Keutamaan bulan Rajab ( kitab Al‐Ghunayah li Thalibi Thariq al‐Haqq fi al‐Akhlaq wa at‐Tashawwuf wa al‐ Adab al‐Islamiyah, buah karya Sulthonul Awliya Syeikh Abdul Qadir al Jailani (cid:31)(cid:31)(cid:31) Rasulullah , pernah bersabda dalam khutbahnya pada waktu menunaikan Haji Wada’ : “Sesungguhnya jumlah bulan adalah dua belas bulan didalam kitab Allah ( Lauh al‐Mahfudz ) pada hari penciptaan langit dan bumi. Empat diantarannya adalah haram. Tiga diantaranya berturut‐turut, yaitu Dzul Qo’adah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan yang satu lagi sendirian, yaitu bulan Rajab Mudhirr yang terdapat diantara Jumada ats‐Tsaniyah dan Sya’ban. Dari akrimah, dari Ibn ‘Abbas, dari Nabi , beliau bersabda : “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku.” Dari Musa bin Imran, dia bercerita, aku pernah mendengar Anas bin Malik , dia bercerita, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya didalam syurga ada sebuah sungai bernama Rajab, sungai itu lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari sungai itu.” Dari Anas bin Malik dia berkata, “Sesungguhnya didalam syurga ada sebuah istana yang hanya dimasuki oleh orang‐orang yang berpuasa pada bulan Rajab.” Dari Abu Hurairah , dia bercerita, “Rasulullah tidak berpuasa satu bulan penuh setelah bulan Ramadhan kecuali pada bulan Rajab dan Sya’ban.” Rajab adalah bulan tobat, Sya’ban bulan mahabbah dan Ramadhan merupakan bulan pendekatan ( taqarrub ) Rajab merupakan bulan kemuliaan, Sya’ban bulan pengabdian dan Ramadhan bulan kenikmatan. Rajab merupakan bulan ibadah, Sya’ban bulan zuhud dan Ramadhan bulan penambahan Rajab merupakan bulan dimana Allah melipatgandakan kebaikan, Sya’ban merupakan bulan penghapusan segala kejahatan dan Ramadhan merupakan bulan penungguan kemuliaan. Syeikh Dzunnun al Mishri mengungkapkan, “Rajab merupakan bulan untuk meninggalkan segala pelanggaran, Sya’ban adalah bulan untuk berbuat ketaatan dan Ramadhan adalah bulan untuk menunggu kemuliaan. Barangsiapa yang tidak meninggalkan pelanggaran, tidak berbuaat taat, serta tidak menuju kemuliaan maka dia termasuk orang‐orang yang merugi. Dia menambahkan, “Rajab merupakan bulan tanam, Sya’ban bulan penyiraman dan Ramadhan bulan panen. Setiap orang akan menuai apa yang dia tanam dan diberi balasan atas apa yang dia perbuat. Barangsiapa yang menyia‐nyiakan tanaman, maka dia akan menyesal pada hari panennya.” 1 Dari Salman al Farisi di bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda : “Barangsiapa berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka seolah‐olah dia telah berpuasa seribu tahun, dan seakan dia telah memerdekakan seribu budak. Dan barangsiapa bersedekah pada bulan itu, maka seolah‐olah dia bersedekah seribu dinar. Dan ditetapkan dari setiap rambut yang ada pada tubuhnya dengan seribu kebaikan dan diangkat seribu derajat, dihapuskan darinya seribu keburukan dan ditetapkan baginya pada setiap hari yang dia gunakan untuk berpuasa dan bersedekah itu dengan seribu haji dan seribu umrah serta dibangunkan baginya seribu rumah, seribu istana dan seribu kamar.” Imam Hibatullah bin Mubarak as‐Suqthi menceritakan dari Anas bin Malik di bercerita, jika datang bulan Rajab, Rasulullah mengucapakan, “Ya Allah, berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” Syeikh Imam Hibatullah juga memberitahu kami dari Maimun bin Mahran, dari Abu Dzar r.a dari Nabi , beliau bersabda: “Barangsiapa berpuasa pada hari pertama bulan Rajab, maka pahalanya sama dengan puasa satu bulan penuh. Dan barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan itu maka ketujuh pintu neraka jahanam akan ditutup baginya. Barangsiapa berpuasa delapan hari pada bulan itu maka akan dibukakan baginya delapan pintu syurga baginya. Barangsiapa berpuasa sepuluh hari pada bulan itu, maka Allah akan mengganti berbagai kejahatannya dengan kebaikan. Barangsiapa berpuasa delapan belas hari pada bulan itu, maka penyeru dari langit akan berseru, “Allah telah mengampunimu, maka manfaatkanlah amal perbuaatan yang masih tersisa.” Syeikh Imam Hibatullah bin Mubarak as‐Suqthi dari Hasan bin Ahmad bin Abdullah al‐Maqari dengan sanad dari Harun bin Antarah dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib , dia bercerita, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan agung, barangsiapa berpuasa satu hari pada bulan itu, maka Allah akan menetapkan baginya puasa seribu tahun. Barangsiapa yang berpuasa dua hari pada bulan itu, maka Allah akan menetapkan baginya puasa dua tahun. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari pada bulan itu, maka Allah akan menetapkan baginya puasa tiga tahun. Barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan itu, maka akan ditutupkan baginya pintu‐pintu neraka jahanam Barangsiapa berpuasa delapan hari pada bulan itu, maka akan dibukakan baginya pintu‐pintu syurga yang berjumlah delapan buah dan dia boleh masuk kedalamnya dari pintu mana saja yang dia kehendaki. Barangsiapa berpuasa lima belas hari pada bulan itu, maka semua keburukannya akan diganti dengan kebaikan dan akan diseru oleh penyeru langit “Allah telah memberikan ampunan kepadamu, maka manfaatkanlah amal yang masih tersisa” Dan barang siapa yang menambah, maka Allah pun akan memberikan tambahan kepadanya. 2 Shalat Sunnat di Bulan Rajab ( Masih didalam kitab Al‐Ghunayah li Thalibi Thariq al‐Haqq ) Salman al Farisi bercerita, aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang waktu untuk mengerjakan sholat itu, beliau menjawab, “Wahai Salman, kerjakanlah shalat pada awal bulan sepuluh raka’at, dan bacalah pada setiap raka’atnya surah al‐ Fatihah satu kali, surah al‐Ikhlash tiga kali, surat al‐Kafirun tiga kali, jika sudah selesai, angkatlah kedua tanganmu dan ucapkanlah : ﺕﻮ ﻤﻳ ﻻﹶ ﻲﺣ ﻮﻫﻭ ﺖﻴﻤ ﻳﻭ ﻲﹺ ﺤ ﻳ ﺪ ﻤ ﺤ ﻟﹾﺍ ﻪﻟﹶﻭ ﻚ ﻠﹾﻤ ﻟﹾﺍ ﻪﻟﹶ ,ﻪﻟﹶ ﻚ ﻳﺮﹺﺷ ﻻﹶ ﻩ ﺪ ﺣ ﻭ ﷲُ ﺍ ﱠﻻﺇﹺ ﻪﻟﹶﺇﹺ ﻻﹶ ﺖ ﻌﻨﻣ ﺎﻤ ﻟ ﻲ ﻄ ﻌﻣ ﻻﹶ ﻭ ﺖ ﻴﻄﹶ ﻋ ﺍﹶ ﺎﻤ ﻟ ﻊ ﻧﹺ ﺎﻣ ﻻﹶ ﻢﻬﹼﻠﻟﺍﹶ , ﺮﻳ ﺪ ﻗﹶ ﺀٍﻲ ﺷ ﻞﹺّ ﻛﹸ ﻰﻠﹶﻋ ﻮﻫﻭﺮﻴﺨ ﻟﹾﺍ ﻩ ﺪ ﻴﺑﹺ ﺪ ﺠ ﻟﹾﺍ ﻚ ﻨﻣ ﺪّ ﺠ ﻟﹾﺍ ﺍﺫﹶ ﻊﻔﹶﻨﻳ ﻻﹶ ﻭ Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyu la yamutu biyadihil khair wa huwa ‘alaa kulli syay‐in qadiir. Allaahumma la maani’a limaa a’tayta wa laa mu’tiya limaa mana'ta wa laa raadda limaa qadayta, wa laa yanfau' dzal Jaddi minkal Jaddu. (“Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi‐Nya, miliknya kerajaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Di tangan‐Nya segala kebaikan berada, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada pula yang dapat memberi apa yang Engkau halangi”.) Kemudian usaplah wajahmu dengan kedua tanganmu itu, selanjutnya, Shalat 10 rakaat di pertengahan bulan Rajab. bacalah pada setiap raka’atnya surah al‐Fatihah satu kali, surah al‐Ikhlash tiga kali, surat al‐Kafirun tiga kali, jika sudah selesai, angkatlah kedua tanganmu dan ucapkanlah : ﺕﻮ ﻤﻳ ﻻﹶ ﻲﺣ ﻮﻫﻭ ﺖﻴﻤ ﻳﻭ ﻲﹺ ﺤ ﻳ ﺪ ﻤ ﺤ ﻟﹾﺍ ﻪﻟﹶﻭ ﻚ ﻠﹾﻤ ﻟﹾﺍ ﻪﻟﹶ , ﻪﻟﹶ ﻚ ﻳﺮﹺﺷ ﻻﹶ ﻩ ﺪ ﺣ ﻭ ﷲُ ﺍ ﱠﻻﺇﹺ ﻪﻟﹶﺇﹺ ﻻﹶ ﻪﺒﺣ ﺎﺻ ﺬﹾ ﺨ ﺘﻳ ﻢ ﻟﹶ ﺍﺮﺗﻭﹺ ﺍﺩﺮﻓﹶ ﺍﺪ ﻤ ﺻ ﺍﺪ ﺣ ﺍﹶ ﺍﺪ ﺣ ﺍﻭ ﺎﻬﻟﹶ ﺍ ,ﺮﻳ ﺪ ﻗﹶ ﺀٍﻲ ﺷ ﻞﹺّ ﻛﹸ ﻰﻠﹶﻋ ﻮﻫﻭﺮﻴﺨ ﻟﹾﺍ ﻩ ﺪ ﻴﺑﹺ ﺍ ﺪ ﻟﹶﻭ ﻻﹶ ﻭ Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyu la yamutu biyadihil khair wa huwa ‘alaa kulli syay‐in qadiir. Illaahan waahidan ahadan shamadan fardan witran lam yattakhiza shahibatan wa laa walada. (“Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi‐Nya, miliknya kerajaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Di tangan‐Nya segala kebaikan berada, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu., Tuhan yang Maha Esa, Tunggal, bergantung pada diri sendiri dan ganjil, tidak mengambil teman juga anak”.) Lalu shalat 10 rakaat di sepuluh hari terakhir di bulan Rajab. Dalam setiap rakaat dibaca Surat Fatihah sekali, disusul dengan Surat al‐Ikhlash 3 kali dan Surat al‐ 3 Kafiruun 3 kali. Setelah selesai 10 rakaat, tangan diangkat menghadap Allah dan membaca do’a sebagai berikut, ﺕﻮ ﻤﻳ ﻻﹶ ﻲﺣ ﻮﻫﻭ ﺖﻴﻤ ﻳﻭ ﻲﹺ ﺤ ﻳ ﺪ ﻤ ﺤ ﻟﹾﺍ ﻪﻟﹶﻭ ﻚ ﻠﹾﻤ ﻟﹾﺍ ﻪﻟﹶ , ﻪﻟﹶ ﻚ ﻳﺮﹺﺷ ﻻﹶ ﻩ ﺪ ﺣ ﻭ ﷲُ ﺍ ﱠﻻﺇﹺ ﻪﻟﹶﺇﹺ ﻻﹶ ﻦ ﻳﺮﹺﻫﺎﻄﱠ ﻟﺍ ﻪﻟﺍﹶ ﻰﻠﹶﻋﻭ ﺪ ﻤ ﺤ ﻣ ﺎﻧ ﺪ ﻴﺳ ﻰﻠﹶﻋ ﻪﹼﻠﻟﺍ ﻰﻠﱠﺻ ﻭ , ﺮﻳ ﺪ ﻗﹶ ﺀٍﻲ ﺷ ﻞﹺّ ﻛﹸ ﻰﻠﹶﻋ ﻮﻫﻭﺮﻴﺨ ﻟﹾﺍ ﻩ ﺪ ﻴﺑﹺ ﻢﹺ ﻴﻈ ﻌﻟﹾﺍ ﻲﹺِِّ ﻠﻌﻟﹾﺍ ﷲِ ﺎﺑﹺﻻﱠ ﺍ ﺓﹶ ﻮﻗﹸ ﻻﹶ ﻭ ﻝﹶ ﻮ ﺣ ﻻﹶ ﻭ Laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa hayyu la yamutu biyadihil khair wa huwa ‘alaa kulli syay‐in qadiir. wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihit thahirina wa laa hawla wa laa quwwata illa billah. (“Tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi‐Nya, miliknya kerajaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Di tangan‐Nya segala kebaikan berada, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya yang suci, Tidak ada daya dan upaya melainkan hanya milik Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.) Lalu mintalah segala yang kau butuhkan, niscaya do’amu akan dikabulkan, dan Allah akan membuatkan tujuh puluh parit yang memisahkan antara dirimu dengan jahanam. Setiap parit berjarak seperti langit dan bumi. Dan akan ditetapkan bagimu untuk setiap raka’at pahala satu juta raka’at, dan ditetapkan pula bagimu kebebasan dari neraka serta kemudahan menyeberangi shirath. Salman bercerita, “Setelah Rasulullah selesai menyampaikan pembicaraannya, aku langsung menjatuhkan diri bersujud seraya menangis sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas apa yang aku dengar”. Dari sebagian kitab Durratun Nasihin hasil karya dari Syeikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy‐Syaakir Alkhaubawiyyi (cid:31) “Barangsiapa menghidupkan malam pertama bulan Rajab / berjaga malam dengan ibadah, maka hatinya tidak mati dimana hati orang‐orang lain sama mati dan Allah melimpahkan kebaikan yang banyak dari arah kepalanya, bahkan menjadi bersih dari dosa, sebagaimana waktu dia dilahirkan oleh ibunya dan dia bisa memberikan pertolongan / syafa’at terhadap tujuh puluh ribu orang yang berdosa yang seharusnya masuk neraka.” ( Demikian di “Lubbih Albaabi oelh Al Maulaa Taajul Arifin” – A’rajiyyah ) “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari pada madu, lebih sejuk dari pada es dan lebih harum dari pada minyak misik, maka saja bertanya kepada Jabrail” “Untuk siapakah sungai ini ?’’ Dia menjawab: “ini untuk orang yang membaca shalawat untuk engkau dibulan Rajab” Muqatil ra meriwayatkan “Bahwa sesungguhnya dibelakang gunung Qaf terdapat sebuah bumi berwarna putih, yang debunya seperti perak, luasnya tujuh kali dunia ini dan penuh dengan para malaikat, yang kalau sekiranya sebatang jarum jatuh 4 niscaya mengenai mereka. Dan masing‐masing malaikat memegang sebuah bendera yang bertuliskan “Laa ilaaha illallahu MuhammadurRasuulullaah”. Mereka berkumpul pada tiap‐tiap malam jum’at dibulan Rajab disekitar gunung Qaf, serta bertawadhu’ tunduk dengan memohonkan keselamatan bagi umat Nabi Muhammad seraya berdo’a : “Rabbanaar ham ummata Muhammadin wa laa tu’adzdzibhum” Ya Tuhan kami, belas kasihanilah umat Muhammad dan jangan Engkau Siksa. Dan mereka para malaikat, memohonkan ampunan dan tadharru’ merendahkan diri kepada Allah sampai waktu shubuh. Maka Allah berfirman: “Yaa Malaaikatii wa ‘izzatii wa jalaalii qad ghafartu lahum” “Hai para malaikatKu, demi keperkasaanKu dan ketinggianKu, sungguh mereka telah Aku ampuni ( Majaalisl Abraari ) Dihikayatkan, bahwa ada seorang perempuan, ahli ibadah bertempat tinggal di Baitil Maqdis; bila datang bulan Rajab maka tiap‐tiap hari dia membaca “Qul huwallahu ahad” dua belas ribu kali, sebagai penghormatan kepada bulan Rajab itu dan dia menaggalkan pakaian kebesarannya dan mengenakan pakaian biasa. Pada suatu bulan Rajab orang perempuan itu menderita sakit sehingga terpaksa berwasiyat kepada anaknya agar supaya nantinya dia dikebumikan beserta pakaian biasannya. Ketika meninggal dunia ternyata mayatnya dikafani oleh anaknya dengan kain baik yang tinggi harganya, karena riyaa kepada manusia / agar mendapat pujian dari manusia. Pada suatu malam anaknya bermimpi berjumpa ibunya yang belum lama dikebumikan. Ibunya berkata kepadanya; “Hai anakku, mengapa engkau tidak melaksanakan wasiyatku, sungguh aku tidak rela kepadamu’. Seketika terbangunlah dia dengan terkejut lagi ketakutan. Pagi harinya dia menggali kubur ibunya, ternyata tidak dia dapatkan ibunya didalam kubur itu, maka binggunglah dia sambil ragu dan menangis keras sekali. Kemudian dia mendengar suara mengundang; “Hai, tahukah engkau, barangsiapa yang mengagungkan bulanKu, bulan Rajab, Aku tidak meninggalkan dia sendirian didalam kubur”. ( Zubdatul Waa’izdiina ) Abu Bakar berkata : “Apabila telah lewat sepertiga malam jum’at dari bulan Rajab, maka semua malaikat dilangit dan dibumi berkumpul di ka’bah. Maka Allah melihat mereka dan berkata : “Hai para malaikatku, mintalah kamu sekalian apa apa yang kamu kehendaki, mereka menjawab “Tuhan kami, hajat kami ialah agar supaya Engkau berkenan memberi ampunan kepada siapa saja yang berpuasa dibulan Rajab” Allah berfirman: “Sungguh mereka telah kuampuni” Dari Aisyah berkata, Nabi bersabda : “Semua manusia dalam keadaan lapar dihari qiyamat kecuali para Nabi, para keluarganya dan orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, maka sungguh mereka kenyang serta tidak ada rasa lapar dan haus bagi mereka” ( Zubdztul Waa’izdiina ) 5 “Apabila telah datang hari Qiyamat, maka ada suara memanggil: “Dimana para ahli Rajab ( yang berpuasa, sholat malam, yang bershalawat dan yang memperbanyak ibadah ) ?, maka memancarlah sinar, kemudian diikuti oleh Jibrail dan mikail, dan diikuti pula oleh para ahli Rajab. Dan mereka semua melewati jembatan ( Shirathal Mustaqim ) laksana halilintar yang menyambar. Kemudian mereka sujud kepada Allah untuk bersyukur karena mereka sudah bisa melewati jembatan tadi. Maka Allah berfirman : “Hai para ahli Rajab, angkatlah kepalamu pada hari ini, sebab kamu sekalian telah bersujud didunia dibulan Rajab‐Ku dan pergilah ketempatmu masing‐masing”. Tsauban bercerita: “Kami bersama‐sama Rasulullah berjalan melewati sebuah kubur, maka Nabi berhenti kemudian menangis sampai keras sekali, lalu berdo’a kepada Allah, maka saya bertanya kepadanya : “mengapa engkau menangis wahai Rasulullah ? Beliau menjawab: “Hai Tsauban, mereka itu sama disiksa dikubur mereka ini dan saya berdo’a kepada Allah , maka Dia ( Allah ) meringankan siksa mereka. Kemudian Rasulullah bersabda: “Hai Tsauban, kalau sekiranya mereka mau berpuasa satu hari saja dibulan Rajab dan mau tidak tidur semalam saja dibulan Rajab, niscaya mereka tidak disiksa dikubur mereka”. Saya bertanya: “Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan tidak tidur / sholat semalam saja bisa menolak siksa kubur ?” Nabi bersabda: “Hai Tsauban, demi Allah Dzat yang telah mengutus saya sebagai Nabi, tidak seorang muslim laki‐laki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dibulan Rajab dengan niyat karena Allah , kecuali Allah mencatat baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun”. ( “Selamat datang bulan Rajab, kami sudah menantimu …..berikan senyumanmu kepada kami … Oh Rajab …. Sambutlah kami yang selalu menantikanmu …. Sampaikan kerinduan kami kepada Allah dan seluruh para Nabi dan Awliya …… Bukalah rahasiamu kepada kami …agar kami dapat memandang Allah dan Rasul‐ Nya …..Amiiin.”) Banyak diantara kaum Thariqah sudah mempersiapkan diri dengan berpuasa 1 bulan penuh dibulan Rajab , 1 bulan berikutnya pada bulan Sya’ban ….. saatnya memetik buah / panen 1 bulan penuh pada bulan Ramadhan ….dilanjutkan dengan 6 hari pada bulan Syawal. Insya Allah awal bulan Rajab jatuh pada tanggal 15 July 2007 hari minggu, bagi yang ingin menghidupkan malam awal bulan Rajab insya Allah jatuh pada hari sabtu malam minggu setelah sholat maghrib sampai dengan shubuh Bagi yang berminat silahkan berpuasa dan sholat….mudah‐mudahan tulisan kecil ini ada manfaatnya. 6 Bulan Suci Rajab Kendalikan Egomu Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani (cid:31) dalam Mercy Oceans Secrets of the Heart Jika seseorang selalu mendapat dukungan, dia akan selalu berhasil. Semua yang hadir di sini memperoleh dukungan itu. Jika tidak, kalian tidak mungkin berada dalam asosiasi ini. Mengapa kalian datang? Kalian mungkin akan pergi seperti yang lain karena merasa senang dengan kehidupan materialistik dan berbagai kesenangan lainnya. Tetapi cahaya dalam hati membimbing kalian untuk datang ke sini. Jika tidak ada yang mendukung, tidak ada gunanya kita berpakaian merah dan hitam dan mengenakan turban siang dan malam. Hal yang paling penting adalah ‘inayatullah’, dukungan Allah. Jika kita tidak memilikinya, kita tidak akan bisa meraih sesuatu. Sebentar lagi akan datang satu bulan yang sangat penting dalam kalender Islam, yaitu bulan Rajab al‐Haram yang keramat. Rajab terpisah dengan ketiga bulan lainnya yang dikategorikan haram oleh Allah, yaitu: Dzul Qaidah, Dzul Hijjah dan Muharram. Dia juga membuka rentetan tiga bulan suci yang klimaksnya terjadi di bulan Ramadhan, yaitu: Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Selama tiga bulan ini setiap orang harus mempersiapkan diri dan menjaga dirinya sebaik‐baiknya, menjauhkan diri dari perilaku buruk dan segala dosa. Rasulullah bersabda, “Rajab syahrullah wa sya’banu syahri wa ramadhaanu syahru ummati.” “Rajab adalah bulan Allah , Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku.” Allah memberi kalian 12 bulan dalam setahun, 11 bulan milikmu dan 1 bulan lagi milik Allah . Pahala apa yang akan diberikan Allah kepada hamba‐hamba‐Nya di bulan ini? Tidak ada yang mengetahuinya, bahkan seluruh Rasul pun tidak. Pekerjaan Rasul dan seluruh malaikat berhenti di bulan Rajab. Mereka tidak diperkenankan untuk mengetahui apa yang akan diberikan Allah kepada ummat mereka. Semuanya berada di bawah Kekuasaan Allah . Di bulan kedua, Sya’ban, tidak ada yang diperkenankan untuk mengetahui ganjaran yang akan diberikan oleh Rasulullah kepada ummatnya kecuali Allah dan Rasulullah sendiri. Apa yang terakumulasi di bulan Rajab dan Sya’ban akan dituliskan untuk kalian dan setiap orang akan mengetahuinya di bulan Ramadhan, itulah sebabnya mengapa Ramadhan disebut bulan ummat. Oleh karenanya dalam thariqat, ketiga bulan ini merupakan bulan yang sangat penting. Di bulan Rajab, Rasulullah mengalami peristiwa Isra’ Mi’raj. Setiap orang harus menjaga dirinya di bulan ini. Hindari segala perilaku dan sikap yang buruk. Hari yang paling penting dalam setahun adalah hari pertama di bulan Allah . Semua khalwat dimulai di awal bulan ini. Khalwat terpenting yang dilakukan oleh seorang Guru Sufi dalam hidupnya selalu dilaksanakan di bulan ini. Ini adalah bulan yang suci. Jika kalian melakukan sesuatu yang lebih (untuk Allah ) di bulan ini, kalian akan dibalas dengan pahala yang tidak diketahui seorang pun. Di bulan itu, Samudra Rahmat Ilahi, Samudra Cinta, dan Pahala‐Nya akan dibukakan untuk 7 seluruh ummat dan hamba‐Nya. Seluruh Awliya menanti apa pahala yang akan diberikan Allah kepada ummat manusia di tahun ini. Seluruh Awliya di planet ini, dari Timur ke Barat, dan Utara ke Selatan berharap dapat menyaksikan apa yang terjadi di dunia selama ketiga bulan ini. Oleh sebab itu setiap orang harus mengisi bulan ini dengan sebaik‐baiknya. Perhatikanlah rahmat Allah yang turun di bulan ini. Jika kalian melakukan kesalahan, jangan melarikan diri, tetapi datanglah kepada Tuhanmu karena Dia akan mengampunimu. Ini sangat penting karena tidak seorang pun yang tahu apa yang akan diberikan Allah kepada hamba‐Nya—bahkan kedua malaikat yang ditugaskan untuk mencatat seluruh amal perbuatan di pundak manusia juga tidak mengetahuinya. Di bulan ini segalanya berasal dari Allah dan tidak ada yang tahu balasan Allah atas setiap perbuatan terkecil dalam rangka ibadah kepada‐Nya.Di masa Rasulullah , hidup seseorang perampok jalanan yang bernama Qowd [?] al‐ ‘Abbas [?]. Di malam hari dia pergi ke jalan dan bila menemukan seseorang yang berjalan sendirian, dia akan menangkap dan merampoknya, kadang‐kadang dia melukai dan membunuhnya, setelah itu dia kembali lagi ke rumahnya. Tidak seorang pun sanggup menangkapnya. Rasulullah pernah mengutuk orang ini dengan mengatakan bahwa dia adalah orang yang sangat jahat, sehingga bila dia meninggal, beliau tidak akan menshalatkan dan menguburkannya di pemakaman Muslim. Beberapa tahun kemudian orang itu meninggal dunia. Dia mempunyai seorang anak perempuan tetapi tidak ada orang lain yang bisa mengurus jasadnya. Karena Rasulullah telah mengutuknya, maka anak itu membawa tubuh ayahnya di sepanjang jalan di Madinah dan melemparkannya ke dalam sumur yang kering. Beberapa saat kemudian Allah berfirman kepada Rasulullah , “Ya Habibi ya Muhammad! Wahai Rasulku yang tercinta, hari ini salah satu waliku meninggal dunia. Engkau harus pergi memandikan dan membersihkannya, lalu mengkafani, menshalatkan dan menguburkannya. Rasulullah menjadi heran karena selama hidupnya orang itu telah dikutuknya, tetapi sekarang ketika dia meninggal, Allah mengatakan bahwa dia adalah seorang Wali. Bagaimana mungkin? Tetapi tak seorang pun yang bisa menggugat Pengetahuan Allah , bahkan Rasulullah pun tidak. Jika Allah ingin menjadikan seorang perampok sebagai Wali, tak ada yang bisa mengatakan ‘mengapa?’ Semua harus menerimanya. Itulah sebabnya, menurut ajaran Sufi dan ajaran thariqat Naqsybandi, kalian harus memandang orang lain lebih baik dari dirimu. Kalian tidak akan tahu bila Allah akan menaikkan derajat seseorang lebih tinggi daripada derajat kalian—siapa yang tahu? Tak seorang pun yang tahu, oleh sebab itu tidak seorang pun yang bisa ikut campur. Jangan memandang rendah kepada seseorang seolah‐olah kalian lebih superior dibandingkan mereka. Kalian tidak tahu apakah orang itu dalam pandangan Allah adalah seorang Wali atau bukan. Siapa tahu? Tempatkanlah selalu orang lain di tingkat yang lebih tinggi, tunjukkan rasa hormat kepada mereka dan bersikaplah rendah hati kepada mereka. Jangan tunjukkan ego dan membanggakan diri. 8 Rahmat Ilahi begitu besar sehingga kalian dilarang untuk melihat apa pun yang dilakukan oleh orang di luar sana dan menyebut mereka gila, atau mengkritik perilaku buruk mereka. Biarkanlah mereka, Allah yang akan menilai tindakan mereka. Lihatlah dirimu sendiri, berlakulah dengan baik, jangat turut campur dalam urusan orang lain. Itu bukan urusanmu. Tugas kalian adalah mengurus diri kalian sendiri. Perbaiki diri kalian, tinggalkan orang lain kepada Tuhannya. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka suka. Ini adalah suatu pemahaman dan ajaran yang benar dalam Sufisme, yaitu meninggalkan setiap orang kepada Tuhannya, dan hanya berurusan dengan dirimu sendiri. Jika kalian mengajari ego kalian agar tidak mencampuri urusan orang lain, maka kalian akan merasakan hidup dalam kebahagiaan, karena ketika kalian melihat orang lain, kalian hanya melihatnya sebagai hamba dari Tuhan yang sama dengan kalian, oleh sebab itu kadang‐kadang Tuhan akan mengampuni apa yang mereka lakukan. Jangan berkata, “Hei, kalian melakukan perbuatan yang buruk, minum‐minum, bermain wanita, mengerjakan ini itu…. Biarkan orang itu berurusan dengan Tuhannya. Ajarilah orang‐orang secara umum. Jangan memojokkan seseorang dan jadilah lebih spesifik. Allah berfirman kepada Rasulullah , “Ya Rasulullah, pergilah, dan bersihkan dirinya.” Dengan segera Rasulullah memanggil Sayyidina Abu Bakar ash‐Shiddiq dan berkata, “Wahai Abu Bakar , kita harus segera pergi dan menjemput orang itu.” Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah , engkau pernah berkata bahwa engkau tidak akan menguburkannya di pemakaman Muslim karena dia bukan seorang Muslim!” Rasulullah bersabda, “Tidak! Dia bukan Muslim yang biasa. Allah berfirman kepadaku bahwa dia adalah seorang Wali!” Apa yang dilakukan perampok itu selama hidupnya sehingga dia menjadi seorang Wali? Padahal selama hidupnya pekerjaannya adalah membunuh, merampok, dan mencuri. Rasulullah pergi menuju sumur itu dan dengan tangannya sendiri, beliau mengeluarkan tubuh orang itu, kemudian membawanya ke rumahnya bersama para sahabat. Beliau membersihkan tubuhnya, memandikan dan mengkafaninya, kemudian menshalatkan dan membawanya dari Masjid Rasulullah ke Jannat ul‐ Baqi’ yang berjarak sekitar 15 menit bila berjalan kaki. Namun pada saat itu dibutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk memindahkan tubuhnya ke sana. Seluruh sahabat merasa heran melihat cara Rasulullah berjalan. Dengan tangannya sendiri Rasulullah telah membersihkan, memandikan dan menshalatkannya, dan sekarang beliau membawa orang itu ke kuburnya dengan kaki yang berjingkat. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Mengapa engkau berjalan dengan kaki berjingkat?” Beliau menjawab, “Allah telah memerintahkan seluruh Wali dari Timur ke Barat, dan seluruh malaikat dari ketujuh surga, serta semua makhluk spiritual untuk hadir di sini dan mengikuti Wali itu sehingga jalan dipenuhi mereka dan sulit bagiku untuk mencari tempat untuk menginjakkan kakiku. Dalam hidupku, tidak pernah Aku sekaget ini.” Setelah mereka menguburkannya, Rasulullah tidak berbicara lagi kepada orang‐ orang melainkan langsung pulang ke rumahnya dengan tubuh yang gemetar dan menggigil. Di rumahnya beliau duduk bersama Sayyidina Abu Bakar ash‐Shiddiq 9 , bertanya kepada dirinya sendiri apa yang telah dilakukan Wali itu, selama hidupnya dia adalah seorang perampok, namun ketika meninggal dia mendapat kemuliaan sangat tinggi dari Allah . Sayyidina Abu Bakar berkata, “Ya Rasulullah , Aku merasa malu untuk bertanya tentang apa yang Aku saksikan pada hari ini, sungguh membingungkan.” Rasulullah menjawab, “Ya Abu Bakar, Aku bahkan lebih kaget daripada engkau, dan sekarang Aku menunggu kedatangan Jibril untuk memberi keterangan tentang kejadian ini.” Ketika Jibril datang, Rasulullah berkata, “Ya Jibril, ada apa?” Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah jangan bertanya kepadaku. Aku sendiri bingung! Namun demikian tidak perlu bingung, Allah dapat melakukan apa saja yang dikehendaki‐Nya dan Dia memerintahkan engkau untuk bertanya kepada anak perempuannya.” Bersama Sayyidina Abu Bakar ash‐Shiddiq , Rasulullah segera mendatangi rumah perampok itu. Dewasa ini para menteri dan sekretarisnya—tidak, bahkan seorang manager di sebuah perusahaan pun memperlakukan seseorang seolah‐olah mereka pengemis di depan pintu rumahnya. Mereka tidak menunjukkan rasa hormat atau kerendahan hati. Rasulullah tanpa mempedulikan kekuatan dan statusnya sebagai orang yang sempurna, kekasih Allah, dengan rendah hati pergi ke rumah Wali itu dan bertanya kepada anak perempuannya apa yang dilakukan ayahnya selama hidupnya, “Wahai anakku, tolong ceritakan bagaimana ayahmu menjalani hidupnya.” Dia menjawab, “Ya Rasulullah , Aku sangat malu kepadamu, apa yang akan kuceritakan kepadamu? Dia adalah seorang pembunuh dan perampok. Aku tidak pernah melihatnya melakukan suatu kebajikan. Dia merampok dan mencuri siang dan malam, kecuali dalam satu bulan. Ketika bulan itu datang dia akan berkata, ‘Ini adalah bulannya Allah ,’ karena dia pernah mendengar engkau bersabda, ‘Rajab adalah bulan Allah , Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummat.’ Dia berkata, ‘Aku tidak peduli dengan bulan Rasulullah atau pun bulan ummat, Aku hanya peduli pada bulan Tuhanku. Oleh sebab itu Aku akan duduk di kamarku, menutupnya, dan melakukan khalwat di bulan ini.’” Rasulullah bertanya kepadanya, “Khalwat macam apa yang dia lakukan?” Dia berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, suatu hari dia sedang berada di jalan untuk mencari orang yang akan dirampok dan dia menemukan seorang yang berusia 70 atau 80 tahun. Dia memukulnya sehingga orang itu tidak sadarkan diri, dan merampoknya, dia menemukan segulungan kertas kecil dari orang itu. Dia membukanya dan menemukan sebuah do’a di dalamnya, dia sangat senang dengan do’a itu. Setiap tahun ketika bulan Rajab tiba, bulannya Allah, ayahku duduk dan membaca do’a itu sepanjang siang dan malam, sambil menangis dia membaca do’a itu, kecuali ketika dia mau makan atau berwudhu. Setelah bulan itu berlalu, dia bangkit lagi dan berkata, ‘Bulan Allah telah berakhir sekarang giliran kesenanganku.’ Dia kembali merampok dan membunuh selama 11 bulan kemudian.” 10
Description: