TRAFFICKING DAN PROSTITUSI STUDI KASUS Gang Dolly Surabaya Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora ( S.Hum) Oleh: KHILFA ADIB NIM: 103022027511 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M. ABSTRAKSI Berbicara tentang perempuan tidak akan habisnya persoalan hidup yang merongrong kehidupan kaum hawa ini. Bahkan sejak Indonesia belum merdeka hingga mencapai kejayaannya nasib perempuan Indonesia masih belum juga banyak berubah. Walaupun pada saat ini perjuangan perempuan dalam menyuarakan persamaan hak dan derajatnya mulai menunjukan eksistensinya, namun di satu sisi tidak dapat di pungkiri bahwa masih banyak perempuan Indonesia yang ditempatkan dalam kedudukan yang termarginalkan trafficking, prostitusi merupakan problem sosial yang sangat tua dia ada sejak manusia hadir di muka bumi ini, hingga kini prostitusi masih menjadi momok bagi struktur dan sistem sosial masyarakat, praktik prostitusi di Gang Dolly Surabaya, merupakan bagian dari problematika sosial yang terjadi di salah satu kota di Indonesia yaitu: Surabaya, praktik ini telah menjadi bisnis yang meraksasa yang relatif sulit menghapuskannya, di balik dinamika bisnis Gang Dolly Surabaya itu, pastinya selalu ada pihak-pihak yang merasa "di korbankan" atau yang "mengorbankan". Berbagai kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan telah menjadi masalah yang krusial. Mulai dari kekerasan rumah tangga, hingga perdagangan manusia. Perempuan menjadi bagian di dalam lingkaran setan itu. DAFTAR ISI ABSTRAKSI ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah.................... 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................. 5 D. Kerangka Konseptual................................................................ 6 E. Metode Penelitian..................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan .............................................................. 11 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A Letak Geografis ....................................................................... 13 B Penduduk dan Mata Pencahariannya......................................... 15 C Sosial Kemasyarakatan............................................................. 18 BAB III TRAFFICKING, PROSTITUSI DAN PERMASALAHANNYA A. TRAFFICKING ........................................................................ 20 1 Definisi Trafficking.................................................................. 20 2 Sebab-sebab Terjadinya Trafficking......................................... 23 a Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat......................... 24 b Politik............................................................................. 26 c Hukum............................................................................ 29 d Agama............................................................................ 31 3 Bentuk-bentuk Trafficking....................................................... 32 4 Pelaku Trafficking.................................................................... 34 5 Korban Trafficking................................................................... 36 B. PROSTITUSI ............................................................................ 37 1 Definisi Prostitusi...................................................................... 37 2 Sebab-sebab Terjadinya Prostitusi.............................................. 39 a Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat.......................... 39 b Politik............................................................................... 41 c Hukum.............................................................................. 42 d Agama.............................................................................. 43 BAB IV PERKEMBANGAN TRAFFICKING DAN PROSTITUSI, DAMPAK SERTA UPAYA PENANGGULANGANNYA A. Perkembangannya........................................................................ 45 1 Trafficking............................................................................... 45 2 Prostitusi.................................................................................. 47 B. Dampak Trafficking dan Prostitusi Terhadap Sosial . Kemasyarakatan.......................................................................... 51 C. Upaya Penanggulangan Trafficking dan Prostitusi........................ 54 1 Political will Pemerintah Dalam Penanggulangan Trafficking dan Prostitusi................................................................................... 54 2 Masyarakat dan Lingkungan..................................................... 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya hukum sebagai kaidah sosial tidak berarti bahwa pergaulan antar manusia dan masyarakat hanya diatur oleh hukum. Selain oleh hukum kehidupan manusia dalam masyarakat yang bermoral, munusia juga di atur pula oleh agama, kaidah-kaidah susila, kesopanan, adat kebiasaan dan kaidah-kaidah lainnya.1 Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini tentu akan timbul pula berbagai masalah baru, yang kesemuanya ini membutuhkan peninjauan baik dari segi hukum, kesusilaan serta kaidah-kaidah sosial lainnya. Salah satu masalah yang sangat mengkhawatirkan generasi penerus, adalah meningkatnya praktik trafficking dan prostitusi. Bahwa prostitusi dapat menghancurkan betapapun besarnya sistem sosial, ia dapat membuat masyarakat bobrok moral bangsa, demi kepentingan moral dan tata susila.2 Meski di sadari bahwa praktik prostitusi dapat mengancam sendi-sendi moral masyarakat dan pada kenyataannya masih banyak masyarakat kita terjerumus di dalamnya. Dalam masyarakat modern, sebagai produk dari kemajuan teknologi misalnya, mekanisasi, industrialisasi migrasi dan urbanisasi dari desa–kota memunculkan banyak masalah sosial. Masalah-masalah sosial pada zaman modern yang di anggap sebagai sakit secara sosial atau secara populer di kenal sebagai penyakit masyarakat itu, sebagai fungsi struktural dari totalitas sistem sosial, dengan kata lain penyakit masyarakat demikian ini merupakan produk sampingan atau konsekuensi yang tidak di harapkan dari sistem Sosio-Kultural zaman sekarang, dan berfungsi sebagai gejala sendiri.3 1 Chaidir Ali. Filsafat Hukum, Memories Book, Bandung 1972 hal. 5 2 AS Adam, SH. Tinjauan tentang zinah dalam rangkaian delik susila pada KUHP. Swada, Jakarta 1969 hal. 17 3 Kartini-Kartono, Pathologi Sosial, CV. Rajawali Press, Jakarta 1981 Prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat, yang telah ada sejak manusia mengenal perkawinan, sebab suatu penyimpangan dari norma-norma perkawinan yang sah, bisa merupakan prostitusi karena itulah masalah prostitusi ini merupakan masalah sosial yang tertua seperti halnya kemiskinan dan kemelaratan. Dengan adanya perkembangan masyarakat dewasa ini, maka perwujudan dari pelacuran pun semakin sulit dapat di kontrol oleh karena di samping bertambah banyaknya pelaku prostitusi itu sendiri, juga sangat sulit pula untuk mencari jalan keluarnya, wanita pelacur adalah wanita yang menjual dirinya kepada laki-laki dengan menerima pembayaran atas servis yang di berikannya. Prostitusi yaitu penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran.4 Gang Dolly Surabaya merupakan salah satu tempat yang menjadi lahan praktik trafficking dan prostitusi tumbuh subur dan berkembang, karenanya penulis mencoba mengangkat kasus ini di karenakan Gang Dolly merupakan Lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Gang Dolly juga menjadi lokalisasi tertua di Indonesia dan di Legalkan oleh Pemerintah Daerah, serta di jadikan pemasukan khas pajak daerah dari bisnis lendir itu. Serta masih banyak sekali lika-liku Gang Dolly Surabaya yang patut untuk di ketahui. Serta sampai sejauh manakah usaha-usaha Pemerintah untuk mengatasi praktik trafficking dan prostitusi di Gang Dolly Surabaya. Hukum timbul bersama-sama dengan timbulnya rakyat dan menjadi kuatnya rakyat, dan akhirnya berangsur-angsur lenyap manakala suatu bangsa kehilangan suatu kepribadian rasionalnya.5 B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah Wanita-wanita yang menjadi pelacur (lepas dari latar belakang mereka) adalah sudah menjadi kebiasaan, yang cukup lama dan telah mengakar di masyarakat karena itu menanggulangi perilaku mereka agak sulit dan perlu penanganan yang unik. Namun demikian perlu terus di support sampai sejauh 4 P.J De Bruine Ploos Van Astal dalam Soedjono, S.H 1970 hal. 57 5 Ibid. 1969 hal. 3 manakah usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi praktek trafficking dan prostitusi di Gang Dolly Surabaya. Di antara kesulitan tidak semua orang membenarkan untuk mencari nafkah hidup yang sangat melampaui batas norma-norma masyarakat apalagi mengacu pada aturan agama maupun per Undang- undangan. Namun ada beberapa alasan mengapa kaum pria menyokong praktik prostitusi. Sebagai suatu jalan keluar dari kekurangan kebutuhan sex, dan dalam arti lain, hal ini dalam penggantian yang lebih murah dari pada mengawini atau bergaul dengan seorang gadis.6 Dengan jalan ini mereka dapat melupakan tanggung-jawab lainnya atau ke khawatiran akan kehamilan. Yang berbahaya lagi ialah adanya wanita yang bersuami melakukan praktek melacurkan dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan perbuatannya itu malah terkadang mendapat izin dari suaminya. Terutama dengan kasus trafficking yang kini sedang marak dilakukan oleh oknum-oknum yang bekerja untuk membawa gadis desa yang lugu dan dengan perekonomian yang sangat kurang, terutama para gadis di bawah umur, mereka diiming-imingi kerja dan gaji yang sangat besar Rp.5.000.000 an perbulan tetapi mereka tidak di pekerjakan, tetapi di jual kemucikari seharga Rp.2.000.000 perorang,7 para korban terdiri atas perempuan-perempuan muda yang berusia 16-23 tahun yang rata-rata berasal dari keluarga petani yang kurang mampu. Dengan banyaknya tempat-tempat untuk melacur yang di sediakan oleh mucikari, maka pelacuran akan semakin sulit dapat di kontrol, mereka dapat dengan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam melakukan operasinya dengan aman, bahkan hal demikianlah yang lebih memungkinkan banyaknya pengaruh jelek terhadap masyarakat di sekitarnya. Dalam realitasnya keadaan semacam ini perlu di Interpretasikan dan di deskripsikan sebagai sebuah kebebasan menuju ke arah kemajuan peradaban. Namun pada hakekatnya kemajuan yang ada 6 Kincy dalam Soedjono,Pathologi Sosial. S.H. 1970 hal. 24) 7 Wawancara dengan oknum Trafficking yang disamarkan merupakan sinyal akan adanya dekonstruksi sosio-kultural bangsa sebagai akibat adanya hegemoni budaya asing terhadap budaya lokal. Karena demikian luas dan kompleknya masalah itu, maka penelitian ini akan di batasi pada permasalahan: (1) keterlibatan perempuan dalam dunia prostitusi apakah sebagai profesi atau dieksploitasi (2) jika sebagai profesi atau di ekploitasi faktor apa yang menyebabkan realitas itu (3) bagaimana usaha pemerintah untuk mengatasi atau meminimalisir perilaku tersebut. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berbarengan dengan membludaknya pelacur di suatu daerah, barangkali erat kaitannya dengan istilah urbanisasi desa-kota, sebab urbanisasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.8 Secara faktual, hingga kini perdagangan anak dan perempuan (trafficking) untuk prostitusi masih terus berlangsung, tanpa ada usaha cukup memadai dari Pemerintah untuk menanganinya. Berdasarkan atas apa yang di temui oleh penulis di lapangan penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebab musabab dan faktor-faktor perempuan terjun ke dunia prostitusi dan lika liku kehidupan di Gang Dolly Surabaya, serta mencoba untuk mengangkat kasus trafficking dan prostitusi Gang Dolly Surabaya yang pastinya belum pernah di angkat lebih detail sebagai penelitian perbandingan secara mendalam di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk menggugah sensitivitas gender masyarakat dan Civitas Akademik yang bersikap apatis terhadap issue trafficking dan prostitusi. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi perbaikan moral bangsa melalui jalur akademik, hingga mayoritas rakyat Indonesia memiliki sensitivitas gender yang selama ini masih terbelenggu oleh nilai-nilai moral yang secara kultural selalu menomor duakan kaum perempuan. Sehingga pada akhirnya di harapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak terkait atau instansi terkait yang bertugas menangani permasalahan ini. 8 Rozy munir, Dasar-dasar Demografi 1981 hal. 115 D. Kerangka Konseptual Dalam penulisan skripsi ini penulis mencoba menggunakan kerangka berfikir secara Induktif. Bahwa perempuan selalu menjadi korban atas segala ketidakmampuan dan termarjinalkan sehingga banyak perempuan yang di jadikan alat untuk mengeruk keuntungan terutama dalam eksploitasi seksual. Bermula dari rasa kemanusiaan dan keingintahuan saya sebagai penulis ingin mendeskripsikan praktik trafficking dan prostitusi di Gang Dolly Surabaya. Terutama yang berperan langsung dalam proses terjadinya praktik tersebut seperti mucikari atau germo serta aparat-aparat yang tidak bertanggung jawab, yang di sebabkan keterbatasan pengetahuan serta lemahnya hukum di Indonesia. Dalam perkembangannya praktik trafficking dan prostitusi tetap tumbuh subur di Indonesia terutama di Gang Dolly Surabaya. Di mana pada praktiknya mempunyai peran masing-masing dan saling berkaitan, seperti calo yang mempunyai peran mencari wanita untuk bisa di tipu dengan bermacam iming-iming janji, lalu setelah terjerat di bawalah wanita tersebut untuk di tampung oleh mucikari yang berperan sebagai menampung untuk selanjutnya di perdagangkan untuk eksploitasi seksual yang mana praktik seperti ini juga di bekingi oleh para oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kerangka berpikir ini di tunjang oleh hasil temuan peneliti di lokasi penelitian Gang Dolly Surabaya, terutama dengan kasus Trafficking yang sedang marak di lakukan oleh oknum-oknum yang bekerja untuk membawa gadis desa yang lugu dengan perekonomian yang sangat kurang, mereka di iming-imingi kerja dan gaji yang sangat besar 5.000.000 an perbulan, tetapi mereka tidak diperkerjakan, tetapi dijual kemucikari seharga Rp. 2.000.000 perorang,9 dan para korban terdiri atas kaum perempuan. Di karenakan sekitar 81,2 % penduduk Indonesia bermukim di daerah sekitar pedesaan.10 sedang hanya 18,8 % saja yang bermukim di kota-kota besar. Kenyataan ini tentunya akan mengakibatkan bahwa kesempatan untuk mengejar uang di kota jauh lebih besar kemungkinannya di bandingkan dengan di daerah pedesaan. 9 Wawancara dengan oknum trafficking (disamarkan) 10Ashadi, Prawacana, dalam Yuyu AN. Krisna Menyusuri Remang-remang. Sinar 1981 harapan Jakarta. Hal. 55. Manusia tidak lagi mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan, yang bermoral dan amoral, realita dan fantasi. Kondisi mental dan spiritual mereka berpusat pada satu titik yang tidak menentu sehingga mereka kehilangan makna sampai akhirnya bersifat permisif, apatis dan amoral karena standar moralitas dan agama telah hilang dalam kehidupan mereka. Dalam realitasnya keadaan semacam ini di interpretasikan sebagai sebuah kebebasan menuju ke arah kemajuan peradaban. Namun, pada hakekatnya kemajuan yang ada merupakan sinyal akan adanya dekonstruksi sosio-kultural sebagai akibat adanya hegemoni budaya asing terhadap budaya lokal. Peninjauan trafficking secara regional ini nampaknya penting pula untuk di telaah secara khusus, mengapa mereka bisa di perjualbelikan sebagai ekploitasi seksual di Gang Dolly yang merupakan daerah perkotaan yang berpenduduk padat sisi dan di sisi lain mereka melakukan usaha prostitusi, dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. E. Metode Penelitian Studi kasus11 merupakan: Penyelidikan mendalam (indepth studi) mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Cakupan studi kasus dapat meliputi keseluruhan siklus kehidupan atau dapat pula hanya meliputi segmen-segmen tertentu saja dapat terpusat pada beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula memperhatikan keseluruhan elemen atau peristiwa. Penelitian studi kasus ini di gunakan untuk mendapatkan suatu hal yang terperinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu, dan kita akan mendapatkan informasi yang mendalam dan menyeluruh terhadap tingkah laku seorang individu.12 Tujuan studi kasus dan penelitian lapangan adalah mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir dan interaksi sosial seperti individu, kelompok. Lembaga, atau komunitas. Dengan menggunakan studi kasus dapat beberapa keuntungan, antara lain, kita dapat melakukan penelitian lebih 11 Azwar. S (2005) metode penelitian Yogyakarta Pustaka Belajar 12. Sevilla. G. C ; Ochave, A. J; punsalan. GT. Regalah. (1993) Metode pengantar penelitian Jakarta UI Press
Description: