ebook img

Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI PDF

18 Pages·2017·0.56 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI

Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017 Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII Johan Wahyudi1 Abstract Nusantara is the land with various old tales. There is remaining some historical facts that is still urgent to discuss. One of past theme that is interesting is the relation of kingdoms and lands. Aceh Darussalam is one of the greatest kingdom in Sumatra and the strait of Malaka. Their existence had regarded as the guard, but for the other groups see it as threat. In some cases, that outlook can be changing, depending on the regional political context. The Kingdom of Johor becomes a one of political entity that is actively associated with Aceh. They need a strong colleague, in order to continue their development into estabilished kingdom. Their dark past, that is the fall of Malaka because Portuguese attack in 1511, is used for building a billateral cooperation with Aceh. Instead, the two kingdoms involved family relations. As we khow, marriage is the one of ancient diplomatic model in Middle Ages. During the wheel of time, the diplomatic boundery between Aceh and Johor is not always on the line. At the one day, Johor had known that Aceh had another goal behind his intentions. Aceh had planned that Johor is part of Aceh’s subordinate area. Therefore, Johor had decided Portuguese as his friend. This decision contraries to the vision of Aceh. Aceh had thougt that Portuguese is his rival. Aceh had showed his anger with several attacks to Johor. This Paper will explain the model of ancient diplomacies, in case of the relation of Aceh and Johor. Some kind of that such as the diplomacy in politic and intellectual sphere. Keywords: dynamic, diplomacy, marriage, personality and intellectuality Abstrak Nusantara merupakan ranah yang kaya akan kisah masa lalu. Di dalamnya terendap beragam peristiwa yang masih aktual dibicarakan. Satu tema yang menarik adalah mengenai hubungan kenegerian antarkerajaan. Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan besar di Sumatera dan perairan Malaka. Keberadaannya dianggap pengayom, namun bagi kelompok lain, ia diangap sebagai ancaman. Pada titik tertentu, pandangan ini bisa saja berubah-ubah, tergantung pada kondisi politik regional. Kesultanan Johor menjadi salah satu kesultanan yang aktif berhubungan dengan Aceh Darussalam. Johor membutuhkan rekanan yang tangguh, agar bisa terus berkembang menjadi kerajaan yang mapan. Masa lalu yang kelam, yakni dikuasainya Malaka oleh Portugis pada 1511, membulatkan tekad Johor untuk beriringan dengan Aceh dalam kerjasama bilateral. Malah, kedua kerajaan terikat oleh hubungan kekerabatan. Hal ini karena beberapa pangeran dan putri Johor menikah dengan pangeran dan putri dari Aceh. Seperti diketahui, pernikahan merupakan bentuk diplomasi kuno di Abad Pertengahan. Dalam perjalanannya, diplomasi yang dijalin Aceh dan Johor tidaklah berjalan mulus. Pada satu keadaan, Johor menyadari bahwa Aceh mempunyai motif lain, yakni ingin menjadikan Johor bagian dari daerah pengaruhnya. Oleh sebab itu, Johor memutuskan menjalin hubungan dengan Portugis, agar bisa lepas dari bayang-bayang Aceh. Aceh yang memang menjadikan Portugis sebagai rivalnya, marah dengan kebijakan Johor. Sejak itu di beberapa fase hubungan Aceh dan Johor terlibat peperangan. Tulisan ini akan mengangkat model dua diplomasi kuno seperti yang tersaji dalam kasus kerajaan Aceh dan Johor. Beberapa yang bisa disebutkan adalah diplomasi politik dan intelektual. Kata kunci: dinamika, diplomasi, pernikahan, ketokohan dan intelektual 1Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 37 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII Kemunculan Portugis di panggung politik Asia Tenggara didorong oleh keinginan memperoleh komoditas A. Pendahuluan utama di jajaran pulau Timur. Portugis Komunikasi antara dua atau lebih entitas merupakan bangsa yang menganggap politik termasuk dalam kajian hubungan penting arti pelayaran. Lisabon, ibukota internasional. Meskipun begitu Portugis, merupakan pusat pasar Eropa tema-tema mengenainya dapat pula yang menghidupi ekonomi kerajaan. ditemukan dalam peristiwa-peristiwa Pangeran Henry Sang Navigator, masa lalu. Studi diplomasi menjadi salah satu petinggi Kerajaan Portugis, salah satu alat untuk membedah aneka berkeinginan bahwa kelak Portugis ragam fenomena-fenomena mengenai mempunyai armada dagang yang bagaimana hubungan antara kerajaan, tangguh dan mampu berlayar ke dunia negeri maupun benua itu terjadi. Timur untuk mendapatkan barang- barang eksotik dari Timur. Langgam dari diplomasi kuno mempunyai bentuk yang bermacam- Pada tahun-tahun awal abad 15, macam. Modelnya bisa saja umum, Pangeran Henry membangun akademi namun di beberapa objek lain bersifat kelautan yang menjadi motor studi- khas. Hal ini dikarenakan belum adanya studi kelautan, nautika dan perkapalan. aturan baku perihal penyelenggaraan Di sekolah ini, para calon angkatan hubungan diplomatik yang lebih laut dibekali pengetahuan mengenai administratif, terstruktur dan disepakati bagaimana berlayar dengan baik, berikut semua negara seperti sekarang ini. apa yang dilakukan jika menghadapi Indikator dari terhubungnya komunikasi masalah-masalah di lautan. Menjadi dua raja atau kepala daerah adalah sejauh pembahasan yang juga dipaparkan, mana manfaat yang bisa dirasakan oleh mengenai model kapal yang diyakini kedua belah pihak. mampu berlayar dengan cepat. Beberapa waktu kemudian kapal-kapal itu berhasil Aceh Darussalam dan Johor merupakan diciptakan dan mulai mengadakan dua kerajaan yang juga melakukan serangkaian percobaan-percobaan relasi diplomatik. Periode krusial pelayaran hingga muncul keyakinan, dari hubungan mereka terjadi pada armada Portugis akan mampu meluncur abad XVI dan XVII. Pada rentang ke dunia Timur (Hendrik Willem van waktu itu, terdapat beberapa peristiwa Loon: 1922, 218 – 219; Abdul Aziz yang mewarnai relasi keduanya. Dari bin Zakaria: 1953, 13 dan 17). Masa berbagai bentuk model diplomasi di mana Portugis menjelajah dunia di yang berlangsung saat itu, penulis luar Eropa adalah pintu gerbang sejarah tertarik untuk mengungkap dua model Eropa memasuki Abad Ekspansi (David diplomasi, yakni diplomasi politik dan Birmingham: 2003, 25). diplomasi intelektual. Dunia Timur menjanjikan keunikan B. Pembahasan tersendiri. Dalam pandangan bangsa Eropa, Dunia Timur adalah tempat 1. Jatuhnya Malaka harta-harta alam yang terbesar. Di 38 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017 sana banyak tumbuhan serta kekayaan mereka untuk sampai ke dunia Timur. bernilai tinggi. Menjadi cita-cita Untuk menyehatkan persaingan, tersendiri di benak kerajaan-kerajaan keduanya menerima saran Paus Eropa untuk bisa sampai ke pulau- Alexander VI dan menyelenggarakan pulau di Timur. Dari belahan timur, para perjanjian Tordesillas (7 Juni 1494). pedagang Arab, Persia India membawa Perjanjian ini menegaskan bahwa sudah cangkeh dari Timor, kapur barus dari ada bagian dari tanah dan laut dunia Borneo, emas dan perak dari Luzon, ini untuk dua bangsa itu. belahan Barat barang-barang antik (porselin) dari Cina bebas dilayari dan Spanyol, dan belahan serta getah, parfum dan rempah-rempah Timur untuk Portugis (Thomas Duve: ke pasar-pasar Eropa. Beberapa pasar 2013, 1). Eropa yang dimaksud adalah Venezia, Sementara Spanyol mengarahkan Genoa dan Catalonia (Manuel de Faria kemudi kapal-kapalnya ke Barat Eropa, Y Souza: 1887, 19). Portugis menyasar ke rute pelayaran Fernand Braudel bertanya dengan menuju India. Portugis melewati sinis, bagaimana bisa peran pasar beberapa pelabuhan di Afrika, hingga dikesampingkan dalam hasrat manusia? sampai ke Tanjung Harapan Baik (The Pasar adalah pusat permintaan Cape of The Good Hope). Dari situ, seklaigus pemenuhan kebutuhan hidup. mereka mengarahkan lagi layarnya Pasar Eropa di abad 15, menjanjikan hingga sampai ke beberapa bandar kebebasan, keterbukaan akses untuk dagang utama Asia. Salah satu pelabuhan menghirup udara segar ke tempat- utama Persia, Ormuz (Hormuz), berhasil tempat yang amat jauh dari jangkauan mereka kuasai pada 1507 (Svat Soucek: mata. Merupakan kesulitan tersendiri 2008, 30). Wilayah baru itu tidak serta dalam memetakan sejarah linear merta membuat mereka puas. Mereka pasar. Pasar mencakup tradisi besar melanjutkan pelayaran dagangm yang yang berlangsung di masa lalu, masa kemudian berubah mengusung semangat berikutnya bahkan sampai hari ini, masa kapitulasi itu, ke Anak Benua India. ultra-modern. Tempat ini menjadi lokasi Di India, tepatnya pada 1510, Portugis di mana banyak orang berkumpul, sempat mengalami perlawanan sengit dan pembicaraan yang berlangsung di dari penguasa Islam India. Perang yang dalamnya tidak melulu soal ekonomi, berlarut-larut, sampai-sampai membawa tapi juga pemenuhan kebutuhan pribadi Portugis pada bayangan malapetaka di luar lingkup ekonomi (Fernand kekalahan. Mereka mulai menjajaki Braudel: 1982, 26). kerjasama dengan penguasa lokal yang Di belahan Semenanjung Iberia lainnya, beragama HIndu untuk membantu niat terdapat kerajaan yang juga berkeinginan mereka. Dengan bantuan ini, perlahan, membangun tradisi kemaritimannya. Ia Portugis berhasil menyudutkan pasukan adalah Spanyol. Mereka merasa mampu Muslim hingga akhirnya Portugis untuk membangun armada dagang yang mendapat kemenangannya. Goa, juga tangguh. Spanyol dan Portugis bandar dagang ramai di Anak benua terlibat dalam kompetisi perdagangan India akhirnya berbendera Portugal. yang mengerucut pada kesamaan visi Penaklukkan atas Goa dipimpin oleh 39 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII Alfonso d’ Albuquerque (Philip D. toko, rumah-rumah hancur diterjang Curtin: 139; J. S. Jayne: 1910, 81-85). bola besi panas Portugis. Dengan terburu-buru, pasukan Malaka bersiap Pendudukan Goa membuat Portugis mendekati bibir pantai, membentuk semakin percaya diri meluaskan barisan pertahanan sembari melakukan pengaruhnya ke Timur. Alfonso perlawanan balik. d’Albuquerque mendengar dari seorang pedagang Portugis bahwa Malaka Begitu pasukan Portugis sampai adalah bandar dagang ramai. Sang di pantai, mereka segera disambut pedagang ini juga menceritakan bahwa oleh amukan marah pasukan lawan. dirinya diberikan cendera mata indah Pertempuran terjadi dengan sengitnya. dari Raja Malaka (Armando Coertesao: Tamu tidak diundang yang memang 2005, 268 – 275). Setelah mendengar berencana menguasai kota pelabuhan keterangan itu, Alfonso pun tergerak itu, tidak lagi membuang waktu. Mereka untuk menyiapkan pelayaran selanjutnya melancarkan serangan terorganisir untuk menguasai Malaka. hingga membuat lawannya kesulitan mengembangkan pertahanan. Oleh K. N. Chauduri melukiskan masa sebab serangan ini adalah mendadak, di mana Portugis giat melebarkan maka amat sempit waktu yang dimiliki sayapnya di dunia belahan timur sebagai Malaka untuk mencoba langkah- “Tahun Aktivitas Heroik.” Di masa ini, langkah lain mengamankan kotanya. Para raja Asia gigih mempertahakan Armada perang Portugis terlihat lebih wilayah-wilayah pantainya atas serbuan siap mengalirkan strategi dan formasi armada Portugis. Pertahanan mereka untuk menguasai tempat-tempat yang akhirnya mampu diterobos lawannya. dianggap vital. Tidak berselang lama, Tentunya tidak semua wilayah pesisir pelabuhan yang termashur di mata dunia didatangi Portugis. Hanya pesisir yang itu sudah berada dalam genggaman menyandang pangkat sebagai emporium orang Peranggi (sebutan naskah Melayu saja yang dikuasainya. Beberapa untuk Portugis). emporium yang belakangan direbut Portugis seperti pelabuhan Afrika Timur, Sultan Malaka saat itu, Mahmudsyah, Malabar, Konkan, Teluk Persia dan berhasil melarikan diri dari prahara terakhir selat Malaka (K.N. Chauduri: Portugis di kotanya. Ia dan keluarganya 1989, 66). keluar Malaka menggunakan perahu kecil, menuju Pulau Bintang. Tidak Setelah persiapan rampung, armada lama di situ, ia berpindah ke beberapa Portugis pimpinan Alfonso d’ tempat hingga sampai ke Kampar. Di Albuquerqe bertolak menuju Malaka. sana, kedudukannya masihlah diakui Begitu sampai, kapal-kapal Portugis sebagai Sultan Malaka yang sah. segera membuat formasi serangan. Penduduk Kampar bahkan menyatakan Beberapa waktu kemudian, meriam- kesetiaannya untuk membela sang meriam Portugis pun memuntahkan raja tanpa mahkota itu. Suatu ketika, tembakan yang langsung diarahkan ke Mahmudsyah merenung, ia tidak pasar-pasar Malaka. Hantaman bertubi- bisa menjalani hidup seperti ini terus. tubi membuat penduduk dan pedagang Ia berketetapan untuk membangun di sana lari menyelamatkan diri. Toko- 40 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017 kerajaan lagi, menyelamatkan marwah kabar bahwa Portugis sedang mengarah raja-raja Malaka. ke kerajaan barunya. Pertempuran pun tidak terelakkan, namun kali ini kedua Setelah berpamitan dengan warga pasukan bisa dikatakan imbang. Sejak Kampar, rombongan Mahmudsyah itu, Johor menjadi duri dalam daging berangkat ke Pahang. Sultan Pahang bagi upaya Portugis menanamkan masih berkerabat dengan Mahmudsyah. pengaruhnya di semenanjung Melayu. Setelah beberapa waktu di Pahang, Pertikaian dengan Portugis sempat Mahmudsyah memutuskan menuju mengalami masa surut pada 1536. pinggir sungai Johor. Di sana ia Kala itu pasukan Portugis di bawah mendirikan kesultanan Johor. Pemilihan pimpinan Dom Estavao da Gama lokasi di pinggir sungai menunjukan datang dan memaksa Johor berdamai kerajaan ini akan mengandalkan dengan Portugis. Muzaffar Syah, kakak pemasukan pendapatan melalui jalur Alaudiin, tidak segera memutuskan. Ia perniagaan dan pelayaran. Lokasi meminta diri pergi ke Perak dan Pahang, sungai Johor sendiri langsung berhulu mengajak kedua penguasanya untuk di selat Malaka, sehingga harapannya bersama berdamai dengan Portugis demi para pedagang dari wilayah Nusantara kelangsungan kerajaan. Ketiga kerajaan maupun mancanegara dapat bertransaksi Melayu itu pun setuju menetapkan ke kerajaan baru itu (Hamka: 1961, 140 perdamaian bersyarat dengan Portugis – 143). (D.G.E. Hall: 1988, 309-310). Literatur lain mengatakan bahwa Terbit semangat baru di hati para pejabat Portugis, yang sejak awal tahu bahwa Johor. Kendati kerajaan mereka baru beberapa keluarga istana Malaka lahir, mereka merasa sebagai kerajaan melarikan diri, tidak melewatkannya. yang sudah lama berdaulat. Hal ini Pada 1526, sepasukan Portugis datang tidak bisa dilepaskan dari status mereka ke pulau Bintang, karena disinyalir pulau sebagai keluarga kerajaan Malaka atau ini pernah disinggahi keluarga Malaka. orang-orang yang memegang peranan Merasa tidak mendapatkan orang-orang ke kerajaan baru ini, beberapa adalah buruannya, pulau ini pun dihancurkan mereka yang pernah bertugas di istana dan menyerahkannya kepada Raja Malaka. Amat wajar jika di benak Lingga. Mahmudsyah yang ternyata mereka bertekad membangkitkan sudah beberapa waktu sebelumya kembali kewibawaan leluhur mereka, meninggalkan pulau Bintang, melarikan para raja Malaka, untuk kembali dihargai diri ke Kampar. Di sini ia mempunyai dan dihormati oleh negeri-negeri jiran. keinginan untuk membangun pusat kekuasaan di Johor. Setelah persiapan 2. Persinggungan Aceh, Johor dan usai rombongannya berangkat ke Johor. Portugis Sayang sekali, di tengah perjalanan Menginjak medio awal abad 16, Aceh Mahmudsyah mangkat pada 1528. sudah menjadi salah satu kekuatan Alauddin, anak Mahmudsyah, didapuk besar di Sumatera. Kerajaan ini besar menjadi pelanjut cita-cita ayahnya. karena berhasil memadukan perluasan Setelah membangun beberapa instalasi pengaruh dan perdagangan barang- umum penting di Johor, ia menerima barang ekspor, seperti lada. Masa 41 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII tatkala Portugis berhasil menduduki Johor memandang Aru adalah masih Malaka, hampir bersamaan dengan kerabatnya, serangan atasnya, berarti pengangkatan Sultan baru di tubuh serangan atas dirinya pula. Bantuan ini Aceh Darussalam, yakni Sultan Ali membuat pasukan Aceh tertahan dan Mughayyat Syah (memerintah 1511 – mengundurkan diri. Ini merupakan awal 1530). Tanpa membuang waktu, sang pertemuan Aceh dan Johor. (Amirul Sultan menjadikan perebutan Malaka Hadi: 2010, 7). dari tangan Portugis sebagai salah satu Pada tahun 1547, ketika Aceh diperintah kebijakan internasional terpenting oleh Sultan Alaiddin Riayat Syah al- (Amirul Hadi: 2010, 37-39). Denys Qahhar (memerintah 1537 – 1568), Lombard menyebutnya sebagai raja timbul hasrat Aceh untuk mengakhiri Aceh yang sebenar-benarnya (Denys kuasa Portugis di Malaka. Setelah Lombard: 1986, 49). pasukan siaga, diberangkatkanlah Di pihak lain, Portugis tidak hanya mereka langsung ke jantung pertahanan berdiam menunggu datangnya kapal Portugis di benteng Malaka. Pasukan dagang. Mereka aktif membangun lawan yang sudah mengetahui, sudah komunikasi dengan kerajaan-kerajaan siap menyongsong serangan Aceh. Melayu lainnya untuk memperkuat Perang pun pecah dengan sengitnya. reputasi di hadapan para penguasa Pasukan Aceh menggempur dan Melayu. Tercatat beberapa kerajaan mendorong mundur lawannya. Pada menjadi sekutu Potugis, di antaranya edisi kali ini, pasukan Aceh segera adalah Daya, Pedir dan Pasai mengambil alih keadaan. Pasukan lawan (Mohammad Said: 1981, 165 – 168). dibuat bertahan di dalam bentengnya, Terjadi kerjasama yang menguntungkan bahkan sempat muncul kabar bahwa di antara mereka, baik di bidang politik Portugis tidak lagi ingin melanjutkan maupun ekonomi. Para raja Melayu pertempuran. Mengetahui musuhnya agaknya sudah menyadari bahwa Aceh terdesak, pasukan Aceh pun memasang berencana menjadi yang terdepan barikade pengepungan untuk semakin di kalangan penguasa Sumatera dan menyudutkan lawannya. Saat itu begitu dunia Melayu. Oleh sebab itu, mereka sulit bagi Portugis, hingga bayang- menjalin aliansi dengan kekuatan lain bayang kekalahan sudah amat dekat di yang dianggap sepadan dengan Aceh. depan mata. Aru menjadi salah satu kesultanan Tanpa diketahui Aceh, dari tempat yang lain yang berhubungan baik dengan luput dari pengawasan, datang bantuan Portugis. Mengetahui hal ini, ketika logistik ke dalam benteng Portugis. pada 1539, sepasukan Aceh dikirimkan Bantuan itu diberikan oleh Johor, untuk memberi pelajaran kepada Raja Perak dan Pahang. Setelah pasukan Aru agar menjauhi orang Eropa itu. Portugis mendapat asupan makanan Sesampainya di sana, segera terjadi dan senjata yang cukup, mereka pun pertempuran. Pihak Aru sama sekali bersiap kembali menyongsong lawan tidak menginginkan kedatangan Aceh di di depan pintu benteng. Dari arah laut, negerinya. Beberapa waktu kemudian, kapal-kapal kerajaan Melayu menerjang datang bala bantuan dari Johor. dan menyerang armada Aceh. Aceh 42 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017 yang sama sekali tidak menghitung positif mengenai kelangsungan adanya bantuan ini dibuat kewalahan. hubungannya dengan Johor, karena Di daratan pasukan Portugis melakukan sebelumnya Johor membantu Portugis, serangan balik. Konsentrasi terpecah, menjadi murka. Portugis melampiaskan garis komando yang semula lancar kemarahannya ini dengan menyerang dialirkan menjadi terputus, karena Johor pada 1576 – 1578 (Amirul terbagi dalam dua fron. Perang edisi Hadi: 2010, 52). Dalam konteks ini, kali ini dimenangkan oleh Portugis pernikahan antara putra dan putri dua dan sekutunya. Aceh berhasil dipukul kerajaan, adalah sarana mempererat mundur kembali ke ujung Sumatera kekerabatan dan relasi diplomatik. (Amirul Hadi: 2010, 42). Tatkala Sultan Iskandar Muda Pada tanggal 20 Januari 1568, Aceh memimpin (memerintah 1607 – 1636), kembali memberangkatkan pasukannya ia segera mempersiapkan diri untuk menyerang Portugis di Malaka. Kali ini, melaksanakan cita-cita pendahulunya, pasukan Aceh diperkuat dengan bala merebut Malaka. Kali ini, Aceh jauh bantuan dari Turki. Pasukan Aceh kembali lebih kuat, karena bukan hanya ditunjang bisa menekan Portugis, sampai mereka oleh persenjataan dan seni berperang harus bertahan di dalam bentengnya. yang modern di zamannya, namun juga Meskipun demikian, Penyerbuan ini dipimpin oleh raja yang berapi-api dan masih belum menemukan hasil yang memiliki visi yang besar, yakni ingin diharapkan (Amirul Hadi: 2010, 43). menciptakan persatuan seluruh Sumatera Telah dua episode ditampilkan, Aceh dan dunia Melayu atau Pan-Melayu (Pan mengalami kesulitan untuk menerobos Malaynism) (Teuku Iskandar: 2007, 17- benteng Portugis di Malaka. Hal ini 18). Langkahnya ini tentu saja akan dikarenakan benteng Portugis dibangun mendapat batu sandungan jika Malaka dengan bahan material yang kokoh dan tidak segera direbut. selalu dijaga ketat dengan pasukan, Sultan Iskandar Muda merupakan sosok juga letaknya strategis yakni di satu sisi raja yang visioner. Ia percaya bahwa berbatasan langsung dengan laut, dan besarnya suatu kerajaan amat ditentukan sisi satunya langsung berbatasan dengan sejauh dan sedalam mana pengaruhnya muara sungai (Armando Coertesao: atas negeri-negeri lain. Untuk itu, 2005, 280-281; Sartono Kartodirdjo, ed: pekerjaan rumah pertama yang ia 1977, 60). benahi adalah memugar armada perang Pada tahun 1574, kerajaan Aceh dan Aceh yang cakap dan kuat untuk segera Johor melangsungkan suatu pertemuan. diandalkan menapaki negeri-negeri lain Keduanya sepakat untuk berbaikan dan dan segera menancapkan panji Aceh bekerjasama mengalahkan Portugis. Darussalam di dalamnya. Angkatan momen rekonsiliasi ini diperteguh perang Iskandar Muda terdiri dari dengan pernikahan Putri Sultan Husain angkatan laut, angkatan darat, kavaleri, Ali Riayat Syah (1568 – 1575), Raja pasukan gajah dan grup meriam. Aceh kala itu, dengan Pangeran Johor. Berbeda dengan pendahulunya yang Mengetahui hal itu, Portugis yang langsung menyerang ke Malaka, sebelumnya mempunyai pandangan Iskandar Muda mencanangkan 43 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII penertiban terlebih dahulu kepada di Samalanga. Hadirnya dua orang negeri-negeri Melayu yang dianggap ini ikut mempengaruhi kebijakan berkawan dengan Portugis. Berbekal kesultanan Aceh setelahnya, khususya bala pasukan yan kuat, ia menyambangi mengenai bagaimana seharusnya Aceh dan memberi perhitungan kepada memperlakukan negeri-negeri Melayu mereka yang menolak untuk diajak (M. Zainuddin: 1957, 29; M. Dien berdamai dan bersama melawan Madjid: 2011, 3). Portugis. Nuruddin ar-Raniri dalam Dalam Bustanussalatin di jelaskan Bustanussalatin menyebut beberapa di bahwa Sultan Iskandar Muda amat antara negeri Melayu yang ditaklukkan menyayangi Putri Pahang. Untuk seperti Deli, Johor, Bintan, Pahang, mengobati hatinya yang kerap rndu Kedah, Nias dan bahkan Iskandar Muda dengan kampung halamannya di Johor, sempat mengadakan percobaan serangan Iskandar Muda membangun suatu ke Malaka (Nuruddin ar-Raniri: Tanpa komplek taman yang ditengahnya Tahun, 15). terdapat bangunan bernama gunongan. Pada 1613, Bukit Seluyut, ibukota Johor, Bentuk bangunan ini berupa bangunan merasakan bagaimana menderitanya seperti gunung yang di dalamnya diserang Aceh. Tanpa berbilang terdapat tangga-tangga. Di tengah taman waktu lama, pasukan Aceh segera mengalir sungai yang menambah teduh melumpuhkan pusat-pusat kerajaan. dan semarak suasana taman (Hasjmi: Tidak hanya itu, para keluarga kerajaan 1983, 166). sebagian ada yang diamankan. Mereka Setelah Johor diampuni dan penguasa yang berhasil ditangkap adalah Sultan barunya berjanji untuk sejalan dengan Alaiddin Riayatsyah III, Raja Johor kebijakan Aceh terkait posisi Portugis, saat itu, adik Sultan Raja Abdullah keadaan Johor belum juga membaik. (Raja Seberang), Putri Kamaliah (Putri Portugis melancaran infiltrasinya dengan Pahang), Bendahara Tun Sri Lanang mendorong putra Sultan Johor untuk (Tun Muhammad) dan Raja Siak yang merebut tahta Pahang. Sebelumnya, kebetulah sedang bertamu ke Johor. Peter Williamson Floris, seorang Mereka ditangkap beserta pejabat Belanda, mengabarkan bahwa pada kerajaan dan sebagian rakyat Johor. 1912, penguasa Johor membakar daerah Semuanya dinaikkan ke kapal dan pinggiran Pahang termasuk Campong dilayarkan ke Aceh (Leonard Y. Andaya: Sina (Kampung Cina?). Pembakaran ini 1971, 28 - 29 dan 56) menyebabkan kerugian yang besar bagi Di istana, Sultan Iskandar Muda Pahang. Diketahui bahwa hubungan memperlakukan para tawanan antara Johor dan Pahang sedang dalam Johor dengan baik. bahkan, mereka keadaan kurang harmonis. ditempatkan di lokasi yang biasanya Hubungan yang kembali terjalin antara digunakan untuk menjamu tamu Johor dan Portugis membuat Sultan kerajaan. Beberapa waktu kemudian, Iskandar Muda murka. Hal ini kemudian Sultan Iskandar Muda mengambil mendorong dirinya memerintahkan Putri Pahang sebagai istri, dan Tun Sri diadakannya serangan langsung ke Lanang ia jadikan uleebalang pertama Batu Sawar pada September 1615 dan 44 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017 dilanjutkan dengan serangan ke Pahang kerajaan memiliki alasan yang kuat pada 1617. Saat itu yang bertahta di untuk melandasi kebijakan yang Pahang adalah kemenakan Sultan diambil. Dalam konteks independensi Johor masa itu, Sultan Mammat Syah. suatu negeri, tentu saja hal ini adalah Serangan ini lagi-lagi membuat posisi kenisacayaan, mengingat masing- Johor jauh dari keadaan aman untuk masing pemerintahan mempunyai visi mengembangkan aspek-aspek strategis dan cara pandang yang berbeda dalam kerajaannya. Mereka masih percaya mengemudikan biduk besar negerinya. bahwa dirinya bisa melepaskan diri dari pengaruh Aceh, meskipun beberapa Hampir setiap persentuhan yang tokoh penting istana Johor seperti melibatkan hubungan dua kerajaan Putri Pahang dan Tun Sri Lanang telah dalam sistem pemerintahan masa berada di pihak Aceh (R.O. Windstedt: kerajaan adalah bentuk diplomasi. 1932, 38). Sayangnya, percobaan itu Harold Nicholson mengingatkan bahwa tidak lantas membuahkan hasil yang di samping diplomasi heroisme, militer memuaskan. dan perdagangan, ada banyak lagi Carl A. Trochi menyebutkan bahwa model diplomasi yang ditemukan pada di masa awal, tidak seperti negeri masa lalu. Hubungan dua kerajaan Melayu lainnya, Johor adalah kerajaan diliputi oleh perbedaan imaji dan yang sepi. Populasi manusia di sana alasan, hidup di antara romantika dan juga tidak banyak. Hal ini dkarenakan kebijaksanaan, di antara militer dan selama beberapa kesempatan, negeri perniagaan, juga pada anggapan umum ini mendapat serangan dari Aceh dan dan standarisasi nilai-nilai moral. Di Portugis, sebagaimana yang disebutkan setiap dua kecenderungan itu, tersimpan di atas. Wajar jika orang-orang belum gagasan dan realitas. Tidak setiap upaya menghitung ibukota Johor sebagai lokasi diplomatik membutuhkan gerakan - yang aman untuk didiami atau tempat model diplomasi dengan penundukkan yang cocok untuk mengembangkan atau penanaman pengaruh berdasar usaha. Masa-masa darurat yang pada paradigma penguasa dan yang kerap dialami Johor ikut membuat dikuasai – namun juga membutuhkan negeri ini sulit mencari penghidupan. model ketenangan (Harold Nicholson: Di pedalaman, hanya gambir yang 1942, 55). Model ketenangan yang menjadi komoditas yang bernilai tinggi. dimaksud antara lain adalah upaya- Hubungan perniagaan dengan pulau- upaya yang sifatnya khusus, seperti pulau sekitar juga dilakukan, seperti pernikahan, transmisi ilmu pengetahuan, dengan Singapura (Carl A. Trochi: 2007, inspirasi dari tokoh negeri lain dan lain 14 dan 19). sebagainya. 3. Model Diplomasi Aceh dan Johor Menarik untuk ditelisik bagaimana model diplomasi yang dilakukan antara Seperti sudah disampaikan sebelumnya, Aceh dan Johor. Ditinjau secara akar relasi diplomatik Aceh dan Johor etimologi, diplomasi merupakan istilah diwarnai oleh keadaan yang fluktuatif. yang lekat dengan dunia negara-bangsa Yang menjadi penyebabnya, adalah di masa modern. Istilah ini dimunculkan kehadiran Portugis di Malaka. Kedua kembali bersandar pada alasan bahwa 45 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII sejak masa lalu sebetulnya sudah dengan angka tahun itu, Zainuddin ada sistem, mekanisme atau metode menyampaikan bahwa terbukanya diplomasi yang sifatnya endemik, yang kran diplomasi Aceh-Johor terjadi saat tidak selalu sama bentuknya. Dalam Aceh diperintah oleh Sultan Salahuddin kasus Aceh dan Johor, setidaknya (1530-1537). Suatu hari, seorang pelaut didapat dua model, yakni diplomasi bernama Laksamana Nadin datang ke politik dan diplomasi intelektual. istana Aceh. ia mengaku berasal dari Ujung Tanah (Johor). Kedatangannya Pernikahan merupakan alat pemersatu membawa pesan dari Raja Ali, putra dua keluarga kerajaan sejak masa yang dari Sultan Mahmudsyah, Raja terakhir lama. Kesempatan ini termasuk dalam Malaka yang juga Raja pertama Johor, model diplomasi politik. Samuel A. untuk meminta bantuan Aceh sekaligus Meir menyebutkan bahwa sejak akhir meminang putri Aceh menjadi istri Raja Zaman Perunggu, tepatnya di masa Ali. Sultan Mamudsyah sendiri kabarnya Timur Dekat Kuno (Ancient Near East), belum lama berpulang saat ia melarikan kedudukan wanita dianggap penting diri ke Kampar. Permintaan Laksamana dalam sistem kerajaan. Fungsi wanita di Nadin diterima, namun untuk masalah situ dianggap hal yang sakral, utamanya pinangan, Sang Laksamana baru bisa berhubungan dengan hukum waris meluluskannya asalkan menyerahkan dan suksesi kerajaan. Kebutuhan akan mahar nikah berupa ranubkong perempuan dalam mengisi satu pos di haba. Laksamana Ujung Tanah itu dalam pemerintahan telah menjadi suatu akan menyampaikan pesan itu pada karakteristik historis dari pergumulan junjungannya kelak jia ia pulang. politik dan budaya manusia (Samuel A. Meir: 2002, 162). Beberapa waktu kemudian, datang iring-iringan besar dari Ujung Tanah Melalui pernikahan, pembicaran kedua mengiringi seorang pangeran yang kerajaan akan harapannya lancar mengenakan busana pengantin. terselenggara. Hal yang terpenting Rombongan ini datang untuk meminang adalah biasnya batas antara kerajaan putri Aceh. Setelah syarat mahar nikah kecil dan kerajaan besar, melebur diserahkan, pesta pernikahan pun ke dalam suasana serba hangat khas segera diadakan dengan meriah. Selama keluarga besar. Secara teoritis, keadaan beberapa waktu, rombongan ini tinggal ini bisa dimanfaatkan oleh kerajaan di Aceh. Laksamana Nadin menjadi juru kecil guna mendapat bantuan strategis bicara Ujung Tanah untuk menjajaki serta perlindungan dari kekuatan musuh kerjasama dengan perangkat istana yang lebih besar. Bagi kerajaan besar, Aceh. Ujung Tanah sepakat, bersama pernikahan menjadi cara terhalus, klaim Aceh, mereka akan memerangi Portugis. kuasa atau pengaruh atas suatu kerajaan. Setelah rangkaian upacara dan prosesi Pernikahan adalah jalan bijaksana untuk pernikahan usai, pihak Ujung Tanah pun menggantikan peperangan dalam upaya pamit pulang. Selepas itu, mereka sudah penguasaan suatu kerajaan. menjadi sekutu Aceh. Terhitung sejak tahun 1574, hubungan Raja Ali sendiri tatkala sudah kembali antara Aceh dan Johor sepakat untuk ke Ujung Tanah, ditabalkan menjadi dijalin (Amirul Hadi: 2010, 52). Berbeda 46

Description:
Seperti diketahui, pernikahan merupakan bentuk diplomasi kuno di Abad Pertengahan. timur provinsi Pannonia hingga sebelah barat Laut Hitam.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.