat dan dengan baik. Iman yang baik akan memunculkan mengarahkannya kepada kebenaran dan kebaikan, akhlak atau moralitas yang tinggi yang dapat dalam pengertian sebagai pemimpin ummat, yang dijadikan panutan. Akhlak atau moralitas inilah tidak sekadar berfungsi sebagai perantara-agen yang terpancar dari diri seorang ulama. budaya (1987: 241). Akhlak atau moral yang terpanacar itu Ketokohan ulama terkait dengan fungsinya mengandung keteladanan yang senantiasa relevan sebagai wasatul anbiya, penerus misi kenabian. dengan kehidupan masyarakat sehingga menjadi Sebagai pewaris nabi, merekalah yang harus pendidikan berharga. Para ulama sarat dengan bersungguh-sungguh memahami hakekat ajaran pandangan dan pemikiran yang diperlukan Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad masyarakat dalam penghadapi kehidupan yang saw. Mereka pulalah yang paling mantap dalam senantiasa mengalami perubahan. Jika ulama hal-hal memberi makna, menetapkan arah dan diidentikkan dengan tokoh tradisional bukan menggariskan langkah-langhkah perjuangan berarti pandangan dan pemikirannya yang jumud untuk menegakkan Islam, baik dalam upaya tetapi banyak dia membina masyarakat tradisional pelestarian maupun pengmalannya untuk mencapai dalam menghadapi perubahan. kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan Pengungkapan kembali biografi ulama sangat di akherat (Abdullah ed, 1983: 18). Kata alim dan penting, selain sebagai tanda terima kasih dan derivasinya diapresiasi/disebutkan dalam Alquran penghargaan atas jasa-jasa dan pengabdiannya, sebanyak 823 kali, bersamaan dengan beberapa juga memperkaya khazanah budaya dan keagamaan ungkapan yang mempunyai kesesuaian makna antara sebagai salah satu media komunikasi berkelanjutan lain al-aql, al-‘itibar, al-fikr, al-basyar, al-tadabbur, dengannya dan merupakan salah satu bentuk al-nazhr, dan al-dzikr. Kata ملاع alim yang sekaligus pendidikan masyarakat untuk menjadikannya merupakan akar kata dari ulama oleh pakar ahli patron moral dan etika dalam kehidupan 282 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016 dalam berbagai dimensi, termasuk di dalamnya (Ruslan dan Waspada Santing. 2007). Dalam penyusunan biografinya merupakan bagian dari penulisan biografi ini, dilibatkan beberapa penulis, khazanah keagamaan yang mendapatkan perhatian dan berhasil mengungkap biografi 14 orang ulama dari Balai Litbang Agama Makassar. yang dikenal di Sulawesi Selatan, bahkan sudah ada Berlandaskan pertimbangan tersebut yang dikenal di tingkat nasional, seperti AG. H. Balai Litbang Agama Makassar telah melakukan Muhammad As’ad dan AG. H. Ambo Dalle, yang pengkajian tentang ulama. Pada tahun 2011 keduanya sudah tercantum dalam buku Ensiklopedi dilakukan penelitian Biografi Ulama Lokal dan Karya Ulama Nusantara, seperti telah dikemukakan. Tulisnya di Kawasan Timur Indonesia. Penelitian Abd. Kadir Ahmad dalam disertasinya yang ini dan menampilkan 10 orang ulama. Penelitian kemudian dipublikasikan dengan judul Ulama Bugis ini, mengungkap biografi 10 orang ulama sasaran menyoroti juga ulama sebagai figur penting dalam dan menginventarisir hasil karya tulis mereka. Pada masyarakat. Yang mendapat sorotan dalam tulisan tahun 2012 dilakukan lagi penelitian Biografi Ulama ini adalah pandangan masyarakat Bugis tentang Perempuan di KTI dengan menampilkan 8 orang ulama, pandangan keagamaan ulama, peran ulama ulama (perempuan) yang masih hidup. Penelitian dalam dinamika sosial, dan pola hubungan ulama ini menemukan bahwa kiprah ulama perempuan dan masyarakat. Secara singkat dikemukakan profil tidak jauh beda dengan para ulama (laki-laki). AG.H.Daud Ismail dan 12 ulama lainnya (Ahmad, Pada tahun 2013 dilanjutkan dengan penelitian 2009). Biografi Tokoh Agama di KTI dengan mengangkat AG. H. Daud Ismail seorang ulama dari 10 orang ulama. Penelitian ini menemukan jasa- Soppeng dikupas pula dalam Buah Pena Sang jasa mereka yang nyata dalam membimbing dan Ulama, bersama ulama-ulama lainnya, yaitu membina masyarakatnya. Berbagai peran dan Annangguru Muhammad Shaleh (Mandar), aktivitas keagamaan dan kemasyarakatan terungkap KH.Hamzah Manguluang (Wajo), KH.Muhammad selaku tokoh agama. Meskipun demikian, jumlah Abduh Pabbajah (Pare-Pare), Ust.Abdullah Said ulama yang sudah terungkap biografinya dalam (Balikpapan), dan KH.Dja’far Sabran (Samarinda) penelitian tersebut ditambah dengan kajian- (As’ad dkk, 2011). kajian yang telah dilakukan oleh pihak lain, baik Karena banyaknya ulama yang telah berjasa perorangan maupun kelembagaan, masih sangat dalam mendidik dan membina masyarakat Islam, terbatas dibanding dengan jumlah ulama yang maka ulama yang diungkap dalam berbagai tulisan telah berjasa dalam membimbing masyarakat dan belum menjangkau semua ulama. Pada sisi lain membina kehidupan mereka di Kawasan Timur banyak ulama yang telah disinggung dalam tulisan Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersebut, yang ada tetapi yang terungkap masih terbatas. pada tahun 2015 Bidang Lektur dan Khazanah Berkaitan dengan itu penulisan biografi ulama yang Keagamaan Balai Litbang Agama Makassar merasa terjangkau oleh para penulis masih relevan, seperti perlu melanjutkan penelitian tentang biografi ulama KH. Abd. Rahman Pakkanna. untuk lebih memperkaya khazanah keagamaan Ruang lingkup penelitian ini mengacu pada sebagai bagian dari pembinaan kehidupan judul yaitu Biografi KH. Abd. Rahman Pakkanna. beragama masyarakat. Salah satu ulama yang belum Biografi dapat diartikan tulisan tentang kehidupan dikemukakan biografinya adalah KH. Abd. Rahman seseorang dan dapat juga dikatakan sebagai sebuah Pakkanna. Berdasarkan pada latar belakang di kisah riwayat hidup seseorang. Biografi berisi atas, permasalahan pokok dalam penelitian ini fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran adalah Bagaimana Kehidupan dan Peran KH. Abd. pentingnya dalam masyarakat serta informasi- Rahman Pakkanna dalam Kehidupan Masyarakat informasi lainnya. Realitas hidup ini dikemukakan di Kabupaten Soppeng?. secara singkat atau dikisahkan lebih mendetail dengan gaya bercerita yang baik. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Banyak kajian telah dilakukan oleh berbagai ulama adalah seseorang yang telah mendapatkan pihak berkaitan dengan ulama dengan metode pengakuan masyarakatnya karena mempunyai dan sudut pandang masing-masing. Majelis Ulama pengetahuan yang luas terhadap Islam (mattasi Sulawesi Selatan memprakarsai penulisan Biografi paddisengenna) dan atau dalamnnya pemahaman Ulama Sulawesi Selatan dengan judul Ulama agamanya (malamung pahanna) yang diabdikan Sulawesi Selatan, Biografi Pendidikan dan Dakwah dalam masyarakat. Pengakuan tersebut didasarkan KH. Abd. Rahman Pakkanna: Ulama Pemikir Praktis dan Pekerja Profesional - Muhammad As’ad | 283 pada kemuliaan akhlaknya dan ketinggian moralnya PEMBAHASAN yang tercermin dalam aktivitas serta pengabdian Kabupaten Soppeng adalah salah satu sosial dan keagamaan mereka dalam membina dan kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang secara membimbing masyarat. geografis berada di tengah daratan, tidak memiliki pantai. Kabupaten ini diapit oleh 4 kabupaten METODE PENELITIAN lainnya, yaitu: Kabupaten Sidrap, Kabupaten Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Wajo, Kabupaten Bone dan Kabupaten Barru. kualitatif dengan menggunakan pendekatan sejarah Wilayah Kabupaten Soppeng yang luasnya hanya sebagai salah satu acuan dalam penelusuran biografi 1.500 km2dan terbagi secara tidak merata pada 8 tokoh (Syamsuddin, 2007: 89). Penelitian dilakukan kecamatan dihuni oleh penduduk (2014) berjumlah di Kabupaten Soppeng dan sasarannya ialah KH. 225.512 jiwa terdiri atas laki-laki 106.111 jiwa (47,05 Abd. Rahman Pakkanna. Data yang dikumpulkan %) dan perempuan sebanyak 119.401 jiwa (52,95%). dalam penelitian ini meliputi: latar belakang Penduduk tersebut tersebar secara tidak merata keluarga, riwayat pendidikannya (formal dan pada 8 kecamatan (BPS Kabupaten Soppeng 2015). nonformal), dan pekerjaan atau kegiatan sehari- Kabupaten Soppeng pada masa dahulu hari; aktivitas sosial dan keagamaannya; perannya merupakan wilayah Kerajaan Soppeng, salah satu dalam pendidikan masyarakat; sikap dan pandangan kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan. Kerajaan Bugis hidunya; serta hasil karyanya yang diwariskan pada lainnya yang dikenal antara lain: Kerajaan Luwu, masyarakatnya. Sebagai pendukung penelitian ini, Kerajaan Bone, Kerajaan Wajo, dan Kerajaan sekilas kondisi kehidupan keagamaan masyarakat bersaudara Sidenreng dan Rappang. Kerajaan Bone, pada lokasi ulama pernah berkiprah. Sumber data Kerajaan Soppeng, dan Kerajaan Wajo dikenal adalah para informan yang memiliki kedekatan dengan Tellumpoccoe. Ketiga kerajaan Bugis ini dengan KH. Abd. Rahman Pakkanna, seperti diislamkan oleh Kerajaan Gowa, kerajaan orang hubungan keluarga, hubungan pertetanggaan, Makassar di Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa hubungan guru-murid, dan hubungan pekerjaan. melancarkan sejumlah perang untuk memaksa Juga berbagai pihak lain berkaitan dengan penelitian beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan agar menerima ini, seperti instansi/pejabat pemerintah, organisasi Islam.Berturut-turut diislamkan Kerajaan Soppeng keagamaan, lembaga atau kelompok masyarakat (1609), Kerajaan Wajo (1610), dan Keraajaan Bone lainnya. Selain itu, juga dokumen dan kepustakaan (1611) (Mappangara dan Irwan Abbas. 2003: 90- yang relevan dengan penelitian, baik berupa tulisan 91). Sejak Islam diterima sebagai agama resmi maupun rekaman. di Kerajaan Soppeng, Islam menjadi bahagian Teknik pengumpulan data yang digunakan, hidup dari masyarakat. Dalam lontara orang Bugis yaitu: Wawancara dengan informan yang relevan dikemukakan antara lain: “eppami uangenna yakni keluarga atau kerabat ulama bersangkutan, padecengie tana. Iami nagenne limampuangeng orang-orang yang memiliki kedekatan dengannya, narapi’ mani asellengeng, naripattamatona sara’e, tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat lainnya; seuani ade’e, maduanna rapangnge, matellunna Studi pustaka dan dokumen yang berkaitan wari’e. maeppana bicarae, malimanna sara’e” (empat dengan penelitian. Observasi juga dilakukan dalam macam saja yang memperbaiki Negara, barulah membaca lingkungan masyarakat sekitar ulama dicukupkan lima macamnya ketika sampai pada yang diteliti, terutama kehidupan keagamaannya keislaman dan dimasukkan sara’ , pertama ade, untuk mendapatkan data penunjang. Sebagai ciri kedua rapang, ketiga wari’, keempat bicara, kelima penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah sara’ (Mattulada dalam Taufiq Abdullah (ed). 1983: peneliti sendiri, maka pengolahan data dilakukan 232-233). berbarengan dengan pengumpulan data. Kritik Dimasukkannya sara’ (syariat Islam) sumber, baik eksternal maupun internal terhadap sebagai salah satu unsur tatanan masyarakat dan data yang terkumpul (evidensi) dilakukan pada pemerintahan (pangngadereng), agama atau syariat pengolahan ini. Selanjutnya, data dikategorikan Islam menjadi bagian integratif dalam kehidupan berdasarkan jenis tertentu, kemudian disusun masyarakat. Perpaduan antara unsur adat dan unsur dalam suatu pola atau sistimatika. Analisis data Islam (sinkritisme) sangat erat dan menimbulkan yang dipergunakan sesuai dengan jenis data yaitu suatu corak tersendiri, sehingga bagi masyarakat deskriptif kualitatif dalam bentuk narasi. umum sulit membedakan secara jelas kedua unsur 284 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016 itu. Perpaduan ini terutama terlihat pada upacara- pasangan tersebut yang diberi nama La Damang. upacara sosial keagamaan. Hal ini dikarenakan Nama ini telah dipergunakan lebih dahulu oleh oleh sekurang-kurangnya dua hal yaitu: pertama, seorang kali (qadhi) dari Ganra dengan panggilan penyebaran Islam memakai pendekatan atas-bawah Kali Damang. Besar dugaan kedua orang tua sang atau pendekatan formal; dan kedua corak keagamaan bayi yang baru lahir ini memberi nama tersebut yang dikembangkan adalah bersifat akomodatif. dengan harapan nantinya tumbuh dewasa menjadi Corak keagamaan demikian ini sisa-sisanya masih tokoh agama. terlihat sampai saat ini, terutama pada pelaksanaan La Damang adalah anak ketiga dari enam upacara siklus hidup, seperti pada kelahiran bersaudara, tiga laki-laki dan tiga perempuan. (mappanololo), perkawinan (mappabbotting) dan Kakak pertamanya bernama H. Muhammad kematian (mattampung). Pakkanna dan kakak keduanya diberi nama I Muna. Sejak abad ke-17 Islam menjadi anutan Adik pertamanya Hj. Hawa, adik keduanya Ahmad masyarakat Soppeng dan berlangsung sampai (meninggal waktu masih anak-anak), dan adik sekarang. Meskipun ada di antara orang Bugis ketiganya bernama Ni’mah. Soppeng yang menganut agama lain, namun Pada tahun 1949, tepatnya pada hari Senin, jumlahnya sangat sedikit. Secara umum di tanggal 20 Juni, ketika berumur 22 tahun, H. Abd. Kabupaten Soppeng, tokoh agama yang terlibat Rahman Pakkanna mempersunting dara manis dari dalam pelayanan keagamaan, khususnya dakwah keluarga dekatnya bernama St. Rafiah yang usianya dan penerangan agama cukup banyak dan bervariasi. masih sangat muda, memasuki 13 tahun. Gadis ini Bagi umat Islam, tokoh agama dapat dikelompokkan dilahirkan di Ganra pada tahun 1937 dari pasangan pada 4 kategori, yaitu: ulama, muballig, khatib, La Betta bin La Mattinawang dengan Hj. Hatena dan penyuluh agama Islam. Tokoh agama yang binti La Masse. H. Abd. Rahman Pakkanna adalah berpredikat ulama (kiyai atau gurutta) ialah tokoh paman dari St. Rafiah dari pihak ibunya, yaitu I agama yang sudah mendapat legitimasi oleh Becce yang bersaudara dengan I Fatimang, ibu dari masyarakat karena keluasan pengetahuan agamanya La Betta. dan atau kedalaman pemahaman keagamaannya, St.Rafiah adalah putri bungsu dari pasangan dan dedikasinya terhadap pelayanan agama, La Betta dan Hj. Hatena, meskipun sebenarnya ia terutama keikhlasannya. pernah memiliki seorang adik, tetapi bayi itu lahir Sebagaimana pada daerah-daerah lainnya setelah ia menikah, bahkan sudah melahirkan dan di Sulawesi Selatan, masyarakat Soppeng masih ia meninggal saat berusia 4 bulan. Kakak tertuanya memelihara berbagai upacara tradisional yang bernama Hj. Suherah (Aji Suhe) dan kakak keduanya diwarisi secara turun temurun. Upacara-upacara bernama KH. Abd. Muin. ini diwarnai dengan nuansa Islam, sehingga terjadi Dari perkawinan KH. Abd. Rahman Pakkanna perpaduan antara dua unsur, yaitu unsur tradisi dan dengan Hj. Rafiah lahir 7 orang anak yang semuanya unsur Islam. Sangat sulit membedakan antara kedua masih hidup sampai sekarang. Semuanya laki-laki unsur itu, sehingga bagi orang awam terkadang kecuali satu orang, yaitu anak kedua. Ketujuh putra- menganggap semuanya sebagai unsur agama. putri tersebut sudah menikah dan menghasilkan Upacara-upacara yang masih dilestarikan oleh putra putri kecuali Dr. H. Rusydi Rahman. Secara masyarakat berkaitan dengan siklus hidup, dengan berturut-turut ketujuh anak itu ialah: Prof. Dr. H. mata pencaharian, dan dengan peristiwa penting. Di Jalaluddin Rahman; Hj. Nurul Huda; Ir. Mukhtar samping upacara-upacara tradisional keagamaan, Rahman; Dr. H. Rusydi Rahman, M.Si; Muh. As’ad masyarakat Islam di Soppeng juga memelihara Rahman, S.Ag; Mujibur Rahman, S.TP., M.Si; dan upacara atau perayaan keagamaan, yaitu: kedua Taqiyuddin, ST. hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, maulid Nabi Memperhatikan nama-nama putra-putri Muhammad saw dan Isra-Mi’raj. tersebut, terlihat jelas bahwa KH. Abd. Rahman Pakkanna berhasil mendidik mereka dengan baik. Biografi Singkat KH. Abd. Rahman Pakkana Semuanya serjana kecuali satu-satunya putrinya, Kehidupan Pribadi dan Keluarga yaitu Hj. Nurul Huda. Hal ini terjadi bukan karena Pada tahun 1927 di Ganra-Soppeng lahir sikap diskriminaif terhadapnya dalam masalah seorang anak laki-laki dari pasangan suami isteri pendidikan, tetapi karena putrinya tersebut petani, H. Pakkanna bin La Nusu (Kamo Nusu) dan mendapatkan jodoh lebih cepat. Meskipun putrinya I Becce. Bayi mungil ini merupakan anak ketiga dari tersebut bukan keluaran akademik tetapi ia berhasil KH. Abd. Rahman Pakkanna: Ulama Pemikir Praktis dan Pekerja Profesional - Muhammad As’ad | 285 melahirkan sarjana, yaitu tiga dari empat anaknya itu menyulitkan untuk pergi pulang sehingga semuanya sarjana, hanya yang bungsu belum masyarakat Ganra mengharapkan agar muballig sarjana. Anaknya yang tertua sudah S3 dan yang muda yang masih bujangan ini tinggal di Ganra dua lainnya sudah S2. Keberhasilan-keberhasilan untuk melakukan misi dakwah yang diembannya. ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuannya Keinginan masyarakat ini disambut baik oleh serta do’a isterinya Hj. Rafi’ah. Ustaz Yusuf Usman sehingga masyarakat Ganra berterima kasih kepadanya. Tanda terima kasih Riwayat Pendidikan dan Pekerjaan yang tinggi diwujudkan dengan nyata oleh seorang H. Pakkanna sebagai seorang muslim warga Ganra bernama I Becce, ibu dari La Damang yang baik menyadari tanggung jawabnya dalam dengan menawarkan kepada Ustaz Yusuf agar pendidikan agama anak-anaknya. Pada saat La bersedia tinggal di rumahnya. Harapan seorang Damang mencapai usia 7 tahun (1934 M), karena sosok perempuan yang cinta dan hormat kepada ia sendiri tidak dapat mengajar langsung anaknya orang yang berkemampuan di bidang ilmu agama membaca Alquran, maka anaknya dipercayakan ini tersambut dengan baik. Ustaz Yusuf bersedia kepada H.Syamsuddin (H. Laodding) untuk tinggal di rumah I Becce selama berada di Ganra. mengajarnya membaca Alquran. Penghargaan yang tinggi kepada orang yang La Damang adalah murid yang sangat rajin mempunyai ilmu agama (ustaz) diperlihatkan dan pemberani. Ia berangkat mengaji ke rumah oleh I Becce dengan memberi pelayanan penuh gurunya pada subuh hari ketika suasana masih penghormatan, terutama tergambar setiap sepi dan gelap. Keinginanya yang keras untuk menyiapkan hidangan makan, baik menu belajar mengaji mengalahkan rasa takut yang sering makanannya maupun cara menghidangkannya. menyelimuti seorang anak seusianya. Bahkan sering Keberadaan guru agama, yang saat itu masih dialah sendiri yang membuka pintu rumah gurunya. langka, di rumah La Damang dimanfaatkan dengan H. La Odding sebagai seorang guru mengaji yang baik dengan berguru padanya. Bacaan Alqurannya memiliki keikhlasan yang tinggi, dengan senang diperlancar ditambah dengan pelajaran agama hati melayani keinginan keras muridnya yang lainnya. Yang tidak kurang pentingnya dalam bernama La Damang untuk belajar. Setelah selesai pendidikan agama bagi Abd. Rahman Pakkanna melaksanakan shalat Subuh, ia mengajar mengaji ialah diperkenangkannya ikut serta pada gurunya atau membaca Alquran kepada muridnya yang satu bila pergi berdakwah. ini. Keadaan demikian ini berlangsung sekitar satu Kenangan yang tak terlupakan bagi La tahun, hingga La Damang berhasil tamat mengaji Damang kepada gurunya Yusuf Usman adalah Alquran (temme mangaji) pada tahun 1934. usaha penggantian namanya dengan nama yang Pendidikan formal diikuti oleh La Damang bernuansa islami yaitu Abd. Rahman Pakkanna. ketika berumur 10 tahun (1937). Ia belajar pada Agar nama yang baru ini melekat pada diri La Sekolah Rakyat (SR) Paommalimpoe. Kesediaan Damang maka Ustaz Yusuf mempergunakan nama mengikuti pendidikan pada sekolah ini lagi-lagi baru ini bila memanggil namanya. Sejak saat ini, memperlihatkan bahwa La Damang adalah anak kedua nama ini melekat padanya secara bersamaan, rajin dan pantang menyerah. Mengapa tidak, tergantung konteks pemakaiannya. Abd. Rahman SR Paommalimpoe ini berada pada kampung Pakkanna dipakai dalam konteks formal dan La Paommalimpoe di sebelah timur kampung Damang dalam konteks keluarga dan masyarakat. Ganra yang jaraknya sekitar 1,5 dari rumahnya. Aktivitas pendidikan agama yang dilakukan Pembelajaran di sekolah ini hanya diikuti selama 2 oleh Ustaz Yusuf Usman terlihat setelah kawin tahun, bukan karena tidak sanggup melanjutkannya, dengan gadis Ganra bernama I Tawang, sepupu jalan kaki pergi pulang setiap hari sekolah, tetapi ia Abd. Rahman Pakkanna. Pada awalnya Ustaz lebih tertarik belajar ilmu agama pada ustaz Yusuf Yusuf memberikan pendidikan agama secara privat Usman, seorang anak muda yang energik yang kepada Abd. RahmanPakkanna, namun aktivitas cukup mumpuni dalam dakwah dan pendidikan ini menarik perhatian masyarakat sehingga banyak Islam. anak-anak lainnya yang ikut serta sehingga pengajian Pada mulanya Ustaz Yusuf Usman yang dilakukan di masjid Ganra (tempatnya bukan pada bertempat tinggal di Lompulle, sekitar 10 km dari masjid sekarang). Pengajian ini merupakan cikal Ganra datang ke Ganra sebagi da’i muda terutama bakal berdirinya MAI Ganra yang selanjutnya pada bulan suci Ramadhan. Jarak demikian saat berkembang menjadi Perguruan Islam Ganra. 286 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016 MAI Ganra secara resmi didirikan pada berupa Syahadat al Irtiqa’). Namun kehendak Allah bulan Agustus 1940 dan berlokasi di masjid Ganra. tidak selamanya sesuai dengan keinginan manusia, Berdirinya madrasah ini atas prakarsa para tokoh pada tahun 1948, H. Abd. Rahman Pakkanna masyarakat, dan yang utama ialah: Andi Hasan harus kembali ke tanah air karena ibundanya sakit (Sulewatang Ganra), H. Ahmad Adam (Imam selalu mengingat anaknya yang ada di Mekah (Hj. Ganra), dan Muh. Aras (tokoh masyarakat). Rafiah,wawancara di Ganra, 4/10/2015). Berdirinya madrasah ini tidak menyebabkan Pada tahun ini juga, tahun 1948 H. Abd. berhentinya pengajian wetonan, tetapi keduanya Rahman Pakkanna melanjutkan pendidikannya berjalan beriringan. Muh. Yusuf Usman tanpa di tingkat Tsanawiyah pada Madrasah Arabiyah pamrih mencurahkan tenaganya semaksimal Islamiyah (MAI) Sengkang yang didirikan dan mungkin untuk memberikan pengajaran agama dipimpin oleh ulama besar AGH. Muhammad As’ad pada masyarakat Ganra. Pada pagi hari mengajar (Gurutta Sade). Hanya dalam tempo dua tahun, H. murid-muridnya di madrasah dan pada malam hari Abd. Rahman Pakkanna berhasil menyelesaikan memberikan pengajian wetonan. Semula MAI Ganra pendidikannya dan memperoleh ijazah tingkat terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat Awaliyah (1 Tsanawiyah pada tahun 1950. tahun) dan tingkat Tahdhiriyah (direncanakan 3 MAI Sengkang yang didirikan pada tahun 1930 tahun). Kondisi politik pada masa Pemerintahan dan kemudian berubah menjadi Pesantren As’adiyah Jepang tidak kondusif sehingga MAI Ganra berhenti Sengkang telah berhasil menelurkan banyak sama sekali dari kegiatan pembelajaran pada ulama yang berperanan dalam pengembangan penghujung tahun 1943 tanpa berhasil menamatkan pendidikan Islam di Sulawesi Selatan dan dalam murid pada tingkat Tahdhiriyah (As’ad, 1989: 95- bidang keagamaan lainnya. Berkaitan dengan hal ini 97). Zainuddin Hamka mengemukakan bahwa dalam Setelah itu, Abd. RahmanPakkanna bersama buku Setengah Abad As’adiyah tercatat seratus temannya bernama Muh. Said mengunjungi enam puluh alumni As’adiyah yang dianggap pengajian yang dilakukan oleh AGH. Daud Ismail di memegang peranan penting dalam berbagai bidang. Pattojo, sekitar 10 km dari Ganra. Beliau pindah ke Dari jumlah tersebut, murid langsung beliau yang Pattojo sekitar pertengahan 1944 atas permintaan berjasa mendirikan pesantren di Sulawesi Selatan Datu (Raja) Pattojo, Andi Sumange Rukka untuk adalah: 1. AGH. Ambo Dalle (DDI Mangkoso, menjadi guru agama privat bagi diri dan keluarganya. Pare-Pare, dan Pinrang), 2. AGH. Daud Ismail Selain sebagai guru privat, beliau juga memberikan (Yasrib Soppeng), 3. AGH. Abd. Kadir Khalid, MA pengajian di masjid Pattojo (As’ad dkk, 2011:40). (MDIA Ujung Pandang), 4. AGH. Abduh Pabbaja Pendidikan agama yang diikuti di Pattojo hanyalah (Al Furqan Pare-Pare), 5. AGH. Abd. Rahman pengajian kitab yang dilaksanakan di masjid Pattojo Pakkanna (YPIG Ganra Soppeng), 6. AGH. Abd. setelah shalat Ashar dan shalat Shubuh. Pada tahun Muin Yusuf (Urwatul Wutsqa Rappang Sidrap), 7. 1945 AGH. Daud Ismail diangkat menjadi Kali AGH. Ahmad marzuki Hasan (Darul Istiqamah (kadhi) di Soppeng dan kedua santri dari Ganra Maros), dan 8. AGH. Hamzah Manguluang (Babul tersebut pidah belajar di Soppeng pada AGH. Daud Khaer Bulukumba). Ulama alumni As’adiyah yang Ismail. berkiprah di Pemerintahan jumlahnya cukup Ketika mengikuti pengajian kitab di Soppeng banyak. Di Pengadilan Agama tercatat: H. Ya’la yang berlangsung sesudah shalat Ashar dan Thahir, H. Khalid Husain, H.M. Shaleh Thaha, H. sesudah shalat Subuh, Abd. Rahman Pakkanna juga Harun Rasyid, H.M. Akib Siangka, H.M. Hasyim, mengikuti pendidikan formal pada Almadrasatul H. Hamzah Badawi, H. Abdullah Shaleh, H. Andi Arabiyatul Islamiyah (MAI) Watansoppeng dan Rumpang, H. Abd. Razak, dan H. Abd. Hamid. berhasil tamat dan memperoleh ijazah tingkat Sebagai kepala Kantor Departemen Agama: H. Yusuf ibtidaiyah pada tahun 1946 M/ 1365 H. Pada tahun Hamzah, H. Muhammad As’ad Daeng Paewali, H. 1947 Abd. Rahman Pakkanna menunaikan ibadah Abd. Halim, H. Buwaeti Abbas, H. Mujtaba, H. haji sekaligus melanjutkan pelajarannya di Arab Mangka, H. Abd. Karim Said, BA, H. Abd. Karim Saudi. Ia mendaftarkan diri pada Almadrasah Ja’far, H. Mustari, dan M. Said (Hamka, 2009: 128- Asshoulatiyah Alhindiyah bi Makkah Almukarramah 130). pada Al Qism Astsanawy (setingkat Madrasah Bepulangnya ke Ramatullah AGH. Tsanawiyah). Setelah belajar satu tahun, ia berhasil Muhammad As’ad pada tahun 1952 sangat naik kelas dua dengan predikat Baik (Dokumen berpengaruh terhadap perjalanan pendidikan H. KH. Abd. Rahman Pakkanna: Ulama Pemikir Praktis dan Pekerja Profesional - Muhammad As’ad | 287 Abd. Rahman Pakkanna karena sejak itu dirasakan tetapi terlebih dahulu menunjuk seorang demi hilangnya tempat berguru. Namun demikian, tetap seorang untuk membaca bahan yang diajarkan atau bertahan dan belajar pada ulama lainnya, seperti belajar siswa aktif. Karena itu setiap siswa merasa AGH. Daud Ismail sampai pada tahun 1954 dan ragu atas kemampuannya untuk melaksanakan kembali ke Ganra Soppeng. tugasnya dan tidak berani bertindak macam- KH. Abd. Rahman Pakkanna tampil di tengah macam. Dengan demikian pembelajaran dapat masyarakat sebagai pekerja yang ulet. Tiga jenis berjalan dengan lancar. profesi yang pernah ditekuninya secara bersamaan Posisi sebagai ustad, mengajar di tingkat dan ketiganya ditekuninya dengan sungguh- ibtidaiyah dilakukan sampai tahun 1951 dan sejak sungguhdan dilakukannya secara profesional. Pada tahun 1952 dipindahkan mengajar pada tingkat saat itu, ia tampil sebagai petani yang tangguh, Tsanawiyah dan berlangsung terus setelah Gurutta ia juga dikenal sebagai tukang jahit yang piawai, Sade berpulang ke Rahmatullah sampai tahun dan sebagai pejuang pendidikan yang ulung (Hj. 1954. Pada tahun ini, H. Abd. Rahman Pakkanna Rafiah,wawancara di Ganra, 4/10/2015). meninggalkan Sengkang kembali ke Ganra daerah asalnya. Kembalinya ke Ganra tidak berarti Kegiatan dan Aktivitasnya dalam Pembinaan dan meninggalkan dunia pendidikan karena di Ganra Pendidikan Masayarakat. sendiri sudah terdapat madrasah yang sangat KH. Abd. Rahman Pakkanna banyak menbutuhkan guru, yaitu Madrasah Arabiyah mencurahkan perhatiannya dalam bidang Islamiyah (MAI) Ganra. pendidikan dan pembinaan masyarakat. Karirnya Pada dekade tahun 1950-an sampai tahun di bidang pendidikan formal dimulai ketika 1960-an, era orde lama, pekerjaan sebagai pegawai belajar pada tingkat Tsanawiyah di MAI Sengkang. negeri, termasuk sebagai guru tidak tergolong Sementara ia mengikuti pendidikan di tingkat pekerjaan yang menjanjikan masa depan. Gaji Tsanawiyah, ia diperintahkan oleh Gurutta Sade sebagai pegawai negeri sangat rendah tidak dapat (Panggilan AGH. Muhammad Asad) untuk menutupi kehidupan sehari-hari. Bahkan ada mengajar di tingkat ibtidaiyah. Pada mulanya pegawai negeri yang menyatakan berhenti dan tugas ini terasa sangat berat karena percaya dirinya memilih sebagai pengusaha. Untuk mengatasi belum terbina, keraguan pada kemampuan dirinya kebutuhan rumah tangga keluarganya, H. Abd. senantiasa menghantuinya. Namun pada sisi lain, Rahman Pakkanna menekuni pekerjaan sebagai karena amanah dan kepercayaan dari Gurutta Sade tukang jahit profesional, dikenal sebagai tukang jahit yang diyakininya diberikan kepada dirinya karena jas. Dalam menekuni pekerjaan ini, ia memimpin melihat ada potensi dan kemampuan padanya seorang tukang jahit lainnya, sehingga termasuk sehingga keraguan itu mendorongnya untuk punggawa. membangkitkan percaya dirinya dengan usaha yang Posisi sebagai pemimpin usaha (punggawa) sungguh-sungguh. diembannya di bidang pertanian. Ia tampil Ia menerima tugas dan tanggung jawab itu sebagai petani yang ulet dengan menggarap dengan sungguh-sungguh dan penuh usaha. Setiap sawah sendiri dan memimpin dua orang petani. akan mengajar, ia menghadap lebih dahulu pada Guru Setiap hari pekerjaan sebagai petani yang pertama Sade untuk mempelajarinya sehingga ia merasa betul- dilakukannya. Sehabis shalat subuh dan minum betul menguasai bahan yang akan diajarkan. Usaha kopi, KH. Abd. Rahman Pakkanna menuju ke demikian ini dihentikannya setelah Gurutta Sade sawah garapannya yang tidak jauh dari rumaahnya mengatakan tidak perlu engkau selalu menghadap, dan kembali sebelum jam sekolah dimulai karena ia kemampuanmu sudah cukup untuk melaksanakan akan melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. tugas dan tanggung jawab mengajar itu. Di samping ketiga profesi tersebut, KH. Abd. Strategi mengajar yang diterapkan pada Rahman Pakkanna punya keterampilan di bidang pertama kalinya adalah merendahkan diri tetapi pertukangan kayu. Meskipun ia tidak menekuni penuh percaya diri. Ia sampaikan kepada murid pekerjaan ini sebagai profesinya tetapi banyak yang dihadapinya yang rata-rata umurnya tidak dimanfaatkan terutama dalam pembangunan jauh beda dari pada dirinya, bahwa ia tidak merasa madrasah yang dipimpinnya, yaitu Perguruan lebih dari mereka tetapi diberi tanggung jawab Islam Ganra dan juga pembangunan masjid Ganra. oleh gurutta maka harus ia melaksanakannya. Keahliannya di bidang pertukangan kayu ini sering Selanjutnya ia tidak menerapkan metode ceramah, dipergunakan dalam membantu masyarakat yang 288 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016 membutuhkan, terutama dalam pengukuran dan antaranya yang bergerak di bidang usaha dagang pemilihan bahan. tetapi tidak termasuk pedagang bermodal. KH. Abd. Rahman Pakkanna adalah seorang Berbagai usaha yang tergolong inovatif ulama yang mempunyai keterampilan di bidang telah diupayakan dalam mengumpul dana dari pertukangan, terutama memilih dan mengukur kayu masyarakat untuk pembangunan gedung yang bangunan. Keterampilan ini banyak dimanfatkan sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran. Pada dalam pembangunan fisik sarana keagamaan saat itu, pembangunan fisik gedung dilakuakan masyarakat, yaitu masjid Ganra dan Perguruan masyarakat secara mandiri dan mesin penggerak Islam Ganra. Pada pembangunan masjid Ganra, utamanya adalah KH. Abd. Rahman Pakkanna. sebelum direnovasi, dialah yang banyak berperan, Beliau adalah pemikir praktis yang kreatif. Untuk yang dipercayakan pengurus untuk mengurus mengumpulkan dana dari masyarakat saat itu, bahan bangunannya terutama kayunya. ada 4 usaha yang dilakukan oleh pengurus, yaitu: menggalakkan pengumpulan zakat harta setiap Hasil Karya yang Diwariskan pada Masyarakat; habis panen padi; melakukan peternakan ayam; Hasil karya KH. Abd. Rahman Pakkanna masyarakat diajak menanam sebuah pohon pisang yang paling menonjol adalah di bidang pendidikan, di lahannya untuk Perguruan Islam Ganra, dan Yayasan Perguran Islam Ganra. Meskipun yang pengumpulan beras dari ibu rumah tangga setiap berjasa pada pembinaan perguruan Islam ini memasak di rumahnya. bukan hanya dia satu-satunya, tetapi jasanya sangat Upaya terakhir ini sangat inovatif dan hasilnya besar. Yayasan Perguruan Islam Ganra, sebagai cukup lumayan. Setiap ibu-ibu rumah tangga yang lembaga pendidikan swasta, dalam perjalanan ingin memasak di rumahnya untuk keluarganya, hidupnya yang cukup panjang sejak tahun 1940 setelah beras yang mau dimasak ditakar, disisihkan membutuhkan perjuangan keras dari masyarakat segenggam untuk diinfakan ke Perguruan Islam Ganra terutama para pengurusnya. Sebagaimana Ganra. Bagi para ibu-ibu sebelumnya ditanamkan lazimnya, pengelolaan suatu lembaga pendidikan, keyakinan bahwa dengan mengharapkan membutuhkan sarana prasarana fisik, terutama berkah dari Allah atas keikhlasannya, nasi hasil berupa gedung tempat belajar. Juga membutuhkan masakannya tidak akan terasa kurang dari biasanya tenaga pengajar yang melayani proses pembelajaran (Hj. Arifah,wawancara di Ganra, 8/10/2015). bagi murid/siswa. Selain itu tentunya sangat membutuhkan pembiayaan untuk moubilernya dan Sikap dan Pandangan Keagamaannya untuk menggaji para tenaga pendidiknya. KH. Abd. Rahman Pakkanna sangat hormat KH. Abd. Rahman Pakkanna sekembalinya kepada gurunya sebagaimana watak seorang dari Sengkang dan menetap di Ganra sejak tahun santri. Sekali sebagai murid tetap sebagai murid 1954 sudah mengabdi pada MAI Ganra untuk meskipun memiliki prestasi yang secara lahiriyah memenuhi harapan pengurusnya dan masyarakat melebihi guru. Sikap ini diaplikasikannya terhadap Ganra. Peranan dan tanggung jawab besar sebagai gurunya Muh. Yusuf Usman. Perbedaan orientasi ketua pengurus perguruan Islam ini dibebankan keagamaannya tidak mengurangi penghormatannya padanya sejak tahun 1955. Pucuk pimpinan kepada gurunya tersebut. lembaga perguruan Islam di Ganra ini diterima di Orientasi keagamaan yang dianutnya adalah atas pundaknya karena rasa tanggung jawab yang faham Ahlusunnah wal Jamaah, sebagaimana yang sangat besar terhadap pendidikan masyarakat. dianut mayoritas pesantren di Sulawesi Selatan. Ia Berbagai upaya untuk memajukan lembaga sangat toleran dalam menyikapi masalah khilafiyah. pendidikan Islam ini dilakukannya atas dukungan Sesuatu kebiasaan yang mentradisi dalam pengurus lainnya dan masyarakat Ganra. Kerja masyarakat, bila tidak prinsipil tidak dirubahnya, keras yang dilandasi oleh keikhlasan adalah modal seperti shalat sunnat qabliyah Magrib. Pada waktu utama dalam menjalankan upaya besar dan sulit ini. yang lalu shalat sunnat ini tidak dilakukan di KH. Abd. Rahman Pakkanna mampu memobilisasi masjid Ganra, namun suatu waktu ada jemaah kekuatan masyarakat yang tergolong sangat yang mempertanyakaannya karena menyaksikan di terbatas dari segi finansial. Sebagai masyarakat tempat lain jemaah masjid melaksanakannya, dan tani, masyarakat Ganra pada umumnya hanya ia menjelaskan bahwa memang ada salat sunnat mengandalkan hasil pertanian. Meskipun ada di sebelum Magrib. Sejak saat itu masyarakat Ganra KH. Abd. Rahman Pakkanna: Ulama Pemikir Praktis dan Pekerja Profesional - Muhammad As’ad | 289 sepakat melaksanakannya sampai saat ini. Demikian harus mengharap dan berdoa kepada Allah setelah pula kebiasaan masyarakat yang mentradisi ia berusaha. Ia mengajarkan kepada anak-anaknya dan tidak jelas larangannya dibiarkan berjalan, zikir dan doa memudahkan rezki. Amalan untuk meskipun ia sendiri tidak melakukannya, seperti memudahkan rezki: membaca Surat Al Waqi’ah 40 kebiasaan masyarakat melakukan pesta kematian kali setiap hari sampai 40 hari berturut. Zikir lainnya dengan memotong hewan ternak (mattampung) yang diakuinya baik diamalkan dan mujarrabat: tidak dilarang masyarakat melakukannya, tetapi ia membaca surat Yaasin 7 kali sesudah shalat Asar, sendiri tidak melakukannya bila ada keluarganya dan 143 kali sesudah shalat subuh. yang meninggal. Keikhlasan yang tinggi yang dimilikinya Sekali layar terkembang pantang surut merupakan spirit kerja yang mendorong keaktifannya sebelum mencapai pulau idaman. Prinsip hidup bekerja tanpa lelah dalam mengurusi agama Allah. ini diterapkannya dalam hidupnya dan berusaha Keikhlasan yang tinggi ini menyebabkan keraguan disosialisasikannya kepada anak-anaknya. dalam dirinya untuk menjadi pegawai negeri Ia memberi nasehat: Kumutengngaini seddie setelah terbuka peluang baginya. Jangan sampai jama-jamang ajanna mupappesaui narekko deq sebagai pegawai negeri yang digaji oleh pemerintah napura (Jika engkau mengerjakan sesuatu jangan mengurangi keikhlasannya. Karena itu, sebelum menghentikannya sebelum selesai). merintis jalan untuk menjadi pegawai negeri Percaya diri dan tidak bergantung pada terlebih dahulu menghadap pada gurunya AGH. orang lain merupakan prinsip hidup lainnya yang Daud Ismail untuk meminta petunjuk. Pernyataan merupakan karakter yang melekat padanya. Apabila beliau tentang hubungan keikhlasan dengan posisi sesuatu dapat dilakukannya sendiri, ia tidak akan sebagai pegawai negeri dengan mengatakan mancaji minta bantuan pada orang lain meskipun anak isteri pegawai pallanggana ikhlas-e. Jaminan hidup sendiri. Sebelum pergi ke sawah pada pagi hari, dari pemerintah harus menjadi pendorong untuk ia sendiri membuat kopi yang akan diminumnya, bekerja lebih baik. cukup disiapkan air panas dalam termos. Rasa capek Pandangan dan Sikap Masyarakat Terhadapnya pada betis yang dirasakannya diusap sendiri dengan KH. Abd. Rahman Pakkanna dikenal oleh betisnya yang lain, tidak meminta anak isterinya masyarakat sebagai seorang ulama Fiqih atau ulama untuk menginjak-injaknya. Ia sering memberi Syariat yang luas pengetahuan agamanya, bukan nasehat: mupuamatengengpi gaue nappako mellau seorang ulama Tarikat yang mempunyai pengikut (nanti mengancam jiwamu baru kau meminta). tarikatnya. Berkaitan dengan itu, masyarakat Rasa syukur senantiasa dijadikan bagian dari menjadikannya sebagai panutan dalam beribadah, hidupnya dan berusaha ditanamkan kepada anak- tempat bertanya berbagai hal masalah agama anaknya. Untuk memelihara rasa syukur ini, sikap Islam. Apabila ada masalah fiqih yang dilihat atau hidup yang ditanamkan baik pada dirinya mapun disaksikan oleh masyarakat berbeda dengan yang pada anak-anaknya ialah sikap hidup yang diajarkan biasa dilakukannya, ditanyakanlah kepadanya, baik Rasulullah SAW: urusan lino akkita liaawako, urusan pada pengajian halaqah di masjid maupun datang akherat akkita liasekko (kalau urusan dunia melihat langsung ke rumahnya. Beliau memberikan jawaban ke bawah, kalau urusan akherat melikat ke atas). atau penjelasan yang sangat bijaksana dan toleran. Sikap lain untuk memelihara rasa syukur ini adalah: Masyarakat mengakui keikhlasan beliau arennuko narekko engka tau mellau riiko, magana dalam mengurus agama Allah sehingga masyarakat narekko iko mellau kutauwe (bergembiralah jika ada memercayainya tanpa keraguan. Modal spiritual orang meminta kepada engkau, dari pada engkau masyarakat inilah yang membawa kesuksesan yang meminta kepada seseorang). Manifestasi rasa dalam membangun agama Allah, melalui syukur demikian ini adalah ringan tangan untuk pembangunan Perguruan Islam Ganra maupun membantu orang yang butuh. pembangunan Masjid Ganra. Berkaitan dengan itu, Untuk mendapatkan rezki dari Allah harus masyarakat memandang beliau sebagai orang yang bekerja keras. Hal ini merupakan bagian dari amanah, dipercaya sepenuhnya oleh masyarakat. hidupnya, sebagaimana telah digambarkan dengan Berbarengan dengan itu, masyarakat mengakui pula berbagai profesi yang ditekuninya. Namun demikian, keahlian beliau dalam masalah pertukangan kayu disadari pula bahwa usaha manusia hanya prasyarat sehingga sangat menunjang pembangunan fisik untuk mendapatkan rezki itu karena kewenangan kedua sarana keagamaan tersebut. penentuannya di tangan Allah. Karena itu manusia 290 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 Juni 2016

Description:
Abd. Rahman Pakkanna, Ganra. Abstrack. This study aims to reveal various matters relating to the life of KH. Abd. Rahman Pakkanna, a cleric of.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.