ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MEMBEBASKAN PELAKU YANG DIDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN (Studi Putusan Nomor: 89/Pid/2017/PT.Tjk) (Jurnal Skripsi) Oleh NITA TRIANI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018 ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MEMBEBASKAN PELAKU YANG DIDAKWA MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERZINAHAN (Studi Putusan Nomor: 89/Pid/2017/PT.Tjk) Oleh Nita Triani, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica Email: [email protected] Pelaku tindak pidana perzinahan dipidana sesuai dengan ketentuan Pasal 284 KUHP, tetapi pada kenyataannya pelaku perzinahan dalam diputus pidana percobaan oleh hakim pengadilan negeri dan selanjutnya pada tingkat banding diputus bebas oleh hakim pengadilan tinggi. Permasalahan: (1) Apakah dasar pertimbangan hakim dalam membebaskan pelaku yang didakwa melakukan tindak pidana perzinahan pada Putusan Nomor. 89/Pid/2017/PT.Tjk? (2) Apakah putusan bebas terhadap pelaku yang didakwa melakukan tindak pidana perzinahan sesuai dengan rasa keadilan substantif? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Dasar pertimbangan hakim dalam membebaskan pelaku yang didakwa melakukan tindak pidana perzinahan adalah Terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan memenuhi rumusan unsur dalam Dakwaan Tunggal yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, oleh karena itu Terdakwa harus dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari dakwaan tunggal tersebut (Vrijspraak) dan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya harus dipulihkan (direhabilitasi) (2) Putusan hakim yang membebaskan pelaku tindak pidana perzinahan belum sesuai dengan keadilan substantif, karena hakim kurang mempertimbangkan aspek kerugian immateril dan aspek psikologis yang diderita suami AN selaku pelapor perkara. Saran: (1) Hakim yang menangani tindak pidana perzinahan pada masa mendatang disarankan untuk mempertimbangkan nilai-nilai sosial, budaya dan moral yang berlaku. (2) Hakim disarankan untuk dapat menjatuhkan pidana secara tepat, sehingga dapat memberikan efek jera dan sebagai pembelajaran bagi pihak lain untuk tidak melakukan tindak pidana perzinahan. Kata Kunci: Putusan Hakim, Membebaskan Pelaku, Perzinahan ABSTRACT ANALYSIS OF BASIS OF JUDGE'S CONSIDERATION IN RELEASING THE PERPETRATOR WHO IS ACCUSED OF COMMITTING ADULTERY CRIME (Study of Decision Number: 89/Pid/2017/PT.Tjk) The perpetrator of the criminal act of adultery should be convicted in accordance with the provisions of Article 284 of the Criminal Code, but in fact the adulterer in the trial is adjudged by the judge of the district court and subsequently appealed by the high court judge on the appeal of unacceptable elements of the article. The problems in this study are: (1) What is the basis of judge's consideration in releasing the perpetrator who is accused of committing adultery crime in Decision Number. 89/Pid/2017/PT.Tjk? (2) Is the free judgment of the perpetrator charged with committing an act of adultery in accordance with a sense of substantive justice? This study uses a juridical normative and juridical empirical approach.. Data collection was done by literature study and field study. Data analysis is done qualitatively. The results of the study: (1) The basis of judge's consideration in releasing the perpetrator who is accused of committing adultery crime is the Defendant is not proven legally and convincingly fulfilling the elemental formula in the Single Indictment filed by the Public Prosecutor, therefore the Defendant must be declared not guilty and released from the single indictment (Vrijspraak) and the right of the Accused in the capacity, position and prestige and dignity must be rehabilitated (2) The judge's decision to free the adulterers of adultery has not been in accordance with substantive justice, since the judge does not consider the aspect of immateril loss and the psychological aspect suffered by the husband of AN as a case reporter who the crime. Suggestions in this study are: (1) Judges handling future adultery crimes are advised to consider the social, cultural and moral values prevailing in the midst of community life. (2) A judge handling future adultery crimes is advised to be able to properly impose criminal sanctions, which may provide a deterrent effect and as a lesson for others not to commit an adultery crime. Keywords: Judge's Decision, Releasing Perpetrators, Adultery I. Pendahuluan tidak mengakomodasi dalam ketentuannya. Perzinahan akan dipandang tercela atau Upaya untuk merealisasikannya dilarang dalam Kitab Undang-Undang membutuhkan peran dari pihak lain Hukum Pidan (KUHP) jika terjadi hal itu terutama dalam bidang hukum yang dilakukan dalam bingkai perkawinan. biasa disebut dengan penegak hukum, Usaha pembaharuan hukum pidana dalam hal ini khususnya adalah pihak Indonesia yang didengung-dengungkan kepolisian. Pada zaman sekarang ini, selama ini, diharapkan banyak membuat polisi dibebani segudang harapan oleh perubahan-perubahan baru mengenai masyarakat dengan pelayanannya, kelemahan aturan pidana mengenai delik peningkatan akan pelaksanaan tugas- perzinahan sebagaimana diatur dalam tugas pokok lainnya sebagai polisi, serta Pasal 284 KUHP. Oleh karena itu, selalu berorientasi pada masyarakat.2 semenjak Konsep KUHP dikeluarkan pada Tahun 1964, aturan delik Masalah delik perzinahan merupakan perzinahan mengalami perubahan salah satu contoh aktual adanya benturan signifikan. antara pengertian dan paham tentang zina dalam KUHP Pasal 284 dengan Ketentuan KUHP mengenai delik kepentingan/nilai sosial masyarakat. perzinahan memiliki pengertian yang Benturan-benturan yang sering terjadi di berbeda dengan konsepsi yang diberikan masyarakat, sering menimbulkan masyarakat. Menurut KUHP, zina kejahatan baru seperti pembunuhan, diidentikkan dengan overspel yang penganiayaan, atau main hakim sendiri. pengertiannya jauh lebih sempit dari Perzinahan dipandang sebagai perbuatan pada zina itu sendiri. Overspel hanya dosa yang dapat dilakukan oleh pria dapat terjadi jika salah satu pelaku atau maupun wanita, dan dipandang sebagai kedua pelaku telah terikat tali suatu penodaan terhadap ikatan suci dari perkawinan. Hal ini berbeda dengan perkawinan. Hal ini semakin parah konsepsi masyarakat/bangsa Indonesia dengan lemahnya praktik penegakan yang komunal dan religius. Setiap hukum. bentuk perzinahan, baik telah terikat tali perkawinan maupun belum, merupakan Penegakan hukum pidana di Indonesia perbuatan tabu yang melanggar nilai- sangat berkaitan dengan kejahatan atau nilai kesusilaan.1 Konsepsi masyarakat kriminalitas. Dalam tindakan kejahatan seperti ini tidak banyak berarti banyak yang terjadi secara umum selalu jika hukum pidana nasional mendatang melibatkan dua pihak sentral yakni pelaku kejahatan atau pelaku tindak pidana dan korban tindak pidana. Pelaku 1 Ahmad Bahiej, Tinjauan Yuridis atas Delik Perzinahan dalam Hukum Pidana Indonesia, diakses dari 2 Dwi Andika Barnabas, Study Tindakan Asusila https://www.researchgate.net/publication/315693 Oleh Anggota Polri ,diakses dari 603_Tinjauan_Yuridis_atas_Delik_Perzinahan_ http://cancergoxil.blogspot.co.id/2014/06/study- Overspel_dalam _Hukum_Pidana_Indonesia, tindakan-asusila-oleh-anggota.html?m=1, pada pada tanggal 28 Agustus 2017 pukul 09.40. tanggal 28 Agustus 2017 pukul 09.40. biasanya merupakan pihak yang lebih menganggap bahwa dakwaan jaksa kuat di bandingkan dengan korban, baik penuntut umum tidak tepat. Menurut dari segi fisik ataupun dari segi yang pertimbangan hakim keterangan para lain. saksi dan pengakuan terdakwa FI. menerangkan bahwa terdakwa sudah Perzinahan sampai dengan saat ini masih pernah menikah berdasarkan agama terjadi di masyarakat bahkan dilakukan islam tapi belum pernah menikah secara oleh aparat penegak hukum, seperti resmi menurut hukum kenegaraan ini dalam Putusan Nomor: 299/Pid.B/2017/ dapat dibuktikan bahwa selama proses PN.Tjk, aparat penegak hukum yaitu persidangan berlangsung tidak ada 1 seorang oknum dengan berinisial FI (satu) orangpun saksi yang dapat telah melakukan perzinahan dengan menerangkan bahwa terdakwa telah bawahannya sendiri berinisial AN. Pada menikah secara kenegaraan, maka hari minggu malam senin tanggal 29 ke menurut putusan hakim ialah 30 Januari 2017 sekira jam 01.00 wib. menyatakan FI terbukti melakukan Atau setidak-tidaknya yang masih dalam tindak pidana dengan melanggar Pasal tahun 2017 bertempat hotel pop di jalan 284 Ayat (2) huruf a yang mengandung WR. Monginsidi kel. Durian Payung unsur-unsur pasal sebagi berikut; kec.Tanjung Karang Pusat kota Bandar 1. Seorang Pria yang tiada beristri Lampung. Yang mana dalam putusan 2. Turut melakukan Zina tersebut, putusan berinisial AN telah 3. Yang turut bersalah diketahui telah terbukti dan diputus bersalah tetapi kawin dan Pasal 27 BW berlaku putusan hakim terhadap perwira tinggi baginya”. tersebut tidak sesuai dengan apa yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum Majelis hakim dalam Putusan Nomor: kepada terdakwa. 299/Pid.B/2017/PN.Tjk menjatuhkan pidana kepada terdakwa FI dengan Dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut pidana penjara selama 3 bulan dan Umum dalam perkara ini adalah menetapkan bahwa pidana tersebut tidak perbuatan terdakwa diatur dan diancam perlu dijalankan oleh terdakwa kecuali pidana Pasal 284 Ayat (1) ke-1a KUHP. ada perintah lain dalam putusan hakim Tuntutan Jaksa Penuntut umum adalah karena terdakwa telah dipersalahkan agar hakim yang menangani perkara ini melakukan tindak pidana kejahatan atau menjatuhkan pidana penjara selama 3 melanggar sebelum berakhir masa bulan terhadap terdakwa, karena percobaan 5 bulan. melanggar ketentuan Pasal 284 Ayat (1) ke-1a KUHP dengan unsur-unsur Menindaklanjuti putusan hakim sebagai berikut: pengadilan negeri yang menjatuhkan 1. Seorang pria yang telah kawin pidana percobaan terhadap terdakwa, 2. Melakukan Zina baik Jaksa Penuntut Umum maupun 3. Pasal 27 BW berlaku bagi dirinya Kuasa Hukum terdakwa mengajukan upaya hukum banding. Selanjutnya Majelis hakim Pengadilan Negeri Majelis Hakim Pengadilan Tinggi dalam Tanjung Karang dalam persidangan Putusan Nomor: 89/Pid/2017/PT.Tjk memiliki pertimbangan tersendiri dan menjatuhkan putusan bebas terhadap terdakwa FI karena tidak terbukti secara Permasalahan penelitian ini adalah: sah dan meyakinkan memenuhi rumusan a. Apakah dasar pertimbangan hakim unsur dalam Dakwaan Tunggal yang dalam membebaskan pelaku yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, didakwa melakukan tindak pidana oleh karena itu Terdakwa harus perzinahan pada Putusan Nomor. dinyatakan tidak bersalah dan 89/Pid/2017/PT.Tjk? dibebaskan dari dakwaan tunggal b. Apakah putusan bebas terhadap tersebut (Vrijspraak) dan hak Terdakwa pelaku yang didakwa melakukan dalam kemampuan, kedudukan dan tindak pidana perzinahan sesuai harkat serta martabatnya harus dengan rasa keadilan substantif? dipulihkan (direhabilitasi). Penelitian ini menggunakan pendekatan Sesuai dengan putusan bebas tersebut yuridis normatif dan yuridis empiris. maka Putusan Pengadilan Negeri Pengumpulan data dilakukan dengan Tanjungkarang tanggal 1 Agustus 2017 studi pustaka dan studi lapangan. Nomor: 299/Pid.B/ 2017/PN.Tjk. yang Analisis data dilakukan secara kualitatif. dimintakan banding tersebut tidak dapat dipertahankan lagi dan harus dibatalkan. Pengadilan Tinggi menerima permintaan II. Pembahasan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa, membatalkan putusan A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Pengadilan Negeri Tanjungkarang Membebaskan Pelaku yang tanggal 1 Agustus 2017 Nomor:299/Pid. Didakwa Melakukan Tindak B/2017/PN.Tjk. yang dimintakan Pidana Perzinahan pada Putusan banding tersebut. Pengadilan Tinggi Nomor. 89/Pid/2017/PT.Tjk Tanjung Karang mengadili sendiri: 1. Menyatakan Terdakwa FI tidak Majelis hakim Pengadilan Tinggi dalam terbukti secara sah dan meyakinkan pada Putusan Nomor: 89/Pid/2017/ bersalah melakukan tindak pidana PT.Tjk membebaskan pelaku yang sebagaimana yang didakwakan didakwa atas tindak pidana perzinahan, dalam Dakwaan Tunggal dengan pertimbangan adanya Pengadilan 2. membebaskan Terdakwa oleh karena Negeri Tanjung Karang Nomor: itu dari dakwaan tersebut 299/Pid.B/2017/PN.Tjk menjatuhkan (Vrijspraak) pidana kepada terdakwa FI dengan 3. Memulihkan hak Terdakwa dalam pidana penjara selama 3 bulan dan kemampuan, kedudukan dan harkat menetapkan bahwa pidana tersebut tidak serta martabatnya. perlu dijalankan oleh terdakwa kecuali ada perintah lain dalam putusan hakim Berdasarkan uraian di atas penulis karena terdakwa telah dipersalahkan melaksanakan penelitian dalam skrupsi melakukan tindak pidana kejahatan atau yang berjudul: Analisis Putusan Hakim melanggar sebelum berakhir masa dalam Membebaskan Pelaku yang percobaan 5 bulan. Didakwa Melakukan Tindak Pidana Perzinahan (Studi Putusan Nomor. 89/Pid/2017/PT.Tjk) Majelis hakim banding juga mengemukakan bahwa terhadap uraian mempertimbangkan memori banding memori banding Jaksa Penuntut Umum Penuntut Umum. Putusan Hakim tingkat pada point 1 tentang status terdakwa pertama tersebut tidak mempunyai daya apakah sudah memiliki istri atau tidak tangkal terhadap pelaku/Terdakwa yang memiliki istri, dalam hal ini Jaksa dipersalahkan telah melakukan tindak Penuntut Umum tidak mampu pidana “Turut melakukan zinah” membuktikan, tetapi justru sebaliknya melanggar Pasal 284 Ayat (2) huruf a Terdakwa dapat membuktikan bahwa KUHP, yang dalam pertimbangannya Terdakwa memang belum mempunyai dalam putusannya Hakim tingkat istri, sehingga pertimbangan Hakim pertama menjadikan status Terdakwa tingkat pertama sudah tepat. Putusan tidak terikat dalam perkawinan yang sah, Pengadilan Negeri Tanjungkarang Klas karena menurut Jaksa Penuntut Umum IA yang menjatuhkan pidana terhadap bahwa Terdakwa pernah menikah pada Terdakwa FI selama 3 (tiga) bulan tahun 2010 dan bercerai pada tahun 2012 dengan masa percobaan selama 5 (lima) dan tidak mempunyai anak, dan menurut bulan, dalam hal ini Jaksa Penuntut Jaksa Penuntut Umum bahwa terlepas Umum dalam memori bandingnya dari statusnya nikah atau belum nikah berkeberatan atas putusan Hakim tingkat hal ini tidak menghapuskan perbuatan pertama tersebut karena terlalu ringan, pidana yang dilakukan Terdakwa. akan tetapi Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya juga tidak setuju dengan Menurut Jaksa Penuntut Umum pidana putusan tersebut, karena Terdakwa yang dijatuhkan kepada Terdakwa FI berpendapat bahwa Terdakwa harus dengan pidana penjara selama 3 (tiga) dibebaskan dari tuntutan hukum karena bulan dengan masa percobaan selama 5 tidak terbukti di persidangan. (lima) bulan adalah terlalu ringan dan tidak sesuai dengan Surat Edaran Terdakwa melalui Kuasa Hukumnya Mahkamah Agung R.I. Nomor 5 Tahun dalam memori bandingnya pada 1973 yang ditujukan kepada Ketua pokoknya mengemukakan bahwa Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan Terdakwa tidak dapat menerima putusan Negeri diseluruh Indonesia, yang pada Hakim tingkat pertama dengan alasan pokoknya mengingatkan bahwa bahwa hakim keliru dalam menetapkan meskipun berat ringannya hukuman fakta-fakta hukum, yaitu dalam adalah wewenang judex facti, namun persidangan tidak ada satupun fakta yang dimintakan perhatian agar dalam menunjukkan bahwa Terdakwa telah menjatuhkan hukuman sungguh-sungguh bersetubuh dengan saksi AN. Selain itu setimpal dengan berat ringannya pidana hakim dianggap keliru dalam unsur yang dilakukan oleh Terdakwa dan “turut serta melakukan zinah”, yaitu jangan sampai didalam penjatuhan terdakwa berkeberatan terhadap pidana itu menyinggung perasaan pertimbangan putusan Hakim tingkat maupun pendapat umum. pertama, karena tidak ada satupun saksi Selanjutnya majelis hakim juga yang melihat perzinahan antara mempertimbangkan kontra memori Terdakwa dengan saksi AN, S.H., dan banding Terdakwa melalui Kuasa dari bukti surat Visum et Repertum atas Hukumnya yang pada pokoknya nama AN tidak menunjukkan telah terjadi perzinahan. Majelis Hakim melalui Penasihat Hukumnya memohon tingkat pertama telah keliru dalam agar Pengadilan Tinggi Tanjungkarang membuat pertimbangan hukum yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri berdasarkan persangkaan hukum dan Tanjungkarang dalam perkara a quo dan putusan Mahkamah Agung Nomor membebaskan dari dakwaan atau 854/K/Pid/1983 tanggal 30 Oktober melepaskan Terdakwa dari semua 1984, dalam hal ini hakim hanya tuntutan hukum serta merehabilitasi mengutip kaidah hukumnya saja, tetapi nama baik, harkat dan martabat tidak melihat kronologis dan latar Terdakwa pada keadaan semula. belakang perkara Nomor 854/K/ Pid/1983 tanggal 30 Oktober 1984. Hakim Pengadilan Tinggi setelah mempelajari dengan seksama berkas Penasihat Hukum Terdakwa juga perkara dan salinan resmi putusan berusaha menemukan adanya putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang Mahkamah Agung Nomor tanggal 1 Agustus 2017 854/K/Pid/1983 tanggal 30 Oktober Nomor:299/Pid.B/2017/PN.Tjk., serta 1984 tersebut tetapi tidak berhasil memori banding dari Jaksa Penuntut menemukannya baik dalam Buku Umum dan memori banding dari Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya tahun 1969 – 2008 bahkan sampai ke serta kontra memori banding dari perpustakaan Mahkamah Agung R.I., Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya, melalui situs Website resmi MA.RI. maka Pengadilan Tinggi akan meninjau Selain itu hakim melampaui putusan Pengadilan Negeri kewenangannya dengan memutus Tanjungkarang dalam perkara a quo perkara menggunakan pasal yang tidak dengan pertimbangan bahwa memori ada dalam surat dakwaan; banding dari Jaksa Penuntut Umum Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini ternyata hanya merupakan pengulangan telah mendakwa Terdakwa dengan saja dari surat tuntutannya dan tidak dakwaan tunggal menggunakan Pasal merupakan hal-hal yang baru dan hal itu 284 Ayat (1) ke-1a KUHP, dalam hal ini semua telah dipertimbangkan dengan Terdakwa dan Penasihat Hukumnya seksama oleh Hakim tingkat pertama telah membuktikan bahwa unsur-unsur dalam putusannya terhadap “dakwaan pasalnya tidak terpenuhi, tetapi disini tunggal” yang didakwakan oleh Jaksa Hakim tingkat pertama memutus perkara Penuntut Umum terhadap Terdakwa ini dengan Pasal 284 Ayat (1) ke-2a dalam perkara a quo. KUHP yang tidak ada di Surat Dakwaan, maka dalam hal ini Terdakwa melalui Terdakwa FI dalam perkara a quo Penasihat Hukum-nya merasa keberatan diajukan ke muka persidangan oleh karena merasa dirugikan karena Jaksa Penuntut Umum dengan Dakwaan kehilangan kesem-patan untuk membela Tunggal yaitu Terdakwa didakwa diri Terdakwa terhadap pasal yang melakukan tindak pidana yang diatur dan digunakan oleh hakim yang tidak diancam pidana dalam Pasal 284 Ayat didakwakan kepada Terdakwa untuk (1) ke-1a KUHP yang unsur-unsurnya memutus perkara ini. Bahwa atas dasar sebagai berikut: (1) Seorang pria yang alasan-alasan tersebut di atas Terdakwa telah kawin, (2) Melakukan zina dan (3) keadilan dalam masyarakat serta Pasal 27 BW berlaku bagi dirinya. memperhatikan nilai-nilai yang hidup dan tumbuh dan berkembang dalam Hakim tingkat pertama dalam masyarakat maka Hakim tingkat pertama putusannya mempertimbangkan bahwa memilih pasal 284 Ayat (2) huruf-a berdasarkan fakta-fakta yang terungkap KUHP yang lebih tepat untuk diterapkan dalam persidangan bahwa ternyata pada pada diri Terdakwa. Terdakwa melalui diri Terdakwa tidak terbukti memenuhi Penasihat Hukumnya dalam memori rumusan unsur pokok dalam Pasal 284 bandingnya berkeberatan terhadap Ayat (1) ke-1a KUHP dalam dakwaan putusan Hakim tingkat pertama perkara tunggal yang didakwakan kepada a quo yang memutus dan menjatuhkan Terdakwa, maka Pengadilan Tinggi pidana terhadap Terdakwa dengan sependapat dengan pertimbangan Hakim menggunakan dasar Pasal 284 Ayat (2) tingkat pertama dalam putusannya dan huruf-a KUHP yang tidak didakwakan pertimbangan Hakim tingkat pertama oleh Jaksa Penuntut Umum kepada tersebut diambil alih dan dijadikan Terdakwa. sebagai pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri dalam memutus perkara ini Menurut pertimbangan Hakim dalam tingkat banding. Pengadilan Tinggi, terlepas dari perkara yang terpisah atas nama saksi AN, Pengadilan Tinggi tidak sependapat Pengadilan Tinggi tidak sependapat dengan pertimbangan Hakim tingkat dengan pertimbangan Hakim tingkat pertama yang dalam putusannya tidak pertama dalam putusannya tersebut di membebaskan Terdakwa dari dakwaan atas yang memutus dan menjatuhkan tunggal yang didakwakan kepada pidana terhadap Terdakwa dengan Terdakwa tersebut, namun Hakim menggunakan Pasal 284 Ayat (2) huruf-a tingkat pertama dalam putusannya justru KUHP yang tidak didakwakan kepada telah menyatakan Terdakwa bersalah Terdakwa dengan alasan pertimbangan melakukan tindak pidana “turut sebagai berikut: melakukan zinah” dan menjatuhkan a. Bahwa Terdakwa FI diajukan ke pidana (menghukum) kepada Terdakwa muka persidangan dalam perkara ini dengan pidana penjara selama 3 (tiga) dengan surat “Dakwaan Tunggal” bulan dengan masa percobaan selama 5 oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu (lima) bulan dengan alasan Pasal 284 Ayat (1) ke-1a KUHP, dan pertimbangan menurut Hakim tingkat ternyata berdasarkan fakta yang pertama bahwa dakwaan yang lebih tepat terungkap di persidangan bahwa untuk diri Terdakwa adalah Pasal 284 perbuatan Terdakwa tidak terbukti Ayat (2) huruf a KUHP karena hal memen;uhi salah satu unsur pokok tersebut merupakan kekeliruan, Pasal 284 Ayat (1) ke-1a KUHP kesalahan dan keteledoran dari Jaksa dalam Dakwaan Tunggal tersebut, Penuntut Umum yang telah keliru, tidak seharusnya Terdakwa oleh Hakim cermat dan tidak tepat dalam membuat tingkat pertama dinyatakan tidak dan menyusun surat dakwaan terhadap terbukti bersalah melakukan tindak perbuatan yang dilakukan oleh pidana sebagaimana Dakwaan Terdakwa, dan untuk memberikan rasa Tunggal yang didakwakan kepada Terdakwa tersebut, tetapi ternyata Umum (Jaksa) dan Penasihat Hukum Hakim tingkat pertama justru ialah pada posisi dan penilaiannya. memutus menyatakan Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana Pengadilan Tinggi berpendapat Hakim dan menjatuhkan pidana kepada tingkat pertama yang memutus perkara a Terdakwa menggunakan dasar quo dengan menggunakan pasal yang sebagai dakwaan yang dipilih sendiri tidak sesuai dengan surat dakwaan oleh Hakim tingkat pertama yaitu tunggal yang diajukan oleh Jaksa Pasal 284 Ayat (2) huruf-a KUHP Penuntut Umum, telah tidak cermat dan yang oleh Jaksa Penuntut Umum keliru dalam mengutip pasal yang tidak didakwakan kepada Terdakwa; dijadikan dasar memutus perkara ini yaitu Pasal 284 Ayat (2) huruf-a KUHP, b. Bahwa Hakim tingkat pertama dalam karena tidak ada Pasal 284 Ayat (2) memutus dan menjatuhkan pidana huruf-a KUHP tetapi yang ada adalah terhadap Terdakwa dalam perkara a Pasal 284 Ayat (2) saja yang mengatur quo menggunakan dasar Pasal 284 tentang delik aduan dan tenggang waktu Ayat (2) huruf-a KUHP yang tidak pengaduan dalam pasal ini, sedangkan didakwakan kepada Terdakwa yang dimaksud oleh Hakim tingkat tersebut telah salah dalam pertama adalah Pasal 284 Ayat (1) ke-2 menerapkan hukum acara pidana dan huruf a KUHP. telah melampaui kewenangannya dalam mengadili dan memutus Berdasarkan uraian pertimbangan perkara ini karena berdasarkan Pasal tersebut di atas, Pengadilan Tinggi 182 Kitab Undang-Undang Hukum berpendapat bahwa memori banding dari Acara Pidana atau KUHAP Terdakwa sepanjang menyangkut hal (Undang-Undang Republik dimaksud dapat dibenarkan, sehingga Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa tentang Hukum Acara Pidana) Terdakwa FI tidak terbukti secara sah setelah pemeriksaan perkara dan meyakinkan memenuhi rumusan dinyatakan selesai dan ditutup maka unsur dalam Dakwaan Tunggal yang hakim mengadakan musyawarah diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, terakhir untuk mengambil keputusan oleh karena itu Terdakwa harus (Pasal 182 ayat 1, 2 dan 3 KUHAP), dinyatakan tidak bersalah dan dan musyawarah tersebut harus dibebaskan dari dakwaan tunggal didasarkan atas surat dakwaan dan tersebut (Vrijspraak) dan hak Terdakwa segala sesuatu yang terbukti dalam dalam kemampuan, kedudukan dan pemeriksaan sidang (Pasal 182 ayat 4 harkat serta martabatnya harus KUHAP), ini berarti bahwa secara dipulihkan (direhabilitasi), dan dengan limitatife hakim dalam memutus demikian putusan Pengadilan Negeri perkara pidana harus didasarkan atas Tanjungkarang tanggal 1 Agustus 2017 surat dakwaan yang didakwakan Nomor: 299/Pid.B/ 2017/PN.Tjk. yang kepada Terdakwa oleh Jaksa dimintakan banding tersebut tidak dapat Penuntut Umum. Menurut Doktrin dipertahankan lagi dan harus dibatalkan perbedaan antara Hakim, Penuntut dan Pengadilan Tinggi akan mengadili sendiri perkara ini.
Description: