ebook img

inkonsistensi anwar sadat tentang demokrasi program studi pemikiran politik islam fakultas ... PDF

80 Pages·2008·0.46 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview inkonsistensi anwar sadat tentang demokrasi program studi pemikiran politik islam fakultas ...

INKONSISTENSI ANWAR SADAT TENTANG DEMOKRASI Oleh ACHMAD BAEHAKI NIM: 101033221773 PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M PEMIKIRAN ANWAR SADAT TENTANG DEMOKRASI vi Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam Pemikiran Politik Islam Oleh: ACHMAD BAEHAKI 101033221773 Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Zainun Kamaluddin, M.A. Drs. Idris Thaha, M.Si NIP: 150 228 884 NIP: 150 317 723 Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1428 H/2007 M vii KATA PENGANTAR Bismillâh al rahmân al rahîm Dengan penuh rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini penulis memanjatkan puji kepada Allah Subhânah wa Ta‘âla. Dialah Dzat yang Maha Agung yang telah menciptakan manusia dan seluruh ciptaannya baik di bumi maupun di langit. Dialah yang selalu Ada ketika manusia fana. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi dan Rasul Allah, Muhammad shalla Allâh ‘alaih wa sallam yang telah meletakan pondasi yang kuat bagi peradaban manusia. Perjalanan menempuh sarjana bagi penulis memang tidak semudah yang dibayangkan. Berbagai halangan yang mengganggu baik selama perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini selalu ada. Tetapi dengan kekuasaan-Nya Allah memperlihatkan kasih sayang-Nya dengan cara-Nya sendiri, sehingga penulis mampu menuntaskan skripsi ini sesuai ketentuan tradisi akademik yang membahas tentang “pemikiran Anwar Sadat tentang demokrasi”. Skripsi ini juga ditulis untuk menambah pengayaan bagi wacana demokratisasi di Indonesia. Demokrasi selama ini belum mencapai cita-cita idealnya. Demokrasi Indonesia hanya sebatas prosedurnya saja, terutama ditandai dengan pemilihan yang diadakan secara langsung. Tetapi hakekatnya belum mencapai apa yang sebenarnya dituju oleh demokratisasi itu sendiri. Di sini pentingnya, berkaca apakah problem demokrasi antara Mesir dan Indonesia memiliki potensi persoalan yang sama, mengingat kedua negara merupakan bangsa dengan penduduk mayoritas Muslim. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan peran penting bagi terselesaikannya skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain: Perputakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Utama UIN, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Freedom Institute, CSIS, dan LIPI. Tak lupa pula kepada mereka, dengan rendah hati penulis haturkan banyak terima kasih atas kerjasama yang manis ini. viii Akhirnya penulis sadar betul berhutang budi kepada mereka yang telah memberikan kontribusi yang berharga selama penulis menempuh jenjang pendidikan sarjana dan penyelesaian skripsi ini. Mereka itu adalah: 1. Kedua orang tuaku, Maturidi dan Siti Hasanah, dengan tanpa terkecuali ini merupakan sebuah kado pertama yang bisa diberikan kepada orang tua tercinta. Tanpa mereka penulis mustahil bisa mengenyam pendidikan setinggi ini. Merekalah sesungguhnya yang telah berhasil melewati masa-masa sulit dengan segala kesabarannya. Keempat kakak-kakakku, mereka pula yang memberikan dukungan agar dapat terselesaikannya skripsi ini mereka adalah Mariam, Sutinah, Baedowi, dan Siti Rohmah. Adik-Adikku: Baesoni, Baenuri, dan Baedoni yang merupakan beban moral bagi saya apabila skripsi ini tidak dapat terselesaikan. 2. Dr. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah berusaha menciptakan lingkungan intelektual yang kondusif sehingga memmungkinkan penulis khususnya dan mahasiwa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat umumnya bisa belajar dengan nyaman. 3. Drs. Agus Darmaji, M.Fils., Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam yang telah memberikan masukan dan saran yang berharga pada draf awal pengajuan skripsi ini. 4. Dra. Wiwi Siti Sjazarah, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pemikiran Politik Islam yang telah memberikan pelayanan akademik sebaik-baiknya. 5. Drs. Idris Thaha, M.Si. dan Dr. Zainun Kamalluddin, M.A. selaku pembimbing atas ide-idenya yang brilian dalam penulisan skripsi ini. 6. Semua Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pelayanan pengetahuan dengan profesional: memberikan ruang diskusi yang dialogis dan terbuka dan memberikan kebebasan berpikir pada setiap pokok bahasan yang disampaikan; telah memberikan sengatan intelektual dengan penuh rasa saling menghargai, terbuka, dan menjunjung tinggi kebebasan intelektual, dengan tetap bertumpu pada kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku. Mereka juga telah memberikan apresiasi terhadap aneka ragam pikiran yang muncul sehingga memungkinkan terjadinya pendewasaan intelektual. ix 7. Teman-temanku seangkatan di program studi Pemikiran Politik Islam: Mohamad Nabil, Ahmad Munjin, Yusuf Hamdani dan istri (Salmah), Alimani yang berjasa memberi ide untuk mengangkat tema ini, dan Abdul Aziz Nurizun yang tanpanya kami tidak berlangganan Koran Tempo. Penulis yakin masih banyak nama yang belum disebutkan yang memiliki andil besar dalam penulisan karya ilmiah ini, baik langsung maupun tidak langsung. Kepada mereka semua, penulis tetap menghaturkan rasa terima kasih yang teramat sangat. Semoga Allah membalasnya amal mereka sebagai tiket masuk surga. Amin. Jakarta, 19 Mei 2007 Achmad Baehaki x DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................. iv PEDOMAN TRANSLITERASI...................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah...................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................... 7 D. Metode Penelitian........................................................... 8 E. Sistematika Penulisan .................................................... 8 BAB II BIOGRAFI DAN KARIR POLITIK ANWAR SADAT A. Riwayat Hidup Anwar Sadat .......................................... 11 B. Karya-Karya Anwar Sadat ............................................. 16 C. Perjalanan Karir Politik Anwar Sadat ........................…. 18 BAB III SEJARAH DEMOKRASI DI MESIR A. Pengertian Demokrasi..................................................... 28 B. Sejarah Masuknya Demokrasi di Mesir ......................... 33 C. Elemen-Elemen Demokrasi di Mesir ............................. 38 D. Konteks Lahirnya Gagasan Demokrasi Anwar Sadat .... 41 xi BAB IV GAGASAN DEMOKRASI ANWAR SADAT A. Multi Partai..................................................................... 44 B. Kebebasan Pers .............................................................. 49 C. Kebijakan Pintu Terbuka (Infitah) ................................. 54 1. Ekonomi...................................................................... 54 2. Reaksi Organisasi Kemahasiswaan............................. 58 3. Sektor Pertanian.......................................................... 59 4. Anwar Sadat Tidak Konsisten: Sebuah Analisis…………… 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................. 64 B. Saran-Saran ................................................................. 66 BIBLIOGRAFI ............................................................................................. 67 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi sejak pertama kali berkembang di Eropa memiliki transformasi makna sesuai ruang dan waktu di mana demokrasi diterapkan. Sesudah perang dunia II (1939-1945) demokrasi juga didukung oleh beberapa negara baru di Asia. India, Pakistan, Filipina, dan Indonesia mencita-citakan demokrasi konstitusional, sekalipun terdapat bermacam-macam bentuk pemerintahan.1 Jika dilacak secara historis demokrasi berasal dari dua kata bahasa Yunani, “Demos” dan “Kratos.” Demos berati rakyat, sedangkan “Kratos” artinya kekuasaan atau pemerintahan. Jika digabung dari dua kata tersebut maknanya menjadi pemerintahan rakyat.2 Jadi, secara terminologi, demokrasi berarti kekuasaan pemerintahan yang di dalamnya rakyat menjadi pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan berada di tangan rakyat.3 Dengan kata lain, demokrasi bisa dikatakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam perkembangannya, kita mengenal bermacam-macam istilah demokrasi, yang dalam pembagiannya demokrasi secara umum terbagi ke dalam empat model: demokrasi presidensial, demokrasi parlementer, demokrasi perwakilan, dan demokrasi langsung.4 Demokrasi presidensial, presiden memiliki kedudukan kuat dalam pembuatan keputusan dan kekuasaan politik. Demokrasi parlementer, parlemenlah merupakan satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi 1Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 51 2M. Amien Rais, Demokrasi dan Proses Politik, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. ix 3Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 174. 4Thomas Meyer, Demokrasi: Sebuah Pengantar untuk Penerapan, (Jakarta: Friedrich- Ebert-Stiftung, 2002), h. 13 xiii untuk mengambil keputusan. Demokrasi perwakilan, mempercayakan sepenuhnya pengambilan keputusan di tingkat parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi langsung, akan mengalihkan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat. Bagi dunia Islam, kata “demokrasi” pada awalnya begitu asing. Ia masuk ke dunia muslim, baru diakhir abad ke-19, dan di gerbang abad ke-20, melalui serbuan kolonialisme Eropa, dan munculnya nasionalisme. Kondisi ini membawa transformasi yang cukup revolusioner terhadap keberadaan dan stabilitas dunia Islam. Pada gilirannya, hal ini juga merubah mental dan pandangan dunia kaum muslim pada umumnya. Serbuan kolonialisme Eropa di satu sisi, dan perubahan radikal dalam aras politik dan ekonomi di lokalitas dunia Islam di sisi yang lain, telah membawa ke arah pembentukan negara-bangsa (natio-state) baru yang tidak lagi berdasarkan pada identitas agama semata, tetapi juga identitas lokal dan warisan kolonial. Bahkan, ideologi warisan kolonial, semisal “demokrasi,” yang sebelumnya begitu asing, menjadi semacam identitas (nasional) baru di negara- bangsa muslim yang baru terbentuk. Konsekuensinya, umat Islam yang mendiami negara-negara baru tersebut mengalami ketegangan dalam proses pencarian identitas negaranya: apakah akan didasarkan pada Islam—seperti sebelumnya—atau pada ideologi peninggalan dan paksaan kolonial, seperti demokrasi. Mungkin, bagi pemikir-pemikir muslim yang menganggap demokrasi itu adalah produk kolonial yang ingin meminggirkan Islam, maka akan menjatuhkan pilihannya pada Islam sebagai identitas negaranya. Dalam konteks ini, pemikir Muslim sekaligus pemimpin Mesir di pertengahan tahun 70-an, Anwar Sadat, memilih opsi yang kedua. Karena, bagi xiv dia, demokrasi adalah ideologi negara yang bisa membawa Mesir sejajar dengan negara-negara Eropa yang sebelumnya menjajah tanah kediamannya.5 Aspek- aspek keterbukaan, multi partai, kebebasan pers, dan liberalisasi ekonomi6—Sadat menyebutnya kebijakan ekonomi “pintu terbuka”7—yang terkandung dalam nilai- nilai demokrasi bisa menjadikan bangsa Mesir lebih maju dalam kacamata Anwar Sadat. Implikasi dari kebijakan ekonomi “pintu terbuka” ini mendorong penetrasi budaya Barat, dari pakain dan perilaku hingga televisi, musik, dan video, yang menguntungkan kaum elit terbaratkan yang menikmati hak istimewa dalam ekonomi; dengan demikian mendorong tumbuhnya suatu masyarakat yang di dalamnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.8 Di samping untuk membawa Mesir sejajar dengan negara-negara Eropa, Sadat juga memperkenalkan sosialisme demokratis sebagai ideologi tandingan bagi sosialisme ilmiah Nasser, dan telah menggantikan segara satu-partai di Mesir dengan sistem pemilihan multi-partai.9 Langkah pertama sebagai presiden adalah keinginan memposisikan bangsa Mesir sejajar dengan bangsa Eropa. Ini dibuktikan dengan usahanya menyatukan seluruh organisasi Islam dengan tokoh-tokoh Islam untuk bersatu dalam membangun negara Mesir yang kuat, kedua dengan istilah “kebijakan pintu terbuka” dalam upaya menarik investor ke Mesir guna memperbaiki prekonomian 5John L. Esposito dan John D. Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim: Problem dan Prospek. Penerjemah Rahmani Astuti (Bandung : Mizan, 1999), h. 238. 6Riza Sihbudi, dkk., Profil Negara-Negara Timur Tengah, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 157. 7Esposito dan Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim, h. 238. 8Esposito dan Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim, h. 238. 9Esposito dan Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim, h. 242. xv

Description:
dianggapnya pedih dengan latar keluarga yang dikucilkan, latar belakang sosial yang membuatnya menjadi . akademi akademi militer.18. Semenjak keluarga Sadat pindah ke Kairo, Sitt el-Berrien, Ibu Anwar . Jendral Aziz el-Masri, inspektur jendral angkatan darat grup ini melakukan negosiasi dan
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.