KEPEMIMPINAN AROK DARI PERSPEKTIFASTHABRATA DALAM NOVEL AROK DEDES KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER AROK’S LEADERSHIP FROM THE ASTHABRATA PERSPECTIVE IN AROK DEDES NOVEL BY PRAMOEDYA ANANTA TOER I Wayan Nitayadnya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu 94118 Pos-el: [email protected] ABSTRACT The concept of leadership is not only useful for the leader but it is also useful for everyone who is led, meaning that by understanding the concept of good leadership, a leader will be able to do what he should do and how the follower should shows their loyalty and dedication to the leader. By using the leadership role contained in the Arok Dedes novel written by Pramoedya Ananta Toer, the objectives to be achieved in this study were (1) reveals patterns how Arok leads, (2) reveals leadership perspective of Asthabrata Arok, and (3) knowing the relevance Arok leadership in relation to the present leadership and the future leadership. The method used in the data collection is the literature study. The data analysis is carried out by reconstruction and reflection text (text meaning), then proceed with interpretation by evaluating the perspective of Asthabrata leadership and correlate the text with the concept of leadership in the future leadership. The result of the analysis shows that the leadership pattern of Arok reflects strong leadership and fairness. Arok leadership represents the leadership of Asthabrata. The character of leadership is very relevant to be applied in order to leading a nation in which experiencing a crisis of leadership like today. Keywords: Leadership, Asthabarata, Reconstruction, Reflection, Relevant ABSTRAK Konsep kepemimpinan tidaklah hanya berguna bagi pemimpin tetapi berguna bagi setiap orang yang dipimpin. Artinya, dengan memahami konsep kepemimpinan dengan baik, seorang pemimpin akan mampu memimpin dengan baik dan adil serta mampu menciptakan loyalitas dari rakyat yang dipimpinnya. Dengan mengangkat kasus kepe- mimpinan yang terdapat dalam novel Arok Dedes, karya Pramoedya Ananta Toer, penelitian ini bertujuan untuk (1) mengungkap pola lakuan Arok dalam memimpin; (2) mengungkap kepemimpinan Arok dari perspektif Asthabrata; dan (3) mengetahui relevansi kepemimpinan Arok dalam kaitannya dengan kepemimpinan masa kini dan masa yang akan datang. Metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data adalah studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan cara rekonstruksi teks dan refleksi (pemaknaan teks), kemudian dilanjutkan dengan pemberian interpretasi dengan cara evaluasi kepemimpinan tokoh dari perspektif Asthabrata dan mengorelasikan konsep kepemimpinan dalam teks dengan kepemimpinan masa depan (relevansi). Hasil analisis menunjukkan bahwa pola lakuan Arok mencerminkan kepemimpinan yang tangguh dan adil dalam membela kepentingan rakyat tertindas. Kepemimpin- an Arok mere-presentasikan kepemimpinan yang berlandaskan ajaran Asthabrata. Karakter kepemimpinannya itu sangat relevan diterapkan dalam memimpin bangsa yang sedang mengalami krisis kepemimpinan dewasa ini. Kata kunci: Kepemimpinan, Asthabarata, Rekonstruksi, Refleksi, Relevansi | 81 PENDAHULUAN kita banyak terdapat dalam naskah kesusastraan Jawa, seperti Negarakertagama, Pararaton, Negara Indonesia dibangun atas dasar kesepakatan Bratayuda, Ramayana, Serat Wulangreh, Serat antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan Sabdatama, Serat Wedhatama, Serat Tripama, dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Sebagai Serat Wirawiyata, Serat Pepali, Serat Rama pemegang kekuasaan, pemerintah memiliki Jarwa, dan Serat Nitisruti.1 Khususnya, naskah tanggung jawab moral untuk membuat kebijakan- Serat Rama Jarwa dan Serat Nitisruti berisikan kebijakan yang menjamin kesejahteraan dan rasa tentang nasihat Raden Ramawijaya kepada Raden keadilan rakyatnya. Akan tetapi, dambaan untuk Wibisana ketika memulai sebagai seorang raja di tercapainya kesejahteraan dan keadilan hanyalah Ngalengka. Nasihat-nasihat yang disampaikan mimpi belaka karena pemimpin-pemimpin yang oleh Ramawijaya itu kemudian dikenal dengan dipercayakan rakyat untuk memimpin negeri ini sebutan ajaran Asthabrata (astha berarti delapan, cenderung lebih mengutamakan kepentingan brata berarti laku). pribadi, partai, dan kelompoknya daripada ke- Ajaran Asthabrata itu pada awalnya meru- pentingan dan kesejahteraan masyarakat banyak. pakan ajaran kepemimpinan yang berkiblat Kecenderungan itu tecermin dari berbagai tingkah pada delapan watak dewa.2 Pradipta mengatakan laku dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang bahwa dalam Babad Sangkala dan Serat Ma- menguntungkan golongannya sebagai upaya kutharama orientasi watak kepemimpinan itu melanggengkan kekuasaannya; mereka tidak bergeser menjadi watak benda-benda alam.1 memberikan jaminan adanya kepastian hukum Naskah-naskah itu memaparkan bahwa seorang bagi kejahatan-kejahatan yang merugikan negara; pemimpin sepatutnya memiliki watak (1) bumi, mereka tidak memberikan perlindungan bagi (2) samudra, (3) api, (4) angin, (5) matahari, (6) hak-hak masyarakat kecil. rembulan, (7) bintang, dan (8) mendung. Ajaran Sikap resistansi rakyat melalui berbagai aksi kepemimpinan merupakan konsep yang menyatu, tertentu yang sering terjadi dewasa ini mencer- artinya ajaran kepemimpinan yang dilambangkan minkan bahwa para pemimpin yang dipercayakan dengan benda-benda alam sebagai satu kesatuan rakyat untuk memimpin bangsa ini telah kehilang- (wolu-woluning ngatunggal). an arah dan tidak memiliki landasan budaya Kepemimpinan tokoh Arok dalam novel yang jelas dalam memimpin bangsa. Pemimpin Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer bangsa dewasa ini lebih banyak mengadopsi mencerminkan seorang pemimpin yang tang- gaya kepemimpinan otoriter yang bersumber dari guh dan adil. Ia merupakan pemimpin sudra budaya mancanegara, padahal tidak semua gaya yang berhati ksatria dan berjiwa brahmana, kepemimpinan yang berasal dari mancanegara artinya ia adalah tokoh pejuang masyarakat kelas sesuai dengan budaya dan nuansa berpikir ma- bawah yang gagah berani dan memperjuangkan syarakat Indonesia pada saat ini. Untuk itu, jika kesetaraan masyarakat secara menyeluruh. Ia tidak segera dicarikan pemecahannya, cepat atau berusaha merangkul semua komponen masyarakat lambat, situasi kepemimpinan semacam ini akan dari kaum sudra sampai kaum brahmana untuk membawa kehancuran negeri ini. bersama-sama memperjuangkan hak-hak mereka Agar para pemimpin bangsa tercinta ini tidak sebagai manusia. Sehubungan dengan itu, pada kehilangan arah perlu dicari jalan pemecahan- kesempatan ini peneliti ingin mengungkap nya, yaitu dengan jalan menanamkan kembali kepemimpinan Arok dalam novel Arok Dedes nilai-nilai yang bersumber pada tradisi bangsa, karya Pramoedya Ananta Toer secara terperinci sebab nilai-nilai tersebut lebih dekat dengan dari perspektif konsep kepemimpinan Asthabrata. nuansa berpikir masyarakat Indonesia dibanding- Pemilihan novel Arok Dedes sebagai objek kan dengan nilai-nilai yang diserap dari budaya kajian dilandasi oleh dasar pemikiran bahwa (1) mancanegara. Pewarisan ajaran kepemimpinan novel ini merupakan karya Pramoedya Ananta yang bersumber dari tradisi budaya bangsa dira- Toer yang sangat monumental dan dianggap se- sakan amat penting dilakukan di tengah-tengah bagai cermin sejarah politik dalam negeri selama era komunikasi global dewasa ini. Ajaran bertahun-tahun. (2) Novel ini terdapat unsur kepemimpinan yang sesuai dengan tradisi bangsa 82 | Widyariset, Vol. 16 No. 1, April 2013: 81–92 realisme historik yang serius dan mencakup kebijakan tidak berpihak kepada kepentingan satu periode perubahan besar di bidang sosial, rakyat dan bangsa. Bagi pemerhati dan peminat ekonomi, dan politik ke dalam sastra Indonesia. sastra, khususnya sastra Indonesia diharapkan Hal ini sejalan pemikiran Teeuw9 yang secara untuk meningkatkan kreativitas dalam penelitian tegas mengatakan bahwa karya sastra tidak sastra Indonesia lainnya termasuk juga sastra pernah lahir dari kekosongan budaya. (3) Menurut daerah. Bagi pengajar sastra agar senantiasa Smail dan Gogwilt dalam bukunya Allen,3 menumbuhkan sikap positif dan apresiatif anak novel ini mengedepankan hubungan yang rumit didiknya terhadap sastra Indonesia. antara sejarah dan otobiografi. (4) Sepanjang Untuk mengungkap pola lakuan dan watak pengamatan penulis, penelitian terhadap karakter kepemimpinan serta relevansi kepemimpinan kepemimpinan Arok dari perspektif Asthabrata Arok digunakan teori hermeneutika yang dikemu- dalam novel ini belum pernah ada yang melaku- kakan Ricoeur. Teori hermeneutika menekankan kan. Bertolak dari dasar pemikiran itu, pada prinsip polisemi teks dengan menunjukkan kesempatan ini penulis bermaksud mengungkap bahwa penafsiran tidak berhenti pada maksud watak kepemimpinan Arok dalam novel tersebut pengarang, tetapi berlanjut hingga perspektif dari perspektit Asthabrata . Penelitian yang telah pembaca.6 Teori hermeneutika terdiri atas dua dilakukan oleh peneliti terhadap novel ini, di anta- tahap yang berurutan, yaitu tahap rekonstruktif ranya penelitian yang dilakukan oleh Triharyani4 dan tahap produksi/refleksi. Tahap pertama yang membahas tentang ketidakadilan gender dan bertujuan untuk menghindari salah paham dan penelitian yang dilakukan oleh Suhariyadi5 yang tahap kedua bertujuan untuk memahami dengan mengkaji pandangan dan ideologi penciptaan lebih baik daripada pengarangnya. Pada tahap Pramoedya Ananta Toer. Kedua penelitian itu merekonstruksi teks, bahasa dianggap sebagai sama sekali tidak menyinggung tentang aspek wahana karena hermeneutika adalah semantik. kepemimpinan tokoh Arok. Sehubungan dengan Untuk melengkapi kajian rekonstruksi teks itu, penelitian terhadap karakter kepemimpinan digunakan model yang diciptakan oleh Greimas Arok dari perspektif Asthabrata dalam novel ini untuk memperjelas pemahaman tentang lakuan penting dilakukan. tokoh. Model yang dibangun Greimas itu disebut Ada tiga masalah penelitian yang ingin model aktan (peran) yang berupa tiga hubungan dijawab dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) oposisi biner yang seluruhnya terdiri atas Bagaimana pola lakuan Arok dalam memimpin enam aktan: hubungan subjek/objek, pengirim/ perjuangan rakyat Tumapel dari penindasan penerima, penolong/penentang. Ketiga hubungan Tunggul Ametung? (2) Bagaimana karakter ini menguraikan tiga pola dasar yang berulang kepemimpinan Arok dilihat dari perspektif dalam semua narasi: (1) kehendak, hasrat, atau Asthabrata? (3) Masih adakah relevansi kepe- tujuan (subjek/objek), (2) komunikasi (pengirim/ mimpinan Arok itu dengan kepemimpinan masa penerima), dan (3) tindakan (penolong/penen- sekarang atau masa yang akan datang? tang). Selanjutnya, Greimas menerapkan hukum Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk transformasi terhadap ketiga hubungan dalam mengetahui pola lakuan Arok dalam memimpin model aktan itu, dan disebut model fungsional, perjuangan rakyat Tumapel dari penindasan yaitu berupa tiga tahap perkembangan: tahap Tunggul Ametung, (2) mengevaluasi karakter kecakapan, tahap utama, dan tahap gemilang.7 kepemimpinan Arok dari perspektif Asthabrata, dan (3) mengetahui relevansi kepemimpinan METODE PENELITIAN tersebut dalam kaitannya dengan kepemimpinan Data primer penelitian ini adalah teks novel Arok masa kini dan kepemimpinan masa yang akan Dedes10 cetakan II terbitan Hasta Mitra tahun datang. 2002. Teks ini didekati dengan metode studi ke- Manfaat kajian ini adalah untuk membuka pustakaan (library research) untuk mendapatkan kesadaran para pemegang kebijakan untuk selalu berbagai sumber pustaka baik dari sudut pembaca peduli kepada kepentingan rakyat karena de- maupun dari para kritikus sastra, seperti laporan wasa ini pemegang kekuasaan dalam menyusun hasil penelitian, resensi buku, ataupun kritik sastra Kepemimpinan Ken Arok dari ... | I Wayan Nitayadnya | 83 yang berkaitan dengan analisis terhadap novel penguasa. Keberhasilan Arok menyingkirkan tersebut. Mengingat penelitian ini berupaya meng- Tunggul Ametung yang menganut mazhab Wisnu ungkap aspek kepemimpinan, hasil penelitian, tidak terlepas dari dukungan tokoh-tokoh pendeta resensi buku, dan kritik sastra yang dijadikan Syiwa, penganut Buddha, Tantrayana, Kalacakra, sumber pustaka adalah hasil penelitian, resensi dan Wisnu yang selama ini teraniaya. buku, ataupun kritik sastra yang mengkaji aspek kepemimpinan, baik kepemimpinan tokoh dalam 1. Pemahaman Lakuan Arok: teks sastra maupun kepemimpinan dalam bidang Perjuangan Membela Kepentingan Rakyat yang lain, seperti kepemimpinan tokoh ternama Tertindas dari Penindasan Penguasa dunia dan kepemimpinan seorang tokoh hingga Tumapel mencapai kesuksesan. Selain itu, hasil penelitian, resensi buku, ataupun kritik sastra yang mengkaji Arok pada saat kecil merupakan anak yang cerdas novel Arok Dedes dari berbagai sudut pendekatan dan gesit. Kecerdasan yang dimilikinya melebihi atau teori juga dijadikan rujukan dalam penelitian anak seusianya. Kepadanyalah harapan kaum ini. brahmana ditumpukan untuk dapat mengemba- likan kejayaan kaum Syiwa yang ditindas oleh Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, pihak Kerajaan Tumapel penganut Wisnu. Amanat yaitu memberikan deskripsi, gambaran, atau para brahmana yang dibebankan di pundak Arok uraian secara sistematis, faktual, dan akurat terlukis dalam kutipan berikut. mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta meng- analisis hubungan antarfenomena yang diselidiki.8 “Dengan namamu yang baru, Arok, Sang Pem- Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis bangun, kau adalah garuda harapan kaum brah- data, yakni merekonstruksi dan merefleksikan mana.” teks (pemaknaan). Langkah selanjutnya adalah Arok masih tetap berlutut. Malam makin sunyi mengevaluasi dan menemukan relevansi makna diselingi gelepar kalong menyerbui tajuk pepo- dengan kondisi kekinian. Tahapan terakhir adalah honan buah. penyajian analisis data dengan menggunakan metode penyajian secara naratif. “Garuda harapan kaum brahmana,” ia mengu- langi pelan. HASIL DAN PEMBAHASAN “Para dewa tidak ditunjukkan padamu jadi ta- lapuan,” ulangnya lagi. Pemahaman dalam Hermeneutika: dari “Kau akan kembalikan cakrawarti Bhatara Guru Rekonstruksi ke Refleksi Sang Mahadewa Syiwa.” Analisis hermeneutika memiliki dua tahapan “Kembalikan keseimbangan Jagad Pramudita.” secara berurutan, yaitu tahap rekonstruksi dan tahap refleksi. Tahap rekontruksi merupakan “Kembalikan keseimbangan Jagad Pramudita” tahapan yang berupaya memahami teks secara (Arok Dedes, hlm. 126). baik sehingga dengan pemahaman teks yang Tunggul Ametung bertindak sewenang- baik memudahkan pembaca menemukan makna wenang sehingga rakyatnya semakin menderita. yang terkadung dalam teks; dan tahap refleksi Hak rakyat dirampas dan mereka diwajibkan merupakan tahapan yang berupaya memahami bekerja (kerja rodi) untuk kepentingan pihak kera- teks lebih mendalam atau lebih baik daripada jaan. Dedes yang terkenal karena kecantikannya pengarangnya. Tahapan ini berusaha menangkap dinikahi secara paksa Tunggul Ametung. Hal ini pesan moral yang terkandung dalam teks. yang menyebabkan kaum brahmana membenci. Kaum brahmana memerintahkan kepada Arok Rekonstruksi Teks untuk menghentikan kelakuan buruk Tunggul Ametung. Aksi pemberontakan Arok terhadap Novel yang berlatar Jawa ini mengisahkan tentang kerajaan Tumapel terlukis dalam kutipan berikut kepemimpinan Arok dalam memperjuangkan ini. kebebasan rakyat Tumapel dari penindasan sang 84 | Widyariset, Vol. 16 No. 1, April 2013: 81–92 Hanya Arok yang berdiri: obat bius hingga tidak sadarkan diri. Pada sisi yang lain, kondisi kerajaan yang kacau diman- “Sudah periksa barang rampasan itu.” faatkan oleh Kebo Ijo untuk memberontak kepada Tumapel atas dukungan dana dari Mpu Gandring “Jagad Dewa!” orang menyebut berbareng, me- dan Maha Suci Belakangka, tetapi dapat diredam lihat badan dan anggota-anggotanya dari emas, suasa, yang berserakan; alat-alat upacara ke- oleh Arok dan pasukannya. Keberhasilannya agamaan dari perak. meredam pasukan pemberontak itu yang membuat rakyat Tumapel mengeluk-elukan keberaniannya. Arok” (Arok Dedes, hlm. 200). Arok didaulat oleh rakyat Tumapel untuk menjadi Tunggul Ametung meminta pertimbangan Akuwu Tumapel. kepada Dang Hyang Lohgawe agar diberikan jalan keluar untuk meredakan pemberontakan. 2. Penjelasan Lakuan Arok dengan Model Dang Hyang Lohgawe menitahkan kepada Generatif Narasi Tunggul Ametung agar mau menerima Arok Pemahaman lakuan Arok di atas dapat dijelaskan sebagai pemimpin pasukan dalam menumpas dengan semiotika model generatif narasi dari pemberontakan itu. Greimas, yang terdiri atas model aktan dan model “Ya, Bapa Mahaguru, sesuai dengan perintahmu, fungsional, seperti pada Gambar 1 dan Tabel 1. sahaya akan redakan dan tindas kerusuhan di seluruh Tumapel. Hanya perkenankan sahaya a. Refleksi: Perjuangan Tidak untuk membawa lima puluh orang anak buah sahaya.” Mengejar Kekuasaan (Kedudukan) “Yang Mulia dengar sendiri permohonannya.” Keberhasilan kepemimpinan Arok dalam mem- “Kau boleh datangkan anak buahmu, hanya bebaskan rakyat Tumapel dari penindasan ucapkan sebelumnya kesetiaan pada Sang Aku- Raja Tunggul Ametung mencerminkan bahwa wu Tunggul Ametung dan Paramesywari kau perjuangan Arok murni dilandasi oleh keinginan akan menjaga keselamatannya, dan keselamatan memperjuangan hak-hak rakyat Tumapel dan Tumapel” (Arok Dedes, hlm. 241-242). hak-hak kaum brahmana dari kezaliman sang Strategi yang disusun oleh Dang Hayang penguasa, tidak dilandasi oleh motif yang lain, Loh gawe dapat dilaksanakan dengan baik oleh seperti untuk merebut kekuasaan, mendapatkan Arok. Pada saat kondisi kesehatan Tunggul kekayaan, atau mendapatkan Dedes. Kedudukan Ametung semakin kritis, Arok memanfaatkan sebagai akuwu (penguasa) Tumapel diperolehnya keadaan itu dengan memerintahkan Dedes untuk atas kemauan rakyat Tumapel. Ia dianggap pantas memaksa Tunggul Ametung meminum ramuan Gambar 1. Model Aktan Lakuan Arok Kepemimpinan Ken Arok dari ... | I Wayan Nitayadnya | 85 Tabel 1. Model Fungsional Lakuan Arok Transformasi Situasi Awal Situasi Akhir Kecakapan Utama Gemilang Arok pada masa Ketrampilan dan ke- Arok memimpin Kepercayaan Strategi yang diter- kecil telah memi- cerdasan yang dimiliki pemberontakan diberikan oleh apkan sukses meng- liki ketrampilan Arok yang menyebab- dan perampasan Tunggul Ametung gulingkan Tunggul dan kecerdasan kan kaum brahmana aset kekayaan untuk memimpin Ametung. Ia didaulat yang melebihi menaruh harapan kerajaan Tumapel. pasukan penumpas oleh rakyat Tumapel dari anak-anak kepadanya untuk Aksinya ini yang pemberontak tidak sebagai Akuwu Tuma- seusianya. kebebasan rakyat Tu- menyebabkan disia-siakan olehnya. pel didampingi oleh mapel dari penindasan keadaan Tumapel Tokoh-tokoh kera- Umang dan Dedes Tunggul Ametung. semakin kacau jaan yang mengham- sebagai permaisuri. bat ditumpasnya. menjadi pemimpin kerajaan itu, sebagimana teguh, tidak mudah putus asa dalam menghadapi terlukis dalam kutipan berikut. persoalan. Kepemimpinan Arok dalam novel ini “Arok! Kaulah raja kami!” seorang memekik. merepresentasikan seorang pemimpin yang “Tidak! Tak pelu dua orang raja di bumi Jawa berwatak bumi. Bumi itu ikhlas diinjak oleh (Arok Dedes, hlm. 407). siapa pun, entah itu orang baik ataupun jahat, orang berpangkat ataupun rakyat jelata. Ini berarti Sikap Arok setelah menerima amanat dari seorang pemimpin harus memiliki watak yang rakyat Tumapel untuk memimpin negeri Tumapel mampu menampung semua rakyat yang memiliki tampak dalam kutipan berikut. peringai dan keinginan yang berbeda. Arok ‘Terima kasih pada semua kalian. Berasramalah mampu mempersatukan tekad rakyat Tumapel un- kalian di bawah petunjuk pasukan kota. Dan tuk melepaskan diri dari kezaliman Raja Tumapel. bubungkan syukur kepada para Dewa untuk kemenangan kita semua ini, kemenangan yang Gubuk panjang itu ditinggali oleh orang pela- menjamin tak seorang pun akan jadi budak lagi” rian dari Tumapel utara karena terancam akan (Arok Dedes, hlm. 411–412). dibudakkan. Perkara mereka bermacam-macam. Antaranya karena tak mampu membayar iuran Sikap Arok yang demikian merefleksikan negeri, pertengkaran dengan pejabat, tak mampu bahwa kedudukan dan kekuasaan bukanlah membayar utang, pendatang baru yang meno- sesuatu yang utama dalam perjuangan. Yang lak menyerahkan istrinya pada seorang praju- utama dalam perjuangan adalah keberhasilan rit, gagal menyerahkan hewan pada pembesar tercapainya cita-cita bersama. setempat, karena hewan itu ternyata terserang penyakit dan mati. Mereka terdiri dari laki dan perempuan, dewasa dan kanak-kanak. (Arok b. Evaluasi Kepemimpinan Arok dari Dedes, hlm. 211). Perspektif Asthabrata Bumi itu bersifat kuat, artinya seorang Kepemimpinan Arok dalam membebaskan rakyat pemimpin harus memiliki sikap yang teguh dan Tumapel dari kezaliman Tunggul Ametung dalam tidak pernah putus asa dalam menghadapi persoal- novel Arok Dedes berikut ini akan dievaluasi an. Arok sebagai seorang ksatria, walaupun ia berdasarkan perspektif ajaran Asthabrata. terlahir dari seorang sudra, merupakan pemimpin yang kuat dan tidak pernah putus asa serta selalu • Pemimpin Berwatak Bumi berusaha mewujudkan cita-cita perjuangannya. Optimisme Arok terlukis dalam kutipan berikut. Dalam pandangan masyarakat Jawa, “bumi” disebut juga pertiwi. Pemimpin yang berwatak Ia mulai memusatkan pikirannya untuk memasu- bumi adalah watak pemimpin yang mampu ki hari depan. Sebagai orang yang terdidik untuk menampung semua rakyat yang memiliki peringai jadi pinandita ia telah terlatih untuk melakukan sesuatu dengan perencanaan dan pertimbangan. dan keinginan masing-masing dan memiliki sikap 86 | Widyariset, Vol. 16 No. 1, April 2013: 81–92 Ia merasa telah mempunyai kekuatan cukup, “Sahaya berjanji akan bersetia dan menjaga ke- ilmu dan pengetahuan memadai. Ia akan gu- selamatan Sang Akuwu dan Paramesywari dan lingkan Tunggul Ametung, Akuwu Tumapel. Ia Tumapel” (Arok Dedes, hlm. 241-242). dapat kerahkan semua teman-temannya di de- Paparan di atas menunjukkan bahwa perilaku sa-desa sebelah barat Tumapel… (Arok Dedes, Arok dalam memimpin seperti perilaku matahari. hlm. 75). Orang-orang yang dipimpinnya merasa nyaman Dari uraian di atas, perilaku Arok dalam karena mendapat sumber kebenaran dari sang memimpin seperti perilaku bumi (momot, sentosa, pemimpin serta hak-hak hidupnya menjadi lebih dan suci). Dengan perilaku seperti itu, orang- terjamin. Selain itu, orang-orang yang dipimpin orang yang dipimpinnya merasa dihargai dan merasa damai dan memperoleh keharmonisan mendapatkan kepastian hukum dalam menggapai hidup karena pemimpin mampu mengatasi cita-cita perjuangan. permasalahan yang mereka hadapi. • Pemimpin Berwatak Matahari • Pemimpin Berwatak Rembulan “Matahari” dalam bahasa Jawa disebut pula Kata “rembulan” dalam bahasa Jawa disebut srengenge atau surya. Pemimpin yang berwatak chandra atau sasi. Pemimpin yang berwatak matahari adalah pemimpin yang mampu me- rembulan adalah pemimpin yang menerangi nerangi dunia dan memiliki kesabaran dalam dunia dari kegelapan, mampu memancarkan melaksanakan tugas. cahayanya secara halus dan menyejukkan, mampu Matahari yang menerangi jagat raya ini memancarkan kesejukan tanpa pilih kasih, dan mengandung makna simbolik bahwa pemimpin kehadirannya sangat dinantikan karena dapat harus mampu memberikan penerangan dan menenangkan semua pihak. sumber penerangan bagi orang-orang yang di- Seorang pemimpin seharusnya memberi- pimpinnya serta memberikan kehidupan terhadap kan pencerahan atau jalan keluar dari semua semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Arok permasalahan yang dihadapi oleh rakyat yang dianggap sebagai garuda (simbol pelindung) dipimpinnya. Ia juga harus memberikan rasa oleh kaum brahmana dan rakyat Tumapel yang aman bagi semua pihak tanpa adanya perlakuan tertindas. Kutipan yang menyatakan Arok sebagai yang pilih kasih. Kehadiran Arok sebagai sosok penyelamat atau penerang rakyat Tumapel sebagai pemimpin memberikan harapan bagi rakyat yang berikut. selama ini tertindas. Kepemimpinan Arok yang ….”Dengarkan kalian semua, sejak detik ini, adil dan bijaksana itu yang menyebabkan ia dalam kesaksian Hyang Bhatara Guru, yang ter- disegani dan dihormati. Kehadirannya sangat padu dalam Brahma, Syiwa, dan Wisynu dengan dinantikan oleh orang-orang yang dipimpinnya. semua saktinya, aku turunkan pada anak ini nama yang akan membawanya pada keyataan Dalam pengembaraannya untuk pertama kali sebagai bagian dari cakrawarti. Kenyataan itu ia melihat seorang prajurit Tumapel memasuki kini masih membara dalam dirimu, Arok” (Arok rumah penduduk dan merampas kambingnya. Dedes, hlm. 53). Seorang bocah menangisi binatang kesayangan- nya itu. Parjurit itu tidak peduli, dan binatang Matahari memiliki kesabaran yang luar itu terus juga diseret masuk ke dalam hutan. biasa dalam menjalankan tugasnya. Perilaku Hatinya berontak melihat pemandangan itu. Di- matahari seperti itu memberikan pelajaran bagi hiburnya anak itu, dan dijanjikan padanya: pemimpin bahwa dalam memimpin haruslah me- “Nanti aku bawakan kambing untukmu.” nempuh cara-cara yang halus, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil langkah-langkah Dicurinya seekor anak kambing dan diantarnya pemecahan masalah. Kepemimpinan Arok yang kepada bocah itu. Ia mendapat kebahagiaan de- merupakan representasi watak matahari tecermin ngan perbuatan itu. Dan dengan demikian mu- dalam kutipan di bawah ini. lailah ia dan teman-temannya mencuri (Arok Dedes, hlm. 25). “Ucapkan janjimu Arok.” Kepemimpinan Ken Arok dari ... | I Wayan Nitayadnya | 87 Kutipan di atas menunjukkan bahwa perilaku • Pemimpin Berwatak Samudra Arok dalam memimpin seperti perilaku rembulan. “Samudra” atau sering pula disebut sagara. Pe- Orang-orang yang dipimpinnya merasa tenteram mimpin yang berwatak samudra adalah pemimpin karena pemimpinnya dapat diandalkan untuk yang harus selalu hadir dan membawa manfaat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. bagi rakyatnya, menyejukkan hati rakyatnya, Orang-orang yang dipimpinnya juga merasa dapat menerima segala persoalan atau segala hal damai karena diperlakukan secara adil. yang terjadi di wilayah yang dipimpinnya, dan memiliki ketegasan dalam menghukum pelaku • Pemimpin Berwatak Angin kejahatan. Kata “angin” sering juga disebut bayu. Pemimpin Kepemimpinan Arok tidak semata-mata yang berwatak angin adalah pemimpin yang untuk memperjuangkan kepentingan kaum mengetahui bagaimana keberhasilan negara, brahmana bermazhab Syiwa tetapi juga memper- mengetahui kekurangan-kekurangan dari peme- juangkan kebebasan semua rakyat Tumapel dari rintahan yang telah dijalankannya, memahami ketidakadilan penguasa. dan merasakan susah senangnya rakyat yang “Dengarkan aku berjanji, sebagai Akuwu Tu- dipimpinnya. mapel perbudakan tidak akan diadakan lagi, Arok adalah seorang pemimpin yang bertipe aku lawan dan aku hapuskan. Dengan bantuan merakyat. Ia terjun langsung ke masyarakat untuk semua kalian akan kutumpas kejahatan dalam mengetahui kondisi yang sebenarnya. Dengan bentuk dan cara apa pun. Aku tidak akan meng- haki miliki kalian, juga tidak merampas apa pun demikian, ia mengetahui dengan sesungguhnya dan dari siapa pun. Dua orang wanita ini saja tentang keberhasilan dan kekurangan yang yang akan menyertai hidupku sebagai istri. Dan ada pada dirinya selama memimpin. Hal itu akan aku pimpin kalian menghadapi dan mela- tampak ketika Hayam Lumang Celukan telah wan kejahatan dari luar Tumapel, dari siapa pun menyebarkan isu yang tidak sedap tentang datangnya” (Arok Dedes, hlm. 411). dirinya. Ia berusaha menangkis tuduhan tersebut Selain itu, ia tidak pernah kenal kom- karena merasa tidak melakukan perbuatan itu. promi dalam memutuskan hukuman bagi penjahat Akan tetapi Hayam beserta kelompoknya tetap negara. Hal ini terlihat ketika Hayam Lumang menuduh Arok. Dengan keadaan terpaksa, ia Celukan, Kebo Ijo, Empu Gandring, dan Maha menumpas orang-orang itu dengan tujuan agar Suci Belakangka yang terbukti bersalah ditum- tidak melemahkan semangat perjuangan orang- pasnya dengan tegas. orang yang dipimpinnya. Fitnah yang dilakukan “Turunkan Belakangka dari pendopo,” pe- oleh Hayam dan kawan-kawannya terlukis dalam rintah Arok pada pengawalnya, “dan perton- kutipan di bawah ini. tonkan kepada umum mulai saat ini, sambil menunggu jatuhnya hukuman.” Hayam telah menolak peringatan Tanca untuk Pasukan pengawal menggelandang wakil menyingkir dari jalur itu. Jawaban yang diteri- Kediri turun dari pendopo-memasuki hujan, manya adalah tantangan untuk semua kekuat- disambut dengan sorak-sorai oleh pasukan an Arok. Bahkan telah menyebarkan fitnah, Mundrayana (Arok Dedes, hlm. 403). bahwa Arok tak dapat dipercaya, rakus, dan Paparan di atas menunjukkan bahwa perilaku menimbun emas untuk kepentingannya send- iri. Bahwa dalam penyerbuan Kali Kanta, Arok Arok dalam memimpin seperti perilaku samudra. telah menyembunyikan rampasan paling sedikit Orang-orang yang dipimpinnya merasa nyaman tujuh puluh ribu saga emas dan dia tidak ber- karena pemimpinnya dapat diandalkan untuk niat memperlihatkan pada anak buahnya (Arok memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia. Dedes, hlm. 275). Selain itu, orang-orang yang dipimpin merasa Uraian di atas menunjukkan bahwa perilaku damai karena diperlakukan secara adil oleh pe- Arok dalam memimpin seperti perilaku angin. mimpinnya dalam bidang hukum. Dengan perilaku kepemimpinan seperti itu, orang- orang yang dipimpinnya merasa diperhatikan hidup dan kesejahteraan mereka. 88 | Widyariset, Vol. 16 No. 1, April 2013: 81–92 • Pemimpin Berwatak Api Bintang adalah simbol keindahan. Sesuatu yang indah pastilah menyenangkan semua pihak. Dalam bahasa Jawa kata “api” bersinonim dengan Arok merupakan pemimpin yang berasal dari ka- agni, bahni, atau brama. Pemimpin yang berwatak langan sudra tetapi memiliki hati ksatria dan jiwa api adalah mencari kesejahteraan bersama-sama brahmana. Ia memiliki kemampuan dan kekuatan semua rakyat dan sangat berani terhadap musuh dalam memperjuangkan hak-hak kaum kecil dan negara. memiliki kemampuan serta pengetahuan yang Teladan kepemimpinan yang terkandung memadai dalam bidang agama, sastra, budaya, dan dalam watak api adalah pentingnya seorang pe- sejarah, walaupun ia berasal dari kalangan sudra, mimpin berusaha agar kepemimpinannya berguna Kutipan berikut menunjukkan hal itu. bagi rakyat dan negara. Kepemimpinan yang berwatak api tecermin dalam perilaku Arok dalam “Garudaku! Garudaku” Lohgawe masih juga memimpin. Kepemimpinannya mengemban misi menyebut-nyebut. mulia, yaitu memperjuangkan hak-hak rakyat “Para yang terhormat, berilah dia restu untuk dari kekejaman penguasa dan mengembalikan melengkapi kaki Nandi. Teman dan kesetiaan posisi mazhab Syiwa di Tumapel. Misi itu yang sudah ada pada kita semua. Biarlah anak ini, menjadi tujuan perjuangannya, seperti terlukis perpaduan sudra-ksatria-brahmana, melengkapi. dalam kutipan berikut. Kita tak perlu bertikai lagi”(Arok Dedes, hlm. 162). Menjelang penutupan telah dilahirkan janji, bahwa peristiwa Dedes tidak akan terjadi lagi, Kutipan itu mencerminkan bahwa selain bahwa itu adalah pengkhianatan terakhir atas berhati ksatria, Arok memiliki kemampuan dan kehormatan kaum brahmana. Untuk itu kaum pengetahuan sebagaimana layaknya seorang brahmana mengakui kemestian untuk bertangan brahmana. Kitab-kitab suci, baik itu kitab itihasa satria, dan bahwa satria itu pun harus diperleng- (tentang sastra dan sejarah) maupun kitab suci kapi dengan segala syarat kesatriaan. Semua dalam agama dipahami dengan baik oleh Arok. itu untuk membangun kaki perkasa Nandi, dan Ia juga menjadi teladan, baik dalam ucapan, dengan demikian ia bisa jadi kendaraan Hyang Mahadewa, Syiwa di tengah-tengah cakrawarti- tindakan, maupun ketakwaan kepada Tuhan, oleh nya (Arok Dedes, hlm. 162). murid-murid kaum brahmana. Perilaku Arok yang demikian mencerminkan perilaku pemimpin yang Api memiliki kemampuan membakar segala berwatak bintang. sesuatu yang menghalanginya tanpa pandang bulu. Hal ini menyiratkan bahwa seorang yang mampu berlaku adil dengan tegas, terutama • Pemimpin Berwatak Mendung dalam menangani tindakan kejahatan. Pemimpin Kata “mendung” bersinonim dengan kata “awan”. harus berani menumpas pelaku kejahatan atau Pemimpin yang berwatak mendung adalah pe- musuh negara dengan tegas. Arok berani dengan mimpin yang bersikap atau berperilaku menjaga tegas menumpas orang-orang yang mengkhianati wibawa terhadap rakyatnya, menciptakan dirinya perjuangannya. memiliki perbawa (wibawa) sehingga rakyat atau bawahan merasa segan dan hormat kepadanya, • Pemimpin Berwatak Bintang dan kesan perbawa tidak boleh ditunjukkan dalam kebijakan yang menyulitkan rakyatnya. Bintang yang bersinonim dengan kartika atau linthang dipercayai sebagai simbol-simbol ke- Arok merupakan seorang pemimpin yang baikan. Pemimpin yang berwatak bintang adalah berwibawa. Ia menjadi teladan, baik dalam pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai ucapan maupun tindakan. Ia sangat disegani sumber keindahan negara (sumber kebudayaan), tidak hanya oleh rakyat kecil tetapi juga disegani mampu memerankan dirinya sebagai sosok oleh kaum brahmana. Ia bersikap adil dalam yang dapat dijadikan teladan kesusilaan, dan menyusun kebijakan-kebijakan yang berpihak mampu memerankan dirinya sebagai sosok yang pada kepentingan rakyat. mencerminkan pribadi yang adiluhung (luhur “Dengarkan aku berjanji, sebagai Akuwu Tu- mulia). mapel perbudakan tidak akan diadakan lagi, Kepemimpinan Ken Arok dari ... | I Wayan Nitayadnya | 89 aku lawan dan aku hapuskan. Dengan bantuan menyenangkan bagi semua pihak tanpa adanya semua kalian akan kutumpas kejahatan dalam perlakuan yang pilih kasih. bentuk dan cara apa pun. Aku tidak akan meng- Selain itu, pemimpin harus mampu dan haki miliki kalian, juga tidak merampas apa pun mau terjun langsung ke setiap tempat dalam dan dari siapa pun. Dua orang wanita ini saja yang akan menyertai hidupku sebagai istri. Dan rangka mencari informasi terkait persoalan- akan aku pimpin kalian menghadapi dan mela- persoalan yang sedang dihadapi bangsa. Ia wan kejahatan dari luar Tumapel, dari siapa pun juga dapat memberikan manfaat bagi rakyat datangnya” (Arok Dedes, hlm. 411). secara menyeluruh dan tidak dibenarkan bersifat Peristiwa di atas menunjukkan bahwa pilih kasih, memberikan ketenteraman dan perilaku Arok dalam memimpin seperti perilaku kedamaian bagi rakyat, dan tidak pernah kenal mendung. Orang-orang yang dipimpinnya merasa kompromi dalam memutuskan hukuman bagi yakin karena pemimpinnya dapat diandalkan penjahat negara. Pemimpin harus berusaha terus untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai agar kepemimpinannya berguna bagi rakyat dan manusia secara adil dan bijaksana. Selain itu, negara serta berani menumpas pelaku kejahatan orang-orang yang dipimpinnya merasa tenteram atau musuh negara dengan tegas. Hal yang lebih dan damai karena kebijakan-kebijakan yang penting lagi adalah seorang pemimpin hendaknya diberlakukan oleh pemimpinnya dapat berpihak memiliki kemampuan dalam memperjuangkan kepada mereka. hak-hak kaum kecil, selalu menjaga wibawa dan kewibawaan itu ditunjukkan dalam kebijakan- kebijakan yang tidak menyengsarakan rakyat. c. Relevansi Kepemimpinan Arok dengan Kepemimpinan Masa Kini dan Masa yang akan Datang KESIMPULAN Kesadaran moral para pemimpin untuk Analisis rekonstruksi terhadap pola lakuan Arok membangun negeri ini semakin hari semakin menunjukkan bahwa perjuangan Arok yang luntur. Walaupun demikian, tidak ada kata dilukiskan dalam novel ini adalah untuk mem- terlambat memperbaiki kondisi bangsa ini dari bela kepentingan rakyat tertindas dari penindasan keterpurukan. Salah satunya adalah dengan cara penguasa Tumapel. Sikap kepemimpinan Arok menumbuhkan kesadaran para pemimpin bangsa merefleksikan perjuangan yang dilandasi niat dan ini untuk kembali menghayati ajaran-ajaran yang keikhlasan untuk membebaskan rakyat dari keza- bersumber pada tradisi bangsa yang terdapat liman Raja Tunggul Ametung. Kepemimpinan dalam ajaran Asthabrata. Kepemimpinan Arok Arok merupakan representasi kepemimpinan dari yang mencerminkan ajaran Asthabrata dapat ajaran Asthabrata. Karakteristik kepemimpinan diteladani oleh pemimpin dalam memimpin Arok mencerminkan watak bumi, samudra, api, bangsa. Kepemimpinan Arok yang dapat dite- angin, matahari, rembulan, bintang, dan mendung. ladani adalah kepemimpinan yang mampu Kepemimpinan Arok dalam novel ini menampung semua aspirasi rakyat, memiliki bernilai positif dan masih sangat relevan untuk sikap yang teguh dan tidak pernah putus asa dalam dipedomani oleh pemimpin dan calon pemimpin menghadapi persoalan, dan mengatakan sesuatu dalam menjalani kehidupan berbangsa dan sesuai dengan kebenaran sehingga orang yang bernegara pada masa sekarang ataupun masa dipimpin mendapatkan kepastian yang nyata. yang akan datang. Pesan yang ingin disampaikan Pemimpin harus mampu memberikan penerangan dalam cerita ini adalah agar para pemimpin dan sumber penerangan, tidak tergesa-gesa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di dalam mengambil langkah-langkah pemecahan atas kepentingan pribadi dan golongannya. masalah; dan bersedia serta ikhlas mengabdikan kemampuan dan kepandaiannya kepada orang- orang yang dipimpinnya demi terwujudnya cita-cita bersama. Pemimpin sepatutnya mampu memberikan pencerahan kepada rakyatnya dan 90 | Widyariset, Vol. 16 No. 1, April 2013: 81–92
Description: