HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: SATRIA ANDROMEDA F 100 090 041 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 i HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: SATRIA ANDROMEDA F 100 090 041 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ii HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG Satria Andromeda Nanik Prihartanti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] ABSTRAKSI Perilaku altruisme pada remaja khususnya pada karang taruna di era globalisai saat ini mengalami banyak penurunan. Salah satu penyebabnya yaitu lunturnya sikap empati dikalangan remaja. Penggunaan teknologi canggih, mesin, elektronik, komputer,,beban pekerjaan, tugas sekolah dan fokusnya di bangku perkuliahan membuat remaja saat ini cenderung membuat remaja fokus pada kepentingannya sendiri dan cenderung mengabaikan perilaku altruisme terhadap orang lain. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara empati dengan perilaku altruisme pada karang taruna khususnya di desa Pakang. Mengetahui tingkat empati pada remaja. Seberapa besar perilaku altruisme pada remaja karang taruna. Mengetahui sumbangan efektif empati terhadap perilaku altruisme pada remaja karang taruna desa Pakang. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara empati dengan perilaku altruisme pada karang taruna desa Pakang. Subjek berjumlah 65 orang dari keseluruhan remaja yang ada di dalam anggota karang taruna desa Pakang. Untuk itu peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik studi populasi atau study sensus karena peneliti menggunakan seluruh sampel pada anggota karang taruna desa Pakang. Metode pengumpulan data menggunakan alat ukur skala empati dan skala perilaku altruisme. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment. Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,584 dengan Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara empati dengan perilaku altruisme pada karang taruna desa Pakang, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif empati 34,1%, hal ini berarti masih terdapat 65,9% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku altruisme. Variabel perilaku altruisme mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 81,89 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti perilaku altruisme pada subjek tergolong tinggi. Variabel empati diketahui rerata empirik (RE) sebesar 75,89 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang berarti tergolong tinggi. Kata Kunci : Empati dan perilaku altruisme. v PENDAHULUAN pada kenyataan- nya menimbulkan Manusia merupakan makhluk dampak negatif bagi pola hidup dan sosial yang diciptakan untuk tingkah laku sosial manusia. berdampingan dengan orang lain dan Pada kenyataanya, berdasarkan tidak bisa hidup secara individual. beberapa fakta dalam kehidupan Sebagai makhluk sosial hendaknya masyarakat desa, perilaku menolong manusia saling tolong menolong satu sudah mulai menipis dan seringkali sama lain dan mengadakan interaksi terjadi salah kaprah dalam pemahaman dengan orang lain untuk bertukar altruisme, fakta-fakta tersebut pikiran serta untuk memenuhi diantaranya pada kehidupan di kebutuhan hidupnya. Hal ini sering pedesaan beberapa tahun 90-an nilai terlihat secara langsung dalam gotong royong masih sangat terasa. masyarakat, seperti kegiatan Seperti yang peneliti amati di sambatan, kerja bakti, atau memberi lingkungan tempat tinggal peneliti bantuan baik berupa barang maupun sendiri, ketika ada tetangga yang jasa pada orang yang sangat melaksanakan hajatan misalnya membutuhkan. Memberikan bantuan perkawinan, hampir semua tetangga, ataupun keuntungan pada orang lain tua muda maupun para remaja ikut tanpa mengharap imbalan apapun membantu (rewang) tuan rumah yang dalam psikologi disebut dengan memiliki hajatan tersebut meskipun altruisme. tanpa permintaan terlebih dahulu, Ada juga sebagian orang yang juga terdapat tradisi sambatan yaitu mau memberikan pertolongan dengan membantu membangun atau mempertimbangkan motif dalam diri merenovasi rumah tetangga tanpa si penolong, misalnya untuk dibayar upah. Kehidupan sosial mulai mengharapkan imbalan dari orang bergeser, partisipasi masyarakat pada yang telah ditolong. Wahyuningsih kegiatan gotong royong semakin (Setyawan, 2010) menyatakan menipis sehingga tradisi rewang dan penggunaan berbagai teknologi tradisi sambatan jarang terlihat. canggih yang tampak memberikan Masyarakat mulai berpikir praktis, kemudahan bagi kehidupan manusia bahkan sekarang jika ada kentongan 1 dipukul untuk bersiskamling, banyak perilaku menolong dalam diri siswa di orang yang berfikir praktis, yaitu lingkungan sekolah. Brigham cukup memberi iuran rutin dan tidak (Dayakisni & Hudaniah, 2003) perlu mengikuti siskamling. berpendapat bahwa perilaku Perilaku menolong disebut juga menolong mempunyai maksud untuk altruisme. Sears dkk (1994) menyokong kepentingan dan mendefinisikan altruisme adalah kesejahteraan orang lain. tindakan suka rela yang dilakukan oleh Berdasarkan uraian di atas, maka seseorang atau sekelompok orang penulis merumuskan masalah “Apakah untuk menolong orang lain tanpa ada hubungan antara empati dengan mengharapkan imbalan apapun perilaku altruisme pada remaja karang (kecuali mungkin perasaan telah taruna desa Pakang?”. Kemudian melakukan kebaikan). untuk menjawab permasalahan di atas, Batson (Magdalena, 2012) maka penulis tertarik untuk menyatakan empati merupakan mengadakan penelitian dengan judul pengalaman menempatkan diri pada “Hubungan antara empati dengan keadaan emosi orang lain seolah-olah perilaku altruisme pada karang taruna mengalaminya sendiri. Kemudian desa pakang”. Batson menjelaskan bahwa empati Tujuan yang ingin dicapai dalam dapat menimbulkan dorongan untuk penelitian ini, adalah : menolong, dan tujuan dari menolong 1. Mengetahui hubungan antara itu untuk memberikan kesejahteraan empati dengan perilaku altruisme bagi target empati. anggota karang taruna di desa Remaja diharapkan menanam Pakang. tinggi perilaku menolong terhadap 2. Mengetahui tingkat empati pada teman atau siapapun yang benar-benar karang taruna di desa Pakang. membutuhkan tanpa memandang 3. Mengetahui tingkat perilaku orang tersebut teman dekat atau altruisme pada anggota karang bukan. Adanya empati yang kuat akan taruna di desa Pakang. menumbuhkan rasa kepedulian dan 4. Mengetahui sumbangan efektif rasa iba yang kemudian muncullah empati terhadap perilaku 2 altruisme karang taruna di desa imbalan apapun (kecuali mungkin Pakang. perasaan telah melakukan kebaikan). Taufik (2012) menjelaskan secara LANDASAN TEORI umum altruisme diartikan sebagai Comte (Taufik, 2012) aktivitas menolong orang lain, yang mendefinisikan altruisme berasal dari dikelompokkan ke dalam perilaku kata “alter” yang artinya “orang lain”. prososial. Dikatakan perilaku prososial Secara bahasa altruisme adalah karena memiliki dampak positif perbuatan yang berorientasi pada terhadap orang lain atau masyarakat kebaikan orang lain. Comte luas. Lawan dari perilaku prososial membedakan antara perilaku adalah perilaku antisosial, yaitu menolong yang altruis dengan perilaku perilaku yang memiliki dampak buruk menolong yang egois. Menurutnya terhadap orang lain atau masyarakat, dalam memberikan pertolongan, dan disebut juga dengan perilaku yang manusia memiliki 2 motif, yaitu altruis mengisolasi diri sendiri dari pergaulan dan egois. Kedua dorongan tersebut lingkungan. sama-sama ditujukan untuk Mussen dkk (Nashori, 2008) memberikan pertolongan. Perilaku mengungkapkan bahwa aspek-aspek menolong yang egois tujuannya justru perilaku altruisme meliputi: mencari manfaat dari orang yang a. Cooperation (Kerjasama), yaitu ditolong. Sedangkan perilaku melakukan pekerjaan atau menolong altruis yaitu perilaku kegiatan secara bersama-sama. menolong yang ditujukan semata-mata b. Sharing (Berbagi), yaitu untuk kebaikan orang yang ditolong. kesediaan untuk ikut merasakan Selanjutnya Comte menyebut perilaku apa yang dirasakan orang lain. menolong ini dengan altruisme. c. Helping (Menolong), yaitu Sears dkk (1994) mendefinisikan membantu orang lain dengan cara altruisme adalah tindakan suka rela meringankan beban fisik atau yang dilakukan oleh seseorang atau psikologis orang tersebut. sekelompok orang untuk menolong d. Genereocity (Berderma), yaitu orang lain tanpa mengharapkan kesediaan untuk memberikan 3 barang miliknya kepada orang e. Faktor sosiobiologis: perilaku lain yang membutuhkan secara menolong orang lain dipengaruhi sukarela. oleh jenis hubungan dengan orang e. Honesty (Kejujuran), yaitu lain, individu lebih suka kesediaan melakukan sesuatu menolong orang yang sudah seperti apa adanya dengan dikenal atau teman dekat daripada mengutamakan nilai kejujuran orang asing. tanpa berbuat curang. Titchner (Goleman, 2003) Wortman, dkk (Dayakisni & menyatakan bahwa empati berasal dari Hudaniah, 2003) membagi faktor- semacam peniruan secara fisik atas faktor yang mempengaruhi perilaku beban orang lain, yang kemudian altruisme, yaitu: menimbulkan perasaan serupa dalam a. Suasana hati: jika suasana hati diri seseorang. Menurut Johnson (Sari sedang nyaman, seseorang akan & Eliza, 2003) empati adalah terdorong untuk memberikan kecenderungan untuk memahami pertolongan lebih banyak. kondisi atau keadaan pikiran orang b. Meyakini keadilan dunia: adanya lain. Seseorang yang berempati keyakinan bahwa dalam jangka digambarkan sebagai individu yang panjang yang salah akan dihukum toleran, ramah, mampu mengendalikan dan yang baik akan mendapat diri, dan bersifat humanistik. pahala. Taufik (2012) mendefinisikan c. Empati: kemampuan seseorang empati merupakan suatu aktivitas untuk ikut merasakan perasaan untuk memahami apa yang sedang atau pengalaman orang lain. dipikirkan dan dirasakan orang lain, d. Faktor situasional: kondisi dan serta apa yang dipikirkan dan situasi yang muncul saat dirasakan oleh yang bersangkutan seseorang membutuhkan per- (observer, perceiver) terhadap kondisi tolongan juga mempengaruhi yang sedang dialami orang lain tanpa orang lain untuk memberikan yang bersangkutan kehilangan kontrol pertolongan. dirinya. 4 Menurut Gunarsa (2000) empati c. Empathic concern (Perhatian dianggap sebagai salah satu cara yang Empatik), merupakan orientasi efektif dalam usaha mengenali, seseorang terhadap orang lain memahami, dan mengevaluasi orang berupa simpati, kasihan, dan lain. Dan hasil akhir yang terbaik dari peduli terhadap orang lain yang empati adalah munculnya perilaku mengalami kesulitan. Aspek ini menolong, Warneken & Tomasello berhubungan secara positif (Taufik, 2012). dengan reaksi emosional dan Davis (Sari & Eliza, 2003) perilaku menolong pada orang menjelaskan aspek-aspek empati, lain. antara lain: d. Personal distress (Distress a. Perspective tacking (Pengambilan Pribadi), merupakan orientasi Perspektif), merupakan seseorang terhadap dirinya sendiri kecenderungan individu untuk yang berupa perasaan cemas dan mengambil alih secara spontan gelisah pada situasi interpersonal. sudut pandang orang lain. Faktor-faktor yang mem- Pentingnya kemampuan dalam pengaruhi empati menurut Hoffman perspective taking untuk perilaku (2000) yaitu: yang non-egosentrik, yaitu a. Sosialisasi, Dengan adanya perilaku yang tidak berorientasi sosialisasi memungkinkan pada kepentingan diri sendiri, seseorang dapat mengalami tetapi perilaku yang berorientasi sejumlah emosi, mengarahkan pada kepentingan orang lain. seseorang untuk melihat keadaan b. Fantasy (Imajinasi), merupakan orang lain dan berpikir tentang kecenderungan seseorang untuk orang lain. mengubah diri ke dalam perasaan b. Mood and feeling, Situasi dan tindakan karakter-karakter perasaan seseorang ketika khayalan yang terdapat pada berinteraksi dengan lingkungan- buku-buku, layar kaca, bioskop, nya akan mempengaruhi cara maupun dalam permainan- seseorang dalam memberikan permainan. 5
Description: