p-ISSN2088-1592 e-ISSN2549-6425 JUKEMA Volume 02 | Nomor 02 | Oktober 2016: 72 - 153 Jurnal Kesehatan Aceh Public Health Journal Masyarakat Aceh PKPKM PUSATKAJIANDANPENELITIANKESEHATANMASYARAKAT JUKEMA Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh Aceh Public Health Journal p-ISSN:2088-1592| e-ISSN: 2549-6425 Volume 2,Nomor 2,Oktober2016: 72-153 Editor-in-chief|KepalaEditor AsnawiAbdullah,MHSM.,MSc.HPPF.,DLSHTM.,PhD. DeputyEditor-in-chief|DeputiKepalaEditor Dr.AulinaAdamy,MSc. InternationalBoardofAdvisors|MitraBestari NizamIsmail,MPH.,PhD.|DinasKesehatanProvinsiAceh,Indonesia Dr.AdangBachtiar,MPH.,DSc.|UniversitasIndonesia,Indonesia Dr.Hermansyah,MPH.|PoltekkesKemenkesNAD,Indonesia Dr. EdeSuryadarmawan,MDM.|UniversitasIndonesia,Indonesia FachmiIchwansyah,MPH.,HR.Dp.PhD.|LokaLitbang.BiomedisAceh,Indonesia Prof.Dr.Ridwan,MKes.,MSc.PH.|UniversitasHasanuddin,Indonesia HanifaM.Denny,MPH.,PhD.|UniversitasDiponegoro,Indonesia DefrimanDjafri,MPH,PhD.|UniversitasAndalas,Indonesia Prof.Dr.IrnawatiMarsaulina,MS.|UniversitasSumateraUtara,Indonesia Prof.BudiUtomo,MPH.,PhD.|UniversitasIndonesia,Indonesia Dr.LalB.Rawal,Med.,MA.,MPH.,PhD.|BRACUniversity,Bangladesh Assoc.Prof.Dr.VictorHoeCheeWai|UKM,Malaysia Prof.JohannesU.JustStoelwinder|MonashUniversity,Australia Dr.KrishnaHort,MMBS.,DTCH.,DRCOG.,MCH.,FAFPHM.|UniversityofMelbourne, Australia EditorialBoard|DewanPenyunting FauziAliAmin,MKes. FaridaHanum,MSi. VeraNazhiraArifin,MPH. EditorialAdministrator|AdministrasiEditor Agustina,SST.,MKes.danSurnaLastri,MSi. Layout|TataLetak Nopa,SKM.,MKes. Penerbit: PusatKajiandanPenelitianKesehatanMasyarakat(PKPKM) GedungFakultasKesehatanMasyarakat(FKM)LantaiII,UniversitasMuhammadiyahAceh(UNMUHA) Jl.MuhammadiyahNo.93,Bathoh,LuengBata,BandaAceh,Aceh Telp.(0651)31054,Fax.(0651)31053 Email:[email protected] Website:http://pps-unmuha.ac.id/pusat-kajian-dan-penelitian-kesehatan-masyarakat/ Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (Aceh Public Health Journal) atau disingkat dengan JUKEMA merupakan kumpulan jurnal ilmiah yang memuat artikel hasil penelitian atau yang setara dengan hasil penelitian di bidang ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Jurnal ini diterbitkan 2 x dalam setahun (Februari dan Oktober) oleh PKPKMUNMUHA. p-ISSN:2088-1592|e-ISSN:2549-6425 Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh Aceh Public Health Journal Volume 2,Nomor 2,Oktober2016:72–153 Editorial:Regulasi,AplikasiPemberianASIEkskluksif,danStatusGiziBalitadiAceh BasriAramico 72-74 PrevalensidanDeterminanStuntingAnakSekolahDasardiWilayahTsunamidiAcehBesar Uswati,NasrulZaman,danAulinaAdamy 75-81 AnalisisPenggunaanJenisMP-ASIdanStatusKeluargaTerhadapStatusGiziAnak Usia7-24BulandiKecamatanJayaBaru AgusHendraAL-Rahmad 82-88 Faktor-FaktoryangBerhubungandenganStatusGizipadaAtletTarungDerajatAceh Nazalia,BasriAramico,danFauziAliAmin 89-96 PeningkatanKetepatanKaderMelaluiModulPendampingKMSdalam MenginterpretasikanHasilPenimbanganBalita AgusHendraAL-Rahmad 97-104 AnalisisFaktoryangBerhubungandenganTingkatKepatuhanBidanDesadalam StandarPelayananAnteNatalCare Suryani,AulinaAdamy,danNizamIsmail 105-109 AnalisisFaktorRisikoAbortusdiRumahSakitIbudanAnakPemerintahAceh Masni AsnawiAbdullah,danMelaniaHidayat 110-115 , KualitasHidupPenderitaKankerPayudaradiRumahSakitIbudanAnak PemerintahAceh MeiliaHidayah AulinaAdamy,danTeukuTahlil 116-120 , AnalisisFaktorRisikoPenyebabStrokepadaUsiaProduktifdiRumahSakitUmum dr.ZainoelAbidin SartikaMaulidaPutri HajjulKamil,danTeukuTahlil 121-127 , AnalisisKuesionerWHOQOL-BREF:MengukurKualitasHidupPasienyang MenjalankanTerapiHemodialisisdiRSUDZABandaAceh Muzafarsyah,AulinaAdamy,danNasrulZaman 128-133 PerilakuKlienSuspekHIV/AIDSTerhadapKesediaanMelakukanVoluntaryCounseling andTestingdiRumahSakitUmumTgk.ChikDitiroSigli Annas,AulinaAdamy,danNasrulZaman 134-140 FaktorRisikoFilariasisdiKabupatenAcehJaya MutiaUlfaRahmad AulinaAdamy,danAsnawiAbdullah 141-146 , AnalisisPembiayaan/BelanjaTerhadapPenderitaChronicKidneyDisease(CKD)yang DirawatInapdiRumahSakitdr.ZainoelAbidinBandaAceh Syarkawi,TaufiqA.Rahim,danIrwanSaputra 147-153 TemplateJUKEMA FormulirBerlangganan JUKEMA Vol.2,No. 2,Oktober 2016: 72-153 Editorial: REGULASI, APLIKASI PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUKSIF, DAN STATUS GIZI BALITA DI ACEH Regulation, Application of Exclusive Breastfiding, and Nutritional Status of Children in Aceh BasriAramico1 1 FakultasKesehatanMasyarakat,UniversitasMuhammadiyahAceh,BandaAceh,23245 [email protected] Jumlah balita di Indonesia pada tahun 2013 sangat besar, sekitar 10% dari seluruh penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan usia di bawah 5 tahun. Dengan jumlah yang besar, maka nasib bangsa Indonesia di masa datang juga terletak pada generasi yang sekarang ini. Sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius. Dalam perkembangan anak, terdapat masa kritis di mana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi anak dapat berkembang dengan maksimal. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian dan stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya dan mampu bersaing di era global1. Perkembangan dan pertumbuhan balita ditentukan oleh status gizi pada awal kehidupan, bahkan sejak didalam kandungan yang dikenal sebagai 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu masa 270 hari di dalam kandungan dan masa 730 hari setelah kelahiran (2 tahun). Upaya untuk meningkatkan status gizi balita, satu di antaranya adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain kepada bayi sejak usia 0- 6bulan2. Berbagai upaya efektif untuk mendorong pemberian pemberian ASI Eksklusif terus dilakukan, termasuk dukungan Peraturan Daerah dalam berbagai regulasi (Qanun). Di level nasional, peraturan kesehatan baru telah melarang dengan tegas berbagai upaya promosi pengganti ASI di fasilitas kesehatan dan peraturan pemerintah tentang hak ibu untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama dan terus menyusui selama dua tahun atau lebih. Upaya tersebut perlu didukungolehseluruh pemerintah kabupaten/kota. Pada tatanan nasional pemerintah sudah mengatur ketentuan melalui Undang- Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, tetapi pada tingkat pemerintahan daerah/kabupaten peraturan dan perundang-undangan perlu penjabaran lebih detail sesuai dengan situasi dan kondisi kabupaten/kota. Hasil telaah setidaknya ada 17 peraturan perundang-undangan yang terkait dengan ASI Eksklusif baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa peraturan tersebut3di antaranya adalah UU No. 7/1996 tentang Pangan; UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen; UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah; UU No. 32/2004 tentang Editorial 72 JUKEMA Vol.2,No. 2,Oktober 2016: 72-153 Pemerintahan Daerah; UU No. 36/2009 tentang Kesehatan; UU No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan; PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; PP No. 33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang Produksi dan Peredaran Makanan; Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 48/Men.PP/XII/2008; No. PER.27/MEN/XII/2008; dan No. 1177/Menkes/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI Secara Eksklusifpada Bayi diIndonesia. Selain itu menurut UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, pada pasal 128 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Bayi setelah 30 menit dari kelahirannya sampai 6 (enam) bulan bayi hanya diberikan air susu ibu saja tanpa makanan atau minuman lain. Setelah usia 6 bulan, anak tetap menerima pemberian ASI dengan makanan tambahan sampai anak berusia 2 tahun4. PP No. 33/2012 tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan produk hukum dengan kekuatan hukum yang jelas, tegas dan tertulis. Dalam ketentuan peralihan disebutkan bahwa pada saat PP ini mulai berlaku, pengurus tempat kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP inipaling lama1(satu)tahun. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam agama yang tidak ingin memberatkan. Kekuatan besar juga terdapat pada amanat PP no 33 tahun 2012 sesuai dengan perintah dalam Al-Qur’an (Q.S. [2]: 233), (Q.S. Lukman [31]: 14), (Q.S. Al- Ahqaaf [46]: 15). Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan tentang ASI Eksklusif dalam Al-Qur’an, namun perintah kepada ibu untuk menyusukan bayinya sampai 2 tahun merupakan landasan moril, kekuatan spiritual dan nyata untuk dapat meningkatkan peran dakwah dalam Islam dalam membantu peningkatan pemberian ASI eksklusif5. Provinsi Aceh juga telah mengatur praktik pemberian ASI dalam Peraturan Daerah (Qanun), yaitu Qanun Aceh No. 04Tahun 20106tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 No.01). Namun pada kenyataannya praktik pemberian ASI Eksklusif sering mengalami kegagalan karena berbagai alasan. Pertama, karena terlalu cepat memberikan makanan tambahan dan kedua karena tingginya keinginan ibu untuk memberikan susu formula. Selain itu, rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan rendahnya dukungan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) juga berkontribusi terhadap rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif. Parktek pemberian ASI Eksklusif tersebut dianggap gagal karena masih di bawah target kementerian kesehatan yaitu 80%7. Di provinsi Aceh cakupan ASI Eksklusif masih sangat rendah. Pada tahun 2015,cakupan ASIEksklusifdi Aceh baru mencapai 48.1%8. Rendahnya praktek pemberian ASI Eksklusif tersebut ditenggarai mempengaruhi peningkatan status gizi bayi dan balita. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar Editorial 73 JUKEMA Vol.2,No. 2,Oktober 2016: 72-153 (Riskesdas) tahun 2013, berat badan menurut umur (BB/U) secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19.6%, terdiri dari 5.7% gizi buruk dan 13.9% gizi kurang. Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 18 provinsi dengan angka prevalensi gizi buruk dan kurang di atas angka nasional yaitu berkisar antara 21.2% sampai 33.1% dan salah satunya adalah provinsi Aceh yang menduduki urutan ke 7 di antara 18 Provinsi di Indonesia dengan prevalensi gizi kurang sebesar258. Data profil kesehatan provinsi Aceh tahun 2013 dari 214.760 balita yang ditimbang berat badannya sebanyak 65.3% balita dengan gizi baik. Sedangkan Banda Aceh menunjukkan dari 14.436 balita, balita dengan gizi baik atau berat badan naik (5.8%), balita dengan gizi kurang atau bawah garis merah (BGM) atau yang mengalami gizi buruk (0.02%)7. Pada tahun 2016 gubernur Aceh, Zaini Abdullah telah menetapkan Peraturan Gubernur Aceh No. 49 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif pada tanggal 11 Agustus 2016. Dalam Pergub yang diundangkan tanggal 12 Agustus 2016 itu mewajibkan pemerintah Aceh dan kabupaten-kota di Aceh untuk memberikan cuti hamil dan cuti melahirkan untuk PNS dan PPPK atau tenaga honorer/kontrak, baik perempuan juga suami. Selanjutnya dalam pergub tersebut mengatur bahwa bagi pegawai perempuan yang hamil mendapat 20 hari cuti hamil sebelum waktu melahirkan, dan 6 bulan untuk cuti melahirkan guna pemberian ASI Ekslusif. Cuti juga diperoleh suami untuk mendampingi istri yaitu selama 7hari sebelum melahirkan, dan 7hari sesudah melahirkan9. Penguatan regulasi untuk mendukung praktik pemberian ASI Eksklusif terus ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dengan harapan cakupan pemberian ASI Ekslusif terus meningkat. Hal tersebut tentunya dalam upaya meningkatkan status gizi bayi dan balita agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, serta menjadi investasi dan generasi bangsa yang cerdas danprodukstif. DAFTARPUSTAKA 1.Kemenkes, RisetKesehatan Dasar 2013,Kemenkes RI, Jakarta;2014. 2.RusliU.,Inisiasi MenyusuDini;Jakarta: PustakaBunda;2010. 3.AIMI, Undang-Undang danPeraturan tentangMenyusui;2013. 4.Undang–Undang Kesehatan RI; Kesehatan,No.36tahun 2009; 2009. 5.Peraturan Pemerintah RI; Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif; Nomor 33 tahun 2012;2012. 6.Qanun Aceh; Kesehatan;Nomor 04tahun 2010;2010. 7.Dinkes Aceh; Profil Kesehatan Aceh 2013; Banda Aceh: Dinkes Provinsi; 2014. 8.Kemenkes; Riset Kesehatan Dasar tahun2013; Jakarta: Kemenkes RI;2014. 9.Risman Rachman, ‘Pergub 49: Pegawai dapat Cuti Hamil dan Melahirkan 6 Bulan’,Aceh Trend; 14Agustus 2016.[3 November2016]. Editorial 74 JUKEMA Vol. 2,No. 2,Oktober 2016: 72–153 PREVALENSI DAN DETERMINAN STUNTING ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH TSUNAMI DI ACEH BESAR The Prevalence and Determinants of Stunting of Primary School Childern in Tsunami Area in Aceh Besar Uswati1,Nasrul Zaman2,dan AulinaAdamy3 1,3MagisterKesehatanMasyarakat,ProgramPascasarjana,UniversitasMuhammadiyahAceh, BandaAceh,Aceh23245 [email protected],[email protected],[email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Khusus untuk beberapa daerah, tsunami yang melanda Aceh tahun 2014 juga dihipotesiskan turut mempengaruhi stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan stunting anak sekolah dasar di wilayah terkena tsunami di Aceh Besar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus control. Sampel kasus sebanyak 30 anak stunting dan kontrol sebanyak 60 anak tidak stunting. Pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise, kemudian diolah dengan software WHO AnthroPlus. Analisis data univariat, bivariat dan multivariate menggunakan STATA versi 12. Hasil: Prevalensi stunting di kecamatan Peukan Bada yang merupakan wilayah terkena tsunami sebesar 24%.Hasil analisismultivariat menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan stuntingdengan pekerjaanibu(sebagaipetani)denganOR=98.9,p-value0.035,pekerjaanayahyangtidaktetap(tukang/buruh) denganOR=22.9,p-value0.046,dandiaredenganOR=17.9,p-value0.047danberatlahirdenganOR= 0.78, p-value 0,047. Kesimpulan: Prevalensi stunting di kecamatan Peukan Bada yang merupakan wilayah terkena tsunami tidakbegitu berbedadengan wilayah non-tsunami. Pekerjaanibu atauayah, diare danberat badanlahir merupakan determinan utama. Intervensi pada dua determinan pertama perlu keterlibatan lintas sektor, tidak bisaditangani sepenuhnya olehjajarankesehatan. Penyediaanairbersihdanmenerapkan PerilakuHidup Bersih Sehat (PHBS) perlu terus menjadi perhatian untuk mengurangi kasus diare. Studi ini juga menunjukkan konsumsi gizi yang mencukupi merupakan hal penting yang perlu menjadi prioritas untuk mengurangi BBLR dandampaknyaterhadapstunting. KataKunci:Stunting,Diare,SosialEkonomi,AnakSekolah,danTsunami. ABSTRACT Background: In some areas, the tsunami that hit Aceh in 2014 also hypothesizes associated with stunting. However,noresearchhasbeenconductedexaminestuntingriskfactorintsunamiaffectedarea.Thisstudyaims to determine the prevalenceand determinantsof stunting inprimary school childrenin the area affected by the tsunami in Aceh Besar. Methods: This study uses a case-control design. The samples are 30 cases of child stuntingand60controlchildrennotstunting.Thecollectionofdatathroughinterviewsandheightmeasurement, and then processed by software AnthroPlus WHO. The data analysis for univariate, bivariate and multivariate (logistic regression test) used STATA version 12. Results: The prevalence of stunting in the tsunami-affected region in Peukan Bada district of 24%. Multivariate analysis showed that stuting significantly associated with mother'soccupationstunting(asfarmers)with anORof98.9, p-valueof 0.035,uncertaintyfather'soccupation (builders/workers) with an OR of 22.9, p-value of 0.046, and diarrhea with OR of 17.9, p-value of 0.047, and birth weight with an OR of 0.78, p-value 0.04. Conclusions: The prevalence ofstunting inthe tsunami-affected region in Peukan Bada district is not so different from non-tsunami region. Works mother or father, diarrhea and birth weight is a major determinant. Intervention on the first two determinants need cross-sector involvement therefore can not be handled entirely by health personnel. Providing clean water and clean and healthy behavior need to continue to reduce cases of diarrhea. This study also shows the consumption of adequate nutrition is an important thing that should be a priority to reduce its impact on the low birth weight andstunting. Keywords:Stunting,Diarrhea,EconomicSocial,SchoolChildren,andTsunami GiziKesehatanMasyarakat 75 JUKEMA Vol. 2,No. 2,Oktober 2016: 72–153 PENDAHULUAN semakin terpuruk. Tingkat kemiskinan mencapai 33% dan pengangguran terbuka Stunting adalah bentuk dari proses mencapai 11.2% (Lampiran 5 Perpres RI pertumbuhan anak yang terhambat1. No. 30 tahun 2005). Saat itu mayoritas Stunting merupakan gangguan penduduk Aceh kesulitan memperoleh pertumbuhan linear yang disebabkan pangan yang baik dan sendi-sendi adanya malnutrisi asupan gizi kronis dan kehidupan masyarakat menjadi porak atau penyakit infeksi kronis maupun poranda5. berulang yang ditunjukkan dengan nilai z Penanganan masalah gizi memerlukan score tinggi badan menurut usia (TB/U) pendekatan yang terpadu yang mengarah kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada pemberdayaan ekonomi keluarga, berdasarkan standar World Health peningkatan kemampuan dan keterampilan Organization (WHO). Kekurangan gizi asuhan gizi keluarga serta peningkatan seperti protein dan kalsium yang terjadi cakupan dan pelayanan dan kualitas pada usia anak sekolah dasar diketahui pelayanan kesehatan6. Perlu penanganan dapat mengganggu pertumbuhan fisik anak. dan penanggulangan masalah gizi Hal ini harus mendapat perhatian serius khususnya yang dialami anak usia sekolah karena masalah stunting merupakan dasar, diperlukan kajian tentang faktor masalah gizi kronis2. determinan stunting dan seberapa besar Dari hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi stuntingtersebut. prevalensi pendek nasional adalah 37.2%. Aceh dianggap serius dengan prevalensi METODE PENELITIAN stunting balita 41% 3. Prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30.7%, Pendekatan penelitian secara dan Aceh di atas prevalensi nasional (> kuantitatif dengan rancangan Case Control 30.7%). Data Dinkes Aceh Besar tahun Study dengan memilih kasus anak sekolah 2015 prevalensi balita dengan kategori yang stunting dan kelompok kontrol sangat pendek sebesar 2.74%, pendek adalah anak sekolah yang tidak stunting sebesar 11.50%, dan normal sebesar yang dilaksanakan di wilayah kecamatan 85.39%. Sedangkan untuk Kecamatan Peukan Bada. Peukan Bada kategori pendek sebesar Populasi adalah siswa kelas IV dan V 1.24%, normal 98.76% dan sangat pendek yang berasal dari 6 sekolah dasar (SD) dan 0persen. 2 madrasah ibtidaiyah (MI) yang Provinsi Aceh memiliki faktor khusus berjumlah 127 siswa. Jumlah sampel dalam terjadinya stunting, karena Aceh dalam penelitian ini sebanyak 90 anak adalah salah satu wilayah yang dilanda SD/MI yang terdiri dari 30 kelompok gempa tektonik dan Tsunami menelan kasus dan 60 kelompok kontrol beserta ratusan ribu korban jiwa dan menimbulkan ibunya. Sampel kasus sesuai kriteria kerusakan besar di beberapa kabupaten inklusi adalah: siswa stunting kelas IV dan sehingga mengakibatkan masyarakat V SD, kelahiran tahun 2005-2006 kehilangan harta benda, mata pencaharian merupakan keluarga korban tsunami serta dan pekerjaan mereka. Hasil studi tinggal di lokasi penelitian beserta ibunya. memperkirakan kerusakan produktivitas Sampel kontrol adalah individu dari akibat bencana tsunami dan gempa bumi kelompok yang sama dan bukan status ini mencapai 68%4. stunting sejumlah 60 anak. Dalam Penderitaan masyarakat Aceh yang pemilihan kelompok kasus dan kontrol demikian lama akibat konflik bersenjata dilakukan matching berdasarkan periode yang panjang, ditambah lagi dengan kelahiran subjek yaitu tahun 2005 dan bencana gempa dan tsunami, telah 2006. menempatkan mereka pada posisi yang Pengumpulan data melalui wawancara GiziKesehatanMasyarakat 76 JUKEMA Vol. 2,No. 2,Oktober 2016: 72–153 dengan kuesioner. Stunting diukur dengan AnalisisBivariat microtoise diidentifikasi status gizi dengan software WHO AnthroPlus. Data dianalisa Berdasarkan hasil analisis bivariate, dengan menggunakan softwareStata12. variabel sosial ekonomi yang secara statistik signifikan berhubungan dengan HASILPENELITIAN stunting adalah pekerjaan ibu sebagai petani dengan OR = 3.37 (95% CI: 0.96- AnalisisUnivariat 11.76) p-value 0.056. Sementara pendidikan ayah, pendidikan ibu, Pengukuran tinggi badan dilakukan pekerjaan ayah, pendapatan keluarga dan pada 127 orang anak SD/MI, diperoleh jumlah anggota keluarga secara statistik laki-laki sebanyak 68 orang (54%) dan tidak signifikan berhubungan dengan perempuan sebanyak 59 orang (46%). stunting. Diperoleh tinggi badan tertinggi adalah Pada variabel lingkungan 157.6 cm dan tinggi badan terendah menunjukkan bahwa jenis jamban dan adalah 118.9 cm. Dari hasil pengolahan sumber air minum secara statistik tidak tinggi badan dengan menggunakan berhubungan dengan stunting. Pada software WHO AnthroPlus didapatkan variabel ibu menunjukkan bahwa usia ibu sejumlah 33 anak sekolah dasar (25.9%) saat melahirkan, jumlah anak, pemberian termasuk dalam kategori stunting dan 97 ASI eksklusif dan waktu inisiasi menyusui anak (76%) termasuk dalam kategori tidak secara statistik tidak ada hubungan dengan stunting. stunting. Tabel 1. Analisis Bivariat Prevalensi dan Determinan Stunting Anak Sekolah di WilayahTsunami Variabel OR 95%CI p-value Pendidikanayah:menengah 0.67 (0.13-3.40) 0.625 Pendidikanayah:dasar 0.97 (0.20-4.77) 0.969 Pendidikanibu:menengah 0.38 (0.05-2.95) 0.354 Pendidikanibudasar 0.86 (0.14-5.19) 0.866 Pekerjaanayah:tukang/buruh 1.25 (0.43-3.64) 0.683 Pekerjaanibu:pedagang/honorer 2.65 (0.82-8.56) 0.103 Pekerjaanibu:petani 3.37 (0.96-11.76) 0.056 Pendapatankeluarga 1.00 (1.00-1.00) 0.825 Jumlahanggotakeluarga 1.49 (0.63-3.55) 0.368 Jenisjamban 2.14 (0.84-5.48) 0.112 Sumberairminum:airisiulang 1.88 (0.21-17.01) 0.574 Sumberairminum:sumur 2.53 (0.25-25.72) 0.434 Usiaibusaatmelahirkan:<20dan >35tahun 1.62 (0.70-3.78) 0.261 Pada variabel individu diperoleh diare hubungan bermakna secara statistik antara dengan OR = 8.73 (95% CI 1.00-75.86) p- diare dengan stunting(lihat Tabel 1). value 0.05 berarti bahwa terdapat GiziKesehatanMasyarakat 77 JUKEMA Vol. 2,No. 2,Oktober 2016: 72–153 Tabel1.Lanjutan Variabel OR 95%CI p-value Jumlahanak 1.20 (0.89-1.61) 0.222 Beratlahir 0.46 (0.18-1.16) 0.1 Diarejarang 1.89 (0.33-10.80) 0.474 Diaresering 8.73 (1.00-75.86) 0.05 Waktuinisiasimenyusui 0.42 (0.07-2.64) 0.355 AnalisisMultivariat multivariate dilakukan dengan menghubungkan beberapa variabel Hasil analisis multivariate yang independen dan variabel dependen pada bertujuan untuk menentukan variabel waktu bersamaan sehingga dapat yang paling dominan dalam diperkirakan kemungkinan stunting. Hasil mempengaruhi stunting. Analisis analisis multivariate dapat dilihat pada Tabel2. Tabel2.AnalisisFinalModel MultivariatPrevalensidanDeterminan Stunting Anak SekolahdiWilayahTsunami Kabupaten Aceh Besar Variabel OR 95%CI p-value Pekerjaanibusebagaitukang cuci/jahit/pedagang/honorer 9.84 (0.88-110.57) 0.064 Pekerjaanibusebagaipetani 98.95 (1.38-7097.67) 0.035 Pekerjaanayahsebagai tukang/buruh 22.89 (1.05-498.12) 0.046 Pendapatankeluarga 34.78 (0.42-2895.63) 0.116 Jumlahanggotakeluarga 0.42 (0.02-8.53) 0.573 Usiaibusaatmelahirkan 3.41 (0.68-17.25) 0.138 Jumlahanak 1.14 (0.48-2.69) 0.766 Beratlahir 0.78 (0.62-0.98) 0.035 Diaresering 17.90 (1.04-309.16) 0.047 Waktuinisiasimenyusui 3.06 (0.12-79.93) 0.502 Dari hasil Tabel 2, final model CI: 1.05-498.12) p-value 0.046 yang multivariate diperoleh hasil bahwa yang merupakan faktor risiko terhadap stunting. menjadi faktor risiko stunting pada anak Hal ini berarti bahwa anak dengan sekolah dasar dalam penelitian ini adalah: pekerjaan ayah tidak tetap (tukang/buruh) dari variabel sosial ekonomi yaitu memiliki risiko menjadi stunting sebesar pekerjaan ibu sebagai petani dengan OR = 22.89 kali dibandingkan anak dengan 98.95 (95% CI: 1.38-7097.6) p-value pekerjaan ayah tetap. 0.035 yang merupakan faktor risiko Sementara dari variabel individu diare terhadap stunting. Hal ini berarti bahwa dengan OR = 17.90 (95% CI: 1.04-309.16) anak dengan pekerjaan ibu sebagai petani p-value 0.047 yang berarti diare memiliki risiko menjadi stunting sebesar merupakan faktor risiko terhadap stunting. 98.95 kali dibandingkan anak dengan ibu Hal ini berarti bahwa anak yang sering yang tidak bekerja/IRT. menderita diare memiliki risiko menjadi Kemudian pekerjaan ayah tidak tetap stunting sebesar 17.90 kali dibandingkan (tukang/buruh) dengan OR = 22.89 (95% dengan anak yang tidak pernah diare. GiziKesehatanMasyarakat 78
Description: