ebook img

Kajian Distribusi Suhu, RH dan Aliran Udara Pengering untuk Optimisasi Desain Pengering Efek PDF

216 Pages·2016·3.57 MB·Indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Kajian Distribusi Suhu, RH dan Aliran Udara Pengering untuk Optimisasi Desain Pengering Efek

KAJIAN DISTRIBUSI SUHU, RH DAN ALIRAN UDARA PENGERING UNTUK OPTIMISASI DISAIN PENGERING EFEK RUMAH KACA DYAH WULANDANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Kajian Distribusi Suhu, RH Dan Aliran Udara Pengering Untuk Optimisasi Disain Pengering Efek Rumah Kaca” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian disertasi ini. Bogor, Nopember 2005 Dyah Wulandani NRP 98 5084 ABSTRAK DYAH WULANDANI. Kajian Distribusi Suhu, RH Dan Aliran Udara Pengering Untuk Optimisasi Disain Pengering Efek Rumah Kaca. Dibimbing oleh KAMARUDDIN ABDULLAH, EDY HARTULISTIYOSO dan ACHMAD INDRA SISWANTARA. Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) adalah bangunan pengering berdinding transparan, di dalamnya terdapat plat absorber sebagai pengumpul panas dan wadah produk (rak atau bak) serta kipas untuk mengeluarkan uap air hasil pengeringan. Sumber energi pada pengering ERK diperoleh dari surya dan pembakaran biomassa (arang kayu). Pengering ERK ini menjadi salah satu pilihan bagi petani maupun pedagang pengumpul cengkeh untuk mengatasi masalah pengeringan dengan cara penjemuran langsung menggunakan lamporan, karena pengering ERK menggunakan sumber energi termal dari surya dan biomassa. Metoda penjemuran selama ini digunakan karena murah dan mudah dilakukan, tetapi sangat tergantung adanya sinar surya dan produk mudah terkontaminasi kotoran. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pengering ERK dipilih karena lebih murah dibandingkan dengan pengering surya yang menggunakan kolektor datar terpisah. Agar petani dapat membeli pengering ERK dengan harga yang terjangkau, maka untuk mengurangi biaya konstruksi seminimal mungkin tanpa mengurangi kehandalan performansi alat, dalam penelitian ini dilakukan perhitungan optimisasi biaya konstruksi pengering ERK. Berdasarkan hasil ini diperoleh ukuran komponen-komponen utama dalam pengering ERK. Selain itu dengan menggunakan teknik CFD (analisis dinamika fluida), dapat diketahui lokasi komponen-komponen utama dalam pengering ERK (seperti inlet, outlet, kipas dan penukar panas), sehingga dapat diperoleh keseragaman suhu, RH dan kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering. Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan disain pengering ERK optimum baik dari segi teknis maupun secara ekonomis, melalui proses optimisasi dan simulasi aliran udara panas serta pengujian performasi pengeringan cengkeh menggunakan pengering ERK. Output penelitian ini berupa disain pengering optimum yang dapat dimanfaatkan oleh petani atau pengusaha cengkeh, dan pedagang pengumpul atau eksportir cengkeh serta bagi peneliti yang tertarik di bidang pengeringan. Hasil penelitian ada beberapa tahap; pertama, optimisasi biaya konstruksi pengering ERK (biaya investasi awal) dipecahkan dengan metoda Pengganda Lagrange menggunakan persamaan keseimbangan energi di dalam ruang pengering dan persamaan karakteristik pengeringan cengkeh. Salah satu hasil optimisasi adalah disain pengering ERK untuk kapasitas maksimum 386 kg cengkeh dengan dimensi 3.6 m x 3.6 m x 2.4 m dengan biaya konstruksi optimum Rp 10.123.000,-. Pengering ERK ini terdiri dari 8 rak berukuran 7.84 m2, plat absorber berukuran 5.12 m2, kipas dengan daya 247 W, penukar panas seluas 1.2 m2, dan tungku dengan laju pembakaran 1.1 kg arang per jam. Pengeringan dilakukan pada suhu 45oC, RH 52 % dan laju aliran udara di atas rak 0.04 m/dt. Dengan alat tersebut pengeringan cengkeh dari kadar air awal 72.8 % hingga 12 % bb berlangsung selama 50 jam. Kedua, berdasarkan disain hasil optimisasi dilakukan uji performansi pada pengering ERK untuk pengeringan cengkeh. Dari uji performansi diperoleh hasil bahwa percobaan menggunakan suhu 48oC, RH 46.5 % dan kecepatan 0.04 m/dt, pada tingkat radiasi surya 310 W/m2, memberikan performansi pengeringan yang lebih baik dibandingkan kedua percobaan lainnya yang diuji dalam penelitian ini. Bahan bakar biomassa (arang kayu) digunakan pada pagi dan sore untuk mempertahankan suhu 48oC. Untuk mengeringkan cengkeh dengan kapasitas 80 kg diperlukan bahan bakar arang sebanyak 29 kg. Pengeringan bunga cengkeh dari kadar air 72.8 % bb menjadi 12 % membutuhkan waktu dengan kisaran 38 hingga 50 jam. Hasil pengujian mutu cengkeh menunjukkan mutu-1 dengan kandungan minyak atsiri cukup tinggi yaitu 23 % dan cengkeh kering berwarna coklat kehitaman. Percobaan pengeringan cengkeh di lapang masih menghasilkan perbedaan kadar air antara rak atas dan bawah, hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman suhu yang terjadi di dalam ruang pengering, dengan nilai ragam suhu 2.4oC. Tahap ketiga, melalui analisis aliran fluida menggunakan bantuan software Geomesh/Gambit dan Fluent dan berdasarkan dimensi pengering hasil optimisasi di atas telah diketahui posisi inlet, outlet, kipas dan penukar panas yang tepat, sehingga tingkat keseragaman suhu, RH dan kecepatan di dalam ruang lebih baik. Di antara 3 skenario disain pengering ERK, disain terbaik dari hasil simulasi tersebut adalah disain skenario-3 yang dicirikan dengan rendahnya nilai standar deviasi dari suhu, RH dan kecepatan aliran udara, masing-masing sebesar 1.6oC, 3.7 % dan 0.03 m/dt. Disain skenario-3 tersebut terdiri dari dua buah inlet masing-masing berukuran 0.1 m x 1 m pada ketinggian 1.4 m. Dua buah outlet masing-masing berukuran 0.2 m x 0.8 m pada ketinggian 0.8 m pada dinding yang berseberangan dengan inlet. Tiga buah kipas dengan diameter masing-masing 0.2 m digunakan sebagai perata udara pengering. Kipas 1 (kipas bawah) terletak 0.2 m di depan penukar panas pada ketinggian 0.4 m dari lantai bangunan dengan daya 100 W. Kipas 2 (kipas tengah) terletak di tengah bangunan di atas rak paling atas dengan daya 40 W. Kipas 3 (kipas atas) terletak di atas penukar panas pada ketinggian 1.8 m sejajar dengan posisi rak paling atas (rak 8) dengan daya 100 W. Penukar panas seluas 1.2 m2 terletak 0.2 m dari dinding pada ketinggian 0.4 m dari lantai pengering. Pada malam hari disarankan hanya menggunakan kipas bawah untuk meratakan suhu dan kecepatan udara. Validasi model simulasi aliran udara yang dilakukan pada pengering ERK skala laboratorium menggunakan curve fitting, menunjukkan hasil kecenderungan yang sama antara suhu, RH dan kecepatan udara hasil simulasi dengan suhu, RH dan kecepatan udara hasil pengukuran. Tahap akhir, analisis biaya pengeringan dilakukan dengan membandingkan antara penjemuran (lamporan) dan pengering ERK. Pada kasus pengeringan di atas, hasil analisis biaya menunjukkan bahwa usaha pengeringan cengkeh menggunakan pengering ERK, baik untuk petani maupun pedagang pengumpul layak diusahakan. Pedagang pengumpul disarankan menggunakan pengering ERK, karena memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan lamporan. Berdasarkan analisis biaya dapat dikatakan bahwa pengeringan menggunakan pengering ERK baik pada tingkat petani maupun pedagang pengumpul mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan. ABSTRACT DYAH WULANDANI. Study on Temperature, RH and Air Flow Velocity Distribution of Dryer for the Design Optimization of Greenhouse Effect Solar Dryer. The advisors of the dissertation are KAMARUDDIN ABDULLAH, EDY HARTULISTIYOSO and ACHMAD INDRA SISWANTARA. Greenhouse Effect (GHE) Solar Dryer is a transparent wall structure, consists of an absorber plate as solar collector, product holders (rack, tray or batch) and fans to discharge vapor evaporated from the product. The GHE solar dryer uses thermal energy source from the sun and biomass stove as an auxiliary heating and other devices to control continuous drying processes. Previous study had recommended the design configuration as an alternative artificial drying facility for the farmer and merchant of cloves to overcome several demerits of using direct sun drying, including the construction cost. Farmer often uses direct sun drying method because it is cheap and simple. However, the method greatly dependent on the existence of solar irradiation, and foreign materials or dirt easily contaminates the product. Considering the poor condition of local farmer, previous GHE design required further construction cost reduction so that it can be affordable by the farmer. For this purposes, in this study an optimization process for a prototype of GHE solar dryer was conducted in order to reduce further construction cost by determining the proper sizing of each principle component of the dryer. In addition, a CFD technique was applied to determined proper locations of key component of the dryer to create uniform airflow rate, RH and drying temperature. Therefore, the objective of this study was to get the optimum design of GHE solar dryer, through optimization, testing the performance of GHE solar dryer and airflow simulation process. First, the construction cost optimization was based on the drying equations for clove and energy balance equations of drying air, absorber plate, heat- exchanger and product. Lagrange Multiplier was used in the optimization process, aided by Microsoft Excel. The result showed that the optimum design of a GHE solar dryer with 3.6 m x 3.6 m x 2.4 m dimension, gave an optimum construction cost of Rp 10.123.000,- for drying of 386 kg of cloves. The Prototype of dryer consisted of 8 trays with area of each tray was 7.84 m2. Surface area of the absorber plate was 5.12 m2, the power of fan was 247 W (A.C.) , the heat transfer area of the heat exchanger was 1.2 m2, and the charcoal combustion rate was 1.1 kg/h. The average drying temperature was 45oC, while the RH required was 42 % and the local airflow velocity on the product was 0.04 m/s. The drying time (initial moisture content of 72.8 % wb and final moisture content of 12 % wb) used this experiment was 50 hours. Second, according to the above optimization result, a series of performance test of an actual GHE solar dryer was conducted. The results showed that the best operating condition of the dryer was using the drying temperature of 48oC, RH of 46.5 % and velocity of 0.04 m/s, while the average of solar irradiation was at 310 W/m2. The supply of thermal energy was obtained from the sun and from the charcoal stove. The experiment indicated that to dry 80 kg cloves, the required amount of the charcoal combustion was 29 kg. The average drying time for 80 kg of cloves with initial moisture content of 72.8 % wb and final moisture content of 12 % wb was 50 hours. The quality of clove was categorized as grade-1, with essential oil content of 23 %. The final color of dried cloves was brown-black. The test result, however indicated that the final moisture content of the products was still non-uniform (standard deviation was 3.8 %) due to the non- uniformity in the drying air temperature. The observed average standard deviation of the drying temperature was at 2.4oC. In order to solve this remaining problem, in the third step of this study, airflow simulation aided by Fluent and Gambit/Geomesh software was used to determine the optimum location of air inlet and outlet, fans and the heat exchanger. The analysis was aimed to obtain uniform distribution of drying air temperature, RH and velocity within the chamber. Simulation study had selected three different modes of design configuration namely: Mode 1. Inlets at the position 1 m from the floor were placed on one side of the wall. The outlets at the position 1.6 m from the floor were placed on the opposite side of the wall. Mode 2. Inlets at the position 1.4 m above the floor were placed on one side of the wall. The outlets were located at the position 0.8 m above the floor placed on the opposite side wall. Mode 3. Inlets and outlets were the same as in the Mode 2. Fan-3 was added above of the heat exchanger to mix the drying air. The simulation results had confirmed that by rearranging the location of inlet and outlet and the quantity and the capacity of the fans, uniform air temperature, RH and velocity distribution within the chamber was obtained. The best mode obtained in this study was mode 3. The results indicated that Mode 3 showed the smallest standard deviation in terms of air temperature, which was 1.6 degree C, the air velocity, 0.03 m/s and RH 3.7%, respectively. Therefore, it was concluded that the operating condition indicated by Mode 3 was the optimum operating condition and should become the standard for the house type GHE solar dryer with trolleys of trays. Adding three mixing fans on the top of the rack, one above the heat exchanger, one in front of the heat exchanger, and one at the outlet position on the opposite wall had resulted in a uniform air flow, temperature and RH distributions. For night operation of the dryer it was suggested to use one fan only (in front of the heat exchanger) in order to obtain better drying performance. Finally, cost analysis of GHE solar drying for the above case study, showed that the drying project was feasible for the farmer as well as for the merchant. It was concluded that a 0.386 ton capacity GHE solar dryer could provide more benefit than sun drying for the merchant. (cid:211) Hak cipta milik Dyah Wulandani, tahun 2005 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya KAJIAN DISTRIBUSI SUHU, RH DAN ALIRAN UDARA PENGERING UNTUK OPTIMISASI DISAIN PENGERING EFEK RUMAH KACA DYAH WULANDANI Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 Judul Disertas : Kajian Distribusi Suhu, RH dan Aliran Udara Pengering untuk Optimisasi Disain Pengering Efek Rumah Kaca. Nama : Dyah Wulandani NIM : TEP-985084 Disetujui Komisi Pembimbing Prof.Dr. Kamaruddin Abdullah Ketua Dr.Ir. Edy Hartulistiyoso Ir. Achmad Indra Siswantara, PhD Anggota Anggota Diketahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Keteknikan Pertanian Prof. Dr.Ir. Budi Indra Setiawan Prof.Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc. Tanggal Lulus: 18 Agustus 2004 PRAKATA Segala puji bagi Allah Subhannahuwata’alla, karena atas karunia dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Tema yang dipilih dalam disertasi ini adalah disain pengering Efek Rumah Kaca dengan judul Kajian Distribusi Suhu, RH dan Aliran Udara Pengering untuk Optimisasi Disain Pengering Efek Rumah Kaca. Disertasi ini terdiri dari tiga bagian utama, masing-masing dinyatakan dalam bab terpisah. Kaitan dari ketiganya dinyatakan dalam pembahasan umum. Bagian pertama terdapat dalam Bab III disertasi ini berjudul Optimisasi Biaya Konstruksi Pengering Efek Rumah Kaca. Bab ini telah diseminarkan dalam Seminar Nasional PERTETA, Malang, Juli 2002 dan Asia-Australia Drying Conference (ADC’01), Malaysia, 2001. Bagian kedua terdapat dalam Bab IV berjudul Analisis Aliran Udara dalam Alat Pengering Efek Rumah Kaca. Bab ini merupakan pengembangan dari naskah artikel yang diajukan ke jurnal ilmiah (Buletin Keteknikan Pertanian, vol. 16, no. 3, th. 2003 dan Prosiding “The 14th International Symposium of Transport Phenomena” 6-9 Juli 2003, Bali. Hal: 539-542). Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah sebagai Ketua Komisi Pembimbing, atas bimbingan, saran, nasehat tentang filosofi keilmuan dan ide-ide yang begitu besar manfaatnya bagi penulis, selama kuliah dan dalam penyelesaian disertasi ini, serta kegiatan- kegiatan ilmiah lainnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Edy Hartulistiyoso sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, saran serta nasehat yang dapat mendorong penulis untuk selalu maju, baik selama penulis kuliah maupun selama penyelesaian disertasi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Achmad Indra Siswantara, Ph.D. sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, saran ilmu-ilmu baru yang diberikan selama penulis kuliah dan penelitian, serta atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menggunakan fasilitas yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian disertasi ini. Kepada Dosen Penguji Luar Komisi Pembimbing, Dr. Meika Syahbana Rusli dan Dr. Ridwan Thahir, atas kesediaan untuk menguji penulis dalam Ujian Tertutup dan Ujian Terbuka dan memberikan saran serta kritikan yang membangun demi kesempurnaan disertasi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para Pimpinan IPB yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Budi Indra Setiawan, M.Agr. sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian Sekolah Pascasarjana dan Pimpinan di Sekolah Pascasarjana IPB atas saran yang diberikan demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi di IPB ini, serta kepada Staf administrasi yang juga membantu kelancaran dalam penyelesaian studi. Kepada Dirjen Pendidikan Tinggi atas dana bantuan melalui Program BPPS, dan proyek penelitian Tim Hibah Penelitian Pascasarjana, Penelitian Dasar, Hibah Bersaing, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kepada Prof.Dr. Kamaruddin sebagai Kepala Bagian Energi dan Elektrifikasi Pertanian

Description:
berperan terhadap laju pindah massa total, dan bahkan peranan .. adalah operasi yang merubah besaran skalar ke besaran vektor (Stoecker, 1971)
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.