P enelitian Kerusuhan sampang: Kontestasi aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan madura 117 Kerusuhan Sampang: Kontestasi Aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan Madura M. Alie Humaedi Peneliti Kajian Budaya Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Email: [email protected] dan [email protected] Diterima redaksi tanggal 24 Juni 2014, diseleksi 10 Juli 2014, dan direvisi 22 Agustus 2014 Abstract Abstrak The riot in Sampang Madura, on August Peristiwa kerusuhan di Sampang Madura, 26 26, 2012 is the greatest incident of violence Agustus 2012 adalah kejadian paling besar yang menimpa pengikut Syiah di Indonesia. against Shia followers in Indonesia. This Kerusuhan ini telah menelan korban jiwa, conflict has resulted a number of victims, as kerugian material dan immaterial cukup well as had great material and immaterial besar. Penyelesaian konfliknya juga tidak losses. The settlement of the conflict has kunjung datang. Penyebab kerusuhan still not been reached. The Sampang riot Sampang telah mencakup banyak aspek, was caused by many factors—not only tidak sekadar persoalan agama, tetapi juga the issue of religion, but also the spiritual- mencakup aspek legitimasi sosial spiritual social legitimacy that has economic and yang berimbas pada ekonomi dan politik political impacts for Sampang’s Shiites. para penganut paham keagamaannya. Permasalahannya, bagaimana kontestasi How did the contestation of religious paham keagamaan yang menjelma menjadi thought lead to a riot – a form of conflict kerusuhan itu diperagakan dalam wajah often attributed to Madurese culture? This kebudayaan Madura? Penelitian kualitatif study uses qualitative methods, specifically dan riset investigasi melalui wawancara in-depth interviews, observations, and use mendalam, observasi, dan penelusuran of primary documents. Both actors in the dokumen dengan analisis lingkar dalam inner and outer ring of perpetrators, victims, dan lingkar luar terhadap pelaku, korban, motives were investigated. This study finds motif, dan jaringan setidaknya telah that the Sampang riot was caused by many menemukan adanya faktor internal, eksternal dan pengalih dari penyebab factors, including religious debates and kerusuhan Sampang. Pemaknaan agama, the political interests of the religious elite. kepentingan politik agama, ancaman Specifically, religious elites faced threats to terhadap legitimasi ekonomi dan sosial the economic and social legitimacy, thus spiritual para tokoh agama pun terlihat jelas leading them to frame their actions in the saat mereka mengemasnya dengan praktik language of cultural practices. kebudayaan masyarakat. Keywords: Sampang Riot, Social-Spiritual Kata kunci: Kerusuhan Sampang, Legitimasi Legitimacy, and Cultural Practices Sosial Spiritual, dan Praktik Kebudayaan Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2 118 M. Alie HuMAedi Pendahuluan kepemimpinan pasca meninggalnya Rasulullah Saw; pengenangan atas Sebagian besar masyarakat peristiwa Ghodur Khum dan terbunuhnya Indonesia barangkali tidak begitu Husain di Karbala dengan berbagai ritual akrab dengan Syiah, baik berupa keagamaan yang merunut pada madzhab ajaran, aliran ataupun organisasi dan tertentu; dan adanya ajaran yang berbeda jaringan pengikutnya. Hal inilah yang dengan kelompok besar kaum Muslimin menyebabkan sebagian besar masyarakat (kelompok Ahlussunnah Wal Jamaah) akan lebih percaya pada informasi dalam hal pandangan tentang al-Qur’an tentang suatu peristiwa konflik dari versi (muharraf [diubah] atau tidak), sifat yang berkembang luas, dibandingkan ma’sum para sahabat Nabi dan khususnya versi yang berasal dari kelompok Ali bin Abi Thalib, kawin mut’ah (kawin korban sendiri. Kasus Sampang pun kontrak), taqiyah (penyembunyian membuktikan fenomena itu. Masih identitas diri), dan lain sebagainya (al-Kaf banyak anggota masyarakat di Madura 2012). yang dibingungkan oleh penyebab dari peristiwa kerusuhan Sampang yang Oleh karena itu, Syiah seringkali melibatkan kelompok Syiah sebagai diperhadapkan pahamnya dengan salah satu pihak yang bertikai. Bahkan, kelompok Sunni (Ahlussunnah wal- sebagian masyarakat di Madura Jamaah) yang dipegang oleh sebagian kemudian hanya menganggap bahwa besar kaum Muslimin dengan peristiwa Sampang hanya merupakan penggunaan empat mazhabnya (Syafii, kejadian biasa, seperti halnya kejadian Hambali, Hanafi dan Maliki). Dalam carok antar laki-laki yang memperebutkan perkembangannya, aliran Syiah sendiri dan membela kehormatan para istri atau terpecah menjadi Syiah Zaidiyah, Syiah perempuan lain, sebagaimana dikenal Ismailiyah, Syiah Imamiyah, Itsna dalam tradisi dan kebudayaannya ‘Asyariyah dan lainnya. Setiap aliran (Rozaki 2004). Ketidakakraban terhadap ini memiliki marji (guru spiritual), paham Syiah ini pula yang membuat serta jaringan dan pemanfaatan dana masyarakat kemudian dengan mudah humus (harta perlimaan). Setiap marji melupakan kejadian-kejadian yang kemudian berusaha menyebarkan berhubungan dengan pengikut Syiah aliran Syiah ke seluruh dunia, termasuk sebagai korbannya. Indonesia. Penyebaran mereka umumnya menggunakan sistem sel dengan Syiah adalah salah satu aliran memanfaatkan jaringan hauzah (lembaga keagamaan dalam Islam yang pendidikan) di Iran, yaitu antara murid mengedepankan penghormatan Indonesia dengan para gurunya di terhadap Ahlul Bait, yaitu keluarga Nabi hauzah-hauzah Iran (Humaedi, 2007; Muhammad Saw dari putri Fatimah 2012). Pasca revolusi Iran di tahun 1976- dan menantunya (Ali bin Abi Thalib) an, Syiah kemudian mulai berkembang di yang berketurunan Hasan dan Husain. Indonesia, melalui lembaga pendidikan, Penghormatan itu diwujudkan dalam pesantren, lembaga kesehatan, penerbitan bentuk pelekatan nama Ahlul Bait dalam buku dan pencerahan pemikiran pengucapan syahadat, tawasul, dan (Shihab 2007). Di tahun 2008, jumlah doa kesehariannya; ketidakpercayaan organisasi yang mengafiliasikan diri ke sifat amanah (terpercaya) dan siddiq jaringan dan paham Syiah mencapai 108 (benar) terhadap para sahabat Nabi, organisasi. Namun, mereka sangat jarang khususnya Abu Bakar ash-Shiddiq, mempopulerkan diri secara langsung Umar bin Khattab dan Utsman bin sebagai organisasi ataupun pengikut Affan yang bersangkut paut dalam alih aliran Syiah, karena ada anjuran mengenai HARMONI Mei - Agustus 2014 Kerusuhan sampang: Kontestasi aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan madura 119 taqiyah sebagai strategi penyembunyian kelahiran dan mengungsi di Gedung diri dari gerakan anti-Syiah. Karena Olah Raga (GOR) Kabupaten Sampang. taqiyah inilah, masyarakat Indonesia Hal ini belum ditambah dengan kerugian akhirnya tidak begitu mengenal tentang dan beban moril ataupun trauma psikis Syiah beserta gerakannya. yang akan terus menghantui para korban penyerangan, khususnya pada anak-anak Padahal, pasca reformasi tahun 1998, kecil itu; Ketiga, sebelum peristiwa besar berdasarkan laporan M. Alie Humaedi itu terjadi telah ada peristiwa-peristiwa (2008) sedikitnya ada lima peristiwa besar kecil yang terus-menerus menimpa yang berhubungan dengan ajaran dan pengikut Syiah di wilayah Sampang, pengikut Syiah. Pada tahun 1999 pernah baik berupa intimidasi, provokasi dan terjadi penyerangan dan pengrusakan ancaman langsung yang membahayakan pesantren Syiah al-Hadi di Batang. jiwa dan material para pengikut Syiah; Serangan ini berlanjut pada tahun 2002 Keempat, potret kejadian ini dipantau oleh dengan target pesantren al-Hadi di media massa nasional dan internasional Pekalongan yang keduanya milik Habib seperti media Al-Jazeera, karena Ahmad Baragbah di Pekalongan. Setelah kejadiannya relatif besar. Namun, di peristiwa Pekalongan, secara beruntun balik pemberitaan itu sesungguhnya ada tercatat pula penyerangan dan pengucilan pesan yang bisa dibaca bahwa kejadian kelompok Syiah pimpinan Abdullah itu setidaknya memiliki makna lebih luas, Bafaqih dan Miqdad Turkam di Jepara, tidak hanya kontestasi politik keagamaan dari tahun 1998 sampai sekarang. Tercatat bersifat lokal dan melibatkan masyarakat pula kejadian penghinaan, penyerangan awam dengan segala pandangan dan dan pemukulan santri di pesantren praktik kebudayaan saja, tetapi juga Syiah YAPI di tahun 1999, 2000, 2004, memiliki muatan kepentingan politik 2008, dan terakhir di tahun 2011 sebagai regional, nasional dan internasional. penyerangan besar yang dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan Sunni Empat hal di atas dapat dirunut ke pesantren YAPI. Beberapa santri menjadi satu hipotesis penting bahwa remaja pun menjadi korban dengan luka- suatu kerusuhan tidak akan mungkin luka yang cukup serius. terjadi bila tidak memiliki akar atau penyebab masalah dan pemicu kerusuhan Terakhir, kejadian relatif besar itu sendiri. Akar atau penyebab kerusuhan yang menarik perhatian masyarakat dalam persoalan agama biasanya adalah kerusuhan Sampang. Kerusuhan berhubungan dengan perbedaan paham, “besar” ini terjadi sebanyak dua kali, aliran, agama, dan interpretasi atas ajaran yaitu pada Desember 2011 dan Agustus dan praktik keagamaan. Rangkaian 2012 yang diiringi dengan bentrokan- pemenangan dalam perebutan aspek- bentrokan kecil antara pengikut Syiah aspek itu dilakukan secara unik oleh dengan pengikut Sunni. Dikatakan setiap kelompok aliran atas nama ajaran sebagai peristiwa besar karena empat hal. agama yang diyakininya. Pola gerakannya Pertama, karena jatuhnya korban jiwa, berbeda dengan pola Islamisasi dalam baik meninggal ataupun luka-luka; Kedua, konsepsi learning processes yang ditawarkan selain korban jiwa, kerugian material dan Siebert (1985), atau Islamisasi berpola psikis yang dialami oleh pengikut Syiah penguatan lembaga Islam seperti Riaz di Sampang dapat dinyatakan berjumlah Hassan (1985), gerakan pemurnian Islam besar. Sebanyak 47 rumah beserta isinya seperti penelitian Abdul Munir Mulkhan “sengaja” dibakar massa, 30 ternak sapi (2000), atau tradisionalisme radikal NU hilang, dan sebanyak 76 KK atau sekitar yang dipopulerkan Nakamura (2003). 352 jiwa harus meninggalkan tanah Proses persaingan untuk memenangkan Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2 120 M. Alie HuMAedi perebutan semua aspek dalam penelitian biasa tampak ke permukaan, misalnya ini tidak mengarah kepada “zero sum persoalan perempuan, penangkapan game”, yaitu konsep kekuasaan sebagai pencuri, senggolan mobil, penghinaan terbatas dan dibagi, sehingga kalau satu atau pelecehan atas bentuk fisik tertentu, kelompok maju, berarti kelompok lain dan rebutan lahan parkir. Setelah amuk akan rugi. Sementara pemicu kejadian massa atau tawuran, para pelaku akan bisa berupa sesuatu yang bersifat bubar dengan sendirinya, setelah orang spontan, kekeliruan mengartikulasikan atau kelompok yang dianggap salah kebudayaan leluhur, dan kejadian yang itu telah terluka, meninggal, menyerah umum dalam kehidupan keseharian, atau lari menyelamatkan diri. Perbedaan namun dilakukan oleh individu yang antara amuk massa dengan penyerang berasal dari kelompok yang sedang dalam kasus kerusuhan Sampang adalah disorot atau diperhatikan gerak geriknya. adanya koordinasi atas proses kejadian, Kelompok minoritas atau terpinggirkan khususnya dalam upaya memprovokasi dalam persoalan keagamaan adalah massa untuk menyerang kelompok Syiah mereka yang paling sering diincar. yang dianggap berbeda secara umum oleh masyarakat Madura. Provokasi seperti Hipotesis di atas melahirkan ini umumnya hadir melalui transfer beberapa pertanyaan, apa dan bagaimana informasi yang keliru ataupun penafsiran akar dan pemicu kerusuhan dalam ajaran agama yang menyudutkan konteks kebudayaan Madura? Apakah pihak tertentu. Oleh karena itu, setiap sekadar hal-hal menduniawi (suatu kerusuhan yang berdasarkan keagamaan, praktik kehidupan) ataukah lebih dari harus dilihat secara substantif, bahwa itu, yaitu bersangkut paut dengan penyebab utamanya adalah penilaian diri persoalan pemaknaan agama, perbedaan tentang “yang lain (liyan)” dalam suatu praktik kebudayaan, kepentingan politik kerangka konsep keagamaan. Penilaian agama, ancaman terhadap legitimasi diri terhadap yang lain itu tidak terlepas ekonomi dan sosial spiritual? Pertanyaan dari proses interpretasi ajaran agama, ini menjadi penting untuk menjelaskan baik bersifat terbatas, kecenderungan bahwa penyebab kerusuhan Sampang truth claim ataupun indoktrinisasi yang tidak semata berkutat pada persoalan menggunggulkan kapasitas al-ana agama, tetapi juga mencakup penyebab- (diri dan kelompok) yang lebih baik penyebab yang berada di luar keagamaan, dibandingkan kelompok lain (hiya huwa, khususnya pandangan dan praktik hum). kebudayaan para penganutnya terhadap sesuatu atau kelompok yang dianggap Proses transfer dan penerimaan berbeda (liyan) dan minoritas. penafsiran agama sesungguhnya sangat penting dalam mempengaruhi seseorang. Ada kerangka pemikiran yang perlu Dari proses ini, pengertian tentang agama disodorkan dalam kasus Sampang, bahwa sebagai drive integrating motive pribadinya penyerangan terhadap pengikut Syiah akan tumbuh sesuai dengan pesan- di Nangkernang dan Bluuran, bukan pesan substantif yang diberikan saat peristiwa atau kejadian amuk massa pembelajaran mengenai ajaran agama yang melibatkan dua kelompok berbeda. yang ditafsirkannya. Kalau penafsiran Menurut Robert Cribb (1997), amuk yang diajarkan itu memiliki makna baik, massa atau tawuran umumnya bersifat dalam arti moralitas individual dan tidak terencana, spontan, dan tidak ada kebaikan dalam kehidupan bersama, maka pimpinan atau koordinasi di tingkat ia akan berguna bagi para pengikutnya, lapangannya. Penyebab kejadiannya khususnya dalam soal mengontrol pun bersifat umum atau sesuatu yang tindakan yang tidak menyakitkan bagi HARMONI Mei - Agustus 2014 Kerusuhan sampang: Kontestasi aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan madura 121 orang dan kelompok lain. Sebaliknya, jika dua hal itu, mengapa persoalan ini dapat ajaran agama tersebut disusupi pesan- melibatkan massa dalam jumlah ribuan pesan pengejewantahan truth claim dengan orang dari berbagai wilayah yang tersebar caranya sendiri, termasuk kekerasan, di puluhan desa dan tiga kecamatan, maka secara langsung ia akan ikut baik di wilayah Kabupaten Sampang mempengaruhi pandangan dan tindakan sendiri ataupun kabupaten tetangganya, kekerasan dari para pembelajarnya. yaitu Kabupaten Pamekasan? Bila Oleh karena itulah, di dalam proses benar, mengapa ulama se-Madura yang menjadikan pembelajaran agama sebagai tergabung dalam organisasi Bassra secara drive integrating motive, artikulasi para intens melakukan rapat-rapat khusus pemimpin kelompok keagamaan menjadi tentang penyesatan Syiah sebelum dua sangat penting. Artikulasinya pun kejadian besar terjadi? Dengan demikian, sebenarnya dikehendaki sama dengan penyebab-penyebab utama kerusuhan proses keyakinan dan penumbuhan Sampang harus dinyatakan, setidaknya kesadaran beragama bagi para pengikut kepada para pihak yang berkepentingan. kelompok keagamaannya (Berger 1997). Untuk mencari kenyataan esensial Tidak jarang, penafsiran ajaran di atas, peneliti memilih menggunakan agama dapat menghadirkan kekerasan metode kualitatif dengan cara riset yang cukup membahayakan bagi investigasi, khususnya yang berhubungan kelompok lain, bila secara substantif pada penyelidikan ranah-ranah ia ditujukan pada aspek-aspek yang kehidupan sosial di dalam masyarakat bersifat memojokkan kelompok dan luas (livelihood investigatory). Riset paham lain. Dilema seperti ini akan investigasi (Cresweel 2002), “terpaksa” sering terjadi, ketika secara ajaran dilakukan, karena adanya kecenderungan agama, mereka dianggap berbeda dari kuat para pihak lokal untuk mengunci kelompok mainstream, terlebih ketika informasi yang sebenarnya dan kemudian kelompok mainstream tersebut telah menyederhanakan pada dua persoalan mulai melakukan pembatasan dari sederhana di atas, yaitu asmara dan pemenuhan hak-hak kelompok yang warisan. Riset investigasi dilakukan pada dianggap minoritas. Seiring hal tersebut, bulan Oktober 2012, sekitar 30 hari pasca kelompok minoritas yang cenderung kerusuhan, dengan cara wawancara radikal pun akan berusaha menunjukkan mendalam kepada para pelaku dan eksistensinya bahkan melalui jalan korban kerusuhan dengan teknik analisis kekerasan sekalipun. Alasan-alasan lingkar luar dan lingkar dalam. Jumlah non-keagamaan, seperti latar dan nilai informan mencapai 32 orang dengan kebudayaan masyarakat pendukungnya berbagai statusnya. bisa saja masuk menyeruak sebagai Analisis lingkar luar, yaitu legitimasi pembenaran tindakannya. dengan menghadirkan informasi sekitar obyek untuk menggali dan mendalami informan. Sementara analisis lingkar Metode Penelitian dalam, yaitu menggali pengetahuan dan Pertanyaan yang sering menggelitik, pemahaman dari sudut pandang para mengapa penyebab kerusuhan Sampang informan sendiri. Wawancara mendalam kemudian direduksi menjadi persoalan diperkuat dengan observasi langsung yang hanya bertumpu pada dua hal, yaitu terhadap para pelaku, korban dan asmara dan warisan, sebagaimana laporan lokasi peristiwa. Penelusuran dokumen Kementerian Agama Kabupaten Sampang terkait persoalan pun digali sedemikian (2012)? Bila penyebabnya memang benar rupa. Karena itu, teknik pengumpulan Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2 122 M. Alie HuMAedi data seperti ini akan mampu menggali nantinya; Jumlah massa yang besar dan informasi berdasarkan cara pandang tidak wajar telah memacetkan jalan dari masyarakat pelaku dan korban dalam rute Sampang-Omben-Karangpeunang memaknai kerusuhan Sampang. Melalui atau sebaliknya. Mengenai hal tersebut, cara ini, penelitian dapat memperoleh setidaknya terdapat dua pandangan data secara berimbang. untuk melihat tanda-tanda ini. Pertama, apakah benar aparat keamanan tidak mampu membaca tanda-tanda penyerangan tersebut; Kedua, barangkali Kronologi Kerusuhan aparat mengetahui, tetapi telah terjadi Kerusuhan Sampang dalam pembiaran atau tutup mata terhadap penelitian ini dikhususkan pada kejadian proses aksi massa ini. 26 Agustus 2012 atau 7 hari pasca hari raya Idul Fitri. Orang Madura menyebutnya Di hari penyerangan, walaupun sebagai lebaran ketupat atau lebaran saat itu sedang lebaran ketupat, sehabis pelaksanaan ibadah puasa enam kemacetan yang begitu parah tidak hari bulan Syawal. Seperti keadaan pernah terjadi sebelumnya. Massa yang lebaran, masyarakat pun telah bersiap- menaiki kendaraan berupa truk, pick siap meramaikannya dengan berbagai up, dan motor itu pun banyak ragam, menu makanan dan silahturahim antar tidak serta merta berpakaian putih atau keluarga dan tetangga, baik dalam satu bersurban atau dengan identitas yang desa ataupun desa tetangganya. Namun, khas, misalnya berjenggot. Setelah massa kebiasaan itu tidak pernah terwujud dari dua arah itu bertemu di pintu masuk di masyarakat Karanggayam pada dusun Nangkernang dan Bluuran, massa lebaran ketupat 2012, terlebih bagi para lalu memasuki jalan setapak sepanjang pengikut Syiah yang berada di dusun kurang lebih 1-2 kilometer. Menurut versi Nangkernang Karanggayam, Omben, Ustadz Iklil (Wawancara 12 September Sampang Madura. 2012), massa itu dipecah dalam tiga kelompok. Kelompok pertama mengarah Tanda-tanda akan dilakukannya ke perkampungan di mana rumah, surau penyerangan dan pembakaran oleh dan pesantren Tajul berada; Kelompok sekelompok massa dalam jumlah besar itu kedua menuju rumah pengikut Syiah telah terlihat jelas di tingkat masyarakat di bagian timur dusun Nangkernang; di Omben, Karangpeunang dan Robatal. dan kelompok ketiga dipecah kembali Tanda-tanda itu antara lain: adanya menjadi tiga kelompok kecil yang ancaman penyerangan pada satu minggu mengarah ke tempat-tempat berikut sebelum lebaran, yaitu “biar mereka yakni: rumah-rumah yang terpencar di kenyang dulu, nanti setelah lebaran kita Nangkernang; rumah yang berada di bubarkan” telah terdengar nyaring; Di Bluuran; dan rumah orang Syiah yang bulan Ramadan, beberapa rapat yang ada di wilayah Selong, baik Selong Timur dilakukan kiai-kiai lintas pesantren ataupun Selong Barat, khususnya dengan secara intens dilakukan untuk membahas target khusus rumahnya Siful. tindaklanjut dari fatwa sesat tentang Syiah oleh MUI Sampang dan Jatim. Kiai- Semua kegiatan pengrusakan kiai ini diwadahi dalam organisasi Bassra dan pembakaran rumah para pengikut (Badan Silahturahmi Ulama Pesantren Syiah oleh tiga kelompok besar dan Madura); Pesan SMS yang tersebar satu tiga kelompok kecil massa penyerang malam sebelum waktu penyerangan, itu dilakukan secara cepat dan tepat. telah tersebar ke masyarakat Sunni untuk Dikatakan cepat, karena proses bersikap waspada saat penyerangan penyerangan dan pembakaran terhadap HARMONI Mei - Agustus 2014 Kerusuhan sampang: Kontestasi aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan madura 123 47 rumah itu tidak lebih dari empat jam, dan kembali ke desanya. Saat itu, polisi yaitu dari pukul 10.00 sampai 14.00. dan tentara hanya mengamankan dan Sementara dikatakan tepat, karena tidak mengevakuasi orang Syiah yang tercerai ada satu kasus pun dari penyerangan berai dan luka-luka. Rumah yang masih itu yang salah sasaran. Semua rumah terbakar pun dibiarkan begitu saja. Dua yang dibakar betul-betul milik pengikut jam kemudian, “pasukan hitam” sebutan Syiah pimpinan Tajul. Para tetangganya untuk Brimob dari Jawa Timur datang ke lokasi kejadian. Seperti rombongan polisi yang Sunni tidak ikut pula melarang pertama, mereka pun hanya menyisir atau membela tetangganya yang Syiah. tempat kejadian untuk mengevakuasi dan Sepertinya, ada orang yang bertugas mengamankan orang Syiah yang tercerai khusus untuk menginformasikan berai dan luka-luka. Dengan penjagaan bahwa rumah-rumah beserta letaknya dari pasukan hitam itu, orang Syiah itu adalah milik orang Syiah. Dapatlah itu pun kemudian diungsikan ke GOR dikatakan bahwa proses penyerangan Kabupaten Sampang. Sehari atau dua hari dan pembakaran itu telah direncanakan kemudian, polisi melakukan tindakan secara baik dan sistematis. Peristiwa itu pencidukan kepada orang yang diketahui bukanlah penyerangan yang sifatnya tiba- langsung dan menjadi “aktor utama” tiba atau spontan seperti pada peristiwa melakukan pembunuhan atas Hamamah “amuk massa” dari dua belah pihak. dan satu orang lainnya. Namun, mereka sejak awal tidak mampu melakukan Kesimpulan ini dimunculkan pencegahan atas aksi penyerangan dan karena semua informan, baik yang pembakaran terhadap rumah-rumah berasal dari masyarakat Sunni di pengikut Syiah pimpinan Tajul itu. tempat kejadian seperti NS, A, dan M, maupun anggota pengikut Syiah seperti Iklil, Umi Kultsum, Hani, N, M, dan Penyebab Kerusuhan lainnya sama-sama menyatakan bahwa mereka mendengar langsung perkataan Kerusuhan Sampang, menurut versi penyerang, seperti perkataan berikut: Pemerintah Kabupaten Sampang dan “ayo cepat-cepat diselesaikan, sebelum Dinas Kementerian Agama Kabupaten polisi datang” (dalam bahasa Madura); Sampang, disebabkan oleh beberapa “bakar semua, jangan ada yang tertinggal, hal yakni: persoalan asmara; warisan; biar bapak tahu”; dan “bawa itu ternak, perbedaan fatwa keagamaan; dan politik jangan ada yang lari.” Selain tiga kultural yang akumulasinya sebagai perkataan tersebut, terdengar juga suara- penyebab, dan konflik yang tidak mudah suara yang menyebutkan nama tokoh diselesaikan (Laporan Kanwil Depag Jatim, yang mengorganisir semua kelompok 2012). Dari empat penyebab kerusuhan penyerang yang ada. itu, hanya dua penyebab yang paling sering dimunculkan, yaitu persoalan Pihak aparat keamanan baik asmara dan warisan, sebagaimana saat polisi maupun tentara dan perangkat Menteri Agama diwawancarai Metro pemerintah sendiri belum juga datang TV (30 Agustus 2012). Sementara dua bahkan hingga 47 rumah hangus terbakar. penyebab lainnya disembunyikan Polisi tingkat kecamatan dan kabupaten dan tidak begitu ditampakkan dalam baru datang ke lokasi kejadian pada pukul berbagai penyelesaian masalah. Penyebab 15.00. Hampir dapat dikatakan bahwa kerusuhan Sampang kemudian direduksi saat polisi datang, semua kelompok pada persoalan sederhana, yaitu asmara massa yang ada tidak lagi dijumpai di dan warisan. Apakah demikian adanya? tempat. Mereka telah membubarkan diri, Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2 124 M. Alie HuMAedi Dalam kasus Sampang, peneliti Sunni. Beberapa perbedaan yang tampak membedakannya menjadi tiga faktor ke permukaan itu misalnya, soal tata penyebab kerusuhan. Faktor pertama, cara shalat, di mana orang Syiah tidak adalah faktor internal dalam ajaran melakukan sedakep (menempelkan tangan Syiah yang menjadi bahan untuk di dada) atau shalatnya hanya tiga kali disesatkan; Faktor kedua, faktor eksternal, waktu, atau pengucapan kalimat syahadat berhubungan dengan praktik dan politik yang juga berbeda, di mana setelah kebudayaan masyarakat Sampang penyebutan Muhammadar-rasulullah, Madura, yaitu adanya aspek ancaman dilanjutkan dengan Ali habibullah dan terhadap legitimasi ekonomi, sosial dan seterusnya. spiritual tokoh masyarakat (kiai, ustadz) dan ide pembaharuan yang ditawarkan Untuk mendukung dan oleh Syiah kepada masyarakat luas. memasyarakatkan bahwa Syiah adalah Adapun faktor terakhir, penulis aliran sesat, maka ceramah dan diskusi menyebutnya sebagai faktor pengalih tentang beberapa ajaran Syiah pun dari logika penyebab utama konflik, selalu ditampakkan oleh para kiai Sunni yaitu asmara, warisan, dan beberapa hal Sampang Madura. Beberapa ajaran lainnya. yang menjadi poin argumen penyesatan Syiah, sebagaimana disebutkan juga oleh Al-Kaff (2012), di antaranya adalah: Faktor Internal dalam Ajaran Syiah Pertama, ajaran Syiah tentang penghinaan terhadap sahabat Nabi, khususnya Abu Melihat kerusuhan “besar” Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Sampang, 26 Agustus 2012, haruslah Usman bin Affan, dan Aisyah r.a. Kedua, dikaitkan dengan kejadian-kejadian ajaran Syiah tentang al-Qur’an adalah sebelumnya, yaitu Desember 2011, April muharraf. Muharraf dimengerti sebagai 2006, dan Oktober 2004. Semua peristiwa perubahan kata-kata dan huruf yang kekerasan itu, menurut versi masyarakat dilakukan oleh para Sahabat Nabi, dan Sunni di sekitar Karanggayam, seperti Ibu J, Bpk. M, AM, dan Th (Wawancara hal ini berbeda dengan firman Allah yang di Karangpeunang, 2 Oktober 2012), diturunkan kepada Nabi Muhammad disebabkan oleh paham dan praktik saw melalui malaikat Jibril. Menurut keagamaan baru yang diajarkan Tajul kiai, Syiah telah menganggap bahwa pada pengikutnya, dan terdengar oleh Mushaf Utsmani itu adalah muharraf masyarakat di luar pengikutnya yang dan tidak sah, karena ayat-ayat yang ada kemudian dilaporkan kepada para di dalamnya telah berkurang banyak. kiai setempat. Mendengar keresahan Menurut versi Syiah, ayat itu mencapai masyarakat tentang ajaran Tajul itu, 7.500 ayat, sementara Mushaf Utsmani para kiai berusaha menjelaskan kepada hanya menyimpan 6666 ayat saja. Ketiga, masyarakat Sunni bahwa ajaran Tajul ajaran kawin mut’ah (kontrak). Kiai Sunni adalah keliru dan dapat dikategorikan berusaha menampilkan ajaran Syiah sebagai kelompok Syiah dan sesat. tentang kawin mut’ah ini sebagai ajaran yang berbahaya, karena mut’ah diartikan Di awal perkembangannya, paham kawin dalam dan dengan kesepakatan Syiah tersebut tidak disebut para kiai waktu tertentu. Bahkan, menurut kiai sebagai paham atau aliran sesat. Mereka Sunni, kawin mut’ah yang dikenal Syiah hanya mengatakan bahwa Tajul dan pengikutnya adalah kelompok Syiah dapat dilakukan dengan pelacur, bila yang berbeda mazhab, baik fikhiyah seseorang berkehendak melakukan hasrat ataupun ubudiyah dengan kelompok seksualnya. HARMONI Mei - Agustus 2014 Kerusuhan sampang: Kontestasi aliran Keagamaan dalam Wajah Kebudayaan madura 125 Tiga ajaran pokok dan beberapa masyarakat luas. Apa yang disebut perilaku fiqhiyah Syiah di atas sebenarnya dengan politik kultural dalam konteks bersifat debatable. Ulama besar pun kerusuhan Sampang adalah siasat masih mendebatkannya, apakah yang menyiasati dalam bentuk pengelolaan dilihat dan dipandang orang Sunni kebudayan (baca juga keagamaan) untuk itu betul-betul dilakukan oleh orang kepentingan-kepentingan pihak-pihak Syiah? Quraish Shihab (2007) pernah tertentu dengan atas nama agama dan menyatakan bahwa “perbedaan Sunni tradisi turun temurun. Syiah hanya dalam tingkat kekaguman Seperti diketahui masyarakat kepada ahlul bait saja”. Bahkan Said Madura, khususnya Sampang, Agil Siraj pernah menyatakan bahwa mempraktikkan tradisi penghormatan “Muslimin di Indonesia yang dikenal luar biasa kepada para guru agama (kiai sebagai Ahlussunah sesungguhnya dan ustadz). Mereka menjadikan tokoh sudah menjadi Syiah minus Imamah” agama ini sebagai panutan dan sumber (Kompas, 13 Mei 2007). Demikian juga hukum satu-satunya dalam keputusan dengan ketua umum PP Muhammadiyah, yang bersangkutpaut pada semua aspek Din Syamsuddin, pernah menegaskan kehidupannya: sosial, ekonomi, politik bahwa antara Sunni dan Syiah ada dan agama, baik bersifat individual perbedaan, tetapi hanya pada wilayah ataupun kolektif. Bahkan penghargaan cabang (furuiyyat), tidak pada wilayah itu melebihi orang tua, guru biasa (mata dasar agama (akidah), karena keduanya pelajaran umum), dan pemerintah. berpegang pada akidah islamiyah yang Tokoh agama ini selalu disebut dalam sama, walau ada perbedaan pendapat setiap aktivitas kehidupannya, baik mengenai derajat penghormatan untuk urusan kebaikan ataupun untuk terhadap Ali bin Abi Thalib (Konferensi urusan yang bertentangan dengan Islam Sedunia, 05 Mei 2008 di Teheran) norma umum sekalipun, seperti pada kasus Blater (Rozaki, 2008). Tokoh agama panutan pun ada tiga ragam. Pertama, Faktor Eksternal ada tokoh agama yang tinggal mewarisi Bila pemahaman terhadap tiga garis keturunan ketokohan generasi ajaran Syiah di atas menjadi faktor sebelumnya (orang tua, kakek, buyut internal penyebab kerusuhan, maka tentu atau bujunya), seperti Kiai A, Kiai M, Kiai ada faktor eksternal yang bisa jadi lebih AH, dan lainnya. Tokoh agama dalam penting dari faktor internalnya. Faktor kategori ini tinggal menjaga keahlian, eksternal ini berhubungan dengan praktik kepakaran dan tingkat pengetahuannya. kebudayaan beserta politik kultural yang Mereka tidak lagi mengkhawatirkan berkembang di masyarakat Madura. soal jumlah pengikut, santri ataupun Kehadiran paham Syiah yang dibawa penghargaan dari masyarakat yang dan dikembangkan oleh Tajul yang salah diwujudkan dalam banyak bentuk dan satu anjurannya untuk mengadakan jaminan (sosial dan ekonomi). Salah kegiatan maulid secara kolektif, dan satunya, masyarakat akan menempatkan tidak bersifat per keluarga, misalnya akan anaknya ke madrasah atau pesantren dianggap sebagai serangkaian ancaman miliknya. Kedua, ada tokoh agama yang terhadap legitimasi ekonomi, sosial berusaha menciptakan dirinya sebagai dan spiritual tokoh masyarakat (kiai, tokoh panutan masyarakat. Mereka ustadz) yang mainstream dan mapan. yang menganggap dirinya telah mampu Hal ini belum ditambah dengan ide-ide dalam kapasitas keilmuan agama, pembaharuan dalam bidang pendidikan akan mengembangkan suraunya untuk yang ditawarkan oleh Syiah kepada madrasah. Bisa saja gedung-gedung Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 2 126 M. Alie HuMAedi madrasah ini kemudian dibangun di luar penghidupan yang lebih baik, bila tetap dari konsep perumahannya, misalnya bertumpu pada pendidikan madrasah berada di tanah-tanah yang dibeli atau atau pesantren non formal seperti itu; diwarisi dari orang tuanya. Ketiga, (ii) bagaimana mungkin masyarakat tokoh-tokoh agama (Islam) baru yang Sampang akan maju secara sosial dan menawarkan ide-ide baru, baik aliran ekonomi, bila masih terikat kuat, tidak ataupun misi yang berbeda dengan tokoh mau lepas dari pengaruh kiai, khususnya agama mainstream. dalam urusan-urusan non agama; (iii) apakah mungkin kita masih menghormati Para tokoh agama ini sesungguhnya dan patuh kepada kiai atau ustadz yang dapat menjadi pelopor, inisiator, dan tidak bisa menjaga kehormatan dirinya sekaligus pendamping bagi kemajuan dan tidak melakukan amar ma’ruf nahi masyarakat Madura. Dalam bidang munkar seperti apa yang sering dinyatakan sosial, kiai dan ustadz mendirikan mereka (catatan tersendiri, tidak madrasah dan pesantren. Sayangnya, dimasukkan dalam dokumen laporan, kasus perebutan untuk memperoleh karena banyak kasus kiai atau ustadz murid paling sering terjadi di masyarakat yang disebutkan oleh para informan, Sampang. Para ustadz berusaha baik Sunni ataupun Syiah tentang soal mengajak orang tua untuk memasukkan ini); dan (iv) pencerahan pemikiran dan anaknya ke madrasah yang mereka keagamaan hanya bisa dilakukan bila dirikan, dan sangat mungkin melakukan orang beragama mau berpikir secara akal, pencitraan yang buruk terhadap mau merenung melalui hati, dan mau madrasah atau tokoh agama lain. Bila bertindak kebaikan dengan perbuatan hal ini yang dilakukan, maka ustadz lain tangan dan kakinya (Wawancara dengan yang memiliki madrasahnya juga akan Umi Kultsum, istri Tajul; dan dipertegas berusaha menimpalinya. Semua usaha oleh Hani, adik Tajul, Oktober 2012). ini dilakukan untuk melegitimasikan diri sebagai tokoh masyarakat. Legitimasi ini Tajul pun tidak segan-segan sangat penting karena berhubungan erat menentang beberapa praktik kebudayaan dengan praktik kebudayaan yang ada masyarakat Sampang yang seringkali di dalam masyarakat Madura. Ketika dimanfaatkan untuk kepentingan mereka menjadi bagian dari legitimasi “menghidupi” kiai dan keluarganya. sosial keagamaan, maka persoalan Acara maulidan Nabi, syabanan, khitanan sumber ekonomi dan eksistensi diri anak, dan perkawinan adalah serangkaian dalam pergaulan masyarakat pun akan kegiatan keagamaan berbungkus terjamin dengan sendirinya. kebudayaan lokal yang menumpukan sepenuhnya pada peran serta para kiai Oleh karena itulah, wajar bila dan ustadz. Pernyataan-pernyataan perselisihan antar ustadz sesama paham visioner Tajul terhadap realitas yang Sunni di Sampang pun telah, sedang dan ada dan fenomena yang ditampilkan akan sering terjadi. Apalagi terhadap oleh para kiai dan ustadz dalam bentuk kelompok-kelompok atau orang baru kelembagaan pesantren dan madrasah, yang menawarkan paham dan ide serta praktik kebudayaan inilah yang telah baru, maka pertentangan kepadanya membuat satu kekhawatiran tersendiri akan semakin kuat. Terlebih bila orang bahwa alirannya akan bisa diterima dan baru, seperti Tajul, pimpinan pengikut berkembang luas di masyarakat Sampang Syiah di Karanggayam itu berani Madura. Terlebih ketika ada campur menyatakan pandangannya bahwa (i) tangan atau keterlibatan dari lembaga anak-anak Sampang tidak akan maju donor B dan yayasan al-B yang jelas-jelas dan memperoleh peruntungan atau memiliki misi dan visi anti Syiah. HARMONI Mei - Agustus 2014
Description: