ebook img

KAJIAN KEBIJAKAN INVESTASI OECD INDONESIA 2020. PDF

300 Pages·2021·4.922 MB·English
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview KAJIAN KEBIJAKAN INVESTASI OECD INDONESIA 2020.

Kajian Kebijakan Investasi OECD INDONESIA 2020 Kajian Kebijakan Investasi OECD Indonesia 2020 This work is published under the responsibility of the Secretary-General of the OECD. The opinions expressed and arguments employed herein do not necessarily reflect the official views of OECD member countries. This document, as well as any data and map included herein, are without prejudice to the status of or sovereignty over any territory, to the delimitation of international frontiers and boundaries and to the name of any territory, city or area. The statistical data for Israel are supplied by and under the responsibility of the relevant Israeli authorities. The use of such data by the OECD is without prejudice to the status of the Golan Heights, East Jerusalem and Israeli settlements in the West Bank under the terms of international law. Please cite this publication as: OECD (2021), Kajian Kebijakan Investasi OECD Indonesia 2020, OECD Publishing, Paris, https://doi.org/10.1787/4f7e8fad-id. ISBN 978-92-64-78662-2 (print) ISBN 978-92-64-57690-2 (pdf) Photo credits: Cover © warrengoldswain/iStock/Getty Images Plus. Yuliana Tansil translated the report into Bahasa Indonesia. Corrigenda to publications may be found on line at: www.oecd.org/about/publishing/corrigenda.htm. The use of this work, whether digital or print, is governed by the Terms and Conditions to be found at http://www.oecd.org/termsandconditions. Kata Pengantar Berdasarkan pencapaian sejak Kajian Kebijakan Investasi OECD Indonesia pertama selesai pada tahun 2010 lalu, Kajian Kedua ini menyajikan penilaian iklim investasi di Indonesia untuk mendukung pemerintah dalam upaya reformasi yang sedang berlangsung. Berdasarkan Kerangka Kerja Kebijakan OECD untuk Investasi, Tinjauan ini mengidentifikasi tantangan dan peluang, serta rekomendasi untuk meningkatkan daya saing, mendukung pertumbuhan, dan memastikan hasil investasi dirasan secara merata dan berkelanjutan terhadap lingkungan. Bab-bab di dalamnya meliputi tren dan dampak penanaman modal asing (PMA/FDI), pengkajian ulang kerangka regulasi PMA, perlindungan investor dan penyelesaian sengketa, mendorong dan memfasilitasi aktivitas bisnis yang bertanggung jawab, mendorong dan memfasilitasi investasi, serta kebijakan investasi dan pembangunan daerah di Indonesia yang terdesentralisasi. Kajian ini sangat menekankan pada langkah-langkah untuk membangun iklim investasi yang sehat, transparan, dan bertanggung jawab guna mendukung pemulihan ekonomi yang tangguh selepas pandemi COVID-19. Kajian ini disusun oleh Sekretariat OECD atas permohonan Pemerintah Indonesia. Prosesnya dilakukan melalui koordinasi erat dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan didukung oleh gugus tugas antar kementerian yang dibentuk untuk membahas Kajian dalam pendekatan pemerintah-secara- kesatuan. Kajian juga mendapatkan tinjauan sejawat Komite Investasi OECD dan konsultasi pemangku kepentingan dengan perwakilan pemerintah asing yang berbasis di Indonesia, organisasi internasional, sektor swasta, masyarakat sipil dan akademisi. Kajian ini dibuat oleh tim yang dipimpin oleh Alexandre de Crombrugghe dan melibatkan Fares Al Hussami, Alessandra Celani, Fernando Mistura, Letizia Montinari dan Baxter Roberts dari Divisi Investasi OECD, dan Tihana Bule dari OECD Center for Responsible Business Conduct, dan di bawah bimbingan Stephen Thomsen, Kepala Tinjauan Kebijakan Investasi. Massimo Geloso Grosso, Kepala Perwakilan Jakarta, dan Yulianti Susilo, konsultan, memberikan bantuan dalam proses koordinasi dan pelaksanaan di Indonesia. Angèle N’Zinga memberikan bantuan administratif. Saran dan masukan kesekretariatan diterima dari Ana Novik, Kepala Divisi Investasi, Syrine El Abed, Clémentine Faivre, David Gaugkrodger, Emilie Kothe, Simon Long, Joachim Pohl dan Martin Wermelinger dari Divisi Investasi, Rena Hinoshita dari Center for Responsible Business Conduct, Andrew Auerbach dari Pusat Kebijakan dan Administrasi Perpajakan, James Drummond dan Mike Pfister dari Direktorat Tata Kelola Publik, Andrea Goldstein dari Departemen Ekonomi, Jeremy Faroi dan Cecilia Tam dari Direktorat Lingkungan, dan Massimo Geloso Grosso dari Hubungan Global. Kajian ini dimungkinkan dengan dukungan dari Uni Eropa 4  Daftar Isi Kata Pengantar 3 Daftar Isi 4 Ringkasan Eksekutif 7 1. Penilaian dan rekomendasi 9 Pendahuluan 10 Gambaran umum arah pembangunan Indonesia 12 FDI telah memainkan peran penting di Indonesia tetapi masih dapat berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan 20 Temuan utama dan rekomendasi untuk memperbaiki iklim investasi Indonesia 24 Referensi 42 2. Tren dan dampak FDI di Indonesia 44 Kesimpulan dan arahan kebijakan 45 FDI dapat mendukung agenda pembangunan berkelanjutan Indonesia 47 Tren FDI 52 Kualitas FDI 60 Referensi 84 Annex 2.A. Metodologi penghitungan indikator Tipe 1 dan 2 86 3 Mengkaji ulang regulasi FDI di Indonesia 88 Kesimpulan dan rekomendasi utama 89 Mengapa hambatan terhadap FDI penting bagi Indonesia? 92 Terlepas dari liberalisasi yang cukup penting di masa lalu, regulasi investasi asing di masih Indonesia masih saran pembatasan 101 Tindakan diskriminatif terhadap investor asing akan merugikan konsumen dalam negeri, serta perusahaan di industri hilir 105 Pembatasan modal asing adalah jenis hambatan paling umum terhadap FDI, tetapi kebijakan operasional lainnya juga sangat signifikan di Indonesia 108 Persyaratan konten lokal yang ketat di beberapa sektor menambah rintangan dalam mengundang investasi asing di Indonesia 111 UU Omnibus Cipta Lapangan Kerja: masalah akses pasar yang perlu dipertimbangkan 113 Referensi 119 Annex 3.A. Catatan Teknis 123 Annex 3.B. Beberapa contoh persyaratan konten lokal di Indonesia 125 OECD INVESTMENT POLICY REVIEWS: INDONESIA 2020 © OECD 2020  5 4 Perlindungan Penanaman Modal dan Penyelesaian Sengketa 129 Ringkasan dan Rekomendasi Utama 130 Perlindungan terhadap penanam modal menurut UU Penanaman Modal 134 Terdapat kemajuan signifikan dalam perbaikan sistem administrasi pertanahan, namun peraturan kepemilikan lahan perlu diperjelas 136 Dibutuhkan langkah lebih jauh untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan terhadap HAKI 139 Reformasi bertahap telah memperbaiki sistem pengadilan, tetapi dibutuhkan langkah berani untuk menjawab isu-isu lama 142 Banyak penanam modal yang tetap lebih memilih arbitrase dan APS dibandingkan litigasi 144 Momentum perubahan perlu dipertahankan untuk memperbaiki iklim regulasi yang kondusif bagi perekonomian digital 146 Upaya berkelanjutan untuk mengatasi korupsi, merampingkan birokrasi, dan memperbaiki kerangka peraturan untuk penanam modal 148 Perjanjian Penanaman Modal Indonesia 152 Kebijakan Perjanjian Penanaman Modal Indonesia 155 Aspek lain yang berpotensi disertakan dalam pembaruan perjanjian investasi 163 Daftar Pustaka 171 Annex 4.A. Ringkasan Perjanjian Penanaman Modal Indonesia 178 5 Mempromosikan dan mendukung perilaku bisnis bertanggungjawab 187 Rangkuman 188 Cakupan dan pentingnya perilaku bisnis bertanggungjawab 189 Dari risiko menuju ketahanan: RBC dan COVID-19 190 Indonesia memiliki sejarah di dalam mempromosikan tanggung jawab sosial di dalam operasional bisnis 191 COVID-19 telah menempatkan Indonesia pada titik kritis di dalam perkembangan ekonomi dan sosialnya 193 Membandingkan upaya-upaya keberlanjutan dengan standar-standar RBC internasional dapat berdampak pada kejelasan yang lebih baik di pasar serta mempromosikan perdagangan dan investasi 196 Referensi 206 6 Promosi dan fasilitasi investasi di Indonesia 211 Rangkuman dan rekomendasi utama 212 Gambaran umum kerangka institusi untuk promosi dan fasilitasi investasi di Indonesia 216 BKPM sebagai IPA nasional utama: perbandingan (benchmarking) dan analisis karakteristik BKPM 217 Memfasilitasi investasi – baik dari perusahan yang baru masuk dan yang sudah ada 225 Upaya promosi investasi 236 Gambaran umum perpajakan perusahaan di Indonesia 241 Peran insentif investasi di Indonesia 243 Daftar Pustaka 254 7. Kebijakan investasi dan pembangunan regional di Indonesia dengan desentralisasi 260 Ringkasan dan rekomendasi kebijakan 261 Proses desentralisasi Indonesia: agenda reformasi yang belum selesai 264 Geografi investasi di Indonesia yang terdesentralisasi 266 Kesenjangan wilayah memengaruhi geografis FDI dan dampak pembangunannya 271 OECD INVESTMENT POLICY REVIEWS: INDONESIA 2020 © OECD 2020 6  Kebijakan daerah telah membentuk iklim investasi Indonesia tetapi koherensi kebijakan terbatas 278 Promosi investasi daerah: Strategi berbasis tempat dan daya tarik 284 Kebijakan berbasis kawasan untuk menarik perusahaan asing dengan keuntungan produktivitas tinggi 288 Daftar Pustaka 293 OECD INVESTMENT POLICY REVIEWS: INDONESIA 2020 © OECD 2020  7 Ringkasan Eksekutif Indonesia telah mencapai kemajuan ekonomi, politik, dan sosial yang mengesankan selama dua dekade terakhir seiring reformasi ambisius pemerintah. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, kebijakan makroekonomi yang baik dan kemajuan dalam perlindungan sosial telah meningkatkan meningkatkan standar hidup dan menurunkan tingkat kemiskinan baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan. Pandemi COVID-19 menahan kemajuan ini dan menjerumuskan Indonesia ke dalam resesi berat dengan konsekuensi ekonomi dan sosial yang sulit. Investasi swasta, baik asing maupun domestik, dapat memberikan kontribusi penting bagi pemulihan Indonesia dari pandemi COVID-19. Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) telah menurun signifikan selama krisis dan akan diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia. Perusahaan- perusahaan asing di Indonesia lebih produktif, memiliki rasio lapangan kerja lebih tinggi, dan membayar upah lebih tinggi daripada perusahaan Indonesia. Mereka juga mengekspor lebih banyak hasil produksinya dan menghasilkan efek pengganda yang penting bagi perekonomian dalam negeri Indonesia. Meskipun pemerintah telah menempatkan reformasi iklim usaha sebagai prioritas utamanya, masih terdapat kesempatan untuk membangun iklim investasi yang sehat, transparan, dan bertanggung jawab yang mendukung pemulihan ekonomi dari pandemi dan memastikan pemerataan manfaat investasi dan pembangunan berkelanjutan. Para pembuat kebijakan belum menunjukkan niat untuk memberikan peran yang jelas bagi PMA dalam ambisi pembangunan Indonesia. Sebelum masa pandemi pun, Indonesia belum berhasil memenuhi potensinya sebagai tuan rumah PMA, terlepas dari banyak atribut yang dimilikinya. Di satu sisi, ada keinginan untuk melindungi ekonomi lokal dari investasi asing, tetapi di sisi lain ada keinginan untuk melakukan reformasi yang mendalam untuk mendapatkan manfaat lebih besar dari PMA. Upaya pemerintah dalam transparansi, supremasi hukum, dan kualitas kelembagaan sudah terlihat, tetapi belum cukup konsisten untuk meningkatkan kepercayaan investor dan memastikan praktik bisnis yang bertanggung jawab baik oleh perusahaan asing maupun domestik. Peran dan tanggung jawab lintas kementerian cenderung tidak jelas dan terkadang kurang terkoordinasi. Walaupun desentralisasi hadir dengan peluang-peluang baru tetapi juga mempersulit penyusunan kebijakan investasi yang konsisten. UU Omnibus Cipta Kerja yang disahkan pada Oktober 2020 merupakan paket reformasi utama yang berupaya untuk mengatasi banyak tantangan ini. Meskipun terlalu dini untuk menganalisis dampak penuhnya, undang-undang tersebut menghadirkan peluang untuk memperbaiki iklim investasi, tetapi juga dapat menimbulkan beberapa risiko bagi masyarakat. Terlepas dari upaya-upaya liberalisasi yang telah dilakukan, pendekatan Indonesia terhadap PMA masih membatasi, dengan banyak sektor primer dan jasa yang sebagian belum mengizinkan investor asing. Indonesia juga masih memiliki berbagai kebijakan yang diskriminatif di berbagai sektor, seperti persyaratan modal minimum yang lebih tinggi untuk perusahaan penanaman modal asing dan persyaratan yang ketat untuk mempekerjakan orang asing di posisi manajemen kunci. Persyaratan konten lokal juga diberlakukan secara meluas, menambah rintangan dalam melakukan investasi asing di Indonesia. Paket reformasi yang berani dan komprehensif untuk mengurangi hambatan PMA dapat meningkatkan aliran masuk PMA sebesar 85%. Indonesia harus mempertimbangkan untuk memprioritaskan liberalisasi PMA OECD INVESTMENT POLICY REVIEWS: INDONESIA 2020 © OECD 2020 8  di sektor jasa karena implikasi produktivitasnya yang luas terhadap perekonomian, menghilangkan persyaratan diskriminatif terhadap FDI dalam peraturan horizontal dan mempertahankan pendekatan Daftar Negatif Investasi untuk menjamin transparansi. Undang-undang di Indonesia memberikan sejumlah kerangka perlindungan inti bagi investor terkait non- diskriminasi, pengambilalihan (ekspropriasi), dan transfer dana bebas biaya. Perlindungan ini umumnya memberikan batasan hak yang jelas yang dapat menarik kepercayaan investor selama mekanisme penegakan hukum juga baik. Kerangka peraturan menyeluruh untuk keamanan siber dan perlindungan data juga akan lebih mendukung perkembangan ekonomi digital. Terkait dengan penyelesaian sengketa, sistem pengadilan Indonesia kurang memiliki transparansi dan imparsialitas, dan banyak perusahaan lebih memilih menggunaan mekanisme penyelesaian sengketa alternatif. Memerangi korupsi di semua tingkatan masyarakat juga telah lama menjadi prioritas tetapi upaya untuk membangun budaya integritas di sektor publik masih dapat diperkuat. Kajian komprehensif mengenai perjanjian-perjanjian investasi dilakukan antara 2014-16, tetapi prioritas terkait dengan kebijakan perjanjian investasi dapat terus dinilai, diperjelas dan diperbaharui. Indonesia adalah salah satu negara pertama yang mengintegrasikan tanggung jawab sosial perusahaan dalam kerangka hukumnya dan akhir-akhir ini mendorong perilaku bisnis yang bertanggung jawab (RBC), terutama dalam keuangan dan bisnis yang berkelanjutan serta hak asasi manusia. Ambisi Indonesia untuk memperkenalkan transparansi informasi kepemilikan manfaat (beneficial ownership) juga patut dicatat. Pendekatan yang lebih strategis untuk mendorong implementasi RBC lintas sektor mungkin diperlukan, terutama mengingat dampak sosial COVID-19 terhadap sektor manufaktur Indonesia dan tingginya biaya lingkungan yang ditimbulkan oleh pertumbuhan sejauh ini. Penerapan RBC dapat membantu pemerintah untuk memastikan strategi industri yang ada \ sesuai dengan tujuan ekonomi global saat ini dan mengarahkan sektor keuangan kepada keuangan berkelanjutan. Fokus yang lebih bisa dapat diberikan ke operasi bisnis yang ada di sektor-sektor berisiko tinggi, dan menerapkan RBC di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan memberi sinyal kepada pasar. Reformasi lingkungan usaha baru-baru ini meliputi pembentukan sistem online single submission (OSS) untuk menyelaraskan proses perizinan usaha, yang masih dilanda permasalahan inefisiensi dan implementasi. Sementara UU Omnibus Cipta Kerja berupaya menangani kemudahan berbisnis secara lebih struktural, konsultasi yang luas juga diperlukan untuk memaksimalkan manfaatnya dan memastikan implementasi yang berhasil. Pandemi juga menunjukkan bahwa layanan lanjutan yang setingkat lebih tinggi bagi investor lama sangat penting artinya di tengah ketidakpastian saat ini. Sejalan dengan itu, karena jalur proyek FDI baru kemungkinan besar akan turun akibat krisis, strategi promosi investasi yang lebih terfokus sangat lebih disarankan dalam upaya pemulihan pemerintah. Insentif pajak Indonesia juga termasuk yang paling murah hati di kawasan dan dapat dimanfaatkan dengan lebih bijaksana untuk mendorong investasi. Pergeseran bertahap menuju insentif berbasis biaya merupakan perkembangan yang positif. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan menyosialisasikan insentif dengan lebih jelas, tetapi skema insentif pajak yang lebih luas masih menjadi masalah yang rumit. Desentralisasi besar-besaran sejak 1998 telah membentuk pembangunan daerah dan peta investasi di penjuru negeri. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menyusun dan melaksanakan peraturan terkait penanaman modalnya masing-masing, sesuai dengan peraturan nasional yang memayunginya. Meskipun telah dibentuk pusat-pusat pelayanan terpadu satu pintu di daerah, kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, pembagian kewenangan yang tidak jelas, dan peraturan yang tumpang tindih tetap menjadi tantangan besar. Pembuatan kebijakan investasi semakin tersentralisasi kembali untuk memperbaiki iklim berusaha, tetapi pemerintah daerah juga harus dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan dan secara bertahap mengembangkan kapasitas mereka untuk memastikan pendekatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. OECD INVESTMENT POLICY REVIEWS: INDONESIA 2020 © OECD 2020

See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.