KAJIAN ARTI DAN FUNGSI RAGAM HIAS PADA RUMAH TUAN TANAH PERKEBUNAN TAMBUN, KABUPATEN BEKASI Study of Meaning and Function of Ornament House of Landheer Plantation Tambun, Bekasi Regency Lia Nuralia Balai Arkeologi Jawa Barat Jalan Raya Cinunuk Km 17 Cileunyi, Bandung E-mail: [email protected] Naskah diterima 15 Desember 2016 — Revisi terakhir 8 Juni 2017 Disetujui terbit 9 Juni 2017 — Diterbitkan secara online 22 Juni 2017 Abstract This study aims to reveal the meaning and function of ornament of former house of farms landlord in South Tambun, Bekasi Regency. The method used is descriptive analytical method with literature studies and internet data collection technique. The results ob- tained are the ornaments on the body of the building (walls, openings, pillars/columns), with geometric and organic motives. In general serves as ornamnet and reinforcement of the building as a supporter of functional structures. Diversity and the many ornaments on the colonial house indicates that their owners have a high social status with great power and well established economy. Keywords: ornaments, former house of farms landlord, Tambun, Bekasi Abstrak Kajian ini bertujuan mengungkap jenis-jenis ragam hias pada bekas rumah tuan tanah perkebunan di Tambun Selatan, Bekasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan teknik pengumpulan data studi literatur dan internet. Hasil yang diperoleh adalah ragam hias pada badan bangunan (dinding, bukaan, pilar/kolom) berupa motif geometris dan organis. Secara umum hal tersebut berfungsi sebagai hiasan dan penguat bangunan untuk mendukung struktur fungsional. Keanekaragaman dan banyaknya ragam hias, menunjukkan bahwa pemiliknya memiliki status sosial tinggi dengan kekuasaan besar dan ekonomi mapan. Kata kunci: ragam hias, bekas rumah tuan tanah perkebunan, Tambun, Bekasi PENDAHULUAN budaya kolonial, baik tangible culture Penjajahan Belanda di Indonesia maupun intangible culture. Salah satu meninggalkan jejak-jejak sejarah dan tangible culture adalah rumah tinggal 43 PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 43 – 59 kolonial, yaitu bangunan bekas rumah kepada Jepang, 8 Maret 1942, Regenschap tuan tanah perkebunan Tambun1 di Bekasi. Meester Cornelis menjadi Jatinegara Ken, Arsitekturnya unik, mencirikan gaya dan District Bekasi menjadi Bekasi Gun. Indis (campuran modern Eropa, Cina, Perjalanan sejarah Bekasi menjadi dan lokal). Keunikan terutama tampak bukti pentingnya peranan Bekasi di masa menonjol pada ragam hias bangunannya. lalu, termasuk keberadaan perkebunan Selain itu, jejak sejarah intangible culture milik swasta asing (Eropa dan Cina) setelah yang menceritakan peristiwa sejarah di dikeluarkannya Undang-Undang Agraria masa lalu, berkaitan dengan keberadaan tahun 1870.4 Didirikannya perkebunan bangunan dan peran Bekasi sendiri. tidak terlepas dengan dibangunnya fasilitas Bekasi merupakan salah satu kota perusahaan perkebunan. Salah satunya kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Peran adalah rumah tuan tanah tersebut. Secara penting Bekasi muncul dalam sejarah fisik bangunan, banyak hal yang dapat ketika Mataram berusaha merebut dikaji yang dapat menggambarkan keadaan Batavia, sebagai daerah penyangga dengan waktu itu. Seperti yang telah disebutkan, lumbung-lumbung persediaan pangan, kajian ragam hias bangunan menjadi satu untuk keperluan logistik tentara Mataram hal yang dapat memberi informasi tentang Islam pertengahan abad ke-17. Kemudian, masa lalu. Apa dan bagaimana arti dan Bekasi pada zaman Hindia Belanda, fungsi ragam hias pada bangunan kolonial dikenal juga sebagai daerah partekelir tersebut menjadi permasalahan pokok 2 dengan wilayah kemandoran dan dalam kajian ini. Dengan demikian, telaah kademangan. Kemudian, akibat Politik ini bertujuan menggambarkan ragam hias Ekonomi Liberal yang berlanjut ke Politik pada bekas rumah tuan tanah perkebunan Ethis, dan pelaksanaan Desentralisatie tersebut. Wet, Bekasi menjadi salah satu distrik Kajian ini menggunakan metode di Regentschap Meester Cornelis. Sejak penelitian deskriptif analitik yang bertujuan itu Bekasi secara formal menjadi salah memberikan gambaran tentang realitas satu ibu kota pemerintahan setingkat pada objek dengan mendeskripsikan kewedanaan.3 Setelah Belanda takluk komponen-komponen pada bangunan 1 Bangunan tersebut sekarang lebih dikenal 4 Undang-Undang Agraria 1870 lahir bersamaan sebagai Gedung Juang 45 Bekasi atau Gedung dengan Undang-Undang Gula 1870. Undang- Tinggi Bekasi. Undang Gula (21 Juli, Staatsblad 136) 2 Sistem penguasaan tanah partikelir menyatakan berakhirnya Sistem Tanam Paksa, menimbulkan kesengsaraan yang meresahkan sedangkan Undang-Undang Agraria (9 April masyarakat. Puncak keresahan ditandai dengan 1870, Staatsblad 55) dan Dekrit Agraria terjadinya peristiwa Pemberontakan Petani (Koninklijk Besluit 20 Juli 1870, Staatsblad Bekasi di Tambun 1869. 118) memudahkan hibah tanah jangka panjang 3 Berdasarkan Staatsblad 1925 No. 383 bagi perusahaan Eropa dan berisikan ketentuan tertanggal 14 Agustus 1925. Regentschap pemilikan tanah pribumi yang lebih sesuai Meester Cornelis, terdiri atas empat distrik, dengan hak atas tanah pra-1800 (Boomgaard, yaitu Meester Cornelis, Kebayoran, Bekasi dan 2004) (Nuralia, 2016, hal. 3). Cikarang. 44 Kajian Arti dan Fungsi Ragam Hias .... (Lia Nuralia) kolonial. Salah satu komponen tersebut bagian luar merupakan komponen totalitas adalah ornamen atau ragam hias, dengan dari ruang arsitektural. Karakter ragam melakukan analisis stilistik (Pusat hias terlihat dari penggunaan motif, pola, Penelitian Arkeologi Nasional, 2008, bahan, dan warna rumah. Keindahan karya hal. 95 - 96). Analisis stilistik berkaitan seni arsitektur dapat diamati pada gaya dengan ragam hias pada kepala atau atap, arsitektur, eksterior, dan interior (Pertiwi, badan atau dinding, dan kaki atau fondasi Pangarsa, & Antariksa, 2009). bangunan. Ragam hias yang ada tampak Ragam hias arsitektur dapat diukir dari mendapat pengaruh Eropa, tradisional batu, kayu, atau logam mulia. Ragam hias Indonesia (lokal), dan Cina. Selanjutnya, juga dapat dibentuk dengan bahan plester dilakukan interpretasi untuk memberi arti semen atau tanah liat sehingga terkesan ke berbagai bentuk ragam hias dan fungsinya. permukaan sebagai ragam hias terapan. Sementara itu, pengumpulan data dilakukan Bahan baku ragam hias, gaya dekoratif, melalui studi literatur. dan motif dapat berbeda-beda. Ragam Ragam hias atau ornamen secara hias yang dipahatkan umumnya berupa etimologis berasal dari bahasa Yunani, dari huruf yang distilisasi sehingga menjadi kata ornere yang berarti kerja menghias motif ragam hias (runenschrift). Biasanya dan ornamentum yang berarti hasil karya ragam hias ini digunakan sebagai lambang atau hiasan. Ragam hias pada dasarnya kemakmuran dan keselamatan (Sumalyo, merupakan penghias yang dipadukan, sebagai 2003). Seorang sejarawan arsitektur, media mempercantik atau mengagungkan suatu Sir John Summerson pada tahun 1941, karya (Baidlowi & Daniyanto, 2003). Ragam menyebut ragam hias pada bangunan hias mempunyai perlambang/simbolik dan sebagai modulasi permukaan. Dekorasi sekaligus pembentukan jati diri. Ragam dan ornamen telah menjadi saksi dalam hias pada bangunan juga menjadi salah peradaban sejak awal sejarah, yaitu satu pembentuk karakter bangunan dan mulai dari arsitektur Mesir Kuno sampai merupakan salah satu cara untuk mengetahui dengan arsitektur modern pada abad ke-20 langgam atau gaya bangunan (Amiuza, 2006, (Summerson, 1963, hal. 217). hal. 1 - 22). Ragam hias dalam arsitektur modern Penggunaan ragam hias disesuaikan tidak lagi berupa hiasan rumit, bahkan telah dengan kemampuan ekonomi dan kedudukan dilakukan penghapusan yang mendukung sosial pemilik di dalam masyarakat. struktur fungsional murni. Ornamen Kepemilikan awal menjadi salah satu menurut (Hoop, 1949, hal. 15) dibagi faktor penentu keberadaan ragam hias. menjadi dua jenis, yaitu ornamen geometris Ragam hias adalah salah satu elemen dan organis. Ornamen geometris tersusun dalam dunia arsitektur, yang berhubungan atas garis-garis lurus atau garis lengkung dengan segi keindahan suatu bangunan, dan raut bangunan pada geometri bersegi- sebagai hasil karya seni. Akan tetapi, segi atau lingkaran. Ornamen organis hal tersebut bukan seni secara umum merupakan perwujudan dari manusia, karena berhubungan dengan fungsi dan binatang, dan tumbuh-tumbuhan. kepentingan hidup sehari-hari (Soekiman, Mempelajari dan menghayati 2000, hal. 192). Menurut Marizar (1996, arti seni ornamen mencakup sejarah, hal. 65), ruang bagian dalam dan ruang makna simbolis, gaya, jenis, dan 45 PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 43 – 59 cara pengungkapan, serta fungsi atau tama rumah didirikan oleh pemilik awal penerapannya, diperlukan pengetahuan yang beretnis Cina, bernama Khouw Tjeng dan kemahiran (skill) (Soekiman, 2000, Kie (Luitenant der Chinezen) dengan nama hal. 193). Orang-orang Belanda sangat perusahaan N.V.Hdl., Bouw en Cult. Mij. menguasai dan mencintai karya-karya Tiam Ki Djakarta. Pada 1942 bangunan pertukangan sedetail-detailnya (Amiuza, disita Pemerintah Pendudukan Jepang, 2006, hal. 19). Penerapan ragam hias kemudian menjadi milik Pemerintah berarsitektur vernakular Belanda dalam Indonesia di zaman kemerdekaan dan arsitektur kolonial 1900 - 1920-an adalah sejak 1962 dibeli dan menjadi milik (1) kemuncak dan atap rumah (windwijzer, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dijadikan noc acroterie, geveltoppen, gevel, dormer, kantor pemerintahan. Gedung utama pada tower, dan tympanon, (2) kolom, dinding, dan penelitian yang dilakukan tahun 2009 sudah area bukaan; (3) kaki bangunan (stoep dan tidak berfungsi dan terakhir digunakan balustrade). Ragam hias pada kepala/ sebagai gedung perpustakaan (Nuralia, atap jarang ditemukan sebatas adanya 2009, hal. 149). geveltoppen dan gevel. Ragam hias sering digunakan pada badan dan kaki (Pertiwi, Pangarsa, & Antariksa, 2009, hal. 3) HASIL DAN PEMBAHASAN Bekas rumah tuan tanah perkebunan Tambun terletak di Jalan Sultan Hasanudian No. 5, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Secara geografis bekas rumah tersebut berada pada koordinat 06°15’35,8” LS dan 107°03’15,8” BT. Gambar 1. Gedung utama bekas rumah tuan tanah Pada waktu penelitian dilakukan (2009), perkebunan di Tambun dari arah tenggara. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Bandung, 2009) lokasi tersebut merupakan kompleks bangunan yang terdiri atas lima unit Pada ketiga tahapan tahun pendirian bangunan pada lahan ± 2 hektar (Tim bangunan tersebut, pada tahun 1910 Peneliti, 2009, hal. 23 - 24) tampak dipahatkan pada geveltoppen (hiasan kemuncak)5 (Tim Peneliti, 2009, Masyarakat setempat menyebut gedung hal. 23 - 24; Nuralia, 2009, hal. 92) utama sebagai Gedung Tinggi atau Gedung sedangkan tahun 1906 dan 1925 tidak Juang 45. Pada awal didirikan gedung ditemukan. Secara fisik bangunan tampak tersebut adalah bangunan paling tinggi di Tambun dan pada masa revolusi fisik Indonesia (1945 - 1949) gedung tersebut 5 Menurut Haris, gevel diartikan sebagai bagian dijadikan markas Tentara Rakyat Indonesia. berbentuk segitiga pada dinding samping, di bawah condongan atap. Pada rangkaian gevel Rumah tuan tanah perkebunan Tambun dan atap sering ditemukan luivel/teritisan dibangun dalam tiga tahap, yaitu tahap berukir (Haris, 1975, hal. 35). Gevel/gable juga pertama tahun 1906, tahap kedua tahun merupakan bentuk segitiga yang mengikuti 1910, dan tahap ketiga tahun 1925. Pertama- bentuk atap (Sumalyo, 2003, hal. 400). 46 Kajian Arti dan Fungsi Ragam Hias .... (Lia Nuralia) memiliki façade6 kembar pada bagian- atau Indo European Style (setelah 1915) bagian bangunan yang sama bentuk (Hartono & Handinoto, 2006, hal. 81 - 82). dan ragam hiasnya. Demikian juga Bangunan bekas rumah tinggal tuan bagian samping dan belakang, memiliki tanah Tambun yang didirikan 1906 - 925, kesamaan bentuk bukaan dan kolom. Oleh mengadopsi banyak gaya dan langgam karena itu, yang akan dikaji adalah ragam sesuai dengan perkembangan trend gaya hias pada bagian badan/dinding bangunan, arsitektur. Akan tetapi, bangunan tersebut seperti pintu, jendela, pilar/kolom, teralis, secara keseluruhan dapat dikategorikan dan lubang angin. sebagai bangunan bergaya arsitektur Bangunan didirikan antara tahun 1906 transisi. Arsitektur transisi disebut juga sampai dengan 1926 atau pada awal abad Niew Indisch8, sebagai respons pada ke-20. Pada masa ini sudah berkembang zaman baru yang dianggap gerbang ke gaya arsitektur modern Eropa atau Hindia arah modernisasi (Handinoto, Santoso, & Baru (Indo European Style)7, tetapi unsur- Irwan, 2012, hal. 37). Keadaan tersebut unsur arsitektur sebelumnya, yaitu Indische juga didukung perkembangan positif Empire Style masih tampak. Menurut perekonomian Hindia Belanda, hasil Handinoto, awal abad ke-20 merupakan liberalisasi ekonomi. Dampak lebih periode peralihan/transisi dari Indische lanjut adalah munculnya perkebunan- Empire Style ke Indo European Style perkebunan besar yang disertai sehingga sering disebut dengan Arsitektur dengan pendirian bangunan-bangunan Transisi (Handinoto, 2010, hal. 44). pendukungnya, seperti bangunan kantor, pabrik, dan rumah tinggal. Arsitektur transisi berlangsung sangat singkat sehingga sering terlupakan, yaitu Pada akhir abad ke-19 dan awal abad antara akhir abad ke-19 sampai dengan ke-20, muncul aliran-aliran dalam arsitektur awal abad ke-20. Pada masa transisi atau modern yang mendukung seni sebagai bagian peralihan (antara tahun 1890 - 1915) telah dari pembangunan gedung, seperti gerakan terjadi perubahan gaya arsitektur, dari gaya Art and Craft9 di Inggris, Art Nouveau10, dan arsitektur Indische Empire (abad ke-18 Art Deco11 (Handinoto, Santoso, & Irwan, dan 19) menuju arsitektur kolonial modern 2012, hal. 38). 6 Façade berasal dari istilah facies berarti 8 Niew Indisch Style merujuk pada bangunan tampilan atau wajah atau bagian bangunan yang didirikan pada awal abad ke-20, dari yang menghadap ke jalan (Krier, 2001). Eropa yang dibawa oleh arsitek Belanda Menurut Karisztia (2008) dan Sukarno (2014), Macline Pont, Karsten, Gheijel, Schoemaker, gaya bangunan dapat terlihat melalui tampilan dan lain-lain (Handinoto, Santoso, & Irwan, visual wajah bangunan. Fasad bangunan 2012, hal. 37). terbagi menjadi tiga penyusun utama, yaitu 9 Art and Craft movement adalah gerakan dalam kepala/atap, badan (dinding, pintu, jendela), arsitektur dan seni dekoratif yang berkembang dan kaki (lantai/fondasi) (Harimu, 2011 di Inggris dan Amerika Serikat sekitar 1870 - dalam (Budiandari, Antariksa, & Suryasari., 1920, ditandai kesederhanaan desain, benda 2016) hasil kerajinan tangan, dan bahan-bahan lokal 7 Gaya campuran pribumi dengan Eropa atau (Handinoto, Santoso, & Irwan, 2012, hal. 38). Indo-Eropeesche Stijl, istilah yang diciptakan 10 Art Nouveau awalnya adalah nama galeri oleh Kaarsten (Soekiman, 2000, hal. 157). Paris dan lokakarya yang dibuka oleh Samuel 47 PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 43 – 59 Ragam Hias pada Badan Bangunan teras, luifel, bouvenlicht, lubang angin, dan teralis. Jenis motif yang digunakan adalah Ragam hias pada badan bangunan motif geometris pada kolom utama, kolom sangat bervariasi dan beraneka warna jika teras, bounvelicht, hiasan dinding, lubang dibandingkan dengan ragam hias pada kepala angin, dan teralis. Pola yang digunakan dan kaki bangunan. Hal tersebut tampak adalah pola isian dan pola perulangan bentuk pada kolom/pilar tembok, jendela, pintu, motif. Pola tersebut membentuk pola simetri. dan dinding bangunan. Ragam hias yang Pola plafon menggunakan pola isian dan ditemukan terbagi ke dalam dua bagian, yaitu pinggiran mengikuti titik pusat ruang dan garis badan bangunan bagian luar dan dalam. sumbu denah bangunan (Pertiwi, Pangarsa, & Ragam hias pada badan bagian luar Antariksa, 2009). berdasarkan langgam Voor 1900 didominasi Bekas rumah tuan tanah perkebunan oleh penggunaan bahan-bahan baru, seperti di Bekasi ini termasuk periode arsitektur seng, besi, dan bahan-bahan lainnya yang adaptif transisi12. Rumah berupa bangunan dua terhadap iklim. Ragam hias pada badan luar lantai dengan serambi (teras/galeri) di terdapat pada dinding, kolom utama, kolom sekelilingnya, menunjukkan karakteristik kompleks dan lengkap dalam mengadopsi gaya Eropa modern, terutama penggunaan Bing tahun 1895. Istilah ini menunjukkan bentuk-bentuk organik yang mengalir dari seni ragam hias yang memuat unsur-unsur dekoratif yang menjamur di seluruh Eropa gaya art deco, art nouveau, de stijl13, selama dekade akhir abad ke-19 dan awal abad Amsterdam school14. Gaya art deco ke-20. Gerakan ini berkembang di Perancis, Belgia, Jerman, Italia, Spanyol, Belanda, negara Eropa lainnya, dan Amerika Serikat. 12 Gaya bangunan arsitektur transisi (1890 - Gerakan Art Nouveau sendiri sebagai empati 1915) merupakan perpaduan dari unsur-unsur penolakan terhadap historisme dan tradisi demi arsitektur abad ke-19 dan ke-20, dengan ciri- sebuah estetika baru yang tepat untuk abad baru ciri menonjol: denah bangunan simetri penuh, (Handinoto, Santoso, & Irwan, 2012, hal. 38). adanya teras depan (voor galerij) dan teras Gaya Art Nouveau/New Art: bahan kaca warna- belakang (achter galerij), teradpat bangunan warni pada pintu dan jendela (stained glass) tambahan di belakang, memiliki bentuk atap atau kaca patri, hiasan pada dinding pintu dan limasan (tradisional jawa), tiang atau kolom jendela berbentuk floral, sulur suluran, hati, berbahan kayu persegi (Hartono & Handinoto, motif bulu burung merak; pada langit-langit 2006, hal. 83). lekukan berbentuk melingkar dan vertikal 13 Gaya de Stijl gerakan artistik Belanda yang 11 Art Deco adalah seni populer, gerakan desain didirikan pada 1917. Ciri yang menonjol internasional dari 1925 sampai dengan 1940 adalah memiliki dinding berbentuk kubus, yang memengaruhi seni dekoratif, seperti dinding luar dan dinding dalam menyatu, dan arsitektur, desain interior, dan desain industri, terkadang memiliki atap datar (teknik beton serta seni visual, seperti fashion, lukisan, seni cor) (Handinoto, 1996, hal. 151 - 163). grafis, dan film. Gaya ini dianggap elegan, glamor, fungsional, dan modern (Handinoto, 14 Gaya Amsterdam School adalah gaya arsitektur Santoso, & Irwan, 2012, hal. 38). Gaya art deco yang muncul dari 1915 sampai sekitar 1930 mengedepankan bentuk geometris, elemen- di Belanda. Gaya ini ditandai oleh konstruksi elemen dekoratif horisontal dan vertikal, bentuk batu bata dan batu dengan penampilan bulat zig zag dan kerucut yang bertingkat-tingkat, atau organik, massa relatif tradisional, dan serta bentuk simetris yang berulang. Banyak integrasi dari skema yang rumit pada elemen menggunakan list profil sebagai permainan bangunan luar dan dalam. Juga ditandai adanya dekorasi pada dinding. batu dekoratif, seni kaca, besi tempa, menara 48 Kajian Arti dan Fungsi Ragam Hias .... (Lia Nuralia) terdapat pada lengkung geometris bukaan, Ragam hias pada badan bangunan elemen-elemen dekoratif horisontal dan bagian dalam berdasarkan langgam Voor vertikal, serta bentuk simetris berulang. 1900 terdapat pada bouvenlicht, plafon, dan Gaya art nouveau juga muncul dengan dinding. Jenis motif yang digunakan adanya kolom dan pilaster pada ujung adalah motif geometris, yaitu perulangan masa bangunan serambi dan balkon; garis (lengkung, horizontal, vertikal), penggunaan stained glass pada bukaan, perpotongan garis vertikal dan horisontal, ornament pada dinding, pintu dan jendela bentuk belah ketupat, perpotongan garis berbentuk floral, geometris, dan sulur diagonal, serta gabungan motif geometris suluran; bentuk menyerupai binatang siput dan stilasi tumbuhan pada plafon. pada tembok balkon lantai dua, tempelan Kemudian, pola yang digunakan merupakan keramik bergambar pada dinding di perulangan bentuk dan motif-motif yang serambi dan ruangan dalam bangunan, mengisi bidang yang dihiasi. Pola-pola dengan aneka warna dan motif (makhluk tersebut membentuk pola simetri. Pola hidup, flora). isian dan pinggiran terdapat pada plafon tempat motif tersebut mengikuti titik Bahan-bahan ragam hias yang sumbu bidang yang dihiasinya dan sumbu digunakan pada bagian luar berupa simetri pada denah bangunan. Sementara itu, material dari plesteran untuk hiasan dinding bahan yang digunakan adalah bahan kayu dan kolom; kayu pada bouvenlicht dan pada bouvenlicht; besi pada bouvenlicht; dinding; besi pada kolom teras, luifel, plesteran pada hiasan dinding; dan gipsum bouvenlicht, dan teralis; gipsum pada pada hiasan plafon dan cresting plafon. hiasan dinding dan plafon; batu kali Warna yang digunakan krem, coklat, biru, pada dinding dan kolom; kaca tekstur hijau pada bouvenlicht; warna putih pada pada bouvenlicht dan jendela; material hiasan dinding dan cresting plafon; dan kerawang pada lubang angin. Sementara warna kuning pada hiasan plafon (Pertiwi, itu, warna yang digunakan warna putih Pangarsa, & Antariksa, 2009). pada hiasan dinding, lubang angin, dan plafon; warna coklat pada bouvenlicht, Ragam hias pada badan bagian luar luifel, dan kolom besi; warna biru dan biru bangunan terdapat pada dinding, pintu, kehijauan pada kolom, bouvenlicht, luifel, jendela, balkon serambi, kolom, lubang teralis; warna kuning pada plafon angin beton (rooster), dan teralis ventilasi. dan hiasan dinding; warna emas pada Jenis motif geometris dengan pola isian bouvenlich; variasi warna emas, bening, dan perulangan bentuk motif cukup merah dan hijau pada kaca tekstur; warna mendominasi. Motif-motif hias lainnya hitam pada dinding dan kolom (Pertiwi, adalah motif hias binatang dan tumbuhan, Pangarsa, & Antariksa, 2009). serta gabungan motif geometris, binatang, dan tumbuhan. atau “tangga” jendela (dengan horizontal bar), Pada bagian bawah balkon serambi diintegrasikan dengan sculpture arsitektural, lantai dua terdapat motif hias yang penggunakan ornamen berbentuk patung yang menyerupai binatang siput tidak utuh, dipahat dengan keterampilan tangan, bertujuan dipadu bentuk geometris setengah menciptakan pengalaman total arsitektur, lingkaran (gambar 2a). Ragam hias ini interior, dan eksterior (Handinoto & Hartono, 2007., hal. 46 - 58) tampak paling menonjol karena terletak 49 luifel, bouvenlicht, dan teralis; gipsum pada hiasan dinding dan plafon; batu kali pada dinding dan kolom; kaca tekstur pada bouvenlicht dan jendela; material kerawang pada lubang angin. Sementara itu, warna yang digunakan warna putih pada hiasan dinding, lubang angin, dan plafon; warna coklat pada bouvenlicht, luifel, dan kolom besi; warna biru dan biru kehijauan pada kolom, bouvenlicht, luifel, teralis; warna kuning pada plafon dan hiasan dinding; warna emas pada bouvenlich; variasi warna emas, bening, merah dan hijau pada kaca tekstur; warna hitam pada dinding dan kolom (Pertiwi, Pangarsa, & Antariksa, 2009). Ragam hias pada badan bangunan bagian dalam berdasarkan langgam Voor 1900 terdapat pada bouvenlicht, plafon, dan dinding. Jenis motif yang digunakan adalah motif geometris, yaitu perulangan garis (lengkung, horizontal, vertikal), perpotongan garis vertikal dan horisontal, bentuk belah ketupat, perpotongan garis diagonal, serta gabungan motif geometris dan stilasi tumbuhan pada plafon. Kemudian, pola yang digunakan merupakan perulangan bentuk dan motif- motif yang mengisi bidang yang dihiasi. Pola-pola tersebut membentuk pola simetri. Pola isian dan pinggiran terdapat pada plafon tempat motif tersebut mengikuti titik sumbu bidang yang PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 43 – 59 dihiasinya dan sumbu simetri pada denah bangunan. Sementara itu, bahan yang digunakan adalah bahan kayu pada bouvenlicht; besi pada bouvenlicht; plesteran pada hiasan dinding; dan gipsum paling depan dan dapat langsung dilihat lingkaran dan persegi, dipadu dengan dari arah halaman depan. Apabila ditipnajadua hiasmano tipfl agfoeonm deatnr isc rleasintinnyga pylaanfgo nb. eWrbeanrntuak y ang digunakan krem, coklat, biru, hijau pada dari masa prakolonial, motif hias siput baotauuv enlipcihlitn; wtuanrgngaa pl uptiahd pa abdaag hiaians aant adsinnydain. gM doanti fc resting plafon; dan warna kuning pada hiasan kerang dijadikan ornamen, terutama ppaladfao n (Pgeeortmiwetir, isP amngearurspaa,k &an Amntoatrifik spaa,l i2n0g0 9tu).a zaman Hindu karena siput merupakan dalam ornamen karena sudah dikenal Ragam hias pada badan bagian luar bangunan terdapat pada dinding, pintu, jendela, atribut Dewa Wisnu15. Dewa Wisnu sejak zaman prasejarah. Motif ini memiliki balkon serambi, kolom, lubang angin beton (rooster), dan teralis ventilasi. Jenis motif adalah dewa pemelihara dan pelindung makna simbolis tentang ketertiban/ geometris dengan pola isian dan perulangan bentuk motif cukup mendominasi. Motif-motif sehingga memiliki makna simbolis untuk keteraturan apabila dilakukan berulang para penghuni rumah selalu mendhaipaast lainsenhyian gagdaa lbaher pmoloat ifs ehraiasis bdianna tahnargm doannis tumbuhan, serta gabungan motif geometris, pemeliharaan dan perlindungan dari Sbainnga tang(,S duanna rtyuom, 2b0u1h0a,n h.a l. 19). Maha Pencipta (Sunaryo, 2010, hal. 118). Selanjutnya, pada bagian bawah kolom16 serambi depan (di bawah motif hias pilin dan geometris) dan pada dinding luar bangunan juga terdapat motif hias pilin tunggal yang dipadu bentuk geomteris garis (2b). Bentuk lainnya tercetak pada keramik yang ditempelkan di dinding luar bagian bawah pada dinding bagian depan (2c). Pada bagian atas kolom di serambi depan terdapat motif geometris yang cenderung berbentuk abstrak, seperti perulangan garis lingkaran/setengah Gambar 2. 2a. Balkon serambi depan lantai 15 Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu atau Gamb2a; r2 2b.. 2Ka.o Bloamlk osner saemrabmi bdie dpeapna;n d laann t2aic .2 ; 2b. Narayana adalah dewa yang bergelar sebagai KoloDmin sdeirnagm lbuia dre dpeapna; nd adni 2lac.n Dtaiin 1d.i n(gS ulumarb edre:p an di lantai 1. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi shtiti (pemelihara) atau bertugas memelihara Dokumen Balai Arkeologi Bandung, 2009) dan melindungi segala ciptaan Brahma (Dewa Bandung, 2009) Pencipta). Dalam filsafat Waisnawa Wisnu Pada bagian bawah balkon serambi lantai dua terdapat motif hias yang menyerupai Motif geometris memiliki beberapa dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang binatang siput tidak utuh, dipadu bentuk geometris setengah lingkaran (gambar 2a). Ragam tertinggi, sedangkan dalam filsafat Adwaita jenis, yaitu meander, pilin, lereng, banji, Wedanta dan tradisi Hindu umumnya sebagai kawung, dan tumpal. Selanjutnya untuk 7 salah satu manifestasi Brahma (Sunaryo, 2010, motip pilin memiliki bentuk dasar berupa hal. 118). garis lengkung spiral atau lengkung kait, 16 Kolom bangunan kolonial bergaya doric, ionic, dapat dibedakan menjadi pilin tunggal dan corinthian sering digunakan. Gaya doric untuk bangunan penguasa dan pemerintah berbentuk ikal, pilin ganda berbentuk yang menghendaki bentuk sederhana, namun dasar huruf S, dan pilin tegar berupa memiliki kesan kukuh, kuat, perkasa. Gaya pola ikal bersambung dan berganti arah ionic dan corinthian digunakan untuk menghias (Sunaryo, 2010, hal. 22-36)Pada bukaan bangunan-bangunan megah milik penguasa bagian depan di sisi kanan dan sisi kiri jajahan atau pengusaha karena lebih indah dan memiliki banyak detail (Soekiman, 2000, hal. serambi teras depan di lantai 2 (Gambar 235-237). 3a), terdapat motif hias pilin tunggal yang 50 Motif geometris memiliki beberapa jenis, yaitu meander, pilin, lereng, banji, kawung, dan tumpal. Selanjutnya untuk motip pilin memiliki bentuk dasar berupa garis lengkung spiral atau lengkung kait, dapat dibedakan menjadi pilin tunggal berbentuk ikal, pilin ganda berbentuk dasar huruf S, dan pilin tegar berupa pola ikal bersambung dan berganti arah (Sunaryo, 2010, hal. 22-36)Pada bukaan bagian depan di sisi kanan dan sisi kiri serambi teras depan di lantai 2 (Gambar 3a), terdapat motif hias pilin tunggal yang dipadu dengan motif geometris garis dan lengkung. Motif hias ini juga terdapat pada sisi-sisi bukaan lainnya di depan. Sementara itu, pada bagian atas balkon yang terbuka di bagian atasnya dan di bawah atap, terdapat motif hias sulur. Pada pilaster dinding samping di serambi depan (Gambar 3b. 3c, 3d) terdapat motif hias yang dKaipjiaanh Aarttki daann Fautnagusi Rdaiguakmi Hr iapsa ..d..a (L piae Nrmuraulikaa) an dinding. Ada motif hias geometris garis, pilin tunggal, dan siput yang bergabung menjadi satu dalam bentuk persegi panjang, terbuat dipadu dengan motif geometris garis dan Motif flora dipadu dengan motif benda- dari bahan tembok. Kemudian motif sulur termasuk motif tumbuh-tumbuhan yang mulai ada lengkung. Motif hias ini juga terdapat benda alam (bebatuan, bukit atau gunung, zaman pengaruh Hindu-Buddha di Nusantara. Motif ini semakin berkembang setelah masuk pada sisi-sisi bukaan lainnya di depan. awan, pengaruh Cina). Motif meander pengaruh Islam abad ke-15 M. Pada masa pengaruh Islam motif makhluk hidup mulai surut. Sementara itu, pada bagian atas balkon yang telah dikenal zaman prasejarah yang terbuka di bagian atasnya dMano tdiif flobrear kdeimpabdaun gd menegnajand im motoitfi fb aewndaan-, bmenodtiaf alam (bebatuan, bukit atau gunung, awan, bawah atap, terdapat motif hias sulurp.engaruht u mCipnaal ).k aMdaontigf- kmadeaanngd edr igyuabnagh temlaehn jaddiki enal zaman prasejarah berkembang menjadi motif api dan prabha atau sinar (Sunaryo, motif awan, motif tumpal kadang-kadang digubah menjadi motif api dan prabha atau sinar 2010, hal. 153). (Sunaryo, 2010, hal. 153). Gambar 3. 3a. Bukaan di balkon lantai 2; Permukaan dinding pilaster dan jendela 3b. Serambi depan, 3c. Samping kiri dan 3d. Samping kanan lantai 1 dan 2. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Bandung, 2009) Pada pilaster dinding samping di serambi depan (Gambar 3b, 3c, 3d) Gambar 4. 4a. Pintu masuk utama, 4b. Pintu Gambar 4. 4a. Pintu masuk utama, 4b. Pintu terdapat motif hias yang dipahatkan atau samping kanan dan 4c. Samping kiri, pada samping kanan dan 4c. Samping kiri, pada dinding dinding bagian luar bangunan di muka diukir pada permukaan dinding. Ada bagian luar bangunan di muka serambi. (Sumber: serambi. (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Dokumen Balai Arkeologi Bandung, 2009) motif hias geometris garis, pilin tunggal, Bandung, 2009) dan siput yang bergabung menjadi satu dalam bentuk persegi panjang, terbuat Pada bukaan di serambi depan dari bahan tembok. Kemudian motif (Gambar 4), terdapat motif geometris 9 sulur termasuk motif tumbuh-tumbuhan yang berbentuk persegi dan lengkung. yang mulai ada zaman pengaruh H indu- Kemudian, pada dinding luar di bagian Buddha di Nusantara. Motif ini semakin depan terdapat pintu masuk utama (Gambar berkembang setelah masuk pengaruh 4a), pintu samping kanan (Gambar 4b) dan Islam abad ke-15 M. Pada masa pengaruh samping kiri (Gambar 4c), bermotif hias Islam motif makhluk hidup mulai surut. geomeris sebagai paduan dari bentuk pilin 51 PURBAWIDYA Vol. 6, No. 1, Juni 2017: 43 – 59 tunggal dan persegi. Teralis ventilasi di Motif pintu belakang (Gambar atas pintu, dan lubang angin (rooster) pada 5b) bermotif geometris, berbentuk pilin dinding samping, lingkaran, lengkung, tunggal dan garis. Pada jendela berpanil, garis, titik, dan bentuk lainnya. Motif kaca bermotif geometris persegi dan hias geometris dengan bentuk-bentuk pilin tunggal, sedangkan panil kaca pada yang bervariasi (persegi, garis, pilin, dan jendela memiliki warna krem, kuning, dan sebagainya) mendominasi motif hias pada hijau. Kemudian, motif hias pada teralis pintu, jendela, teralis ventilasi, dan lubang ventilasi berbahan besi di atas pintu dan angin, baik yang ada pada bagian dinding jendela bermotif geometris yang berbentuk luar maupun dinding dalam. Seperti lingkaran, garis, titik, dan oval. pada pintu masuk utama berbahan kayu Motif hias pada jendela berbahan dan kaca terdapat motif hias geometris kayu jalousi (Gambar 5c) memiliki motif berbentuk pilin tunggal, persegi, dan garis hias geometris berbentuk garis dan pilin (Gambar 4a). tunggal, jendela berteralis besi bermotif geometris pilin, garis, dan segitiga berulang (Gambar 5d). Bentuk segitiga berulang ini membentuk pola garis zig-zag yang saling berkaitan atau berjalin. Sementara itu, motif hias lubang angin (rooster)17 pada dinding luar tembok samping memiliki motif geometris berbentuk persegi, lingkaran, dan bentuk abstrak yang menjadi satu kesatuan berulang, membentuk pola lingkaran berlubang yang harmonis dan simetris (Gambar 5e). Pada dinding bagian dalam ruang utama dengan tangga ke lantai dua (gambar 6a), sebagian dindingnya ditutup keramik putih 20 x 20 cm, bermotif daun dan bunga berulang dan jalin-menjalin Gambar 5. 5a. Pintu depan di lantai 2; 5b. Pintu sehingga membentuk pola sulur, bunga belakang lt 1; 5c. Jendela samping; 5d. Jendela belakang lt.1; dan 5e. Rooster lt 1. (Sumber: biru muda, daun hijau tua, dan batang Dokumen Balai Arkeologi Bandung, 2009). coklat tua. Kemudian di bagian bawah pola sulur terdapat motif hias geometris persegi Motif hias pada teralis ventilasi besi dan garis berulang berdekatan, tampak di atas pintu (Gambar 5) adalah geometris tersusun horizontal sebagai list dinding bentuk garis, lingkaran, titik, dan oval. Demikian juga dengan motif hias pada pintu bagian depan di lantai dua, pintu belakang lantai satu, teralis ventilasi besi 17 Hiasan pada lubang angin di atas pintu dan jendela (bovenlicht), contoh lainnya adalah di atas pintu (Gambar 5a, 5b, 5d), memiliki motif kerawang. Hiasan lainnya berupa motif geometris pilin tunggal, persegi, penggunaan teralis batangan besi pada lingkaran, oval, garis, dan titik. bovenlicht atau bukaan pada pintu dan jendela. 52
Description: